Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modal utama dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang adalah

Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Gcnerasi muda merupakan salah satu

Sumber Daya Manusia yang menjadi kunci suksesnya pembangunan dan berada

pada posisi Utama untuk mempersiapkan masa depan bangsa dan Negara. Untuk

mendapatkan generasi muda yang berkualitas, maka kesehatan generasi muda

sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang serius, baik dari kalangan

pemerintah maupun masyarakat luas (Mappiare, 1998).

Generasi muda terutama usia remaja merupakan masa transisi/peralihan dari

kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang

cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai

perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik,

baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan

orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan

intelektual dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan

(Sarlito, 2005).

Salah satu konflik yang paling besar terjadi dikalangan remaja adalah

penyalahgunaan Narkoba, yang diantaranya Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat

adiktif lainnya (NAPZA). Penyalahgunaan atau ketergantungan NAPZA dari

tahun ketahun semakin meningkat, sementara fenomena NAPZA itu sendiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bagaikan gunung es (Ice Berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil

dibandingkan yang tidak tampak atau dibawah permukaan laut (Hawari, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian Badan Koordinasi Narkoba Daerah (BKND)

hampir 90 % yang menjadi korban dan sasaran pengedar NAPZA adalah remaja.

Korban NAPZA di Indonesia diperkirakan sekarang ini 3.000.000 orang, maka

jumlah remaja yang menjadi korban 2.700.000 orang (Hikmat, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan Dadang Hawari (Tahun 2008), diperoleh data

dan kesimpulan bahwa pada umumnya penyalahgunaan dan ketergantungan

NAPZA mulai memakai antara usia 13-17 tahun, sebagian besar penyalahgunaan

dan ketergantungan NAPZA berumur antara 13-25 tahun sebanyak 97% dan 90%

berjenis kelamin laki-laki,

Berdasarkan fakta diatas 60% dari mereka menggunakan zat ganda (alkohol,

dan sedatif atau hipnotika ganda), Lebih dari 80% zat tersebut didapatkan dari

teman. Alasan mereka menggunakan zat tersebut pada umumnya untuk

menghilangkan kecemasan, kemurungan, ketakutan dan susah tidur. Dampak dari

penyalahgunaan NAPZA tersebut, 96% prestasi belajar merosot, 93% hubungan

dengan keluarga memburuk, 65,3% memicu perkelahian dan tindak pidana,

kecelakaan lalu lintas 58,7% (Hikmat, 2007).

Banyaknya jumlah remaja yang menjadi pemakai sekaligus korban

penyalahgunaan NAPZA memang sangat dimungkinkan. Hal ini dapat dibuktikan

dengan berbagai pemberitahuan kasus NAPZA, baik di media cetak maupun

media elektronik, pelakunya sebagian besar adalah remaja. Menurut penelitian

remaja Jakarta dalam seharinya menghabiskan uang sebesar Rp.l,3 Miliar untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


membeli ekstasi, shabu-shabu, narkotik dan obat-obat terlarang lainnya. Hal ini

dapat menjadi bukti bahwa betapa banyaknya remaja yang menjadi korban

penyalahgunaan NAPZA. Dalam setahun kini diperkirakan 15.000 remaja tewas

akibat penyalahgunaan NAPZA diseluruh Indonesia ( Bambang, 2007).

Hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan, prevalensi

penyalahgunaan narkoba di daerah Provinsi Sumatra Utara pada lingkungan

pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar

921.695 orang. Dari jumlah tersebut, 61 persen di antaranya menggunakan

narkoba jenis analgesic dan 39 persen jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan

lem, ujar Kabid Pembinaan dan Pencegahan Badan Narkotika Propinsi Sumatera

Utara, Arifin Sianipar, di Medan. Ia mengatakan, jumlah pecandu narkoba yang

mendapatkan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia, berdasarkan data

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

(P4GN) tahun 2012 sebanyak 17.734 orang. Jumlah pengguna narkoba terbanyak,

kata dia lagi, pada usia remaja yakni rentang usia 15 hingga 17 tahun. Jenis

narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan terapi

dan rehabilitasi adalah jenis heroin sebanyak 10.768 orang, ganja 1.774 orang dan

sabu-sabu sebanyak 984 orang.

