Strategi Pembinaan Dan Pengembangan Karakter Bangsa Bagi Peserta Didik

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Strategi Pembinaan dan Pengembangan Karakter Bangsa bagi

peserta didik
Makalah disampaikan pada
Workshop Pembinaan dan Pengembangan Karakter Bangsa
Melalui KKG/MGMP/POKJAWAS PAI
Direktorat Pendidikan Agama Islam melalui
Subdit Kelembagaan dan Kerjasama .
Bogor, 12 November 2010

Strategi Pembinaan dan Pengembangan Karakter Bangsa bagi peserta didik


Nuraida, S.Ag. M.Si

A.Pengertian Karakter
Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir (verb) dan sifat-sifat kebajikan (noun). Secara
konseptual, konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus-menerus seorang individu atau
mengelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan, atau melembagakan sifat-sifat
kebajikan pada dirinya sendiri atau pada orang lain.
Akar kata karakter juga dapat dilacak dari kata latin Kharakter, Kharassein , dan xharax, yang
maknanya tool for marking, to engarave, dan pointed stake. Kata ini mulai banyak digunakan
(kembali) dalam bahasa Prancis carcter pada abad ke -14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris
menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter.
Menurut Wynne (1991) kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan
memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang
berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang,
dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter ( a person of character) jika tingkah lakunya
sesuai dengan kaidah moral.
Dalam banyak literatur tentang karakter ditemukan beragam istilah untuk menyebut hal yang sama.
Megawangi dan Josephon et.al., menyebut karakter, sedangkan Popov et.al., Unell dan Wyckoff, dan
Bernett menyebutnya dengan istilah Virtues Rich menggunakan istilah Mega Skill untuk menyebut hal
yang sama, sedangkan Tillman dan Hsu menggunakan istilah Living Values.
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, karakter mempunyai pengertian sifat-sifat kejiwaan; tabiat,
watak, perangai, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Berkarakter
artinya berkepribadian; bertabiaat dan berwatak.

B. Ragam Karakter
Perangkat karakter bisa digali, dikritalisasikan, dan dirumuskan dengan penggunaan berbagai sumber,
antara lain :
(1). Filosofis, Agama, Pancasila, UUD 1945 dan Undang-undang no.20 tahun 2003 beserta
perundangan-perundangan turunannya,
(2). Pertimbangan teoritis-teori tentang otak (brain theories), psikologis (cognitive development theories,
learning theories, theories of personality) pendidikan (theories of instruction, educational management,
curriculum theories), nilai dan moral (axiology, moral development theories), dan sosial-kultural (school
culture, civic culture);
(3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik ( kelompok cultural dan lain- lain.
(Kemdiknas, 2010: 11-12)

Nilai Budaya
Beberapa contoh lain yang disarikan dari nilai budaya utama atau unggulan, yang dapat dijadikan
karakter dan pekerti bangsa: ketaqwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri, percaya diri, harmoni,
ketertiban, kemandirian, kepedulian (solidaritas, tolong-menolong, ramah) kerukunan (kebersamaan,
musyawarah-mufakat), ketabahan, kreativitas, kompetitif, kerja keras keuletan, kehormatan, kedisiplinan
dan keteladanan.

Nilai Agama Islam


Nabi Muhammad sawa memiliki 4 karakter yang terkenal yaitu: Siddiq, amanah, tabligh, Fatonah.
1. Siddiq (Honest-jujur): berkata benar, satu kata, satu perbuatan, taat azas, menepati janji, mandiri,
penuh syukur, taat beribadah.
2. Amanah ( Trustable-dipercaya) : bertanggung jawab, disiplin, rendah hati, ikhlas, adil, dermawan, kasih
sayang

3. Tabligh (reliable- komunikatif) : percaya diri, menghargai waktu


Menghargai pendapat orang lain dan lapang dada, kepedulian, kerja sama, saling menghormati,
toleransi, berani ambil resiko, senang silaturahmi
4. Fathonah (Smart-Cerdas): keberanian, menaati peraturan, bekerja keras, kreatif, Inovatif, reasoning,
arif (wise).

