KELOMPOK 4 :
UNIVERSITAS SAHID
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Corporate
Sosial Responcibilty (CSR) di PT Freeport Indonesia. CSR dalam kaitannya dengan interaksi
sosial dalam perusahaan dan lingkungan masyarakat sangatlah penting. Agar kita lebih
memahami apa itu hubungan sosial dalam perusahaan. Dan juga kami berterima kasih pada
Bapak M Sambas, SE , selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Industri yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai interaksi sosial secara eksternal didalam perusahaan lebih
spesifik mengenai CSR. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai aktivitas suatu perusahaan atau industri membawa dampak yang nyata
terhadap kehidupan manusia baik itu individu, masyarakat dan atau seluruh kehidupan.
Terjadinya pemanasan global, pencemaran lingkungan, kemiskinan, kebodohan, penyakit
menular, akses hidup dan air bersih, berlangsung terus-menerus hingga akhirnya muncul
konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR.
Dalam konteks global, istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR) mulai digunakan
sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran tiga konsep dalam CSR
yang terdiri dari dari sustainable development, yakni economic growth, environmental
protection, dan social equity, yang digagas the World Commission on Environment and
Development (WCED).
Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga konsep ini menjadi patokan bagi perusahaan
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial yang dikenal dengan konsep CSR. Corporate
Sosial Responsibility merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab
pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis.
Setidaknya terdapat tiga alasan penting yang melatarbelakangi suatu perusahaan harus
menerapkan CSR, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif. Pertama, perusahaan
merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan
kepentingan masyarakat sekitarnya. Kegiatan sosial yang dilakukan berfungsi sebagai
kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya
ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif. Kedua, kalangan
bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme.
Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya ijin untuk melakukan operasi
yang sifatnya kultural (berkelanjutan). Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk
meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik berasal dari dampak
operasional perusahaan akibat kesenjangan struktural dan ekonomi yang timbul antara
masyarakat dengan komponen perusahaan.
1.2 Informasi Perusahaan
PT Freeport Indonesia memiliki visi untuk menjadi tambang terbaik di dunia yang
berlokasi di ketinggian dan lingkungan bercurah hujan tinggi. Kepemilikan sahamnya adalah
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc (AS) sebesar 81,28%, Pemerintah Indonesia sebesar
9,36% dan PT. Indocoppor Investama sebesar 9,36%. Visi dan Misi yang dimiliki PT
Freeport Indonesia yaitu:
Visi Menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang menciptakan nilai-nilai unggul dan
menjadi kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan termasuk karyawan,
masyarakat dan bangsa.
Misi Berkomitmen untuk secara kreatif mentransformasikan sumber daya alam menjadi
kesejateraan dan pembangunan yang berkelanjutan melalui praktik-praktik
pertambangan terbaik dengan memprioritaskan kesejateraan dan ketentraman
karyawan dan masyarakat, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM),
tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup, serta keselamatan dan kesehatan
kerja.
Saat ini PT Freeport Indonesia (PTFI) menerapkan dua teknik penambangan, yakni
open-pit atau tambang terbuka di Grasberg dan tambang bawah tanah di Deep Ore Zone
(DOZ). Bijih hasil penambangan kemudian diangkut ke pabrik pengolahan untuk
dihancurkan menjadi pasir yang sangat halus.
Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan menggunakan reagent, bahan yang
berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang mengandung mineral
tembaga, emas dan perak. Sisa dari pasir yang tidak memiliki nilai ekonomi (tailing)
dialirkan melalui sungai menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju pabrik
pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 km. Setelah dikeringkan,
konsentrat yang merupakan produk akhir PTFI ini kemudian dikirim ke pabrik-pabrik
pemurnian di dalam maupun luar negeri.
Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik tertentu yang
dianggap terbaik, setiap perusahaan memiliki karakteristik dan situais yang unik yang
berpengaruh terhadap tanggung jawab sosialnya. Model atau pola CSR yang umum
diterapkan di Indonesia menurut Susiloadi (2008) adalah:
1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan menjalankan
program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,
perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corproate secretary atau
public affair manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development
atau public relations.
2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau
groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah
perusahaan atau groupnya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun
tetap harus bertanggung jawab ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim
dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana
abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama atau
bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama
dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam
mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama
menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang
dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari
kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah
disepakati.
1.3 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan
A.B Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam)
manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR.
1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan CSR secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari
komunitas yang merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankan. CSR akan mengangat
citra perusahaan, yang dalam rentang waktu yang panjang akan meningkatkan reputasi
perusahaan.
