Anda di halaman 1dari 22

SOSIOLOGI INDUSRI

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI PT FREEPORT


INDONESIA

KELOMPOK 4 :

EVA SUSANTI 2016349000

RISA ALVIANA HARDIANTIKA 2016349077

TIKA TIARA PANGESTIKA 2016349000

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS SAHID

2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Corporate
Sosial Responcibilty (CSR) di PT Freeport Indonesia. CSR dalam kaitannya dengan interaksi
sosial dalam perusahaan dan lingkungan masyarakat sangatlah penting. Agar kita lebih
memahami apa itu hubungan sosial dalam perusahaan. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak M Sambas, SE , selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Industri yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai interaksi sosial secara eksternal didalam perusahaan lebih
spesifik mengenai CSR. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 09 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berbagai aktivitas suatu perusahaan atau industri membawa dampak yang nyata
terhadap kehidupan manusia baik itu individu, masyarakat dan atau seluruh kehidupan.
Terjadinya pemanasan global, pencemaran lingkungan, kemiskinan, kebodohan, penyakit
menular, akses hidup dan air bersih, berlangsung terus-menerus hingga akhirnya muncul
konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR.
Dalam konteks global, istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR) mulai digunakan
sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran tiga konsep dalam CSR
yang terdiri dari dari sustainable development, yakni economic growth, environmental
protection, dan social equity, yang digagas the World Commission on Environment and
Development (WCED).
Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga konsep ini menjadi patokan bagi perusahaan
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial yang dikenal dengan konsep CSR. Corporate
Sosial Responsibility merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab
pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis.
Setidaknya terdapat tiga alasan penting yang melatarbelakangi suatu perusahaan harus
menerapkan CSR, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif. Pertama, perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan
kepentingan masyarakat sekitarnya. Kegiatan sosial yang dilakukan berfungsi sebagai
kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya
ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif. Kedua, kalangan
bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme.
Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya ijin untuk melakukan operasi
yang sifatnya kultural (berkelanjutan). Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk
meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik berasal dari dampak
operasional perusahaan akibat kesenjangan struktural dan ekonomi yang timbul antara
masyarakat dengan komponen perusahaan.
1.2 Informasi Perusahaan

PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan. PTFI


menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung
tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi
Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak
ke seluruh penjuru dunia.
Kompleks tambang milik kami di Grasberg merupakan salah satu penghasil tunggal
tembaga dan emas terbesar di dunia, dan mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil
yang terbesar di dunia, selain cadangan tunggal emas terbesar di dunia. Grasberg berada di
jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah, di mana kegiatan eksplorasi yang
berlanjut membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang berusia panjang.
Freeport-McMoRan (FCX) merupakan perusahaan tambang internasional utama
dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. FCX mengelola beragam aset
besar berusia panjang yang tersebar secara geografis di atas empat benua, dengan cadangan
signifikan terbukti dan terkira dari tembaga, emas dan molybdenum. Mulai dari pegunungan
khatulistiwa di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di Barat Daya Amerika Serikat, gunung
api megah di Peru, daerah tradisional penghasil tembaga di Chile dan peluang baru
menggairahkan di Republik Demokrasi Kongo, kami berada di garis depan pemasokan logam
yang sangat dibutuhkan di dunia.
Freeport-McMoRan merupakan perusahaan publik di bidang tembaga yang terbesar di
dunia, penghasil utama di dunia dari molybdenum logam yang digunakan pada campuran
logam baja berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi pelumas serta produsen besar
emas. Selaku pemimpin industri, FCX telah menunjukkan keahlian terbukti untuk teknologi
maupun metode produksi menghasilkan tembaga, emas dan molybdenum. FCX
menyelenggarakan kegiatan melalui beberapa anak perusahaan utama; PTFI, Freeport-
McMoRan Corporation dan Atlantic Copper.
1.2.1 Sejarah PT Freeport Indonesia

PT Freeport Indonesia mempunyai sejarah unik dalam proses berdirinya perusahaan.


