PENDAHULUAN
Miositis osifikan atau disebut juga osifikasi florid dapat terjadi pada otot dan jaringan
lunak lainnya. Ini disebabkan karena terjadinya osifikasi yang abnormal sehingga terbentuk
penulangan pada otot maupun jaringan lunak. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi dapat
dideskripsikan dengan baik berdasarkan gejala klinis, penampilan patologis, dan radiologis.
Miositis osifikan terjadi sebagai akibat dari trauma akut atau kronik dan juga dapat timbul di
sekitar sendi pada gangguan neurologis. Dewasa muda dan remaja, terutama laki-laki, sering
mendapat penyakit ini. Miositis osifikan bersifat autosomal dominan, tetapi pada sebagian besar
kasus bersifat sporadik. Ada dua bentuk yang terlokalisir, yaitu akibat post traumatic dan
Miositis osifikan biasanya terjadi pada atlet yang mengalami regangan atau kontusio
pada otot dan/atau tendon, seperti pada cedera olahraga dan pekerja yang mengalami trauma
berulang. Sekitar 80% kasus miositis osifikan meningkat pada otot-otot besar di ekstremitas.
Insiden kasus miositis osifikan sekitar 2% akibat pengobatan tertutup pada dislokasi panggul dan
meningkat menjadi 34% pada trauma terbuka. Sekitar 10 20% lesi tersebut mengakibatkan
defisit fungsional yang signifikan. Dewasa muda dan remaja, terutama laki-laki, sering
Miositis osifikan adalah peradangan pada otot rangka yang menyerupai tumor sehingga
sering salah didiagnosis secara klinis dan secara histologi dianggap sebagai tumor ganas pada
jaringan lunak, seperti osteosarkoma.2 Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang pada miositis osifikan sehingga penyakit tersebut dapat didiagnosis secara tepat.
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis terutama pada
Refrat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk kepada
berbagai literatur.
TINJAUAN PUSTAKA
Otot rangka dibentuk oleh sejumlah serta yang diameternya berkisar dari 10 80
mikrometer. Masing-masing serat terbuat dari rangkaian subunit yang lebih kecil. Pada sebagian
besar otot, serat-seratnya membentang di seluruh panjang otot, kecuali pada sekitar 2% serat,
masing-masing hanya dipersarafi oleh satu ujung saraf yang terletak di dekat bagain tengah
serat. Setiap serat otot mengandung beberapa ribu myofibril dan setiap myofibril mengandung
sekitar 1500 filamen miosin dan 3000 filamen aktin yang merupakan molekul protein polimer
Myofibril memiliki pita terang dan pita gelap yang berselang-seling. Pita terang hanya
mengandung filament aktin yang disebut pita I karena bersifat isotropic terhadap cahaya yang
dipolarisasika. Pita gelap mengandung filament myosin yang disebut pita A karena bersifat
anisotropic terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Mekanisme terjadinya kontraksi otot, yaitu : 3
- Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada
serat otot.
- Pada setiap ujung, saraf menyekresikan substansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin dalam
jumlah sedikit.
- Asetilkolin bekerja pada daerah setempat untuk membuka saluran bergerbang asetilkolin.
- Terbukanya saluran asetilkoin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk mengalir ke
bagian membrane serat otot. Hal ini menimbulkan potensial aksi dalam serat otot.
- Potensial aksi berjalan di sepanjang membrane serat otot dan menimbulkan depolarisasi
- Retikulum endoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium ke dalam myofibril sehingga
Pada otot rangka, meskipun inti tidak dapat bermitosis, jaringannya mengalami
regenerasi yang terbatas. Sumber regenerasi berasal dari sel satelit, yaitu populasi kecil sel
mononukleus berbentuk gelondong yang terletak di dalam lamina basalais yang mengelilingi
setiap serat otot matang. Sel satelit dianggap sebagai mioblast tidak aktif yang menetap setelah
diferensiasi otot. Setelah cedera, sel satelit yang biasanya diam akan menjadi aktif,
berproloferasi, dan membentuk serat otot rangka baru. Kemampuan regenerasi otot rangka
Miositis osifikan adalah peradangan pada otot rangka yang menyerupai tumor sehingga
sering salah didiagnosis secara klinis dan secara histologi dianggap sebagai tumor ganas pada
jaringan lunak. Miositis osifikan yang juga dikenal sebagai pengerasan heterofik atau
pengerasan ektopik adalah pembentukan tulang patologis yang terjadi pada jaringan lunak yang
biasanya tidak mengalami pengerasan. Ada beberapa kondisi yang berhubungan dengan atau
- Miositis osifikan circumscripta, yaitu munculnya tulang baru yang biasanya muncul
- Miositis osifikan progresif, yaitu penyakit keturunan yang memiliki ciri-ciri fibroing dan
subktaneus.
- Pseudotumor fibro-osseus pada jari tangan, yaitu variasi dari miositis osifikan yang
Pada beberapa kasus, miositis osifikan terjadi setelah adanya trauma dan ada kelompok
lain yang sangat rentan mengalami miositis osifikans yaitu pada keadaan lumpuh. Insiden kasus
miositis osifikan sekitar 2% akibat pengobatan tertutup pada dislokasi panggul dan meningkat
menjadi 34% pada trauma terbuka. Sekitar 10 20% lesi tersebut mengakibatkan defisit
fungsional yang signifikan. Dewasa muda dan remaja, terutama laki-laki, sering mendapat
penyakit ini.1,2
Penyakit ini belum diketahui etiologinya, tetapi kemungkinan didahului oleh adanya
mutasi autosomal dominan yang menimbulkan kalsifikasi ektopik di otot. Setelah terjadi
kerusakan pada otot kemudian mengalami proliferasi jaringan lunak dan berdiferensiasi menjadi
tulang. Faktor risiko terjadinya miositis osifikan adalah trauma berulang selama tahap awal
pemulihan. 2,7
Miositis osifikan sering terbentuk akibat pasca trauma atau sindrom perluasan. Awalnya
lesi muncul karena pasca trauma yang merupakan komplikasi dari pembentukan hematom di
otot, terutama di ekstremitas proksimal. Hal ini biasanya ditemukan pada otot-otot panggul usia
dewasa yang rentan mengalami memar pada trauma akibat olahraga. Lokasi lainnya yang dapat
mengalami miositis osifikan pasca trauma adalah pada lengan atas, betis, dan telapak kaki.1,2,6,9
Urise et all mengobservasi bahwa matriks tulang asam demineralisasi dapat menginduksi
sel fibroblastik di jaringan otot menjadi osteogenik dan kondrogenik yang disebut faktor protein
tulang morfogenik. Terdapat juga sel pada jaringan penghubung yang dapat berdiferensiasi
menjadi tulang, disebut sel progenitor osteogenik yang dapat ditemukan pada darah dan sel
limfoid yang merupakan bagian dari sistem stroma sumsum tulang. Sel progenitor osteogenik
bersirkulasi secara bebas dan distimulasi oleh faktor osteoinduktif menjadi bentuk jaringan
Miositis osifikan memiliki tiga fase yang disebut dengan zone phenomenon. Pola
osifikasi pada miositis osifikan yaitu pola periferal dan sentripetal. Hal ini berbeda dengan
sarkoma yang memiliki pola osifikasi sentral dan sentrifugal. Fase-fase pada perkembangan
a. Fase akut yang berlangsung dalam satu minggu. Secara histologi terdapat fase proliferasi
yang terdiri dari sel mesenkim yang menyekresikan matriks miksoid dan fibroblast. Ini
osteoblas dan menyekresikan matriks osteoid di perifer awal zona miksoid. Fase ini disebut
dengan pseudo-osteosarcomatosa.
c. Fase maturasi yang dimulai antara minggu kedua sampai minggu kelima dari masa evolusi
miositis osifikan. Produksi tulang bisa dilihat dari tepi lesi. Pada fase ini, hasil biopsi akan
menunjukkan tiga zona dari karakteristik miositis osifikan sehingga dapat didiagnosis
sebagai miositis osifikan. Selain itu, pada fase ini juga dapat muncul evolusi metaplastik
Gejala klinis miositis osifikan berupa nyeri, pembengkakan lokal, dan penurunan gerak
ekstremitas. Sekitar 80% lokasi lesi berada di otot besar ekstremitas dan sering terjadi pada
lokasi yang terkena trauma. Pada orang yang lumpuh, tanpa adanya trauma, miositis osifikan
Lesi progresif biasanya sekitar 3 6 cm dengan pusat eritem dan pinggir tegas. Hasil
pemeriksaan mikroskopis tergantung kepada usia lesi dan berdasarkan hasil pemeriksaan
radiologis. Pada tahap awal, lesi tersebut berupa seluler dengan jaringan fibroblastik yang
menyerupai jaringan granulasi, dan pemeriksaan radiografi negatif. Pada daerah perluasan lesi
osifikasi ditemukan gambaran kalsifikasi. Pada lesi matur akan tampak penulangan.1,7
Gambar 2.3. (A) lesi miositis osifikan pada paha kanan, (B) gambaran radiologi miositis
osifikan, (C) hasil biopsi miositis osifikan
awal perkembangan miositis osifikan. Namun, pemeriksaan yang dilakukan beberapa waktu
kemudian akan menunjukkan osifikasi. Osifikasi ini sering tidak tampak saat dua sampai tiga
minggu setelah onset. Kalsifikasi biasanya muncul pada pemeriksaan foto polos pada minggu
dua sampai minggu enam dan lesi terbentuk menjadi classic well circumscribed dalam dua
bulan. Mendekati usia empat bulan, lesi ini menjadi lebih kecil dan lebih padat.7
Miositis osifikan dapat didiagnosis lebih baik dengan pemeriksaan radiografi daripada
pemeriksaan histologi. Lesi imatur akan tampak imatur secara keseluruhan, proliferasi sel sangat
cepat yang dapat menimbulkan kesalahan dalam diagnosis karena secara patologis mirip dengan
sarkoma. Secara pemeriksaan radiologi, ada perbedaan di antara keduanya. Miositis osifikan
mengalami penulangan dari arah luar ke dalam. Sarcoma mengalami penulangan dari dalam ke
arah luar.8
Jika pemeriksaan radiografi konvensional tidak dapat menunjukkan lokasi lesi dan proses
osifikasi secara jelas, CT-Scan adalah pemeriksaan yang dipilih karena lesi tersebut sensitive
terhadap kalsium. Pemeriksaan CT-Scan lebih sensitif daripada radiografi untuk mendeteksi
osifikasi dan menunjukkan daerah pusat metaplastik perlemakan. CT-Scan aksial adalah
modalitas pencitraan yang lebih banyak digunakan untuk menunjukkan zona miositis osifikan
pasca trauma.1,8,10
Pada pemeriksaan MRI, tampilan lesi akan tampak sesuai dengan usia lesi. Tampilan
awal bisa salah karena tepi kalsifikasi tidak terlihat dengan baik, edema pada jaringan lunak
dapat melampaui tepi kalsifikasi dan sering tanpa gejala klinis. Tampak zona phenomenon
sebelum muncul osifikasi. Lesi tampak iso atau sedikit hiperintensitas dalam massa
intramuskular di gambar T1W dan T2W serta tampak edema di luar lesi. Pada fase subakut
- T2 : bagian perifer tampak udem (high signal) pada minggu delapan, bagian pusat terdapat
- T1 : bagian perifer (low signal) tampak tulang lamella matur dan bagian sentral tampak
- T2 : bagian perifer (low signal) tampak tulang lamella matur dan bagian sentral tampak
Pemeriksaan USG adalah pemeriksaan yang paling sensitif pada awal untuk
- Bagian perifer tebanyak menunjukkan lesi hipoechoic yang melingkar dan hiperemia.
- Bagian tipis menunjukkan lesi hiperechoic dan osifikasi
- Bagian sentral menunjukkan hypoehoic dan komponen fibroblastic stroma sentral.
Scan radionuklir juga dapat digunakan sebagai tambahan pada diagnosis karena
peningkatan uptake yang berhubungan dengan pembentukan tulang ektopik. Pada lesi imatur
yang masih dalam tahap osifikasi akan menunjukkan tanda uptake radionuklir. Pada lesi dengan
osifikasi yang komplit, akumulasi radionuklir akan menunjukkan seperti gambaran tulang yang
lain.8,11
Gambaran histologi pada miositis osifikan lesi matur. Gambaran lesi tersebut
bintang) dikelilingi oleh tulang matur di bagian perifer lesi (panah yang besar). Lesi tersebut
well-circumscribed (panah putih). Serat otot tampak di sekitar lesi (panah hitam).7
patologi. Fenomena ossifikasi pertama kali terlihat pada dua minggu. Pada pemeriksaan
- Lesi seperti kembang kol dengan pengerasan padat di bagian sentral yang berdekatan
dengan tulang.
Pada osteosarkoma terdapat nyeri dan pembengkakan yang menetap dan progresif,
peningkatan periosteal, dan destruksi kortikal pada pemeriksaan radiografi tulang, serta
- sarcoma sinovial
Terapi pada miositis osifikan sulit karena bergantung pada tahap-tahap perkembangan
penyakit miositis osifikan. Miositis osifikan mungkin bisa diobati dan muncul secara spontan.
Reseksi pembedahan dilakukan jika miositis osifikan persisten, tetapi reseksi pembedahan
invasif pada kalsifikasi tumor-like mass akan berbahaya pada fungsi lokal dan bisa menjadi
relaps lokal.1
Eksisi hanya diindikasikan untuk lesi yang mengalami penulangan secara komplit karena
pengangkatan tulang yang belum matang akan menimbulkan lesi rekuren. Beberapa penelitian
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
pada otot maupun jaringan lunak. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi dapat dideskripsikan dengan
baik berdasarkan gejala klinis, penampilan patologis, dan radiologis. Miositis osifikan terjadi
sebagai akibat dari trauma akut atau kronik dan juga dapat timbul di sekitar sendi pada gangguan
neurologis. Dewasa muda dan remaja, terutama laki-laki, sering mendapat penyakit ini. Miositis
Pada tahap awal, lesi tersebut berupa seluler dengan jaringan fibroblastik yang
menyerupai jaringan granulasi, dan pemeriksaan radiografi negatif. Pada daerah perluasan lesi
osifikasi ditemukan gambaran kalsifikasi. Pada lesi matur akan tampak penulangan.
Pemeriksaan CT-Scan lebih sensitif daripada radiografi untuk mendeteksi osifikasi dan men
1. Andrew, E.hendifar, Dorothy, J.Daniel, G.A. Myositis Ossificans : A Case Report Arthritis
and Rheumatism. Arthritis Care & Research. 2005.
3. Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC.
6. Beiner JM, Jokl P. 2002.Muscle contusion injury and myositis ossificans traumatica.
Clinical Orthopedi Relat Res.
8. Wiley, John and Sons. 2011. Journal of clinical ultrasound. Post traumatic myositis
ossificans : sonographic findings.
11. John Willey and Sons. 2011. Journal of Clinical Ultrasound. Post Traumatic Myositis
Ossificans : Sonographic Findings.