Anda di halaman 1dari 6

RENCANA DAN EVALUASI KONSELING HIV/AIDS

1. 1. PENGERTIAN DAN KEGIATAN VCT


Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi
dan pengetahuan HIV dan AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku
yang bertanggungjawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait
dengan HIV dan AIDS.

Peran Konseling dan Testing Sukarela (VCT)


1. Layanan VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat klien mencari pertolongan
medik dan testing yaitu dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka
dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini termasuk konseling, dukungan, akses untuk
terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan ART.
2. VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif
dimana memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih,menggali dan memahami diri
akan risiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV dan AIDS, mempelajari status dirinya, dan
mengerti tanggung jawab untuk menurunkan perilaku berisiko dan mencegah penyebaran infeksi
kepada orang lain guna mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat.
3. c. Testing HIV dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien
memahami berbagai keuntungan, konsekuensi, dan risiko. Konseling dan tes HIV sukarela yang
dikenal sebagai Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi
kesehatan masyarakat sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV dan AIDS
berkelanjutan.
Program VCT dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan klien dengan memberikan layanan dini dan
memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif. Layanan ini termasuk pencegahan
primer melalui konseling dan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) seperti pemahaman HIV,
pencegahan penularan dari ibu ke anak (Prevention of Mother To Child TransmissionPMTCT) dan
akses terapi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis (TBC) dan infeksi menular seksual)
VCT harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif dimana
memungkinkan klien, dengan bantuan konselor terlatih, menggali dan memahami diri akan risiko
infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV dan AIDS, mempelajari status dirinya, mengerti tanggung
jawab untuk menurunkan perilaku berisiko dan mencegah penularan infeksi kepada orang lain guna
mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat.

VCT merupakan kegiatan konseling bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan
sesudah tes darah untuk HIV di laboratoruim. Test HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu
memahami dan menandatangani informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan
penjelasan yang lengkap dan benar. VCT merupakan hal penting karena:
1. Merupakan pintu masuk ke seluruh layanan HIV dan AIDS
2. Menawarkan keuntungan, baik bagi yang hasil tesnya positif maupun negatif, dengan fokus pada
pemberian dukungan atas kebutuhan klien seperti perubahan perilaku, dukungan mental,
dukungan terapi ARV, pemahaman faktual dan terkini atas HIV dan AIDS
3. Mengurangi stigma masyarakat
4. Merupakan pendekatan menyeluruh: kesehatan fisik dan mental
5. Memudahkan akses ke berbagai pelayanan yang dibutuhkan klien baik kesehatan maupun
psikososial.
Meskipun VCT adalah sukarela namun utamanya diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah
terinfeksi HIV atau AIDS, dan keluarganya, atau semua orang yang mencari pertolongan karena
merasa telah melakukan, tindakan berisiko di masa lalu dan merencanakan perubahan di masa
depannya, dan mereka yang tidak mencari pertolongan namun berisiko tinggi.

Di dalam VCT ada 2 kegiatan utama yakni konseling dan tes HIV. Konseling dilakukan oleh seorang
konselor khusus yang telah dilatih untuk memberikan konseling VCT. Tidak semua konselor bisa dan
boleh memberikan konseling VCT. Oleh karena itu seorang konselor VCT adalah orang yang telah
mendapat pelatihan khusus dengan standar pelatihan nasional. Konseling dalam rangka VCT
utamanya dilakukan sebelum dan sesudah tes HIV.

Konseling setelah tes HIV dapat dibedakan menjadi 2 yakni konseling untuk hasil tes positif dan
konseling untuk hasil tes negatif. Namun demikian sebenarnya masih banyak jenis konseling lain
yang sebenarnya perlu diberikan kepada pasien berkaitan dengan hasil VCT yang positif seperti
konseling pencegahan, konseling kepatuhan berobat, konseling keluarga, konseling berkelanjutan,
konseling menghadapi kematian, dan konseling untuk masalah psikiatris yang menyertai
klien/keluarga dengan HIV dan AIDS.

Pada konseling untuk hasil tes negatif, disarankan kepada klien yang mempunyai perilaku risiko tinggi
untuk kembali melakukan VCT sesudah 3 bulan, karena klien pada saat tersebut mungkin sedang
berada dalam periode jendela. Disamping itu, klien juga disarankan untuk mengurangi perilaku
berisiko.