Lembaga swasta dari Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap
(KNAG) yakni Lembaga Geografi Kerajaan Belanda tengah menyelenggarakan suatu
ekspedisi ke Papua Barat Daya yang tujuan utamanya adalah mengunjungi Pegunungan Salju
yang konon kabarnya ada di Tanah Papua. Kunjungan tersebut terjadi pada tahun 1904-1905.
Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan Carstensz
yang dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke selatan pada tahun 1623
di perairan sebelah selatan Tanah Papua, tiba-tiba jauh di pedalaman melihat kilauan salju
dan mencatat di dalam buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623 tentang suatu
pegungungan yang teramat tingginya yang pada bagian-bagiannya tertutup oleh salju.
Catatan Carsztensz ini menjadi cemoohan kawan-kawannya yang menganggap Carstensz
hanya berkhayal.
Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan gunung es
yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz, inilah cikal bakal perhatian besar
Belanda terhadap daerah Papua. Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi
militer ke daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915. Ekspedisi-ekspedisi militer ini kemudian
membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan mencapai pegunungan salju.
Berikut sejarah singkat PT Freeport Indonesia:
1936 Ekspedisi Colijn, termasuk Jean-Jacques Dozy, merupakan kelompok luar pertama
yang mencapai gunung gletser Jayawijaya dan menemukan Ertsberg.
1960 Ekspedisi Freeport dipimpin Forbes Wilson & Del Flint menjelajah Ertsberg.
1963 Serah terima Nederlands Nieuw-Guinea dari pihak Belanda ke PBB, yang pada
gilirannya mengalihkannya ke Indonesia. Rencana proyek tambang ditangguhkan
akibat kebijaksanaan pemerintahan Soekarno.
1970 Pembangunan proyek berskala penuh dimulai.
1972 Uji coba pengapalan pertama ekspor konsentrat tembaga dari Ertsberg
1980 Tambang bawah tanah GBT mulai beroperasi.
1985 Tambahan cadangan tembaga bawah tanah ditemukan di bawah tambang bawah
tanah GBT.
1990 Pekerjaan konstruksi berlanjut atas perluasan hingga 52.000 ton/hari.
1991 Penandatanganan Kontrak Karya baru dengan masa berlaku 30 tahun berikut dua
kali perpanjangan 10 tahun ditandatangani bersama Pemerintah Indonesia. Hingga
akhir tahun, total cadangan berjumlah hampir 770 juta ton metrik.
2000 MoU tentang sumber daya sosial ekonomi, HAM, hak ulayat, dan hak lingkungan
hidup diumumkan oleh pimpinan LEMASA (lembaga masyarakat suku
Amungme), LEMASKO (lembaga masyarakat suku Kamoro) dan PTFI.
Pembangunan tambang bawah tanah DOZ dimulai. Produksi tembaga mencapai
rekor dengan lebih 1,64 miliar pon tembaga.
1.2.2 Struktur Organisasi Freepost Indonesia

Struktur organisasi didesain berdasarkan tujuan pengelolaan operasi dan dampak


dampak operasi secara efektif dan efisien. Seluruh penanganan dan dampak lingkungan dan
dedikasi untuk keamanan dan keselamatan kerja terintegrasi dalam operasi penambangan. Di
induk perusahaan FCX terdapat Board Commitees yang terdiri dari : 1) Audit Committee; 2)
Compensation Committee; 3) Nominating and Corporate Governance Committee; 4)
Corporate Responsibility Committee. Komite tersebut mengkaji data kinerja utama dan
menerima penjelasan mengenai tantangan berkelanjutan.
Hasil kajiannya dilaporkan kepada Dewan Direksi untuk kemudian dilakukan tindak
lanjut berupa pengawasan secara global. Komite ini diangkat untuk memastikan kinerja
keberlanjutan dan seluruh praktik dan pengambilan keputusan sesuai dengan kerangka
keberlanjutan International Council on Mining and Metals (ICMM).

Gambar 1 Struktur Organisasi PT Freeport Indonesia


Sumber: http//ptfi.co.id
Corporate Responsibility Commitee, sebelumnya diberi nama Public Policy
Committee, bertanggung jawab mengawasi seluruh program kontribusi kepada pembangunan
berkelanjutan, termasuk di dalamnya kebijakan dan sejumlah program yang berhubungan
dengan kinerja lingkungan, hak asasi manusia, keamanan, keselamatan dan kesehatan
pekerja, program kesehatan komunitas dan investasi sosial serta berbagai hal berkenaan
dengan pembinaan hubungan dengan para pemangku kepentingan. Hasil pengawasan komite
ini kemudian ditindaklanjuti oleh Board of Director untuk merancang dan memutuskan
kebijakan dan program mengenai kontribusi kami kepada pembangunan berkelanjutan dalam
skala global. Kemudian mengadaptasinya sesuai dengan konteks sosial, ekonomi dan
lingkungan sesuai dengan kegaitan yang dilakukan perusahaan.
Selain itu, sesuai dengan arahan FCX, perusahaan membentuk Sustainable
Development Leadership Team yang sudah dimulai sejak tahun 2011. Tim ini
diselenggarakan untuk memaksimalkan kinerja keberlanjutan. Pada tahun 2012, tim
memastikan bahwa kunci sukses keberlanjutan terletak pada kemampuan mengintegrasikan
prinsip-prinsip investasi yang bertangung jawab sosial dalam seluruh mata rantai bisnis. Dan
hal ini sudah diintegrasikan dalam agenda Sustainable Development Risk Register dan
strategi pembinaan hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder engagement). Dan
kesemuanya menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip perilaku bisnis yang dikembangkan.

1.2.3 Visi dan Misi Perusahaan

PT Freeport Indonesia memiliki visi untuk menjadi tambang terbaik di dunia yang
berlokasi di ketinggian dan lingkungan bercurah hujan tinggi. Kepemilikan sahamnya adalah
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc (AS) sebesar 81,28%, Pemerintah Indonesia sebesar
9,36% dan PT. Indocoppor Investama sebesar 9,36%. Visi dan Misi yang dimiliki PT
Freeport Indonesia yaitu:
Visi Menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang menciptakan nilai-nilai unggul dan
menjadi kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan termasuk karyawan,
masyarakat dan bangsa.
Misi Berkomitmen untuk secara kreatif mentransformasikan sumber daya alam menjadi
kesejateraan dan pembangunan yang berkelanjutan melalui praktik-praktik
pertambangan terbaik dengan memprioritaskan kesejateraan dan ketentraman
karyawan dan masyarakat, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM),
tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup, serta keselamatan dan kesehatan
kerja.

1.2.4 Kegiatan Perusahaan

Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) menerapkan dua teknik penambangan, yakni
open-pit atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah di Deep Ore Zone
(DOZ). Bijih hasil penambangan kemudian diangkut ke pabrik pengolahan untuk
dihancurkan menjadi pasir yang sangat halus.
Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent, bahan yang
berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang mengandung mineral
tembaga, emas dan perak. Sisa dari pasir yang tidak memiliki nilai ekonomi (tailing)
dialirkan melalui sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju pabrik
pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 km. Setelah dikeringkan,
konsentrat yang merupakan produk akhir PTFI ini kemudian dikirim ke pabrik-pabrik
pemurnian di dalam maupun luar negeri.

Adapun kegiatan penambangan dan pengolahan yang dilakukan PT Freeport


Indonesia yaitu meliputi :
Penambangan: meliputi kegiatan pengeboran dan peledakan, pengisian dan
pengangkutan muatan, dan penghancuran, menghasilkan Bijih tembaga.
Pengolahan: meliputi kegiatan penggerusan, pengapungan, dan pengeringan,
menghasilkan Konsentrat tembaga, dimana pembeli membayar atas kandungan tembaga,
emas dan perak.
Konsentrat tembaga merupakan produk akhir PTFI dengan nilai tambah mencapai 95%.
1.3 Implentasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik tertentu yang
dianggap terbaik, setiap perusahaan memiliki karakteristik dan situais yang unik yang
berpengaruh terhadap tanggung jawab sosialnya. Model atau pola CSR yang umum
diterapkan di Indonesia menurut Susiloadi (2008) adalah:
1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan menjalankan
program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,
perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corproate secretary atau
public affair manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development
atau public relations.
2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau
groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah
perusahaan atau groupnya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun
tetap harus bertanggung jawab ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim
dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana
abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama atau
bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama
dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam
mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama
menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang
dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari
kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah
disepakati.
1.3 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan
A.B Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam)
manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.
1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan CSR secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari
komunitas yang merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankan. CSR akan mengangat
citra perusahaan, yang dalam rentang waktu yang panjang akan meningkatkan reputasi
perusahaan.
2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak
buruk yang diakibatkan suatu krisis. Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan produsen
consumer goods yang beberapa waktu yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan
berbahaya dalam produknya. Namun karen aperusahaan tersebut dianggap konsisten
dalam menjalankan CSR-nya maka masyarakat menyikapinya dengan tenang sehingga
relatif tidak mempengaruhi aktivitas dn kinerjanya.
3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada
perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-
upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Kebanggaaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas
sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan
perusahaan.
4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat
hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan CSR secara
konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak
yang berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih.
5. Meningkatnya penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang secara konsiten menjalankan CSRnya sehingga memiliki reputasi yang
baik.
6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka

Corporate Social Responsibility atau sering disingkat dengan CSR merupakan istilah
yang berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari tiga kata yaitu Corporate yang berarti
perusahaan besar, Social yang berarti masyarakat dan Responsibility yang berarti
pertanggungjawaban. Sehingga CSR berarti sebuah pertanggung jawaban perusahaan besar
terhadap masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.
Menurut Bertens. K (2003), tanggung jawab (Responsibility) berarti suatu keharusan
seseorang sebagai makhluk rasional dan bebas untuk tidak mengelak serta memberikan
penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrospektif dan prospektif. Sementara itu, Kast
(2003) mendefinisikan tanggung jawab sosial (Social Responsibility) sebagai bentuk
keterlibatan dari organisasi dalam upaya mengatasi kelaparan dan kemiskinan,
mengurangi pengangguran dan tunjangan untuk pendidikan dan kesenian. Hal ini didasari
pemikiran bahwa semua organisasi adalah sistem yang bergantung pada lingkungannya dan
karena ketergantungan itulah maka suatu organisasi perlu memperhatikan pandangan dan
harapan masyarakat.
The World Business Council for Sustainable Development didalam Rahman (2009)
mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut,
berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan Suharto (2007) menyatakan bahwa CSR merupakan
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan
secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara
holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dalam konteks pemberdayaan, CSR merupakan
bagian dari policy perusahaan yang dijalankan secara profesional dan melembaga. CSR
kemudian identik dengan CSP (Corporate Social Policy), yakni strategi dan roadmap
perusahaan yang mengintegrasikan tanggung jawab ekonomis korporasi dengan
tanggung jawab legal, etis, dan social.
Djajadiningrat sebagaimana dikutip oleh Rudito (2004) menyatakan tujuan dan
sasaran dari program CSR secara umum terutama dalam hal pengembangan masyarakat
yaitu:
1. Tujuan a. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi
sosial, ekonomi, budaya yang lebih baik di sekitar wilayah kegiatan
perusahaan.
b. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
c. Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
pengembangan ekonomi wilayah.
2. Sasaran Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi
masyarakat dan pihak-pihak terkait yang berada disekitar wilayah
perusahaan.
b. Pengembangan dan peningkatan sarana atau fasilitas umum didasarkan
pada skala prioritas dan potensi wilayah tersebut.
c. Mendorong dan mengembangkan potensi-potensi kewirausahaan yang
didasarkan pada sumber daya lokal.
d. Pengembangan kelembagaan lokal disekitar wilayah operasi perusahaan.
Sementara itu, seperti yang diungkapkan Susiloadi (2008) terdapat beberapa kendala
atau hambatan yang kerap dihadapi dalam pelaksanaan CSR yaitu:
1. Gangguan keamanan.
2. Kurangnya kreativitas dan inovasi.
3. Timbulnya ketergantungan masyarakat.
4. Kemungkinan korupsi.
5. Peraturan yang membingungkan.
6. Pemerintah masih belum memberikan situasi yang kondusif bagi perusahaan dalam
menjalankan program CSR.
Menurut Rahman (2009), dalam prakteknya, suatu kegiatan CSR memiliki unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Continuity dan Sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan
unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasar trend ataupun incidental
bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term perspective bukan
instant, happening atau pun booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang
terencanakan, sistematis dan dapat dievaluasi.
b. Communit Empowerment atau pemberdayakan komunitas. Membedakan CSR dengan
kegiatan yang bersifat charity atau pun philantrophy semata. Tindakan-tindakan
kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri.
Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program CSR adalah adanya kemandirian yang
lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir.
c. Two ways yaitu program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai
komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini
dapat dilakukan untuk mengetahui needs, desires dan wants dari masyarakat atau
komunitas di sekitar daerah operasi perusahaan.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ini juga dapat diartikan sebagai
bentuk pelayanan kepada masyarakat. Menurut Moenir (2001), Pelayanan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya. Masyarakat setempat memiliki hak atas kekayaan alam di
daerah mereka yang dieksploitasi oleh perusahaan. CSR sebagai bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan wujud dari pemenuhan hak masyarakat tersebut. Menurut
Wibisono (2007) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen
berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersaman dengan
peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya.
Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial
perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya. Wibisono (2007) menguraikan manfaat yang akan diterima dari
pelaksanaan CSR, diantaranya:
1. Bagi Perusahaan.
Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan
CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah
memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan
sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan
mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management).
2. Bagi Masyarakat
Praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya perusahaan di suatu
daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut.
Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja.
Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan menghargai
keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.
3. Bagi Lingkungan
Praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam, menjaga
kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru perusahaan terlibat
mempengaruhi lingkungannnya.
4. Bagi Negara
Praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut corporate misconduct atau
malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu
tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar
(yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.
Salah satu motif perusahaan dalam melaksanakan CSR dan menjadi bagian penting
adalah menjalin hubungan yang baik dengan regulator. Perusahaan berdiri berdasarkan izin
yang diberikan pemerintah, dan diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan
melalui pembayaran kewajiban berupa pajak dan lainnya, juga secara sadar turut membangun
kepedulian terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Keterlibatan
perusahaan dalam program CSR dilatarbelakangi dengan beberapa kepentingan. Menurut
Mulyadi (2003) setidaknya bisa diidentifikasi tiga motif keterlibatan perusahaan, yaitu: motif
menjaga keamanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja, dan motif
moral untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal.
Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas (PT) yang mengelola atau operasionalnya
terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan melaksanakan program CSR, karena
telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 47 Tahun 2012. Dalam pasal
74 dijelaskan bahwa:
1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2.2 Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PTFI

PT Freeport Indonesia memiliki komitemen untuk mengelola dan meminimalisasi


dampak dari kegiatan operasionalnya terhadap lingkungan dan untuk mereklamasi serta
menghijaukan kembali lahan yang terkena dampak. Melalui kebijakan lingkungan PT
Freeport Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan pengelolaan dan praktik-praktik
lingkungan yang baik, menyediakan sumber daya yang cukup layak guna memenuhi
tanggung jawab tersebut dan melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap kinerja
lingkungan pada setiap lokasi kegiatan. PT Freeport juga memiliki komitmen kuat untuk
mendukung penelitian ilmiah guna memahami lingkungan disekitar tempat perusahaan
beroperasi, serta melakukan pemantauan yang komprehensif untuk menentukan efektivitas
dari praktik-praktik pengelolaan.
Selain itu, PT Freeport Indonesia juga bekerja dengan instansi pemerintah,
masyarakat setempat, maupun lembaga swadaya masyarakat yang bertanggung jawab, untuk
meningkatkan kinerja lingkungan. Dalam hal ini PT Freeport menganut prinsip-prinsip
kerangka kerja pembangunan berkelanjutan dari dewan internasional tentang pertambangan
dan logam Sustainable Development Framework of the International Council in Mining and
Metals (ICMM), dimana PT Freeport Indonesia termasuk anggotanya:
1 Pelaksanaan Audit Lingkungan
Audit lingkungan yang dilakukan PT Freeport Indonesia menghasilkan informasi bagi
para manajer tentang kinerja lingkungan saat ini serta membantu mengindentifikasi peluang-
peluanga perbaikan.
2 Program Pengelolaan Trailing
Trailing adalah sisa batu alat yang digiling hasil pengolahan bijih mineral. PT
Freeport Indonesia menggunakan proses pengapungan (flotasi), yang merupakan pemisahan
secara fisik mineral yang mengandung tembaga dan emas dari batuan bijih. Dalam proses
tersebut tidak digunakan merkuri maupun sianida. Sebuah daerah aliran sungai mengangkut
sedimen tersebut menuju sebuah areal pengendapan yang telah ditentukan di kawasan dataran
rendah dan pantai. Modified Deposition Area (Daerah Pengendapan Dimodifikasi), yaitu
sebuah sistem yang direkayasa dan dikelola bagi pengendapan dan pengendalian tailing.
Pengambilan sampel secara luas terhadap mutu air dalam pengelolaan tailing menunjukkan
bahwa air pada sungai yang mengangkut tailing dari pabrik pengolahan PT Freeport di daerah
dataran tinggi menuju daerah pengendapan I dataran rendah telah memenuhi baku mutu air
bersih untuk logam terlarut sesuai peraturan Pemerintah Indonesia maupun USEPA
(Lembaga Perlindungan Lingkungan AS).
3 Reklamasi dan Penghijauan Kembali
a. Daerah dataran tinggi
Para ilmuwan internasional dan staff PT Freeport telah mengkaji ekologi dari
ekosistem alpin di wilayah kerja perusahaan, serta mengembangkan cara-cara handal untuk
menghasilkan bibit jenis tanaman asli. Kajian-kajian yang pernah dilakukan hingga saat ini
mencakup etnobotani, keanekaragaman hayati pada ekosistem su-alpin dan alpin,
pemanfaatan jenis-jenis asli tanaman lumut dan bakteri untuk strategi reklamasi perintis dan
budi daya jaringan untuk pengembangan jenis tanaman alpin asli.hingga akhir 2005, lebih
