Rozeff menyimpulak bahwa temuanya adalah konsisten denga beberapa Proposisi berikut:
:Rozeff (Semua independen variabel signifikan dengan tandasesuai yang diharapakan)
1) Perusahaan akan membayar dividen lebih rendah jika ia mengalami dan mengharapkan
tingkat pertumbuhan revenue yang tinggi karena hal ini membutuhkan pengeluaran
investasi yang tinggi. Temuan ini mendukung pandangan bahwa kebjakan investasi
mempengaruhi kebijakan dividen sebagai akibat bahwa pendanaan eksternal
memerlukan biaya yang tinggi.
2) Perusahaan dengan operating maupun financial leverage (beta) yang tinggi akan
membayar dividen yang lebih rendah. temuan ini mendukung proposisi bahwa
perusahaan dengan risiko yang lebih tinggi akan membayar sebagian kecil dari earning
yang diperoleh guna mengurangi ketergantungan kepada dana eksternal yang
menimbulkan transaction cost.
3) Perusahaan akan membayar dividen yang tinggi jika pihak insiders hanya memiliki
sebagian kecil saham perusahaan dan juga jika jumlah pemegang saham oleh outsiders
semakin besar. Temuan ini konsisten dengan argumen bahwa adanya keterbatasan
kontrol oleh pemegang saham terhadap manajemen maka diperlukan dividen guna
memperkecil agency cost yang mungkin timbul.
Kesimpulan
Menurut Rozeff, kebijakan dividen yang optimal, dalam hal ini, adalah kebijakan
yang mampu meminimalkan explicit transaction cost dari pembiayaan eksternal dan
sekaligus agency cost yang timbul akibat ketidak pastian dari investor tentang perilaku
manajemen.
2. M.J. Barclay, C.W. Smith, dan R.L. Watts, 1995: The Determinants of
Corporate Leverage and Dividend Policies.
5. A. Sabur Mollah, Kevin Keasey; and Helen Short, 2000: The Influence of
Agency Cost on Dividend Policy in Emerging Market: Evidence from the Dhaka
Stock Exchange.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Mollah et al. ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh agency costs terhadap kebijakan dividen di lingkungan pasar
modal yang baru berkembang (emerging market) khususnya di lingkungan pasar modal
Dhaka Stock Exhange.
Ketertarikan peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut karena mereka meyakini
bahwa perilaku perusahaan dilingkungan emerging market berbeda dengan mereka yang
berada di lingkungan pasar modal yang sudah maju (advanced market) dan efisien. Di
samping itu, pada umumnya hasil-hasil penelitian tentang kebijakan dividen yang dipublikasi
dilakukan menggunakan konteks advanced market.
Sampel dan Model
Peneliti menggunakan data pooling dari periode 1988 1997 untuk menguji hipotesis
pengaruh agency cost terhadap dividend policy. Teknik analisis yang digunakan adalah OLS
multiple regression analysis.
Variabel, Indikator. Hipotesis/ Sign, dan Hasil
NO VARIABEL INDIKATOR HIP HASIL
SIGN
Hasil (reaksi pasar jk pendek), terdapat hubungan positif antara inisiasi dividen
dengan reaksi pasar dan hungan negatif yang kuat antara CAR dengan systematic risk dan
return premium. Temuan reaksi positif terhadap harga terhadap inisiasi dividen mungkin
terkait penurunan sytematic risk sehingga menurunya cost of capital, atau ada harapan
investor terhadap prospek kinerja mendatang, atau pertimbangan agency cost dari FCF.
Hasil (pasar jk panjang), hasil uji hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti bertolak
belakang dengan signaling hypothesis terbukti profitabilitas menurun pasca inisiasi dividen
yang bertolak belakang dengan signaling model yang justru mengharapkan peningkatan
profitabilitas. Sharma menyampaikan hipotesisnya bahwa inisiasi dividen tidak
merefleksikan prospek kinerja yang akan datan melain merefleksikan kinerja masa lalu .