1. 2. PERENCANAAN TES VCT


Kebijakan pelaksanaan
1. Setiap UPT Pemasyarakatan prioritas membuka layanan konseling dan tes HIV, TBC, dan IMS
melalui kerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat, RS, laboratorium, dan Puskesmas;
2. Layanan konseling pra dan paska tes dilaksanakan oleh petugas UPT Pemasyarakatan terlatih
yang bekerja sama dengan petugas lain untuk bimbingan layanan dukungan, perawatan, dan
pengobatan yang dibutuhkan;
3. Layanan konseling dan tes HIV, TBC, dan IMS diintegrasikan ke dalam layanan kesehatan yang
ada di UPT Pemasyarakatan;
4. Pelaksanaan layanan mengacu pada pedoman yang berlaku dan berada di bawah pengendalian
Direktorat.
Sasaran
1. Meningkatnya akses layanan konseling dan tes HIV, TBC, dan IMS bagi WBP dan tahanan di
UPT Pemasyarakatan prioritas;
2. Meningkatnya kualitas layanan konseling dan tes HIV, TBC, dan IMS di UPT Pemasyarakatan
prioritas;
3. Terintegrasinya layanan konseling dan tes HIV, TBC, dan IMS ke dalam layanan kesehatan yang
ada di UPT Pemasyarakatan.
Kegiatan Pokok
1. Membangun dan memperkuat kerjasama dengan Dinas Kesehatan, RS, dan Puskesmas
setempat untuk ketersediaan layanan konseling dan tes HIV, TBC, dan IMS;
2. Setiap UPT Pemasyarakatan memastikan tentang ketersediaan petugas terlatih untuk
melaksanakan layanan minimum:
Satu orang tenaga terlatih konseling;
Satu orang tenaga terlatih untuk dukungan, perawatan, dan pengobatan HIV-AIDS lanjutan.
1. Mempromosikan layanan kepada WBP dan tahanan;
2. Mengkampanyekan VCT baik di tingkat nasional maupun regional, dan kemudian keberlanjutan
informasi pada masyarakat.
3. Mendidik masyarakat umum atau mempromosikan pengetahuan pada masyarakat umum tentang
epidemi HIV AIDS dan tes VCT untuk pendeteksian penyakit tersebut.
4. Menjamin adanya kendali mutu layanan yang dilakukan oleh jajaran Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan bersama mitrakerja terkait.
5. Menciptakan kampanye mobilisasi yeng menargetkan orang yang tinggal di daerah pedesaan
dan mendorong akses ke pelayanan VCT
6. Memperlancar prosedur jaminan kualitas dengan hasil yang akurat.
7. Menggunakan standart konseling dan testing yang telah ditetapkan oleh KEMENKES sebagai
satu satunya alat untuk merekam data layanan VCT.
8. Penyususnan anggaran lokal untuk mengadakan tes VCT.
9. Kebutuhan dan mobilisasi sumber daya: SDM untuk penanggulangan HIV/AIDS; tenaga tenaga
tingkat lapangan, tingkat layanan (petugas konselor, dokter spesialis, dokter umum, petugas
laboratorium, perawat, petugas administrasi, ahli gizi, bidan manager kasus) dan tenaga tingkat
menagemen di Kabupaten atau kota. telah dihititung jumlah yang dibutuhkan untuk setipa jenis
tenaga. Mobilisasi SDM dilakukan melalui rekrutmen tenaga, peningkatan pengetahuan,
ketrampilan tenaga, pengembangan kapasitas pelatihan dan bantuan teknis.
Keluaran
1. Sedikitnya 35% UPT Pemasyarakatan prioritas telah memberikan layanan konseling dan tes HIV,
TBC, dan IMS di akhir tahun 2014;
2. 50% WBP dan tahanan yang beresiko di seluruh UPT Pemasyarakatan prioritas yang mengakses
layanan tes HIV;
3. 80% WBP dan tahanan suspek TBC di seluruh UPT Pemasyarakatan prioritas yang mengakses
layanan tes TBC;
4. 20% WBP dan tahanan yang beresiko di seluruh UPT Pemasyarakatan prioritas yang mengakses
layanan tes IMS.

1. 3. PRINSIP VCT
2. Atas persetujuan klien (Informed consent)
3. Kerahasiaan
4. Tidak diskriminatif
5. Mutu terjamin

4. TAHAPAN KONSELING DAN TES HIV SUKARELA


1. Konseling Pra Tes HIV.

2. Tes HIV (Pengambilan dan Pemeriksaan darah).

3. Konseling Pasca Tes HIV. Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan konseling dan tes HIV, yaitu :

1. Konseling pra tes HIV: Membantu kien menyiapkan diri untuk melakukan pemeriksaan darah atau
tes HIV. Materi konseling yang diberikan:

Proses konseling dan tes HIV sukarela.


Manfaat tes HIV.
Pengetahuan tentang HIV/AIDS.
Meluruskan pemahaman yang salah tentang HIV/AIDS dan mitosnya.
Membantu klien mengetahui faktor resiko penuaran HIV/AIDS.
Menyiapkan kien untuk pemeriksaan darah.
Mendiskusikan kemungkinan hasi tes HIV positif dan negatif.
Persetujuan untuk tes HIV sukarela.
Mengembangkan rencana perubahan perilaku yang sehat dan aman.
2. Tes HIV: pemeriksaan darah laboratorium untuk memastikan status HIV.

3. Konseling Pasca Tes HIV: Membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil
tes. Materi konseling yang diberikan adalah mengenai penjelasan tentang hasil tes HIV.

Jika hasil tes positif, petugas konseling akan menyampaikan hasil tes dengan cara yang dapat
diterima klien, secara halus dan manusiawi. Petugas konseling akan merujuk kien ke ayanan medis
dan sosial.

Penanganan reaksi emosi yag ada.


Jika hasil tes negatif, isu seks aman dan tes ulang tetap disarankan.
Informasi dan layanan rujukan untuk pengobatan.
Diskusi untuk mencegah penularan HIV.
Diskusi untuk tetap sehat dan positif bagi ODHA.
Dukungan moral yang dapat diberikan.
Pada tahap pre konseling, yang dilakukan adalah pemberian informasi tentang HIV dan AIDS, cara
penularan, cara pencegahan, dan periode jendela. Kemudian konselor dilaksanakan penilaian risiko
klinis. Pada saat ini, klien harus jujur tentang hal-hal berikut: kapan terakhir kali melakukan aktivitas
seksual, apakah menggunakan narkoba suntik, pernahkah melakukan hal-hal yang berisiko pada
pekerjaan; misalnya dokter, dan apakah pernah menerima produk darah, organ atau sperma.
Konselor VCT terikat sumpah untuk merahasiakan status klien. Pada saat melakukan VCT pastikan
konseling dilakukan di tempat tertutup dan menjamin privasi. Konselor akan menawarkan kepada
klien apakah bersedia untuk melakukan tes HIV berupa informed consentatau izin dari klien untuk
melakukan tes HIV. Pada saat melakukan tes HIV, darah kita akan diambil secukupnya. Dan
pemeriksaan darah ini bisa memakan waktu antara setengah jam sampai satu minggu, tergantung
jenis tes HIV yang dipakai.

1. 5. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI VCT


Manajer VCT bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan secara konsisten dengan rencana kerja.
Perlengkapan untuk pengawasan proses:

Gantt Chart Sub Agreement (diagram/table sub agreement Gantt)


Notulen/catatan pertemuan koordinasi staf, supervisi dan konseling
Laporan yang ditulis dan diserahkan pada Kantor ASA Jakarta adalah:

Laporan bulanan indicator proses (Form standar PIF terlampir)


Laporan keuangan (bulanan dan final)
Laporan narasi final (harus dikumpulkan 30 hari sebelum proyek selesai)
Indikator Output (Kuantitatif):

Kemajuan yang terlihat dalam pertemuan ASA Program terkait dengan pelaksanaan Standar
Minimum VCT dan Manajemen Kasus
Mengikuti protokol
Tersedia materi pendidikan kesehatan dan kondom
Tersedia dan menggunakan format penyimpanan dokumen/catatan
Tersedianya peralatan tes dan kebutuhan medis yang sesuai
Mengikuti peraturan staf dan dapat dipertanggung jawabankan
Manajer VCT atau konselor dari luar yang berpengalaman meninjau layanan VCT setiap 6 bulan atau
setidaknya setahun sekali. Seusai peninjauan, hasil temuan layanan dipresentasikan dalam
pertemuan bulanan administrasi tim VCT dan rapat manajemen.

1. Prosedur Peralatan/Pedoman/Tool untuk jaminan kualitas konselor


Tool/Prosedur Peralatan/pedoman yang dapat digunakan adalah observasi, mendengarkan rekaman
sesi atau dengan cara membahas dengan pasien yang dirahasiakan. Prosedur Sesi Observasi atau
menggunakan rekaman dengan meminta persetujuan/ijin dari konselor dan klien. Sebelum observasi
dan rekaman dimulai, klien dan konselor harus memberi persetujuan. Alasan observasi/rekaman
dijelaskan kepada klien dengan menekankan jaminan kualitas/pelatihan yang rasional. Tidak perlu
kewajiban untuk merekam atau observasi yang dipaksakan. Klien dan konselor diberi informasi
tentang kode yang akan dipakai dan akan digunakan untuk umpan balik. Nama samaran dapat
dipakai oleh klien/konselor untuk tujuan rekaman jika dikehendaki.
Supervisor konselor dimemberikan penjelasan tentang tujuan kegiatan ini. Harus ditekankan bahwa
hal ini tidak dipakai dalam hubungannya dengan tinjauan penampilan konselor selain untuk supervisi
layanan. Konselor ahli dari tempat lain dapat mendengarkan dan menyimak rekaman atau
mengobservasi sesi dan memberi tanda sesuai dengan kriteria. Skor total akan dicatat berlawanan
dengan skor kemungkinan tertinggi. Konselor berhak menerima umpan balik rahasia sesegera
mungkin jika mereka memintanya. Konselor tidak diinformasikan untuk menandai kriteria utama untuk
observasi/rekaman. Rekaman atau observasi harus dilakukan supaya tidak menganggu pelayanan
konseling.

2. Survey klien rahasia

Kegiatan ini adalah untuk :

Mengevaluasi penampilan keseluruhan dari staf pelayanan VCT


Mengukur kualitas menyeluruh dari perawatan yang disediakan konselor VCT
Mengukur seberapa jauh konselor mengikuti protokol yang direkomendasi ketika berinteraksi
dengan pasien/klien
Karena kerahasiaan klien sangat penting, maka sulit untuk mengetahui tingkat kepuasan klien
dengan pelayanan yang ditawarkan pelayanan VCT. Untuk mengetahui lebih informasi kualitatif
sesuai standar perawatan konsumen dan konseling pada sejumlah pelayan VCT, survey klien rahasia
dapat digunakan. Sejumlah layanan dan tipe pasien akan menentukan jumlah, jenis kelamin dan usia
pasien rahasia, meskipun mereka mengaku sebagai individu atau berpasangan selama periode
asessmen. Pasien rahasia akan dilatih berperan sesuai naskah skenario tertentu meliputi alasan
yang bisa dipertanggungjawabkan seperti latarbelakang mereka mencari layanan VCT. Sesudah
kunjungan, klien rahasia memberikan tanggapan sehubungan dengan interaksi antara konselor dan
klien. Klien rahasia dapat memakai peralatan/pedoman/tool jaminan kualitas konselor. Alat dapat
dilengkapi setelah kunjungan dan perjanjian dibuat untuk melengkapi umpan balik yang dirahasiakan
pada konselor dan/atau supervisor konselor.
3. Formulir Kepuasan Klien

Staf administrasi VCT harus:

meminta semua pasien untuk melengkapi formulir


menanyakan apakah pasien mampu membaca formulir dengan jelas
memberikan petunjuk singkat bagaimana mengisi formulir
Nama klien tidak dicatat. Terdapat almari atau kotak terkunci tersedia untuk masukan formulir
tersebut. Komentar-komentar yang ditulis di formulir akan dikumpulkan/dijadikan dan dibahas pada
pertemuan staf pelayanan. Pasien yang menemui kesulitan dalam membaca formulir perlu ditanya
apakah mereka bersedia bertemu dengan sukarelawan yang terlatih (bukan konselor atau staf
langsung dalam pelayanan VCT). Sukarelawan perlu membaca keseluruhan items dan mencatat
tanggapan klien.

Evaluasi
Tim tim pengawas bertanggung jawab memastikan:

1. Konselor menggunakan alat pengumpulan data standarat yang telah dikembangkan oleh
KEMENKES untuk mencatat jumlah orang yang di tes di lokasi dan data klien tambahan
termasuk informasi demografi, hasil tes dan status rujukan.
2. Pada semua tempat yang menyediakan tes VCT memiliki persediaan yang diperlukan dan jika
diperlukan mencari dan mengatur pasokan tambahan termasuk transportasi untuk
pendistribusian alat yang dibutuhkan.
3. Pelaksanaan layanan mengacu pada pedoman yang berlaku dan berada di bawah pengendalian
Direktorat, tidak ada paksaan dalam pelaksanaan test dan sangat terjaga kerahasiaanya setelah
dilakukan tes VCT tersebut.
4. Memastikan bahwa hasil tes VCT akurat dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sehingga
tidak menjadi masalah bagi peserta test VCT tersebut.
Tim konseling terpadu yang terdiri dari dokter umum, psikolog, psikiater, penyuluhan lapangan, dan
pembina mental dengan tujuan, antara lain:

Memberikan pengertian dan informasi yang benar tentang HIV-AIDS.


Mengidentifikasi masalah dan memberikan jalan keluarnya.
Memberikan kesadaran berperilaku sehat dan bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat.
Memberikan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah dan memberikan rasa aman

Anda mungkin juga menyukai