Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

ANALISA KASUS

Seorang anak laki-laki umur 7 bulan masuk ke zaal anak RSUD


HAMBA dengan diagnosis Roseola infantum + KDS. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Secara epidemiologi Roseola Infantum disebabkan oleh Infeksi
HHV-6 dan paling banyak ditemukan pada 2 tahun pertama kehidupan.
Biasanya menyerang anak 6 bulan sampai 3 tahun. Diperkirakan Roseola
menyerang 30 persen dari semua anak-anak. HHV-6 ini mempunyai
distribusi global, dengan gejala kadang asimtomatik. Insidens Roseola
infantum tidak dipengaruhi oleh ras dan jenis kelamin. Infeksi terjadi
secara sama pada kedua jenis kelamin dan terjadi di semua musim. Hal ini
sesuai dengan pasien yang merupakan anak usia 7 bulan, di bawah usia 2
tahun dan di antara 6 bulan 3 tahun.

Berdasarkan definisi dan manifestasi klinisnya, Roseola Infantum


adalah suatu penyakit virus menular pada bayi atau anak-anak yang sangat
muda, yang menyebabkan ruam dan demam tinggi (39-400C). Anak
dengan roseola datang dengan diagnosis banding demam yang tidak
diketahui sebabnya sampai suhu turun dengan cepat (3-5 hari) dan ruam
tampak. Ruam yang muncul berwarna merah muda, tampak pertama kali
di punggung dan menyebar ke leher, ekstremitas atas muka, dan
ektremitas bawah. Beberapa disertai dengan adenopati oksipital atau
servikal, tanda-tanda dan gejala-gejala gangguan pernapasan (batuk, sesak
nafas, dll), diare ringan, kejang-kejang, palpebra edema, pencembungan
fontanella anterior, dan faringitis. Dengan hasil laboratorium
menunjukkan leukopenia dan leukositosis relatif. Hal ini sesuai dengan

43
yang didapatkan pada pasien. Pada awal perjalanan penyakitnya, gejala
yang ditemukan pada pasien ini hanya demam tinggi (390C) disertai
kejang seluruh tubuh 1x (di rumah), tanpa gejala penyerta lain yang dapat
diperkirakan sebagai sumber infeksi yang menimbulkan demam pada
pasien (keluhan seperti batuk, pilek, mencret, gangguan BAK dan lain-lain
disangkal). Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan faring hiperemis (+),
yang lain dalam batas normal. Baru kemudian pada perawatan demam hari
ke-IV muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh (awalnya muncul di
daerah punggung lalu menyebar ke dada, perut, wajah, tangan, dan kaki)
disertai penurunan demam secara mendadak hingga ke suhu normal. Hasil
laboratorium ditemukan leukositopenia, yaitu 5400/l pada hari pertama
perawatan dan menjadi 4.000/l pada hari ke-II perawatan.
Diagnosis KDS pada paien ditegakkan dari keluhan awal pasien yaitu
kejang seluruh tubuh sebanyak 1x (di rumah), lamanya 3 menit, disertai
demam tinggi (390C). Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis kejang
demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
Terapi yang direkomendasikan untuk roseola infantum adalah terapi
suportif dan simptomatik. Antipiretik dapat membantu dalam mengurangi
demam. Dapat menggunakan asetaminofen atau ibuprofen. Pada bayi dan
anak muda yang cenderung untuk konvulsi, pemberian sedatif ketika
mulai muncul demam mungkin efektif sebagai profilaksis terhadap kejang.
Pada pasien ini diberikan :
a. Terapi cairan IVFD RL 30 gtt/i (mikro) pada pasien ini diberikan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dengan BB : 7kg menggunakan
cairan Ringer Laktat yang merupakan salah satu cairan kristaloid

44
yang bersifat isotonic yaitu cairan yang osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum tubuh. Komposisi RL
terdiri dari Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca2+ (3 mEq/L),
dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L.
Sediaannya adalah 500 ml dan 1000 ml.
b. PCT drip 70 mg/8jam (jika T 390C) sebagai antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh. Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10 15 mg/kg/kali diberikan 3-4 kali sehari dan tidak lebih dari 5
kali. Sediaan paracetamol drip ini adalah 1000mg/100ml.
c. PCT syr 3 x cth sebagai antipiretik jika suhu 37,50C 38,90C.
Sediaan Paracetamol syr adalah 120mg/5ml.
d. Stesolid supp 2,5 mg (jika kejang), stesolid supp mengandung
diazepam dengan sediaan 5mg/2,5ml dan 10 mg/2,5ml. Pemberian
diazepam rectal pada saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang pada 30%-60% kasus dengan dosis 0,5-0,75 mg/kgBB atau
sebanyak 5 mg untuk BB10 kg dan 10 mg untuk BB>10kg setiap
8 jam pada suhu > 38,50C atau saat kejang.
e. Falergi drop 2 x 1 cc
f. Curvit syr 1 x cth I, merupakan suplemen vitamin untuk
menambah nafsu makan dan stamina serta daya tahan tubuh, dan
mencegah defisiensi kalsium. Komposisi per 5ml dari curvit syr
adalah vit.B1 3mg, vit. B2 2mg, vit. B6 5mg, vit. B12 5mcg, beta
karoten 4mg, dexpantenol 3 mg, curcuminoid 2mg, kalsium
glukonat 300mg.

45
g. Vitamin A 100.000 IU. Pemberian Vitamin A pada kasus ini
ditujukan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
Vitamin A (retinol) terlibat dalam pembentukan, produksi, dan
pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi juga integritas
sel epitel pelapis tubuh. Dosis pemberian vitamin A pada anak usia
6-11 bulan adalah 100.000 IU (kapsul biru), dan 200.000 IU
(kapsul merah) pada anak usia 12-59 bulan.

Selama perawatan, pasien menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan


dengan demam yang hilang > 1 x 24 jam dan nafsu makan yang mulai
meningkat serta ruam kemerahan yang mulai menghilang. Sehingga
prognosis pada pasien ini baik.

46

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Dokumen36 halaman
    Referat Vertigo
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Eklampsia Fix
    Eklampsia Fix
    Dokumen18 halaman
    Eklampsia Fix
    Cuex Pratama
    Belum ada peringkat
  • Portofolio SH
    Portofolio SH
    Dokumen29 halaman
    Portofolio SH
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Crs ICH
    Crs ICH
    Dokumen31 halaman
    Crs ICH
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Bab Ix
    Bab Ix
    Dokumen18 halaman
    Bab Ix
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Bed Side Teaching
    Bed Side Teaching
    Dokumen26 halaman
    Bed Side Teaching
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Persalinan Preterm
    Persalinan Preterm
    Dokumen10 halaman
    Persalinan Preterm
    Legina Aromatika
    Belum ada peringkat
  • BAB II Vertigo
    BAB II Vertigo
    Dokumen13 halaman
    BAB II Vertigo
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Portofolio SH
    Portofolio SH
    Dokumen29 halaman
    Portofolio SH
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS - Temu3
    KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS - Temu3
    Dokumen19 halaman
    KEBIJAKAN DASAR PUSKESMAS - Temu3
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • BAB I Siska
    BAB I Siska
    Dokumen1 halaman
    BAB I Siska
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Kasus 3
    Kasus 3
    Dokumen22 halaman
    Kasus 3
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Bab III Siska
    Bab III Siska
    Dokumen22 halaman
    Bab III Siska
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading Cover
    Journal Reading Cover
    Dokumen1 halaman
    Journal Reading Cover
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Bab I Kasus Ujian Agnes
    Bab I Kasus Ujian Agnes
    Dokumen1 halaman
    Bab I Kasus Ujian Agnes
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen1 halaman
    Latar Belakang
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Bab II Kasus Ujian Agnes
    Bab II Kasus Ujian Agnes
    Dokumen11 halaman
    Bab II Kasus Ujian Agnes
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi KTB PMDKKJ Juli - Agustus 2015
    Evaluasi KTB PMDKKJ Juli - Agustus 2015
    Dokumen2 halaman
    Evaluasi KTB PMDKKJ Juli - Agustus 2015
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Brokiolitis Akut
    Brokiolitis Akut
    Dokumen21 halaman
    Brokiolitis Akut
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • BAB I Depresi Dengan Nyeri
    BAB I Depresi Dengan Nyeri
    Dokumen30 halaman
    BAB I Depresi Dengan Nyeri
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Kasus 9
    Kasus 9
    Dokumen38 halaman
    Kasus 9
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Kasus 4
    Kasus 4
    Dokumen8 halaman
    Kasus 4
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Mata
    Ilmu Mata
    Dokumen25 halaman
    Ilmu Mata
    Fikri Alfarisyi
    Belum ada peringkat
  • Cuplikan Anamnesa
    Cuplikan Anamnesa
    Dokumen2 halaman
    Cuplikan Anamnesa
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Kasus 1
    Kasus 1
    Dokumen25 halaman
    Kasus 1
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • Kasus 2
    Kasus 2
    Dokumen23 halaman
    Kasus 2
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • MC03
    MC03
    Dokumen7 halaman
    MC03
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • 6 1 1 PDF
    6 1 1 PDF
    Dokumen8 halaman
    6 1 1 PDF
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat
  • MC04
    MC04
    Dokumen29 halaman
    MC04
    Elisabetsipahutar
    Belum ada peringkat