Manajer memilih kinerja masa lalu untuk menginisisasi dividen dg harapan kinerja masa lalu
yang kuat akan memberikan harapan masa yang akan datang guna mengharapkan
menghasilkan profitabilitas dan cash flow yang stabil.dan kemungkinan agency cost
dipertimbangkan untuk menghindari penyalahguaan free cash flow.
Permasalahan
1) faktor-faktor apa saja yang menentukan kecenderungan/ kemungkinan perusahaan
menginisiasi dividen regulernya;
2) faktor-faktor apa saja yang membedakan antara perusahaan yang melakukan inisiasi
dividen pasca IPO dengan perusahaan yang tidak melakukannya.
Model dan Sampel
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple logistic regression dengan
dependent variable Dividend Initiation. Variabel ini diberi nilai 1 jika perusahaan
menginisiasi dividen pasca IPO dan 0 jika tidak. Sampel digunakan untuk menguji model
1628 IPO firms sebagai sampel yang terdiri dari 99 perusahaan menginisiasi dividen dan
1529 tidak menginisiasi dividen pasca IPO yang diselenggarakan pada periode 1990-1998.
Variabel yang diduga mempengaruhi kebijakan inisiasi dividen sebagai berikut.
NO VARIABEL INDIKATOR Hasil
Hasil menunjukkan bahwa probabilitas menginisiasi dividen pasca IPO menunda jika
persh tergolong hightech ndustry, memiliki venturecapital, number ofuses of proceed dan
memiliki initial return and risk meningkat
Perbedaan perusahaan dari aspek kinerja pasca IPO yang menginisiasi dividen terbukti
memiliki sales growth rate yang lebih rendah dan memiliki profitabilitas yang lebih tinggi
dibanding kelompok perusahaan yang tidak melakukan inisiasi dividen. Keduanya memiliki
capital expenditure yang cukup signifikan namun tidak berbeda signifikan.
8. Dan Dhaliwal, Oliver Zhen Li, Robert Trezevant, 2003, Test of the Influence of
a Firms Post-IPO Age on the Decision to Initiate Dividend.
Penelitian oleh Dhaliwal et al. ini juga bertitik tolak dari signaling model yang
menjelaskan bahwa perusahaan menginisiasi dividennya untuk mengurangi information
asymmetry. Mereka berargumen bahwa karena perusahaan publik wajib membuat laporan
akuntansi setelah IPO, maka tingkat information asymmetry akan semakin berkurang seiring
meningkatnya usia IPO, karena informasi yang terkandung dalam laporan akuntansi akan
berakumulasi sepanjang waktu. Oleh karena itu mereka mengemukakan hipotesisnya
bahwa semakin lama usia IPO semakin kecil kemungkinan perusahaan menginisiasi
dividennya seiring dengan semakin berkurangnya information asymmetry. Jika pasar
menyadari bahwa semakin lama usia IPO semakin kecil kemungkinan menginisiasi dividen,
namun bila perusahaan ternyata mengumumkan inisiasi dividennya, maka tingkat surprise
pasar terhadap pengumuman tersebut diharapakan semakin tinggi.
Berdasar hipotesis tersebut peneliti mengajukan dua permasalahan utama yang
akan diteliti.
1) Apakah marginal propensity perusahaan untuk menginisiasi dividen menurun ketika
usia IPO perusahaan meningkat?
2) Apakah reaksi positif pasar (abnormal return) pada saat pengumuman inisiasi dividen
meningkat ketika usia IPO perusahaan meningkat?
Beberapa variabel lain (extraneous variables) yang diduga ikut mempengaruhi
keputusan inisiasi dividen. Variabel-variabel tersebut sebagai berikut.