(http://www.antarasumut.com/bnn-47-persen-pelajar-mahasiswa-gunakan-

narkoba)

Ada beberapa alasan yang menyebabkan banyaknya remaja terjerumus

kedalam bahaya NAPZA. Pertama, keadaan keluarga yang tidak kondusif atau

dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai resiko relatif anak/ remaja yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kurang perhatian dari orang tuanya cenderung terlibat kedalam bahaya

penyalahgunaan NAPZA. Kedua, besarnya pengaruh teman, Umumnya asal mula

seseorang memakai NAPZA adalah karena bujukan teman. Bujukan teman bisa

berasal dari lingkungan teman sepermainan disekitar dia tinggal ataupun teman-

teman yang berada dilingkungan sekolahnya. Penolakan terhadap tekanan ini

sering mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Hal ini membuat remaja

menjadi merasa tidak memiliki pergaulan, akibatnya remaja harus mengikuti

bujukan teman dan terjerumus kedalam penyalahgunaan NAPZA (Adiningsih,

2002).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada siawa/i

SMP Swasta di kawasan kecamatan Medan Tembung melalui observasi, dimana

tampak beberapa siswa sedang duduk - duduk dikantin pada jam pelajaran dan

setelah diwawancarai ternyata mereka bolos dari mata pelajaran, sementara sekitar

5 orang siswa tampak sedang merokok dan menurut mereka hal itu sudah biasa

dilakukan baik disekolah maupun diluar sekolah. Oleh karena itu perlu diberikan

pengetahuan kepada siswa/i SMP mengenai narkoba, agar tidak terjerumus

kepada perilaku menyimpang yakni bahayanya narkotika.

Kondisi lingkungan komunitas di Kecamatan Medan Tembung pada

umumnya tergolong rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menimpang.

Daerah Medan Tembung memiliki jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan

dan masih banyak penghuni berstatus ekonomi rendah. Lingkungan sosial yang

tidak sehat atau rawan dapat merupakan faktor terganggunya perkembangan

kepribadian/jiwa remaja ke arah perilaku menyimpang yang pada giliran nya akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terlibat pada penggunaan NAPZA. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi

penulis pada saat melihat kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat pada daerah

ini, antara lain :

1. Ada beberapa tempat hiburan yang buka hingga dini hari, seperti

billyard, warnet dan tempat-tempat pelacuran yang beroperasi sehingga

bisa menjadi tempat tongkrongan bagi remaja.

2. Banyaknya anak yang putus sekolah. Pada saat melakukan wawancara

awal, rata-rata mereka mengatakan putus sekolah pada kelas I SMP.

3. Sering terjadi tawuran antar pelajar setelah jam sekolah selesai, dan pada

saat malam hari tawuran antar gang, yang rata-rata pelakunya adalah

remaja.

4. Siswa SMP sering kebut-kebutan, corat-coret dinding rumah warga, dan

mau melakukan pengrusakan.

5. Ada tempat-tempat transaksi NAPZA yang dilakukan secara terang-

terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

6. Sering terjadi perampokan di jalan raya maupun perampokan terhadap

rumah warga.

Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk meneliti bagaimana pengetahuan

dan sikap remaja tentang tindakan penyalahgunaan narkoba pada siswa/i SMP

Jambi di kelurahan Bantan kecamatan Medan Tembung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang tindakan

penyalahgunaan narkoba di SMP Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan

Tembung.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang

tindakan penyalahgunaan narkoba di SMP Jambi Kelurahan Bantan

Kecamatan Medan Tembung.

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang

tindakan penyalahgunaan narkoba di SMP Jambi Kelurahan Bantan

Kecamatan Medan Tembung.

1.4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi diri

sendiri maupun orang lain, telebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, yang menjadi manfaat dari penelitian adalah:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih dan kontribusi

positif secara akademis bagi kajian sosiologis, khususnya mengenai nilai

sosial khususnya pada kalangan remaja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini harapannya adalah selain meningkatkan

kemampuan dan wawasan penulis dalam menulis karya ilmiah serta

penerapan ilmu di tengah tengah masyarakat . harapannya penelitian ini

juga dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial dan

masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai