ANALISA KASUS
43
yang didapatkan pada pasien. Pada awal perjalanan penyakitnya, gejala
yang ditemukan pada pasien ini hanya demam tinggi (390C) disertai
kejang seluruh tubuh 1x (di rumah), tanpa gejala penyerta lain yang dapat
diperkirakan sebagai sumber infeksi yang menimbulkan demam pada
pasien (keluhan seperti batuk, pilek, mencret, gangguan BAK dan lain-lain
disangkal). Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan faring hiperemis (+),
yang lain dalam batas normal. Baru kemudian pada perawatan demam hari
ke-IV muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh (awalnya muncul di
daerah punggung lalu menyebar ke dada, perut, wajah, tangan, dan kaki)
disertai penurunan demam secara mendadak hingga ke suhu normal. Hasil
laboratorium ditemukan leukositopenia, yaitu 5400/l pada hari pertama
perawatan dan menjadi 4.000/l pada hari ke-II perawatan.
Diagnosis KDS pada paien ditegakkan dari keluhan awal pasien yaitu
kejang seluruh tubuh sebanyak 1x (di rumah), lamanya 3 menit, disertai
demam tinggi (390C). Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis kejang
demam sederhana yaitu kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang
dalam waktu 24 jam.
Terapi yang direkomendasikan untuk roseola infantum adalah terapi
suportif dan simptomatik. Antipiretik dapat membantu dalam mengurangi
demam. Dapat menggunakan asetaminofen atau ibuprofen. Pada bayi dan
anak muda yang cenderung untuk konvulsi, pemberian sedatif ketika
mulai muncul demam mungkin efektif sebagai profilaksis terhadap kejang.
Pada pasien ini diberikan :
a. Terapi cairan IVFD RL 30 gtt/i (mikro) pada pasien ini diberikan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dengan BB : 7kg menggunakan
cairan Ringer Laktat yang merupakan salah satu cairan kristaloid
44
yang bersifat isotonic yaitu cairan yang osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum tubuh. Komposisi RL
terdiri dari Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca2+ (3 mEq/L),
dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L.
Sediaannya adalah 500 ml dan 1000 ml.
b. PCT drip 70 mg/8jam (jika T 390C) sebagai antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh. Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah
10 15 mg/kg/kali diberikan 3-4 kali sehari dan tidak lebih dari 5
kali. Sediaan paracetamol drip ini adalah 1000mg/100ml.
c. PCT syr 3 x cth sebagai antipiretik jika suhu 37,50C 38,90C.
Sediaan Paracetamol syr adalah 120mg/5ml.
d. Stesolid supp 2,5 mg (jika kejang), stesolid supp mengandung
diazepam dengan sediaan 5mg/2,5ml dan 10 mg/2,5ml. Pemberian
diazepam rectal pada saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang pada 30%-60% kasus dengan dosis 0,5-0,75 mg/kgBB atau
sebanyak 5 mg untuk BB10 kg dan 10 mg untuk BB>10kg setiap
8 jam pada suhu > 38,50C atau saat kejang.
e. Falergi drop 2 x 1 cc
f. Curvit syr 1 x cth I, merupakan suplemen vitamin untuk
menambah nafsu makan dan stamina serta daya tahan tubuh, dan
mencegah defisiensi kalsium. Komposisi per 5ml dari curvit syr
adalah vit.B1 3mg, vit. B2 2mg, vit. B6 5mg, vit. B12 5mcg, beta
karoten 4mg, dexpantenol 3 mg, curcuminoid 2mg, kalsium
glukonat 300mg.
45
g. Vitamin A 100.000 IU. Pemberian Vitamin A pada kasus ini
ditujukan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
Vitamin A (retinol) terlibat dalam pembentukan, produksi, dan
pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi juga integritas
sel epitel pelapis tubuh. Dosis pemberian vitamin A pada anak usia
6-11 bulan adalah 100.000 IU (kapsul biru), dan 200.000 IU
(kapsul merah) pada anak usia 12-59 bulan.
46