Anda di halaman 1dari 14

SMF/ Lab Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

Disusun Oleh:

Chika Ahsanu Amala (0910015052)


Finda Rahmanisa (0910015053)
Ferdika Suhendra (0910015060)
Ibnu Ludi Nugroho (0910015050)
M. Rozaqy Ishaq (0910015056)

Pembimbing:
dr. H. Handy Wiradharma, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda
2015

1
BAB I
STATUS PASIEN GINEKOLOGI

1.1 IDENTITAS
Nama Pasien : Nn. EP
Umur : 18 tahun
Paritas : P0A0
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dharma Bakti, Sempaja, Samarinda.
Tanggal Masuk : 11 April 2015
No. RM : 78.87.62

1.2 ANAMNESA
Anamnesa dilakukan di ruang Mawar Nifas secara autoanamnesa, pada tanggal 12 April
2015.

Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir selama 15 hari.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir banyak dan lama yang
menyebabkan pasien hampir pingsan di kamar mandi. Tiga bulan terakhir pasien merasa
menstruasinya bertambah 10-15 hari. Darah yang keluar merah kehitaman, terkadang
menggumpal dan nyeri sewaktu haid. Dalam satu hari berganti pembalut sampai 7-10 kali.
Pasien pernah dirawat di RS AWS dengan keluhan yang sama dan dilakukan transfusi 1 bulan
yang lalu. Setelah keluar rumah sakit masih perdarahan tetapi sedikit, 3 hari terakhir
perdarahan semakin banyak dan memberat.

Riwayat Penyakit Dahulu

2
Riwayat penyakit jantung, asma, hipertensi dan diabetes mellitus pada pasien
disangkal.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.

Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 13 tahun
Siklus : 26 hari
Lama : 7 hari
Banyak darah : dalam batas normal
Sakit waktu menstruasi : dalam batas normal

1.4 PEMERIKSAAN FISIK


Pasien masuk melalui IGD pada tanggal 11 April 2015 :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Vital Sign : TD : 100/80 mmHg Respirasi : 24x/menit
Nadi : 110x/menit Suhu : 36,50C
Berat Badan : 150 cm
Tinggi Badan : 45 kg
BMI : 20 (normal)

Status Generalis
Kepala
Mata : Conjungtiva Anemis (+)/(+), Sklera Ikterik (-)/(-)
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada crepitasi, tidak ada sekret.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada deformitas.
Dada
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada deformitas, tidak ada ketinggalan gerak
Palpasi : Vokal fremitus paru-paru kanan = paru-paru kiri
Perkusi : Sonor pada paru-paru kanan dan kiri
Auskultasi
Paru : Vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung : S1 dan S2 murni, tungal, bising jantung (-)
3
Abdomen
Inspeksi : Datar, striae (-), sikatrik (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus (+)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) pada regio hipogastrica, hepar dan lien tak
teraba, massa tumor (-)
Perkusi : Tympani

Genitalia : Perempuan
Ekstremitas
Refleks fisiologis :+
Refleks patologis :-
Edema :-
Varises :-

Status Ginekologis
Inspeksi : vulva/uretra tenang, tak tampak tanda peradangan, tak tampak
benjolan, discharge, perdarahan pervaginal minimal.
Palpasi : tidak dilakukan
Inspekulo : tidak dilakukan
Vaginal Touche : tidak dilakukan

1.5 DIAGNOSIS BANDING


Perdarahan Uterus Disfungsional
Abortus
Tumor adneksa
Kehamilan Ektopik

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium Darah :
RBC : 3,00x106uL
WBC : 14,6x103uL
Hb : 5,8 g/dl
HCT : 21,6 %
4
PLT : 436x103uL
CT : 8 menit
BT : 3 menit

Urin Lengkap :
Berat jenis : 1,010
Hemoglobin :+
Warna : kuning
Kejernihan : agak keruh
pH : 7,0
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Negatif
Keton : Negatif
Sel epitel :+
Leukosit : 1-2/lpb
Eritrosit : 5-8/lpb
Tes kehamilan : Negatif

Kimia Darah :
GDS : 176 mg/dL
Ureum : 22,7
Creatinin : 0,7
Natrium : 138
Kalium : 3,6
Chloride : 98

Serologi :
HbSAg : Non reaktif
Ab-HIV : Non reaktif

1.7 DIAGNOSIS
5
Perdarahan Uterus Disfungsional + Anemia

1.8 PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

1.9 TERAPI
Observasi keadaan umum dan tanda vital
Observasi perdarahan
Guyur RL 2 kolf secepatnya
Asam Tranexamat 3 x 500 mg tablet
Regumen (Progesteron) 3 x 500 mg tablet
Asam mefenamat 3 x 500 mg tablet
Transfusi PRC sampai Hb 10 gr/dL
Rencana USG ginekologi ulang

1.10 FOLLOW UP
No Tanggal Follow up Keterangan

1 11-04-2015 Menerima pasien baru dari IGD, dengan Lab abnormal :


diagnosa Perdarahan Uterus Disfungsional + Hb : 6,8 gr/dL
Anemia

S: Keluar darah dari jalan lahir

O: CM, GCS 15 E4M5V6. Tekanan darah


100/80 mmHg, Nadi : 110 kali/menit, RR :
24 kali/menit

A: Perdarahan Uterus Disfungsional +


Anemia

P: konsul dr. Sp.OG advice :


Observasi keadaan umum dan tanda vital
Observasi perdarahan
6
Guyur RL 2 kolf secepatnya
Asam Tranexamat 3 x 500 mg tablet
Regumen (Progesteron) 3 x 500 mg tablet
Asam mefenamat 3 x 500 mg tablet
Transfusi PRC sampai Hb 10 gr/dL
Rencana USG ginekologi ulang
13-04-2015 S: Perdarahan (+) , 2x ganti pembalut dalam Hasil USG Ginekologi :
24 jam, penuh. Nyeri perut (-), lemas
Uterus posisi antefleksi,
berkurang.
ukuran normal, massa (-)
O: CM, GCS 15 E4M5V6. TD 110/80 Ovarium dalam batas normal
mmHg, Nadi : 70 kali/menit, RR : 20 VU terisi penuh
kali/menit, Suhu : 36,60C Kesimpulan : normal USG

A: Perdarahan Uterus Disfungsional +


Lab.13-04-2015 :
Anemia
Leukosit : 9.000
P: Boleh pulang Hb : 11,8
Ht : 35%
SF tablet 2x1
Trombosit : 225.000

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

2.1 Definisi
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal yang
didalam maupun diluar siklus haid, yang semata-mata disebabkan gangguan fungsional
mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa kelainan organik alat
reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause1.

2.2 Etiologi

7
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada mssa
akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin adalah faktor
pembekuan darah dan gangguan psikis1.
Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh
gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan
releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa
premenopasuse proses terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan lancar2.

2.3 Patofisiologi
Pasien dengan perdarahan uterus disfungsional telah kehilangan siklus
endometrialnya yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai hasilnya
pasien mendapatkan siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat menstimulasi pertumbuhan
endometrium, berproliferasi terus menerus sehingga perdarahan yang periodik tidak terjadi3.
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium
pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak
terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi
endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Penelitian lain menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik, hiperplastik,
proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar.
Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi dan non sekresi penting artinya,
karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan ovulatoar dari yang anovulatoar.
Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini memiliki
dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan
disfungsional yang ovulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular,
hematologi dan vasomotorik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang
perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin2.

2.4 Gambaran Klinik


Perdarahan ovulatoar

8
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan diagnosis
perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang
bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan
berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan
sebagai etiologiya :
1. Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan
ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan
banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula
menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosa
irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut
Mc Lennon pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai
endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron
disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi
endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang
seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.

Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang
bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu
waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia,
dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen
tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium

9
bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan
kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam kehidupan
menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa pubertas dan masa premenopause.
Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, pada seorang wanita
dewasa terutama dalam masa premenopasue dengan perdarahan tidak teratur mutlak
diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit
metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor
ovarium dan sebagainya. Disamping itu stress dan pemberian obat penenang juga dapat
menyebabkan perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat sementara2.

2.5 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan homeostasis
seperti ptekie, selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain-lain.
Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan
organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan
terganggu)1.

2.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi endometrium (pada
wanita yang sudah menikah), laboratorium darah dan hemostasis, USG, serta radio immuno
assay1.

2.7 Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan
bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama
perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang
menunjuk kearah penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun, dan lai-lain. Kecurigaan
10
terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan
pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang
menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
Pada wanita dalam masa pubertas tidak perlu dilakukan kuretase untuk penegakkan
diagnosis. Pada wanita usia antara 20 dan 40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan
terganggu, polip, mikoma submukosum, dan sebagainya. Kerokan dilakukan setelah dapat
diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak mengganggu kehamilan yan masih memeberi
harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam masa premenopause, kerokan perlu
dilakukan untuk menastikan ada tidaknya tumor ganas2.

2.8 Penatalaksaaan
Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk mengontrol
perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien,
memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak4.
Terkadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak. Sehingga
penderita harus bed rest dan diberi transfusi darah. Pada usia premenars, pengobatan
hormonal perlu bila tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah, gangguan
terjadi selama 6 bulan atau 2 tahun setelah menarche belum dijumpai siklus haid yang
berovulasi, perdarahan yang terjadi sampai mebuat keadaan umum memburuk.
Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus
dan tidak ada abortus inkomplitus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi
dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
a. Estrogen dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan
perdarahan berhenti. Dapat diberikan estradiol dipropionat 2,5mg atau estradiol
benzoat 1,5mg secara intramuskular. Kekurangan terapi ini adalah setelah suntikan
dihentikan, perdarah timbul lagi.
b. Progesteron, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-
progesteron 125mg, secara intamuskular atau dapat diberikan peroral sehari
norethindrone 15mg atau medroksi-progesteron asetat (provera) 10mg, yang dapat
diulangi. Terapi ini berguna pada wanita masa puberas.

11
Androgen berefek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia
endomentirum. Terapi ini tidak boleh diberikan terlalu lama, karena bahaya virilisasi. Dapat
diberikan testosteron propionat 50 mg intramuskular yang dapat diulangi 6 jam kemudian.
Pemberian metiltestosteron peroral kurang dapat efeknya. Androgen berguna pada perdarahan
disfungsional berulang, dapat diberikan metil testosteron 5 mg sehari. Erapi oral lebih baik
dari pada suntikan, dengan pedoman pemberian dosis sekecil-kecilnya dan sependek
mungkin.
Kecuali pada masa pubertas, terapi paling baik adalah dilatase kuretae. Tindakan ini
penting untuk diagnosis dan terapi, agar perdarahan tidak berulang. Bila ada penyakit lain
maka harus ditangani pula.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat
diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena sebagian
besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrenisme. Pemberian progesteron saja
berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan hal-hal tersebut
diatas, pemberian estrogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan, untuk
keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dpat dilakukan mulai hari ke-5
perdrahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progeseteron untuk 7 hari, mulai hari ke
ke-21 siklus haid2.
Pil kontrasepsi dapat menekan pertumbuhan endometrium, mengontrol sifat
perdarahan, menurunkan perdarahan terus-menerus dan menurunkan resiko anemia defesiensi
besi3.
Bila setelah dialakukan kerokan masih timbul perdarahan disfungsional, dapat
diberikan terapi hormonal. Pemberian kombinasi estrogen dan progestron, seperti pemberian
pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke 5 perdarahan
sampai 21 hari. Dapat diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke 21 siklus haid.,
Sebagai tindakan terakhir pada wanita dengan peredarahan disfungsional terus-
menerus (meski telah kuretase) adala histerektomi2.

12
BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosis pada kasus ini adalah perdarahan uterus disfungsional, hal ini berdasarkan :
1. Anamnesis : Seorang wanita, P0A0, 18 tahun, datang dengan keluhan
menometroragia.
2. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan : Pada palpasi abdomen, terdapat nyeri
tekan pada daerah hipogastrica. Pada inspeksi genitalia, didapatkan perdarahan (+),
merah agak kehitaman, gumpalan (-).
3. Pada pemeriksaan penunjang : didapatkan hasil PP test (-) negative.
Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas didapatkan beberapa diferensial
diagnosis, yaitu perdarahan uterus disfungsional, kehamilan ektopik, tumor adnexa dan
abortus. Akan tetapi setelah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa PP test dengan hasil
negative, maka dapat diambil diagnosis perdarahan uterus disfungsional. Perdarahan
perimenars pada usia ini umumnya terjadi pada siklus anovulatorik, yaitu sebanyak 95-98%.
Seperti yang terjadi pada pasien ini, mengingat keganasan pada pada usia pubertas sangatlah
jarang, keluhan hanya terjadi baru kali ini. Diagnosis anovulasi dan analisa hormonal tidak
perlu dilakukan. Selama perdarahan yang terjadi tidak berbahaya atau tidak mengganggu
keadaan pasien, maka tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Namun bila, terpaksa perlu
diobati misalnya terjadi gangguan psikis atau permintaan pasien, maka dapat diberikan
antiprostaglandin, antiinfamasi steroid, atau asam traneksamat. Pemberian estrogen
progesterone, kontrasepsi hormonal, Gn-RH analog hanya bila dengan pemberian obat-obat
diatas tidak memberikan hasil. Pada PUD perimenars akut, maka penanganannya sama
seperti PUD pada usia reproduksi. Selama siklus haidnya belum berovulasi, kemungkinan
terjadi perdarahan akut berulang tetap ada. Tidak dianjurkan pemberian induksi ovulasi.
Tindakan diatasi dan kuretase hanya merupakan pilihan terakhir.
Pengobatan pada pasien ini adalah guyur RL 2 kolf karena TTV menunjukkan syok
hipovolemik, setelah dilakukan resusitasi cairan TTV pasien kembali stabil. Asam tranexamat
3x500 mg, asam mefenamat 3x500 mg, Progesteron tab 3x500 mg, dan transfusi PRC sampai
Hb 10 gr/dL sehingga keadaan umum pasien ini membaik.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A., et al., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media


Aesculapius. Jakarta.
2. Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kandungan, Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo. Jakarta.
3. Queenan, J. T., Elia, G. F. W., 2004. Dysfuntional Uterine Bleeding. Diakses
dari http://www.emedicine.com/.
4. Rosevear, S. K., 2002. Handbook of Gynaecoligy Management. Blackwell
Science. United Kingdom.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Tof Bismillah
    Tof Bismillah
    Dokumen38 halaman
    Tof Bismillah
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus SLE
    Laporan Kasus SLE
    Dokumen18 halaman
    Laporan Kasus SLE
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Keluarga
    Keluarga
    Dokumen47 halaman
    Keluarga
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Kesling
    Kesling
    Dokumen7 halaman
    Kesling
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • "Dengue Shock Syndrome": Oleh Dr. Retnaningtyas
    "Dengue Shock Syndrome": Oleh Dr. Retnaningtyas
    Dokumen39 halaman
    "Dengue Shock Syndrome": Oleh Dr. Retnaningtyas
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Combustio
    Combustio
    Dokumen44 halaman
    Combustio
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PresKas IGD 2
    PresKas IGD 2
    Dokumen24 halaman
    PresKas IGD 2
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Igd I
    Laporan Kasus Igd I
    Dokumen13 halaman
    Laporan Kasus Igd I
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Dr. Desy
    Laporan Kasus Dr. Desy
    Dokumen21 halaman
    Laporan Kasus Dr. Desy
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PresKas IGD 2
    PresKas IGD 2
    Dokumen14 halaman
    PresKas IGD 2
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen19 halaman
    Tutorial
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Saluran Kemih
    Infeksi Saluran Kemih
    Dokumen12 halaman
    Infeksi Saluran Kemih
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Soal Anak (1-60)
    Soal Anak (1-60)
    Dokumen10 halaman
    Soal Anak (1-60)
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Neuro
    Neuro
    Dokumen7 halaman
    Neuro
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Berdasarkan Score
    Berdasarkan Score
    Dokumen4 halaman
    Berdasarkan Score
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Try Out 1
    Try Out 1
    Dokumen45 halaman
    Try Out 1
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • SOAL TO 2 Ludi
    SOAL TO 2 Ludi
    Dokumen7 halaman
    SOAL TO 2 Ludi
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Neuro
    Neuro
    Dokumen7 halaman
    Neuro
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Keloid
    Keloid
    Dokumen15 halaman
    Keloid
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • PPOK
    PPOK
    Dokumen13 halaman
    PPOK
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tetrasiklin
    Tetrasiklin
    Dokumen19 halaman
    Tetrasiklin
    WeLsy Ayf
    Belum ada peringkat
  • Soal Neurologi
    Soal Neurologi
    Dokumen18 halaman
    Soal Neurologi
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bayi Baru Lahir
    Bayi Baru Lahir
    Dokumen18 halaman
    Bayi Baru Lahir
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tgs Bipolar Rara Dan MB Ati
    Tgs Bipolar Rara Dan MB Ati
    Dokumen33 halaman
    Tgs Bipolar Rara Dan MB Ati
    anispurwaningsih
    Belum ada peringkat
  • Bayi
    Bayi
    Dokumen17 halaman
    Bayi
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pomr
    Tugas Pomr
    Dokumen17 halaman
    Tugas Pomr
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen10 halaman
    Laporan Kasus
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • KASUS UJIAN Jiwa
    KASUS UJIAN Jiwa
    Dokumen9 halaman
    KASUS UJIAN Jiwa
    Ludi Nugroho
    Belum ada peringkat