Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja, yang tau akan akibatnya
dapat mengakhiri hidupnya dalam waktu yang singkat (maramis, 1998)
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif, sering terjadi
pada remaja (Harold Kaplan, Sinopsis Psikiatri, 1997)
Pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa & Psikiatri,
2004).
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan
bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan
individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh
diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian,
atau luka yang menyakiti diri sendiri
Menurut Keliat (1991) bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri ini dapat berupa keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendiri (Vide Beck, 2008).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki
4 pengertian, antara lain:
Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
Bunuh diri dilakukan dengan intensi
Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup
atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Jenis bunuh diri
Menurut Durkheim, bunuh diri di bagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Bunuh diri egoistic (factor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini di sebabkan oleh kondisi
kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak
berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri di banding mereka
yang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut
sangat mengharapkannya
3. Bunuh diri amonik ( factor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa
individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
Etiologi
Stroke
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
DiabetesPenyakit arteri koronaria
Kanker
HIV / AIDS
3. Faktor Psikososial & Lingkungan:
Keputusasaan
Menyalahkan diri sendiri
Perasaan gagal dan tidak berharga
Perasaan tertekan
Insomnia yang menetap
Penurunan berat badan
Berbicara lamban, keletihan
Menarik diri dari lingkungan social
Pikiran dan rencana bunuh diri
Percobaan atau ancaman verbal
c. Diagnostik
1) Penyakit medik umum
2) Psikosis
3) Penyalahgunaan zat.
Menurut Fitria, Nita, 2009). Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperwatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri sepanjang
siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90 % orang dewasa yang meengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
beresiko untuk melakuakan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan
zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah
antipasti, impulsive dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit
klinis, perpisahan atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting
dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan lebih dahulu mengetahui
penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting yang
dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat
kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin dan dopamine.
Peningkatan zat tersebut dapat di lihat melalui rekaman gelombang otak Electro
Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat di timbulkan oleh stress berlebihan yang di alami oleh individu.
Pencetusnya seringkali berupa kejadian hidup yang memalukan faktor lain yang dapat menjadi
pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh
diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
c. Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan
perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan danyak faktor, baik faktor sosial maupun
budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien
melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
d. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan
dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan magical thinking.
Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak di tentang tanpa memberikan koping
alternative.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah.
Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.
Respon adaptif Respon maladaptive
Peningkatan diri Beresiko destruktif Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri
tidak langsung
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
Patofisiologi
Semua perilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam pengkajian perilaku
bunuh diri, lebih ditekankan pada metoda lebalitas yang dilakukan atau digunakan. Walaupun
semua ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapisecara serius, perhatian yang lebih
waspada dan seksama menjadi indikasi jika seseorang mencoba bunuh diri dengan cara yang
paling mematikan seperti dengan pistol, mengantungkan diri atau loncat.
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
a. Ancaman bunuh diri
b. Upaya bunuh diri
c. Bunuh diri
Individu putus harapan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya, putus asa, apatis,
kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi serta yang paling berat adalah bunuh diri.
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah karena merasa
tidak mampu, seolah-olah koping yang bisa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri
rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang
membantu.
b. Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan
kecewa jika cita-cita tidak tercapai.
c. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah
diri. Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi
merupakan indikasi terjadi bunuh diri.
d. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh
diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
e. Faktor resiko bunuh diri
Mengapa individu terdorong untuk bunuh diri?? Banyak pendapat tentang penyebab atau alasan
bunuh diri, termasuk hal-hal berikut :
1) Kegagalan untuk adaptasi
2) Perasaan terisolasi
3) Perasaan marah dan bermusuhan
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan
POHON MASALAH
. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung
pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien
dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta
jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan tentamen
suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi
zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak
nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung
akhirnya meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok
yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak
dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak
perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
Pemeriksaan diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi resisitasi dan
terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan tentamen suicide.
Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat syok yang
dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya
perubahan jantung dan perdarahan cerebral.
Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS,
dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau
keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.
Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria
yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka
sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan
beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya
untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi
elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
3. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
b) Tindakan keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Dalami , ermawati, S.Kp., dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Ingram, I.M.,dkk. (1995). Catatan Kuliah Psikiatri. Jakarta : EGC
Tomb, David. A . (2004). Psikiatri. Jakarta : EGC