2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak
buruk yang diakibatkan suatu krisis. Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan produsen
consumer goods yang beberapa waktu yang lalu dilanda isu adanya kandungan bahan
berbahaya dalam produknya. Namun karen aperusahaan tersebut dianggap konsisten
dalam menjalankan CSR-nya maka masyarakat menyikapinya dengan tenang sehingga
relatif tidak mempengaruhi aktivitas dn kinerjanya.
3. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada
perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-
upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Kebanggaaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas
sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan
perusahaan.
4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat
hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya. Pelaksanaan CSR secara
konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak
yang berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih.
5. Meningkatnya penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang secara konsiten menjalankan CSRnya sehingga memiliki reputasi yang
baik.
6. Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Pustaka
Corporate Social Responsibility atau sering disingkat dengan CSR merupakan istilah
yang berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari tiga kata yaitu Corporate yang berarti
perusahaan besar, Social yang berarti masyarakat dan Responsibility yang berarti
pertanggungjawaban. Sehingga CSR berarti sebuah pertanggung jawaban perusahaan besar
terhadap masyarakat sekitar perusahaan beroperasi.
Menurut Bertens. K (2003), tanggung jawab (Responsibility) berarti suatu keharusan
seseorang sebagai makhluk rasional dan bebas untuk tidak mengelak serta memberikan
penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrospektif dan prospektif. Sementara itu, Kast
(2003) mendefinisikan tanggung jawab sosial (Social Responsibility) sebagai bentuk
keterlibatan dari organisasi dalam upaya mengatasi kelaparan dan kemiskinan,
mengurangi pengangguran dan tunjangan untuk pendidikan dan kesenian. Hal ini didasari
pemikiran bahwa semua organisasi adalah sistem yang bergantung pada lingkungannya dan
karena ketergantungan itulah maka suatu organisasi perlu memperhatikan pandangan dan
harapan masyarakat.
The World Business Council for Sustainable Development didalam Rahman (2009)
mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut,
berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan Suharto (2007) menyatakan bahwa CSR merupakan
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan
secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi kawasan secara
holistik, melembaga dan berkelanjutan. Dalam konteks pemberdayaan, CSR merupakan
bagian dari policy perusahaan yang dijalankan secara profesional dan melembaga. CSR
kemudian identik dengan CSP (Corporate Social Policy), yakni strategi dan roadmap
perusahaan yang mengintegrasikan tanggung jawab ekonomis korporasi dengan
tanggung jawab legal, etis, dan social.
Djajadiningrat sebagaimana dikutip oleh Rudito (2004) menyatakan tujuan dan
sasaran dari program CSR secara umum terutama dalam hal pengembangan masyarakat
yaitu:
1. Tujuan a. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
terutama pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi
sosial, ekonomi, budaya yang lebih baik di sekitar wilayah kegiatan
perusahaan.
b. Memberikan kesempatan bekerja dan berusaha bagi masyarakat.
c. Membantu pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
pengembangan ekonomi wilayah.
2. Sasaran Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi
masyarakat dan pihak-pihak terkait yang berada disekitar wilayah
perusahaan.
b. Pengembangan dan peningkatan sarana atau fasilitas umum didasarkan
pada skala prioritas dan potensi wilayah tersebut.
c. Mendorong dan mengembangkan potensi-potensi kewirausahaan yang
didasarkan pada sumber daya lokal.
d. Pengembangan kelembagaan lokal disekitar wilayah operasi perusahaan.
Sementara itu, seperti yang diungkapkan Susiloadi (2008) terdapat beberapa kendala
atau hambatan yang kerap dihadapi dalam pelaksanaan CSR yaitu:
1. Gangguan keamanan.
2. Kurangnya kreativitas dan inovasi.
3. Timbulnya ketergantungan masyarakat.
4. Kemungkinan korupsi.
5. Peraturan yang membingungkan.
6. Pemerintah masih belum memberikan situasi yang kondusif bagi perusahaan dalam
menjalankan program CSR.
Menurut Rahman (2009), dalam prakteknya, suatu kegiatan CSR memiliki unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Continuity dan Sustainability atau berkesinambungan dan berkelanjutan merupakan
unsur vital dari CSR. Suatu kegiatan amal yang berdasar trend ataupun incidental
bukanlah CSR. CSR merupakan hal yang bercirikan pada long term perspective bukan
instant, happening atau pun booming. CSR adalah suatu mekanisme kegiatan yang
terencanakan, sistematis dan dapat dievaluasi.
b. Communit Empowerment atau pemberdayakan komunitas. Membedakan CSR dengan
kegiatan yang bersifat charity atau pun philantrophy semata. Tindakan-tindakan
kedermawanan meskipun membantu komunitas, tetapi tidak menjadikannya mandiri.
Salah satu indikasi dari suksesnya sebuah program CSR adalah adanya kemandirian yang
lebih pada komunitas, dibandingkan dengan sebelum program CSR hadir.
c. Two ways yaitu program CSR bersifat dua arah. Korporat bukan lagi berperan sebagai
komunikator semata, tetapi juga harus mampu mendengarkan aspirasi dari komunitas. Ini
dapat dilakukan untuk mengetahui needs, desires dan wants dari masyarakat atau
komunitas di sekitar daerah operasi perusahaan.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) ini juga dapat diartikan sebagai
bentuk pelayanan kepada masyarakat. Menurut Moenir (2001), Pelayanan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan
orang lain sesuai dengan haknya. Masyarakat setempat memiliki hak atas kekayaan alam di
daerah mereka yang dieksploitasi oleh perusahaan. CSR sebagai bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan wujud dari pemenuhan hak masyarakat tersebut. Menurut
Wibisono (2007) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen
berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersaman dengan
peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya.
Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial
perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya. Wibisono (2007) menguraikan manfaat yang akan diterima dari
pelaksanaan CSR, diantaranya:
1. Bagi Perusahaan.
Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan
CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah
memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan
sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan
mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management).
2. Bagi Masyarakat
Praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai-tambah adanya perusahaan di suatu
daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial di daerah tersebut.
Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja.
Jika terdapat masyarakat adat atau masyarakat lokal, praktek CSR akan menghargai
keberadaan tradisi dan budaya lokal tersebut.
3. Bagi Lingkungan
Praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam, menjaga
kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru perusahaan terlibat
mempengaruhi lingkungannnya.
4. Bagi Negara
Praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut corporate misconduct atau
malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat hukum yang memicu
tingginya korupsi. Selain itu, negara akan menikmati pendapatan dari pajak yang wajar
(yang tidak digelapkan) oleh perusahaan.
Salah satu motif perusahaan dalam melaksanakan CSR dan menjadi bagian penting
adalah menjalin hubungan yang baik dengan regulator. Perusahaan berdiri berdasarkan izin
yang diberikan pemerintah, dan diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan
melalui pembayaran kewajiban berupa pajak dan lainnya, juga secara sadar turut membangun
kepedulian terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Keterlibatan
perusahaan dalam program CSR dilatarbelakangi dengan beberapa kepentingan. Menurut
Mulyadi (2003) setidaknya bisa diidentifikasi tiga motif keterlibatan perusahaan, yaitu: motif
menjaga keamanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja, dan motif
moral untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal.
Selain BUMN, saat ini Perseroan Terbatas (PT) yang mengelola atau operasionalnya
terkait dengan Sumber Daya Alam (SDA) diwajibkan melaksanakan program CSR, karena
telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 47 Tahun 2012. Dalam pasal
74 dijelaskan bahwa:
1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2.2 Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di PTFI
3.2 Saran
Saran yang dituju untuk perusahaan terkait yaitu PT Freeport Indonesia, harus lebih
memerhatikan Corporate Sosial Responsibility (CSR) terhadap stakeholder agar tercapainya
keselarasan antara shareholder dengan stakeholder tanpa hanya mementingkan keuntungan
semata. Selain itu, perusahaan harus mengakui bahwa permasalahan masyarakat adalah milik
perusahaan juga, serta bersedia menanganinya. Program CSR yang dilaksanakan perusahaan
terkait akan meberikan kontribusi bagi pengurangan kemiskinan atau kesenjangan sosial antar
komponen perusahaan dan masyarakat sekitar. Jadi seharusnya, perusahaan yang melakukan
program CSR tidak memandang sebelah mata CSR hanya sebagai tuntutan represif dari
masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.
DAFTAR PUSTAKA
A.B Susanto. 2007. Corporate Social Responsibility, The Jakarta Consulting Group: Jakarta.
Kast FE, Rosenzwig JF. 2003. Organisasi dan Manajemen. Edisi Keempat, Alih Bahasa: A.
Hasymi Ali. Jakarta: Bumi Aksara.
Moenir, H.A.S,. 2001. Manajemen Pelayanan Untuk di Indonesia. Bina Aksara, Jakarta.
Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility: Antara Teori dan Kenyataan.
Yogyakarta: Media Presindo.
Rudito, Bambang& Budimanta, Arif & Prasetijo, Adi. 2004. Corporate Social Responsibility:
Jawaban Bagi Modal Pembangunan Indonesia Masa Kini. Jakarta: ICSD
Suharto, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Rensposibility), Bandung: Refika Aditama
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility).
Gresik: Fascho Publishing.