dari 10 hektar tanah terganggu pada tambang di daerah dataran tinggi yang berhasil
dihijaukan kembali dalam rangka memenuhi komitmen PT Freeport kepada pemerintah
Indonesia.
b. Dataran rendah
Tujuan dari program reklamasi dan penghijauan kembali PT Freeport di daerah
dataran rendah adalah untuk mengubah endapan tailing pada daerah pengendapan menjadi
lahan pertanian atau dimanfaatkan sebagai lahan produktif lainnya, atau menumbuhkannya
kembali dengan tanaman asli setelah kegiatan tambang berakhir.
4 Pengelolaan Overburden dan air asam tambang
PT Freeport menangani overburden melalui sebuah rencana pengelolaan overburden
komprehensif yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia. Perusahaan melakukan
pengelolaan dan pemantauan terhadap air asam tambang yang dihasilkan oleh kegiatannya.
Sesuai rencana pengelolaan overburden yang telah disetujui oleh pemerintah, PT Freeport
menempatkan overburden pada daerah-daerah terkelola di sekitar tambang terbuka Grasberg.
5 Pengelolaan dan daur ulang limbah
Program-program pengelolaan lingkungan PT Freeport mencakup seluruh aspek
kegiatannya bukan saja yang berhubungan dengan pertambangan. Program-program
meminimalisasi limbah yang dilaksanakan mencakup pengurangan dan penukaran dengan
produk-produk ramah lingkungan. Bahan yang dapat didaur ulang seperti aluminium, besi
tua, dan baterai bekas didaur ulang sesuai ketentuan pemerintah Indonesia. Mutu limbah cair
dari seluruh instalasi pengolahan limbah cair dipantau secara berkala untuk parameter pH
(kadar alkali), BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solids/total padatan
tersuspensi) serta minyak dan lemak sesuai baku mutu.
6 Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam program yang dilakukan oleh PT Freeport, didapatkan sebuah model yang
akan mengembangkan nelayan kepada kehidupan yang maju. Kendala nelayan terberat
adalah jika tidak ada pabrik es, tempat pelelangan ikan yang memadai termasuk pelabuhan
perikanan, sarana penyediaan bahan bakar minyak (BBM) dan cold storage. Bersama
vibizconsulting dibangun sebuah model CSR yang belum pernah diterapkan sebelumnya.
Nelayan akan mampu bersaing karena pengembangan sumberdaya manusia menjadi titik
tolak berdirinya masyarakat nelayan yang tangguh.
2.3 Kasus CSR di PT Freeport Indonesia
Berdasarkan aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan, sebetulnya sudah ada usaha
perusahaan untuk memperhatikan stakeholdernya namun masih terdengar beberapa peristiwa
yang terkait dengan pertentangan masyarakat dengan perusahaan. Seperti tanggal 21 Februari
2006 terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yang melakukan pendulangan emas dari
sisa-sisa limbah produksi PT Freeport di Kali Kabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh
aparat gabungan kepolian dan satpam PT Freeport. Akibat pengusiran ini terjadi bentrokan
dan penembakan. Penduduk sekitar yang mengetahui kejadian itu kemudian menduduki dan
menutup jalan utama PT Freeport di Ridge Camp, di Mile 72-74, selama beberapa hari, yang
merupakan jalan utama (akses satu-satunya) ke lokasi pengolahan dan penambangan
