Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sebagai salah satu perangkat pemerintahan yang
berkecimpung dalam kesehatan, Puskesmas memiliki program P2PM yang bertugas
untuk melakukan pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah diare.
Diare adalah penyebab nomor satu kematian anak di dunia. The United
Nations Childrens Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada anak
meninggal karena diare. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
Masyarakat di Indonesia baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta
kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Diare akut adalah buang air besar lebih
dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlansung kurang dari 1 minggu.
Diare juga merupakan sindrome yang menyertai berbagai penyakit tertentu atau
akibat gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh adanya gangguan
gizi, alergi, kekurangan enzim pencernaan, gangguan mental, dan kekhawatiran. Atau
secara tidak sengaja zat yang bersifat konstifasi ikut terkonsumsi. Gangguan
terjadinya diare sangat beragam dapat disebabkan oleh pengaruh salah satu atau
gabungan dari 3 mekanisme yang terdiri atas proses osmotis, gangguan transport air
elektrolit dan perubahan mortilitas usus. Diare merupakan salah satu penyakit paling
sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Diperkirakan angka kejadian di Negara berkembang berkisar 3,5-7 episode per
anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun
dalam 5 tahun pertama kehidupan. Penyebab diare antara lain infeksi (bakteri, virus,
protozoa, dan parasit), alergi, malabsorbsi, keracunan bahan makanan, obat dan
defisiensi imun. Diare memperlihatkan gejala berupa keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi
feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah.
Epidemiologi pathogen diare bervariasi sesuai dengan lokasi geografis. Anak anak
di Negara berkembang banyak yang terinfeksi oleh bakteri pathogen dan parasit,
sementara dinegara maju lerbih banyak terinfeksi oleh rotavirus. Beberapa penelitian
yang telah dilakukan didapatkan enteropatogen dari diare memperlihatkan hasil
prevalensi rotavirus 30 %, E. Coli patogen 45,9%, E. Coli Toksigenik 14, 3%,
Salmonella 22,3%, Shigella 1,2%, Campylobacter 5,8% dan V. Cholera 1,2%.
Dibeberapa penelitian yang dilakukan diIndonesia mendapatak prevalensi infeksi
rotavirus sebnyak 45,5 % pada anak berusia 1-60 bulan yang menderita diare akut.
Menurut Schwartz, tanda dan gejala diare pada anak antara lain termasuk
dalam gejala umum yaitu, berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare,
muntah (biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut), demam (dapat
mendahului atau tidak mendahului gejala diare), gejala dehidrasi (mata cekung,
ketegangan kulit menurun, dan apatis bahkan gelisah). Sedangkan yang termasuk
dalam gejala spesifik adalah Vibrio cholera(diare hebat, warna tinja seperti cucian
beras dan berbau amis), dan Disenteriform (tinja berlendir dan atau berdarah). Hal
yang penting dan perlu diperhatikan dari diare adalah komplikasi yang sering terjadi
berupa dehidrasi. Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono dibedakan
menjadi tiga, yaitu 1. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel,
masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih
mau makan dan minum seperti biasa, 2. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan
anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat
jika dicubit, 3. Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada
cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah.
Dengan adanya program P2PM di Puskesmas, diharapkan kasus kasus yang
berkaitan dengan dengan penyakit menular karena infeksi salah satunya diare ini bisa
di deteksi sedini mungkin dan menjadi tugas utama Puskesmas untuk menjadi lini
pertama bidang kesehatan agar tidak terjadi suatu out break dimasyarakat, maupun
komplikasi dari diare yang sangat mematikan berupa dehidrasi.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan
masyarakat. Pemantauan dan deteksi diare pada anak sedini mungkin merupakan bagian dari
tugas tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing.

Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan puskesmas dalam pemantauan dan


deteksi diare pada anak, maka pemahaman dan keterampilan setiap petugas tenaga kesehatan
puskesmas dalam konsep teknis deteksi dan intervensi dini diare pada anak menjadi sangat
penting. Atas latar belakang tersebut dilaksanakan mini project sosialisasi dan pelatihan
deteksi dan intervensi diare pada anak kepada kader kesehatan di Kelurahan .

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana upaya stimulasi, deteksi dan intervensi dini diare pada anak di Puskesmas
Cipelang?
- Bagaimana proses deteksi dan intervensi dini diare pada anak yang dapat memantau secara
cermat proses tumbuh kembang anak usia dini beserta kemungkinan disfungsi yang ada di
Puskesmas cipelang?
- Bagaimana pemahaman kader tenaga kesehatan di Puskesmas Cipelang mengenai program
deteksi dan intervensi dini diare pada anak di puskesmas Cipelang ?

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana gambaran pengetahuan kader kesehatan terkait diare di Puskesmas Cipelang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Cipelang.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui gambaran pengetahuan kader kesehatan terkait diare di Puskesmas
Cipelang?.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
- Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini diare
- Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini diare.
- Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


- Menambah pemahaman para kader tenaga kesehatan puskesmas mengenai karakteristik
dan deteksi diare.
- Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas Cipelang tentang gambaran pengetahuan para
kader kesehatan mengenai diare.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


- Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi dan intervensi dini diare.

Anda mungkin juga menyukai