NO VARIABEL INDIKATOR Hip/ HASIL
Sign
1 Profitability operating income Positif dan signifikan, menunjukkan
before + prifitabilitas yang tinggi, free cash tinggi dan
depreciation stabil yang berarti perusahaan pada fase
dibagi total maturity. Sesuai argumen jehnsen (1986) dan
assets
Grullon et al (2002)
2 Firm Size natural log. dari Positif dan Signifikan, menunjukkan makin
total assets + besar persh semakin kecil kepemilikan
manajen dan makin tersebar outinsiders
semakin besar agency prooblems yang
mungkin timbul. Semakin besar persh
semakin stabil free cash flow, indikasi fase
maturity
A Industry hightech industry - Negatif dan signifikan, berorientasi tumbuh
membership dan inovasi, butuh dana besar, profit tidak
stabil, free cash flow kecil, kemungkinan
kecil meng inisiasi
B Time Trend tahun IPO Negatif dan signifikan, semakin
dikurangi 1978, - meningkatnya usia IPO semakin berkurang
satu tahun information asymmetry makin enggan untuk
sebelum periode melakukan inisiasi dividen (Fama and French
analisis/ sampel
2001)
C Share share repurchase Tidak signifikan, pembelian kemali saham
Repurchase dibiayai dari - dengan asumsi dibiayai dan temporer cash
Activity temporary CF flow sedangkan inisiasi dari permanen CF
Pembayaran kas kepada pemegang saham akan menciptakan konflik diantara manajer dan
principal karena akan mengurangi sumber daya dibawah control manajer, sehingga
modal ketika perusahaan harus mendapatkan modal baru ( Easterbrook, 1984). Manajer
meningkatkan kekuatan manajer melalui peningkatan sumber daya dibawah kontrol mereka.
Hal ini kemudian akan meningkatkan kompensasi manajer yang juga akan meningkatkan
angka penjualan. Adanya persaingan dalam produk dan pasar mengharuskan manajer
perusahaan. Konflik kepentingan antara principal dan manajer atas kebijakan pembayaran
dividen terjadi ketika organisasi memperoleh arus kas bebas dalam jumlah yang besar.
Utang (bagi manajer/agen) dapat digunakan sebagai pendorong yang efektif untuk
membuat organisasi menjadi lebih efisien serta juga akan menghemat pajak. Manajer terikat
janji pembayaran angsuran pokok plus bunga sehingga efektif sebagai pengganti dividen.
kinerja perusahaan, serta kreditur juga bias mengambil alih perusahaan bila tidak dapat
membayar angsuran plus pokok. Utang dapat mengurangi biaya agen dari arus kas bebas.
Efek kontrol utang ini adalah penentu potensi struktur modal. Peningkatan leverage juga
memiliki biaya. Ketika leverage meningkat, biaya agensi utang meningkat, termasuk biaya
kebangkrutan. Teori arus kas bebas memprediksi bahwa, kecuali untuk perusahaan dengan
pembayaran tak terduga kepada pemegang saham), dan harga akan jatuh dengan penurunan
pembayaran atau permintaan baru untuk dana (atau pengurangan janji untuk melakukan
penjualan, hutang dan saham preferen konsisten dengan teori arus kas bebas karena penjualan
tersebut membawa uang tunai baru di bawah kendali manajer. Selain itu, besaran perubahan
nilai yang positif berkaitan dengan perubahan ketatnya ikatan komitmen, pembayaran arus
kas masa depan. Yang diinginkan calon pembeli leverage adalah perusahaan atau divisi besar
yang memiliki sejarah bisnis stabil dan arus kas (prospek pertumbuhan yang rendah dan
potensi tinggi untuk menghasilkan arus kas) situasi dimana biaya agensi dari arus kas bebas
cenderung tinggi . Pembiayaan strip, dimana efek non-ekuitas berisiko diadakan dalam
proporsi kurang lebih sama, membatasi konflik kepentingan antara pemegang surat berharga
dan membatasi biaya kebangkrutan. Teori arus kas bebas memprediksi dimana akuisisi dan
pengambilalihan lebih cenderung untuk menghancurkan, bukan untuk menciptakan nilai; itu
pemegang saham dan manajer, dan solusi untuk masalah ini. Teori ini memprediksi
pengendalian internal di perusahaan dengan aliran kas bebas yang besar dan kebijakan
dengan data, teori arus kas bebas memprediksi bahwa akuisisi cenderung akan memiliki
kinerja sangat baik sebelum akuisisi, bahwa kinerja yang luar biasa menghasilkan arus kas
bebas untuk akuisisi. Target investasi terbagi menjadi dua (2), yaitu (1) perusahaan dengan
manajemen yang buruk yang telah diatur dengan buruk sebelum akuisisi, dan (2) perusahaan
yang telah dikelola dengan sangat baik dan memiliki arus kas bebas yang besar dan manajer
menolak untuk membayar dividen ke pemegang saham. Kedua jenis target tampaknya ada,
pengambilalihan yang dibiayai menggunakan kas dan utang akan memperoleh manfaat yang
STRUKTUR KEPEMILIKAN
kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham sering berbeda, sehingga konflik
dapat timbul di antara mereka. Hal ini terjadi karena manajer cenderung mencoba untuk
pribadi dari para pemimpin karena akan menambah biaya bagi perusahaan, akan mengurangi
manfaat yang diterima. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat
Tetapi dengan munculnya mekanisme tersebut akan menyebabkan biaya biaya agen tersebut.