Grasberg. Setelah itu banyak demo-demo dilakukan oleh masyarakat Papua untuk menutup
Freeport.
Pada 17 Maret 2006, tiga warga Abepura, Papua, terluka akibat terkena peluru
pantulan setelah beberapa anggota brimob menembakkan senjatan ke udara di depan Kodim
Abepura, beberapa wartawan televisi yang meliput dianiaya dan dirusak alat kerjanya oleh
brimob. Tanggal 22 Maret 2006, lereng gunung di kawasan pertambangan terbuka PT
Freeport Indonesia di Grasberg, longsor dan menimbun sejumlah pekerja 3 orang meninggal
dan puluhan lainnya cedera. Pada 23 Maret 2006 Kementrian Lingkungan Hidup
mempublikasikan temuan pemantauan dan penataan kualitas lingkungan di wilayah
penambangan PT Freeport Indonesia. Hasilnya Freeport dinilai tak memenuhi batas air
limbah dan telah mencemarkan air laut dan biota laut. Tanggal 18 April 2007 sekitar 9.000
karyawan Freeport mogok kerja untuk menuntut perbaikan kesejahteraan. Perundingan
akhirnya diselesaikan pada 21 April setelah tercapai kesepakatan yang termasuk mengenai
kenaikan gaji terendah.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa aktivitas CSR yang dilakukan oleh
perusahaan belum sepenuhnya mengena pada sasaran. Artinya perusahaan belum benar-benar
memperhatikan kepentingan stakeholder seperti masyarakat Papua, belum memperhatikan
keseimbangan lingkungan sekitarnya, dan terkesan hanya menjadikan pelaksanaan CSR
untuk kepentingan kegiatan perusahaan, terutama dalam menarik simpati pemerintah dan
PBB. Dan dari uraian tersebut dapat diindikasikan bahwa perusahaan hanya menyenangkan
shareholder dengan meningkatkan laba perusahaan dari tahun ke tahun.
Disisi lain pemerintah kurang menjalankan pengawasan terhadap PT Freeport dengan
baik, sehingga fungsi kontrol dari pemerintahan menjadi kurang berfungsi. Salah satu
penyebabnya adalah masih adanya kolosi yang dilakukan dengan pejabat dan instansi
keamanan. Disamping itu kepemilikan saham oleh pemerintah Indonesia yang sangat kecil
yaitu sebesar 9,36% menjadikan pemerintah tidak memegang kendali dalam pembuatan
keputusan perusahaan.
Akibat dari tidak adanya kendali dari pemerintah menjadikan masyarakat sekitarnya
tidak dapat menikmati kekayaan alam yang seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarat diwilayah tersebut. Selain itu perusahaan juga terkesan tidak benar-benar
memperbaiki lingkungan tambang untuk ditanami sesuai dengan kemauan pemerintah.
Menghadapi hal tersebut, maka penggunaan regulator bagi pelaksanaan CSR disuatu
perusahaan harus ditingkatkan, sebagai upaya menjaga keseimbangan kepentingan antara
sharholder dengan stakeholder. Walaupun pemerintah telah mengupayakan beberapa
undang-undang untuk pelaksanaan pertambangan dan lingkungan hidup, seperti:
1. Undang-Undang Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan No. 11 Tahun 1967
Tanggal 2 Desember 1967.
2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU-PLH)
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 23 tahun 2008 tentang Pedoman
teknis pencegahan dan atau kerusakan lingkungan hidup akibat pertambangan emas
masyarakat.
2.4 Penyelesaian Masalah

Proses penyelesaian masalah ditujukan untuk tercapainya bentuk kesepakatan


bersama antara sharholder dengan stakeholder.
Ada sinyal kuat bahwa memang telah terjadi distorsi etika dan pelanggaran
kemanusiaan yang hebat di Papua. Martabat manusia yang seharusnya dijunjung tinggi,
peradaban, kebudayaan, sampai mata rantai penghidupan jelas-jelas dilanggar. Ketika
sistematika kehidupan yang sangat drastis tersebut sudah tidak bisa lagi ditahan, ledakan
kemarahan komunitas itu terjadi. Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia
(FI) tersebut disebabkan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada
operasional Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan
gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama.
Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi
hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan
loyalitas agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen
dalam hal pemberian gaji yang layak. Selain itu, dilakukan manajemen sebaik mungkin,
karena pekerja mengabdikan tenaga dan fikiran untuk perusahaan, maka sebaliknya
perusahaan harus mementingkan pekerja demi tercapainya kesejahteraan.
Pemerintah harus lebih tegas lagi dalam mengatur peraturan perundang undangan
tentang mendirikan sebuah pabrik contohnya PT Freeport, agar tidak terjadi lagi tentang
distorsi etika dan pelanggaran kemanusiaan di Indonesia dan khususnya di daerah Papua. Hal
ini berkenaan dengan SDA yang semakin lama di eksploitasi akan menyebabkan dampak
yang besar, bukan hanya pada daerah yang bersangkutan saja namun dapat menyebar
keseluruh wilayah Indonesia lainnya.
III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan Corporate Sosial
Responsibility (CSR) diperusahaan khususnya PT Freeport Indonesia, masih ditemui
sejumlah kelemahan. Kelemahan yang muncul tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh
adanya kepentingan antara shareholder dengan stakeholder. Dimana shareholder akan selalu
berupaya untuk menghasilkan keuntungan semaksimal mungkin dan cenderung kurang
memperhatikan kepentingan stakeholder sebagai pihak minoritas perusahaan. Selain itu pihak
stakeholder terutama pemerintah kurang memainkan perannya dalam melakukan kontrol
kepada perusahaan, sehingga dapat saja dipermainkan oleh perusahaan dengan memberikan
sejumlah kegiatan yang terkait dengan Corporate Sosial Responsibility (CSR) untuk
sementara, dan selanjutnya tidak dijalankan. Kurangnya kontrol dari pemerintah tersebut juga
masih lemahnya undang-undang yang berlaku terutama untuk mengatur kesejahteraaan
masyarakat sekitarnya sebagai pihak yang juga berwenang atas kekayaan alam wilayah
tersebut.
Dari pembahasan ini juga dapat diketahui bahwa Corporate Sosial Responsibility
(CSR) pada dasarnya harus timbul dari kesadaran individu masing-masing manajemen
perusahaan, karena dengan etika yang baik, akan mempengaruhi sejumlah keputusan yang
dibuat oleh manajemen perusahaan. Disamping adanya regulator yang pasti untuk menjamin
terlaksananya CSR dengan sebaik-baiknya.

3.2 Saran
Saran yang dituju untuk perusahaan terkait yaitu PT Freeport Indonesia, harus lebih
memerhatikan Corporate Sosial Responsibility (CSR) terhadap stakeholder agar tercapainya
keselarasan antara shareholder dengan stakeholder tanpa hanya mementingkan keuntungan
semata. Selain itu, perusahaan harus mengakui bahwa permasalahan masyarakat adalah milik
perusahaan juga, serta bersedia menanganinya. Program CSR yang dilaksanakan perusahaan
terkait akan meberikan kontribusi bagi pengurangan kemiskinan atau kesenjangan sosial antar
komponen perusahaan dan masyarakat sekitar. Jadi seharusnya, perusahaan yang melakukan
program CSR tidak memandang sebelah mata CSR hanya sebagai tuntutan represif dari
masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.
DAFTAR PUSTAKA
A.B Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility, The Jakarta Consulting Group: Jakarta.

Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kast FE, Rosenzwig JF. 2003. Organisasi dan Manajemen. Edisi Keempat, Alih Bahasa: A.
Hasymi Ali. Jakarta: Bumi Aksara.

Moenir, H.A.S,. 2001. Manajemen Pelayanan Untuk di Indonesia. Bina Aksara, Jakarta.

Mulyadi. 2003. Pengelolaan Program Corporate Social Responsibility: Pendekatan,


Keberpihakan dan Keberlanjutan. Materi Seminar. PSKK, Jogjakarta.

Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan.
Yogyakarta: Media Presindo.

Rudito, Bambang& Budimanta, Arif & Prasetijo, Adi. 2004. Corporate Social Responsibility:
Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD

Suharto, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Rensposibility), Bandung: Refika Aditama

Susiloadi, P. 2008. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung


Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas
Sebelas maret Surakarta, ISSN, 1907-0489, Volume 4 Nomor 2, Halaman 123-130.

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility).
Gresik: Fascho Publishing.

Wikipedia.org. 2008. Freeport Indonesia, www.wikipedia.org. Diakses 06 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai