ABSTRAK
Penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita di Desa
Karangrejo Lor Kec. Jakenan Kab. Pati.
Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui
sampai tahun 2011 ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk. Hingga kini
Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan
kekurangan energy dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan menderita sakit dalam waktu lama. Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system
organ yang akan merusak sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan
mekanik. Serta dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mental serta penurunan IQ.
Di Kecamatan Jakenan tepatnya di Desa Karangrejo Lor terdapat 6 kasus gizi buruk pada
balita. Dari data diatas dapat diketahui bahwa masih banyak kasus gizi buruk di Desa Karangrejo
Lor.Untuk mencegah terjadinya gizi buruk semakin bertambah maka perlu diketahui faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran kejadian penyakit gizi buruk pada
balita, untuk mengetahui pengetahuan masyarakat dengan kejadian gizi buruk pada balita, untuk
mengetahui perilaku masyarakat yang mempengaruhi kejadian gizi buruk, untuk mengetahui
penyakit yang mempengaruhi kejadian gizi buruk, dan untuk mengetahui kondisi ekonomi yang
mempengaruhi kejadian gizi buruk di Desa Karangrejo Lor Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu dan tempat tidak berpengaruh terhadap
kejadian gizi buruk karena gizi buruk dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Gizi buruk di
pengaruhi oleh karakteristik seseorang. Selain itu, gizi buruk juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor pengetahuan, perilaku, penyakit, dan ekonomi.
Dari hasil survey pada tanggal 14-18 Oktober 2014 yang telah dilakukan rata-rata
responden memiliki pengetahuan, perilaku, dan kondisi baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa 65% responden memiliki pengetahuan yang baik, 60% responden
memiliki perilaku yang baik juga, dan 75% berada pada kondisi baik. Sedangkan dari segi
ekonomi, rata-rata responden berada pada tingkat ekonomi yang sedang. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% responden berada pada tingkat ekonomi sedang.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan kelurga, khusunya makanan anak balita. Dari uraian tersebut,
maka pengetahuan orang tua tentang gizi akan berpengaruh terhadap gizi pada balita.
Perilaku orang tua berhubungan dengan pola asuh terhadap anaknya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Bibi (2001) dalam Made Amin et al. (2004) bahwa
dengan adanya pola asuh yang baik utamanya asuhan gizi maka status gizi akan semakin baik
terutama perilaku orangtua dalam pengaturan dan penyajian makanan. Dari uraian diatas, maka
perilaku orang tua terutama ibu yang memperhatikan anaknya (tidak acuh tak acuh) akan
berpengaruh terhadap status gizi anak. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perilaku orang tua
berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita.
Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga
kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang
buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah diare, infeksi
saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. (Dr.
Harsono:1999).
Penyakit dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus,
maka penyakit akan membuat balita kekurangan gizi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyakit berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita.
Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan,
perumahan, kesehatan) yang dapat mempengaruhi status gizi. Hal itu karena tingkat pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Sejak
lama telah disepakati bahwa pendapatan merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap
kualitas menu. Maka dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa antara pendapatan dan gizi, jelas
ada hubungan yang menguntungkan.
Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga
kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang
buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian. Untuk mencegah gizi buruk pada balita, orang tua sebaiknya melakukan hal-hal seperti
rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu, anak diberi
makanan yang bervariasi, dan seimbang, membuat pengaturan menu dan variasi bentuk,
pengolahan dan penyajian makanan agar anak tidak merasa bosan, serta jika anak dirawat di
rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang
harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita dengan status gizi buruk, dan dalam waktu
yang sangat singkat menjadi 2,3 juta di tahun 2006. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup dibawah
garis kemiskinan, separo dari total rumah tangga mengkonsumsi kurang dari kebutuhan sehari-
hari, 5 juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap
berbagai masalah kurang gizi (Hadi, 2005).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui bahwa
prevalensi nasional berat kurang (underweight) pada balita adalah 18,4%. Dalam hasil Riskesdas
tersebut juga diketahui bahwa dari sekitar 25 juta balita di Indonesia terdapat 4,6 juta balita gizi
kurang dan 1,4 juta (5,4%) diantaranya mengalami gizi buruk. Adapun secara nasional
berdasarkan riskesdas tahun 2010 prevalensi berat kurang (underweight) adalah 17,9 % yang
terdiri dari 4,9 % gizi buruk dan 13,0 % gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi
nasional tahun 2007 (18,4 %) sudah terlihat terdapat penurunan permasalahan gizi.
Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui
sampai tahun 2011 ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk. Hingga kini
Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Gizi buruk adalah keadaan
kekurangan energy dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan atau menderita sakit dalam waktu lama.
Menurut Menkes (2002) Klasifikasi Status Gizi Anak Balita dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Masa balita merupakan periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal, yaitu usia
dua sampai lima tahun. Pada masa ini seorang anak sedang lucu-lucunya dan terjadi perubahan
siklus dalam hidupnya seperti ia sudah dapat membaca keadaan, banyak bertanya sesuatu yang
tidak ia ketahui, belajar berhitung, bermain dan mulai mengenali teman-temannya alias
bersosialisasi, mengetahui benda, mengeja, berbicara lancar.
Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan system organ yang akan merusak
sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik. Serta dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mental serta penurunan IQ. Penurunan fungsi otak
berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungan dan
perubahan kepribadian anak.
Di Kecamatan Jakenan tepatnya di Desa Karangrejo Lor terdapat 6 kasus gizi buruk pada
balita. Berikut ini adalah data balita penderita gizi buruk di Desa Karangrejo Lor:
Tabel 1.2 Kejadian Gizi Buruk
No. Nama Umur BB Status Gizi
1. An. T 51 bln 10,6 kg <-3SD
2. An. Z 52 bln 10,75 kg <-3SD
3. An. F 52 bln 10,5 kg <-3SD
4. An. AF 28 bln 8,1 kg <-3SD
5. An. Y 46 bln 10,4 kg <-3SD
6. An. AN 35 bln 8,7 kg <-3SD
Survey awal yang dilakukan di desa Karangrejo Lor Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati
terdapat 6 balita yang mengalami gizi buruk. Faktor penyebab gizi buruk yaitu pengetahuan,
ekonomi, penyakit, dan perilaku.
Faktor pelayanan kesehatan tidak berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita di
desa Karangrejo Lor karena di desa tersebut sudahdiadakan penyuluhan dari tenaga kesehatan,
selain itu setiap tanggal 14 selalu diadakan kegiatan posyandu. Juga di desa tersebut terdapat
poliklinik dan ada bidan desa dan kader-kadernya yang aktif. Orang tua dari para balita yang
mengalami gizi buruk juga sering memeriksakan anaknya ke dokter dan ke dokter spesialis anak
saat anaknya sakit.
Faktor pengetahuan cukup berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk di desa Karangrejo
Lor karena para orang tua meskipun sudah diberi informasi tentang gizi pada balita namun para
orang tua tersebut kurang begitu memahami tentang makanan yang bergizi pada balita.
Sebagian besar gizi buruk disebabkan faktor ekonomi yang rendah. Di desa tersebut
beberapa orang tua dari balita penderita gizi buruk berasal dari keluarga yang kurang mampu dan
keluarga yang biasa-biasa saja. Padahal penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan
yang disajikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendapatan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
Beberapa orang tua dari penderita gizi buruk hanya bekerja sebagai tukang batu dan petani dan
penghasilannya tidak tentu.
Disamping kondisi ekonomi masyarakatnya yang rendah, penyakit juga turut
mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada balita di desa Karangrejo Lor. Seperti yang dialami
An.F, saat kecil tali pusatnya membusuk dan sekarang hingga umurnya 4,5 tahun, ia tidak dapat
berjalan dan tidak dapat berbicara. Selain itu salah satu balita yang lain yaitu An.Y saat kecil
mengalami BBLR, berat badannya hanya 2300 gram. Dan balita yang satunya lagi yaitu An.AF
saat masih kecil sering sakit-sakitan dan tidak mau makan. Saat umurnya 9 bulan pernah dirawat
dirumah sakit karena kepalanya sering panas tapi badannya dingin. Serta balita yang lainnya juga
ada yang sering mengalami diare.
Jika dilihat dari faktor perilaku di desa karangrejo Lor, orang tua tidak mempunyai
pengaturan menu untuk makan sehari-hari sehingga anak mudah bosan. Padahal anak-anak
mereka rewel dan sulit jika dibujuk untuk makan bahkan orang tua sampai memberi berbagai
suplemen makanan tapi anak mereka tetap tidak mau makan dan pada akhirnya orang tua
membiarkan anaknya tidak makan jika anaknya tidak mau makan meskipun sudah dibujuk.
Selain itu, dalam makanan yang dibuat juga tidak ada kombinasi warna dan tidak ada variasi
potongan dalam makanan yang dibuat. Serta dalam penyajian makanan tidak menggunakan alat
makan yang menarik dan disukai anak. Perilaku orang tua yang membiarkan anaknya tidak
makan jika sudah dibujuk tetapi tetap tidak mau serta tidak adanya pengaturan menu serta tidak
adanya variasi warna dan potongan makanan akan membuat anak jarang makan karena malas
dan jika hal ini dibiarkan akan membuat gizi anak kurang tercukupi.
Sedangkan jika dilihat dari segi lingkungan, di desa Karangrejo Lor meskipun
tanahnyatandus karena sedang musim kemarau tapi tetap ditanami tanaman palawija dan
masyarakatnya juga sudah ada yang memanfaatkan pekarangannya untuk menanam sayuran dan
TOGA. Sehingga lingkungan tidak begitu berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa masih banyak kasus gizi buruk di Desa
Karangrejo Lor. Untuk mencegah terjadinya gizi buruk semakin bertambah maka perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Oleh karena itu, kami melakukan survey
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita di Desa Karangrejo
Lor Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, tentang
Faktor pengetahuan, perilaku, penyakit dan ekonomi yang dapat mempengaruhi gizi buruk pada
balita di Desa Karangrejo Lor Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk pada balita di
Desa Karangrejo Lor Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sebaran kejadian penyakit gizi buruk pada balita di Desa Karangrejo Lor
Kec. Jakenan Kab.Pati.
b. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat dengan kejadian gizi buruk pada balita di Desa
Karangrejo Lor Kec. Jakenan Kab. Pati.
c. Untuk mengetahui perilakumasyarakat yang mempengaruhi kejadian gizi buruk di Desa
Karangrejo Lor Kec. Jakenan Kab. Pati.
d. Untuk mengetahui penyakit yang mempengaruhi kejadian gizi buruk di Desa Karangrejo Lor
Kec. Jakenan Kab. Pati.
e. Untuk mengetahui kondisi ekonomi yang mempengaruhi kejadian gizi buruk di Desa
Karangrejo Lor Kec. Jakenan Kab. Pati.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Nakes
Penelitian ini dapat membantu menganalisa mengenai gizi di tiap tahap tumbuh kembang.
2. Bagi Penulis
Menerapkan ilmu yang telah di dapat dan turut membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Bagi orang tua
Menambah pengetahuan orang tua tentang makanan yang bergizi untuk anak balitanya.
4. Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat dalam upaya mencegah bertambahnya penderita gizi buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Definisi Gizi Buruk
Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Deswarni Idrus:1990)
Berdasarkan pendapat salah seorang dokter spesialis di Rumah Sakit Pasar Rebo, dr.
Subagyo, Sp.P., gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi
buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau
kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk adalah bentuk terparah
dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
Gizi buruk merupakan kurang gizi tingkat berat akibat rendahnya konsumsi energi dan
protein dari makanan sehari-hari yang terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sandjaja et al.,
2010). Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan
perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan
dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk
dapat menyebabkan kematian.
b. Gejala Gizi Buruk
Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Gizi
buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental, semakin berat kondisi gizi
buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko terjadinya
masalah kesehatan secara fisik. Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi seperti kasus marasmus
(lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi
yodium, kebutuhan dan resiko terkena panyakit yang meningkat akibat defisiensi vitamin A sulit
untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk
adalah:
1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan
infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
3. Unsur lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu. Di desa Karangrejo lor meskipun
tanahnya tandus karena sedang musim kemarau tapi tetap ditanami tanaman palawija dan
masyarakatnya juga sudah ada yang memanfaatkan pekarangannya untuk menanam sayuran dan
TOGA. Sehingga lingkungan tidak begitu berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk.
BAB III
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data
1. Data Umum
Desa Karangrejo Lor terletak di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, dengan luas
203,691 Ha. Jarak tempuh dari desa ke kecamatan 3,5 km, adapun jarak tempuh ke kota
kabupaten 25 km. Sedangkan jarak tempuh ke kota kabupaten 30 menit.
Dari survey dan penelitian yang kami lakukan di Desa Karangrejo lor, kami mendapatkan
data sebagai berikut:
a. Data Demografi
1) Umur Balita
Tabel 1
Umur balita
No. Umur (bln) Jumlah %
L P
1. 0-6 - - 0
2. 7-12 - - 0
3. 13-18 - - 0
4. 19-24 - - 0
5. 25-30 3 1 20
6. 31-36 3 2 25
7. 37-42 1 1 10
8. 43-48 2 2 20
9. 49-54 1 3 20
10. 55-60 1 - 5
Jumlah 11 9 100
Tabel 2
Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
Rata-rata responden berpendidikan SMA. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey menunjukkan
bahwa 60% responden berpendidikan SMA.
3) Pekerjaan orang tua
Grafik 2
Distribusi penduduk menurut pekerjaan
Tabel 3
Distribusi penduduk menurut pekerjaan
Rata-rata responden bekerja sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey menunjukkan
bahwa 35% responden bekerja sebagai petani.
b. Sarana Prasarana
Jumlah posyandu : 2
Jumlah PKD : 1
Jumlah Tenaga kesehatan: 2 perawat, dan 2 bidan
c. Data lingkungan
Luas Desa Karangrejo Lor yaitu 203,691 Ha, dengan jumlah penduduk 1292 orang yang terdiri
dari 636 penduduk laki-laki, dan 658 penduduk perempuan. Di Desa karengrejo Lor terdapat 1
masjid dan 12 mushola. Di desa Karangrejo lor meskipun tanahnya tandus karena sedang musim
kemarau tapi tetap ditanami tanaman palawija dan masyarakatnya juga sudah ada yang
memanfaatkan pekarangannya untuk menanam sayuran dan TOGA.
2. Data Khusus
a. Pengetahuan
Diagram pengetahuan responden
Tabel 4
Hasil penelitian dari 20 responden didapat:
Rata-rata responden memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa 65% responden memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari hasil
wawancara, rata-rata responden mengetahui gizi yang baik itu terdiri dari nasi, lauk pauk, dan
sayur.
b. Perilaku
Diagram perilaku responden
Tabel 5
Hasil penelitian dari 20 responden didapat:
Rata-rataresponden memiliki perilaku yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa 60% responden memiliki perilaku yang baik. Sedangkan dari hasil
wawancara, rata-rata responden akan membujuk anaknya jika tidak mau makan.
c. Penyakit
Diagram penyakit responden
Tabel 6
Hasil penelitian dari 20 responden didapat:
Rata-rata anak dari responden berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa 75% berada pada kondisi baik. Sedangkan dari hasil wawancara
rata-rata penyakit yang sering diderita balita adalah ISPA, penyakit syaraf, dan batuk.
d. Ekonomi
Diagram ekonomi responden
Tabel 7
Hasil penelitian dari 20 responden didapat:
Rata-rata responden berada pada tingkat ekonomi yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa 75% responden berada pada tingkat ekonomi sedang. Sedangkan
dari hasil wawancara rata-rata responden bekerja sebagai petani.
3. Distribusi
a. Person
1. Faktor biologi yaitu balita merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi dan
imunitasnya masih rendah sehingga memungkinkan lebih mudah terkena penyakit. Sakit yang
dialami dapat menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk
pertumbuhan.
2. Faktor perilaku yaitu perilaku masyarakat terutama orang tua yang membiarkan anaknya tidak
makan jika sudah dibujuk tetapi tetap tidak mau serta tidak adanya pengaturan menu serta tidak
adanya variasi warna dan potongan makanan akan membuat anak jarang makan karena malas
dan jika hal ini dibiarkan akan membuat gizi anak kurang tercukupi.
3. Faktor ekonomi yaitu beberapa orang tua dari balita penderita gizi buruk berasal dari keluarga
yang kurang mampu dan keluarga yang biasa-biasa saja. Padahal penghasilan keluarga turut
menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendapatan keluarga
akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun
jumlah makanan. Beberapa orang tua dari penderita gizi buruk hanya bekerja sebagai petani dan
penghasilannya tidak tentu.
b. Time
Pada bulan Januari-Agustus 2014 ditemukan kasus gizi buruk pada balita di Desa Karangrejo
Lor, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati sebanyak 6 balita. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus,
jumlah balita yang menderita gizi buruk akan bertambah.
c. Place
Tempat tinggal balita penderita gizi buruk di desa Karangrejo Lor merupakan daerah yang
tandus karena sedang musim kemarau tapi tetap ditanami tanaman palawija dan masyarakatnya
juga sudah ada yang memanfaatkan pekarangannya untuk menanam sayuran dan TOGA. Selain
itu di Desa Karangrejo Lor, lingkungannya cukup bersih.
B. Pembahasan
Analisa pendekatan epidemiologi gizi buruk pada balita di Desa Karangrejo Lor,
Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati.
1. Penyebaran
a. Time atau waktu
Kejadian gizi buruk di Desa Karangrejo Lor tidak dipengaruhi oleh waktu. Karena gizi buruk
dapat terjadi kapan saja dan tidak dipengaruhi oleh waktu.
b. Place atau tempat
Tempat atau lingkungan rumah yang tidak sehat akan menyebabkan mudah terkena
penyakit,penyakit dapat memperburuk keadaan gizi balita. Namun, kejadian Gizi buruk di Desa
Karangrejo Lor tidak dipengaruhi oleh tempat karena lingkungan di desa Karangrejo Lor sudah
cukup bersih. Rata-rata masyarakat disana sudah menjaga kebersihan lingkungan.
c. Man atau orang
Kejadian gizi buruk didesa Karangrejo Lor dipengaruhi oleh karakteristik orang. Perilaku
masyarakat terutama orang tua yang membiarkan anaknya tidak makan jika sudah dibujuk tetapi
tetap tidak mau dan tidak adanya pengaturan menu serta tidak adanya variasi warna dan
potongan makanan akan membuat anak jarang makan karena malas dan jika hal ini dibiarkan
akan membuat gizi anak kurang tercukupi.
2. Pengetahuan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki pengetahuan yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% responden memiliki
pengetahuan yang baik. Sedangkan dari hasil wawancara, rata-rata responden mengetahui gizi
yang baik itu terdiri dari nasi, lauk pauk, dan sayur.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguh
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian,
kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya
mutu gizi makanan kelurga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr.Soegeng
Santoso,M.pd, 1999, masalah gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang
memasak menurunkan konsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
Dari uraian tersebut, maka pengetahuan orang tua tentang giziakan berpengaruh terhadap
gizi pada balita. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua tentang gizi pada
balita berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita.
3. Perilaku
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki perilaku yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% responden memiliki
perilaku yang baik. Sedangkan dari hasil wawancara, rata-rata responden akan membujuk
anaknya jika tidak mau makan.
Perilaku orang tua berhubungan dengan pola asuh terhadap anaknya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Bibi (2001) dalam Made Amin et al. (2004) bahwa
dengan adanya pola asuh yang baik utamanya asuhan gizi maka status gizi akan semakin
baikterutama perilaku orangtua dalam pengaturan dan penyajian makanan.
Dari uraian diatas, maka perilaku orang tua terutama ibu yang memperhatikan anaknya
(tidak acuh tak acuh) akan berpengaruh terhadap status gizi anak. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa perilaku orang tua berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita.
4. Penyakit
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata anak dari responden berada dalam
kondisi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% berada
pada kondisi baik. Sedangkan dari hasil wawancara rata-rata penyakit yang sering diderita balita
adalah ISPA, penyakit syaraf, dan batuk.
Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga
kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang
buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. (Dr.
Harsono:1999).
Penyakit dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini
juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus,
maka penyakit akan membuat balita kekurangan gizi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyakit berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk pada balita.
5. Ekonomi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berada pada tingkat
ekonomi yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 75%
responden berada pada tingkat ekonomi sedang. Sedangkan dari hasil wawancara rata-rata
responden bekerja sebagai petani.
Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan,
perumahan, kesehatan) yang dapat mempengaruhi status gizi. Hal itu karena tingkat pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Sejak
lama telah disepakati bahwa pendapatan merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap
kualitas menu.
Maka dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa antara pendapatan dan gizi, jelas ada
hubungan yang menguntungkan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kejadian buruk juga
dipengaruhi oleh faktor ekonomi.
6. Determinan
Beberapa faktor terjadinya gizi buruk menurut L. Green:
a. Faktor predisposisi
Faktor yang dapat menyebabkan gizi buruk di Desa Karangrejo Lor karena kurangnya
pengetahuan tentang gizi pada balita. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat
keluarga yang berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja.
b. Faktor pemungkin
Faktor pemungkin atau penduduk dari perilaku adalah:
1.) Fasilitas Kesehatan
Di Desa Karangrejo Lor pelayanan kesehatan sudah terlaksana dengan baik, setiap tanggal 14
selalu diadakan kegiatan di Posyandu dan sudah ada poliklinik dan bidan desa serta kader-kader
yang aktif. Hanya saja penyuluhan tentang gizi pada balita kurang efektif.
2.) Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi masyarakat di Desa Karangrejo Lor berada dalam tingkat menengah
kebawah, sehingga cukup mempengaruhi perilaku masyarakatnya dalam pemberian nutrisi yang
baik bagi balitanya. Faktanya pada pemberian makanan, masyarakat biasanya memberikan
nutrisi yang dirasa belum cukup. Menu yang dikonsumsi biasanya terdiri dari nasi, lauk, dan
sayur. Untuk buah-buahan yang banyak mengandung vitamin mereka jarang diberikan. Bisa
dikatakan, jika tingkat sosial ekonomi rendah, pemenuhan gizi seimbang pada balita belum
terpenuhi, sedangkan gizi yang baik mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Apalagi pada
balita, balita termasuk golongan yang rentan penyakit karena daya tahan tubuh yang belum
terlalu kuat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan survei gizi buruk pada balita di desa Karangrejo Lor, didapatkan hasil
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada balita yaitu:
1. Faktor pengetahuan orang tua tentang gizi pada balita, didapat hasil dari 20 responden yaitu rata-
rata responden memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa 65% responden memiliki pengetahuan yang baik. Sedangkan dari hasil
wawancara, rata-rata responden mengetahui gizi yang baik itu terdiri dari nasi, lauk pauk, dan
sayur.
2. Faktor perilaku orangtua dalam pengaturan dan penyajian makanan, didapat hasil dari 20
responden yaiturata-rata responden memiliki perilaku yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa 60% responden memiliki perilaku yang baik. Sedangkan dari
hasil wawancara, rata-rata responden akan membujuk anaknya jika tidak mau makan.
3. Faktor penyakit yang dapat memperburuk keadaan gizi balita, didapat hasil dari 20 responden
yaitu rata-rata anak dari responden berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% berada pada kondisi baik. Sedangkan dari hasil
wawancara rata-rata penyakit yang sering diderita balita adalah ISPA, penyakit syaraf, dan
batuk.
4. Faktor ekonomi yangmenentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan,
perumahan, kesehatan) yang dapat mempengaruhi status gizi, didapat hasil dari 20 responden
yaitu rata-rata responden berada pada tingkat ekonomi yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% responden berada pada tingkat ekonomi sedang.
Sedangkan dari hasil wawancara rata-rata responden bekerja sebagai petani.
5. Faktor distribusi dari:
a. Person : pengetahuan yang kurang tentang gizi pada balita, dan tidak adanya pengaturan menu,
tidak adanya variasi warna dan potongan, dll.
b. Waktu : gizi buruk dapat terjadi kapan saja, tapi biasanya paling banyak terjadi pada musim
paceklik, dimana orang akan mangalami krisis dalam berbagai bidang kehidupan.
c. Tempat : Lingkungan rumah yang tidak sehat akan menyebabkan mudah terkena
penyakit,penyakit dapat memperburuk keadaan gizi balita.
6. Mengetahui hasil penelitian pengetahuan, perilaku, kondisi kesehatan (penyakit), dan ekonomi
masyarakat dalam batas yang baik tetapi masih terdapat kejadian gizi buruk di Desa Karangrejo
Lor Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati, maka dapat disimpulkan bahwa ada faktor lain yang
belum teridentifikasi namun mempengaruhi gizi buruk.
B. Saran
Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga
kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang
buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian. Untuk mencegah gizi buruk pada balita, orang tua sebaiknya melakukan hal-hal
berikut:
1. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu.
2. Anak diberi makanan yang bervariasi, dan seimbang.
3. Membuat pengaturan menu dan variasi bentuk, pengolahan dan penyajian makanan agar anak
tidak merasa bosan.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan
jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah dan Erna. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan
Masyarakat. Yogjakarta: Nuha Medika.
Dyah Palupi, Retno. 2014. Analisis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Baik Dan Gizi
Kurang Pada Balita di Desa Dukuh Waluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurfiana, Nurlaela. 2013. Faktor faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Buruk Pada
Lingkungan Tahan Pangan Dan Gizi.
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA
Nama Balita :
Umur Balita :
Nama orang tua :
A. Faktor Pengetahuan
a. Apa pendidikan terakhir ibu?
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
b. Apakah ibu mengetahui gizi yang baik untuk balita itu seperti apa?
Nasi + lauk
Nasi + sayuran
Nasi + lauk pauk + sayur
Nasi +lauk pauk + sayur + buah
Pengetahuan
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Balita 1-5 tahun makan-makanan utama
sebanyak 3 kali sehari ditambah makanan
selingan diantara setiap makanan utama.
2. Makanan yang diberikan sebaiknya hanya
sejenis dan tidak perlu beraneka ragam.
3. Banyak memberi makanan ringan sebelum
waktu makan itu baik untuk menambah
nafsu makan anak.
4. Anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa
ingin tahu yang kurang, untuk itu ibu tidak
perlu memiliki keterampilan yang baik
dalam mengolah makanan.
5. Kurang gizi dapat mengakibatkan anak
mudah terserang penyakit sehingga
mengganggu pertumbuhannya.
6. Makanan yang baik adalah makanan yang
enak dan mengenyangkan.
7. Bahan makanan seperti buah dan sayuran
sebelum diolah/dimasak tidak perlu dicuci
terlebih dahulu.
8. Pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh
diberi ASI (Air Susu Ibu) saja.
9. ASI (Air Susu Ibu) sebaiknya diberi
segera setelah lahir karena mengandung
banyak zat gizi yang dibutuhkan bayi.
10. Pada usia balita 6 bulan, makanan
pendamping sangat penting bagi balita
karena air susu ibu akan semakin berkurang.
B. Faktor Perilaku
a. Apa yang ibu lakukan jika anak ibu tidak mau makan?
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
b. Dalam sehari berapa kali anak ibu makan?
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
> Tiga kali
Perilaku
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah setiap hari Ibu memasak dan
menyiapkan makanan untuk anak?
2. Apakah Ibu memenuhi permintaan anak
balita Ibu untuk memasak makanan yang
ingin anak makan?
3. Apakah Ibu mempunyai pengaturan menu
untuk makan sehari-hari agar anak tidak
mengalami kebosanan?
4. Apakah dalam menu yang ibu buat
terdapat kombinasi rasa (asin, manis, dll)?
5. Apakah dalam menu yang ibu buat
terdapat kombinasi warna (merah, hijau,
kuning, coklat, dll)?
6. Apakah dalam menu yang ibu buat
terdapat variasi bentuk potongan (persegi,
panjang, tipis, bulat, bintang, dll)?
7. Apakah dalam menu yang ibu buat
terdapat variasi kering/berkuah?
8. Apakah dalam menu yang ibu buat
terdapat teknik pengolahan (digoreng,
direbus, disetup, dll)?
9. Apakah ibu memberikan suplemen
tambahan?
10. Apakah dalam penyajian makanan untuk
balita anda menggunakan alat makan
yang menarik dan disukai oleh anak Ibu?
C. Faktor Penyakit
a. Penyakit apa yang sering diderita anak ibu?
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
b. Berikut adalah penyakit yang menyebabkan gizi buruk, silahkan beri
tanda centang () pada jenis penyakit yang diderita anak balita Ibu.
Jawaban boleh lebih dari satu.
Tuberkulosa
Diare kronik
Cacingan yang bersifat kronis
HIV/AIDS
Tumor/keganasan
Lainnya.
Penyakit
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anak ibu menderita penyakit
tahunan/kronis?
2. Dalam sebulan terakhir, apa anak ibu
pernah sakit?
3. Apakah anak ibu pernah mengalami BAB
cair 3 kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam)?
4. Apakah anak ibu sering demam? Posted
5. Apakah anak ibu sering batuk? by anysweeties
at 17:22
6. Apakah ibu memberikan ASI pertama Email
(kolostrum) kepada anak ibu? ThisBlogThis!S
hare to
7. Apakah berat anak balita ibu saat lahir TwitterShare to
kurang dari 2500 gram? FacebookShare
to Pinterest
8. Apakah anak ibu sudah mendapat
imunisasi lengkap? No
9. Apakah ibu sering comments:
membersihkan/memotong kuku anak?
Post a
10. Apakah dirumah Ibu mempunyai ruangan
Comment
makan keluarga untukmenyimpan
makanan matang agar tetap bersih dan Newer
amandikonsumsi? PostOlder
PostHome
D. Faktor Ekonomi Subscribe
to: Post
No. Pertanyaan Ya Tidak Comments
1. Apakah suami ibu bekerja? (Atom)
2. Apakah ibu juga bekerja? CALENDER
3. Apakah jumlah anak ibu > dua? Powered
by Calendar Labs
4. Apakah anak ibu makan 3x sehari?
JAM
ABOUT ME
a. Apa pekerjaan suami ibu?
anysweeties
................................................................................................................
My name is
................................................................................................................ Any. I have one
................................................................................................................ brother and one
sister.
b. Berapa pendapatan keluarga ibu per bulan?
View my
Rp 500.000
complete profile
500.000-1000.000
GOOGLE+
Rp 1000.000 FOLLOWERS
GAMBAR 2
gambar 2
GAMBAR 1
gambar 1
GAMBAR
gambar
GAMBAR
gambar
FISH
MENCARI PEKERJAAN
jobs by
IKLAN
BLOG ARCHIVE
2016 (16)
2015 (35)
o December (2)
o November (11)
o September (2)
o August (7)
o July (3)
o June (2)
o April (1)
o March (5)
o February (2)
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada ba...
makalah pemasangan infus
2014 (48)
2013 (6)
IKLAN
TRANSLATE
KATA2
kata2
KATA-KATA
kata-kata
DO'A
do'a
DO'A
do'a
DO'A
Do'a
DO'A
do'a
PICTURE
picture
Picture Window template. Template images by GelatoPlus. Powered by Blogger.