masalah pemisahan dan control, menyelidiki sifat dari biaya agen yang dihasilkan oleh
hutang dan diluar ekuitas, menunjukkan siapa yang menanggung jawab biaya dan mengapa.
Biaya agen timbul karena masalah keagenan, sehingga akan ditanggung oleh principal
maupun agent. Biaya agen terbagi menjadi tiga (3), yaitu Monitoring Cost, Bonding Cost dan
residual Loss. Monitoring Cost merupakan biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku
agent. Bonding Cost merupakan biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan
mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan
principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal. Biaya agen
tergantung pada pembiayaan pengukuran kinerja agen, evaluasi kinerja agen, biaya
kesejahteraan principal dan biaya penentuan kebijakan serta pasar. Biaya agen muncul karena
principal ingin memastikan apakah agent mengambil keputusan yang sesuai dengan
insentif kompensasi dan melakukan monitoring (monitoring cost). Sebaliknya, manajer juga
Adanya perbedaan keputusan agen dengan keputusan yang menghasilkan nilai manfaat
maksimal bagi principal menghasilkan perbedaan nilai keputusan yang disebut dengan
Residual Loss. Sehingga Biaya agen merupakan total dari Monitoring cost, Bonding cost dan
Residual loss. Pada penelitian sebelumnya ditemukan adanya perbedaan argument pro dan
kontra, dimana Fama dan Miller (1972, 179-18000) membahas dan memberikan contoh
potensi antara kepentingan pemegang obligasi dan pemegang saham. Sementara Modigliani
dan Miller (1958) menunjukkan bahwa dengan tidak adanya biaya kebangkrutan dan subsidi
pajak pembayaran bunga, maka nilai perusahaan adalah independen dari struktur keuangan.
Modigliani dan Miller (1963) menunjukkan bahwa adanya subsidi pajak atas pembayaran
bunga akan menyebabkan nilai perusahaan naik dengan jumlah pembiayaan utang oleh
Jika sebuah perusahaan yang dimiliki sepenuhnya dikelola oleh pemilik, ia akan membuat
Dimasukkannya ekuitas luar akan menghasilkan biaya agensi karena perbedaan kepentingan
karena ia kemudian akan menanggung hanya sebagian kecil dari biaya dari manfaat non-uang
dia mengambil dalam memaksimalkan utilitas sendiri. Dapat dibatasi oleh pemantauan, tapi
pemilik akan menanggung seluruh efek kekayaan biaya-biaya yang diharapkan selama pasar
ekuitas mengantisipasi efek ini, atau selama kenaikan kesejahteraan ia mengalami cukup
Kesempatan hilangnya kekayaan disebabkan oleh dampak dari utang pada keputusan
investasi perusahaan. Perilaku kebangkrutan adalah kemauan dari penuntut residual untuk
terlibat dalam proyek-proyek berisiko sangat tinggi ketika tidak ada ekuitas dipertaruhkan.
Kurangnya investasi sering menemukan bahwa investasi baru membantu pemegang obligasi
Integrasi konsep dari biaya agensi yang terkait dengan klaim luar pada perusahaan
Teori akan menentukan Ekuitas dalam (dimiliki oleh manajer), ekuitas dari luar, Hutang,
Jensen et al. (1992) menguji pengaruh kepemilikan insider, kebijakan dividen dan
kebijakan hutang (rasio) dari utang pada perusahaan publik dari berbagai sektor di Amerika
Serikat. Cari Jensen et al. (1992) menyatakan bahwa rasio utang adalah fungsi kepemilikan
insider, dividen, risiko bisnis, profitabilitas, penelitian dan pengembangan dan modal.
Analisis teknis adalah teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini bahwa ada
hubungan negatif antara kepemilikan insider di kebijakan utang. Hasil ini menunjukkan
pemegang saham dan direksi, dan manajemen kepemilikan dapat menggantikan peran utang
dalam mengurangi biaya agensi. Cari Jensen et al. (1992) juga menemukan bahwa
kepemilikan insider yang lebih besar mengarah ke penurunan dividend yang dibagikan.
Kesimpulan
Masalah agensi antara principal dan agen berasal dari pemisahan kepemilikan dan
pengawasan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah agensi
penggunaan hutang juga dapat mengurangi masalah agensi antara manajer dengan
Biaya agensi senyata biaya lainnya. Tingkat biaya agensi tergantung antara lain pada
hukum hukum dan umum dan kecerdikan manusia dalam merancang kontrak.
Kedua hukum dan kecanggihan kontrak relevan dengan perusahaan modern adalah
produk dari proses sejarah di mana ada insentif yang kuat bagi individu untuk
meminimalkan biaya agensi. Selain itu, ada bentuk organisasi alternatif yang tersedia,
dan kesempatan untuk menciptakan yang baru. Apapun kekurangannya, korporasi hits
Bambang Sugeng
Universitas Negeri Malang
Hasil Penelitian
1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap model pengukuran sebagai salah satu
komponen dari model analisis SEM diperoleh hasil bahwa semua indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel kontruk adalah signifikan kecuali indikator
capital expenditure dan invesment opportunity yang digunakan untuk mengukur
variabel kontruk maturity, atas dasar ini maka kedua indikator tersebut dikeluarkan
dari model dan variabel kontruk hanya menggunakan indikator firm size.
2. Di sisi lain, pengujian terhadap model struktural yang mempresetasikan hubungan
kausal antar variabel kontruk yang diuji diperoleh hasil bahwa diantara keempat
(ke4) variabel eksogen yang diuji hanya variabel after initiation performance saja
yang memiliki pengaruh signifikanterhadap variabel sustainability of dividend
initation policy. Disamping itu variabel sustainability of dividend initiation policy
terbukti berpengaruh signifikan terhadap variabel konsekuensinya, yaitu stock
performance.
Kesimpulan
1. Penelitian ini membuktikan bahwa semua hubungan antar variabel dalam
berdasarkan agency cost model/theory terbukti tidak signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa penjelasan dari perspektif argumen agency cost model
terhadap sustainability of initiation policy di Indonesia tidak cukup relevan(1) dari
strutur modal perilaku kreditor diduga lebih bersandar pada coolateralizable assets
dibanding dengan monotoring terhadap manajemen;(2) dari ownership structure
yang umumnya dikuasai famili holding companies dimana tim manajemen ada di
dalamnya, penyebab tiadanya hubungan signifikan antara hubungan ownership
structure denga variabel sustainability of dividend initiation policy. Kedua variabel
tersebut mempresentasikan keunikan prilaku manajer dari kontek di lingkungan
pasar modal di Indonesia.
2. Sebaliknya argumen-argumen teorities dari perspektif signaling model dianggap
cukup relevan menjelaskan prilaku sustainability of dividend initiation policy di
lingkungan perusahaan-perusahaan go-publik di Indonesia. Hubungan positif
signifikan antara variabel-variabel signaling model terutama variabel after initiation
performance dan variabel stock performance dengan variabel sustainability of
dividend initiation policy.