Sumber : (makalah, Husni Rahim, 2010)

Virtues Project Educators Guide


The Virtues Project Educators Guide Inc menggambarkan character dalam sebatang pohon yang mana
buah-buahnya disebut sebagai karakter. Antara lain: Assertiveness, Caring, Cleanliness, commitment,
compassion, confidence, consideration, cooperation, courage, courtesy, creativity, detachment,
determination, diligence, enthusiasm, excellence, flexibility, forgiveness, friendliness, helpfulness,
honesty, honor, humility, idealisme, Integrity, joyfulness, Justice, kindness, love, loyality, moderation,
modesty, orderliness, patience, peacefulness, perseverence, purposefulness, reability, respect,
responsibility, self-dicipline, service, tact, thankfulness, tolerance, trust, trustworthiness, truthfulness,
understanding, unity.

Lima Nilai Universal


1. Caring (Kindness, empathy, sharing, gratitude)
2. Responsibility (dependability, accountability, self discipline, duty)
3. Citzenship (cooperation, law abiding, democratic, civic duty, service)
4. Integrity (honesty, courage, fairness, trust)
5. Respect (honor, civility, appreciation, esteem)

Berdasarkan ragam karakter yang tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter bukan hanya
pengajaran sopan santun, tetapi memiliki arti yang sangat luas antara lain : kecerdasan, percaya diri,
berani, jujur, kerja keras, patuh aturan dan lain-lain.

C. Karakter Bangsa
Dalam kebijakan Nasional (2010: 7) karakter diartikan nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau
berbuat baik, nyata berkehidupan baik dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terperi di dalam
diri dan terkejewantahkan dalam perilaku.
Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam
kesadaran, pemahaman, rasa karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah
hati, olah rasa dan karsa serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas baik
yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan bernegara
Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
Berdasarkan rumusan tersebut maka fokus pendidikan karakter diarahkan pada tiga tataran besar :
1. Untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa
2. Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
3.Membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.

Rumusan Karakter Bangsa


Tim Kerja Filosofi Pendidikan yang dibentuk oleh Diknas, Bapenas dan Work Bank (1999) pernah
merumuskan karakter bangsa Indonesia ke depan yang terdiri dari 5 indikator masyarakat madani
Indonesia, yaitu:
1. Masyarakat yang demokraktis dalam kehidupannya (democratization)
2. Masyarakat yang mampu menegakkan keadilan dan hukum (low enforcement)
3. Masyarakat yang setiap anggotanya memiliki kebangaan diri baik secara individual maupun kolektif
4. Masyrakat yang toleran sehingga dapat menerima dan member di dalam perbedaan budaya
(multicultural)
5. Masyarakat yang mendasarkan diri pada kehidupan beragama dalam pergaulannya (religionisme)

Tim kebudayaan yang dibentuk oleh Depdiknas (2000) juga pernah merumuskan karakter bangsa baru
bangsa Indonesia ke depan yang terdiri delapan Indikator masyarakat madani Indonesia.
1. Masyarakat yang adil dan sejahtera
2. Masyarakat yang demokratis dan toleran
3. Masyarakat yang tertib dan teratur
4. Masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab
5. Masyarakat yang setara dan bersama
6. Masyarakat yang memiliki integritas dan tahan budaya
7. Masyarakat yang religious dan berbudi pekerti
8. Masyarakat yang dinamis dan berorientasi ke depan

D. STRATEGI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARAKTER BAGI PESERTA DIDIK


Karakter dapat dikembangkan pengalaman belajar (learning experiences) dan proses pembelajaran yang
bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui
proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip
penyelenggraan pendidikan nasional.
Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat. Dalam masing- masing pilar pendidikan yakni akan ada dua jenis pengalaman belajar
(learning experiences). Dalam intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan tujuan
pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang tersetruktur (structured learning experienses).
Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna peran guru sebagai sosok anutan (rule model) sangat
penting dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi ( persistent- life
situation), dan penguatan (reinforcement) yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya,
dirumahnya, di lingkungannya masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi
karakter yang telah diinternalisasikan dan dipersonalisasikan dari dan melalui peroses intervensi. Proses
pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan
penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.

1. Kegiatan belajar mengajar di kelas


Dalam kegiatan mengajar di kelas pengembangan nilai/ karakter dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embedded approach). Pembelajaran yang
mendidik dikonseptualisasikan sebagai pembelajaran yang mengandung Double Helix Effect, yang
melahirkan dampak instruksional dan nurturan dalam penguatan karakter. Proses pendidikan akan
melibatkan ragam aspek perkembangan peserta didik baik kognitif, konatif, afektif maupun psikomotorik
sebagai suatu keutuhan (holistic) dalam kontek kehidupan kultural. Proses pembelajaran yang
membangun karakter bukanlah proses linier, seperti bidang studi lainnya. Pengembangan karakter harus
menyatu dalam proses pembelajaran yang mendidik, yang disadari oleh guru sebagai tujuan pendidikan,
yang dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang transaksional dan bukan instruksional dan
dilandasi pemahaman secara mendalam terhadap perkembangan peserta didik.
Suasana pembelajaran ini akan menumbuhkan nurturan effect pembelajaran yang memperkuat karakter,
soft skill dan sejenisnya seiring dengan perkembangan pengetahuan dan ketrampilan yang
dikembangkan dalam pembelajaran itu sendiri.
Khusus, untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Kewarganegaraan, pengembangan karakter
harus menjadi focus utama dan dapat menggunakan berbagai strategi / metode pendidikan nilai (value/
character education). Untuk kedua mata pelajaran tersebut nilai karakter dikembangkan sebagai dampak
pembelajaran (instructional effect) dan juga dampak pengiring (nurturant effects). Sementara itu untuk
mata pelajaran lainnya, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring (nurturant effect)
berkembangnya nilai/karakter dalam diri peserta didik.
2. Kegiatan keseharian dalam bentuk budaya satuan pendidikan (School Culture)
Dalam lingkungan satuan pendidikan di kondisikan agar lingkungan fisik dan sosio-kultural satuan
pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa
membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan terwujud karakter.
Contoh : misalnya pengalaman sekolah INSTITUTE OF SATHYA SAI EDUCATION INDONESIA
Membangun Kerja sama
Sekolah melakukan kerja dengan orang tua dalam mendidik anak-anak. Di sekolah ini orang tua
berperan untuk membantu membersihkan sekolah. Setiap hari secara bergiliran orang tua datang untuk
membersihkan sekolah, memasak, dan menjaga sekolah. Sekolah ini tidak ada penjaga sekolah. Peserta
didik, orang tua dan yayasan bekerja sama untuk mendidik sesuai dengan kapasitas masing-masing. Ada
beberapa hal yang saya catat disini:
1. Sekolah ini sangat terjaga bersih mulai dari halaman depan, aula, ruang kelas dan setiap ruang yang
kita kunjungi.

2. Anak-anak di sekolah ini memiliki kemampuan belajar yang lebih cepat karena memiliki jiwa yang
bersih dan tulus:
Karakter ini dibangun dengan cara :
1. Duduk hening, anak-anak belajar mengendalikan pikiran dan membiasakan berpikir positip

3. Peserta didik sudah terbiasa hidup bersih dan saling menyayangi sesama
Beberapa tulisan dalam ukuran besar tertulis di dinding sekolah :
Kasih sayang adalah membantu dan menolong orang lain
Menyayangi teman
Belas kasih
Mudah bergaul dengan orang lain
Suka member suka memaafkan
Menjaga kesehatan
Tidak egois

3. Kegiatan ko-kurikuler / ekstra kurikuler


Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung dengan suatu
materi dari suatu mata pelajaran, seperti kegiatan Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pencinta Alam
pengembangan bakat dan minat perlu dikembangkan proses dan penguatan (reinforcement) dalam
rangka pengembangan nilai/ karakter.

4. Kegiatan keseharian di keluarga dan masyarakat.


Diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap
perilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di satuan pendidikan menjadi kegiatan keseharian di
rumah dan lingkungan masyarakat masing-masing.

Nilai yang diperoleh:


Be grateful to Allah
Respect the farmer
Not waste food
Take out our bad qualities to become a good person
Be humble like a paddy.
Paddy grow in the mud but become precious white rice

E. Cara integrasi karakter dalam mata pelajaran PAI


1. Analisis standar isi
2. Pelajari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pokok
bahasan.
3. Pelajari Materi dengan baik
4. Temukan karakter apa yang terdapat di dalamnya
5. Integrasikan karakter yang anda temukan ke dalam pokok bahasan anda.
6. Aplikasikan karakter tersebut pada peserta didik anda (keteladanan)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/BUKU%20manaj%20SISWA.pdf

Anda mungkin juga menyukai