Pembimbing:
dr. Mardi Susanto, SpKJ (K)
dr. Tribowo T Ginting, SpKJ
Disusun Oleh :
Tiara Ayu Pratiwi 1620221229
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. FD
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 36 tahun
Agama : Kristen
Alamat : Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Status Perkawinan: Belum Menikah
e. Riwayat Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan sama, yaitu ibunya memili
gangguan cemas yang diakibatkan suaminya yang suka marah-marah dan
suka memukul. Ibunya berobat di rumah sakit Duren Sawit.
b. Keadaan Afektif
1. Mood : cemas.
2. Afek : luas.
3. Keserasian afek : serasi.
4. Empati : pemeriksa dapat merasakan perasaan yang
dirasakan pasien.
c. Intelektualitas
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA. Pengetahuan dan kecerdasan
pasien adalah baik.
2. Daya konsentrasi
Pasien dapat mengikuti proses tanya jawab dari awal hingga selesai
dan menjawab pertanyaan matematika sederhana sehingga daya
konsentrasi pasien adalah baik
3. Orientasi
Waktu: baik, pasien dapat mengetahui waktu saat dilakukan
konsultasi yaitu siang hari.
Tempat: baik, pasien dapat mengetahui tempat saat dilakukan
konsultasi, yaitu di Poliklinik Kejiwaan RSUP Persahabatan,
Orang: baik, pasien dapat mengetahui sedang berbicara dengan
dokter
Situasi: baik, pasien dapat mengetahui bahwa ia sedang
berkonsultasi dengan dokter.
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat jenjang pendidikan saat SD
hingga SMA.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat ia datang dengan berjalan kaki.
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat 3 benda yang sebelumnya disebutkan
oleh dokter.
5. Pikiran abstrak
Baik, pasien mengetahui makna peribahasa Air susu dibalas dengan
air tuba.
6. Bakat kreatif
Pasien mengaku saat ini senang mendengarkan menyanyi.
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, jika diberikan kasus ada anak kecil ingin nyebrang pasien
membantu untuk menyebrangi.
d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik : tidak ada
Halusinasi visual : tidak ada
Halusinasi olfaktori : tidak ada
Halusinasi gustatory : tidak ada
Halusinasi taktil : tidak ada
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada
e. Proses Pikir
1. Arus pikir
a. Produktivitas : baik
b. Kontinuitas : baik
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : tidak ada
b. Gangguan pikiran
1. Delusion of control : tidak ada
2. Delusion of reference : tidak ada
3. Delusion of grandiosity : tidak ada
4. Delusion of persecution : tidakada
5. Thought of broadcasting : tidak ada
f. Pengendalian Impuls
Baik, pasien tampak cemas saat sesi tanya jawab dan tidak ada gerakan-
gerakan involunter.
g. Daya Nilai
1. Norma sosial
Baik, pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
2. Uji daya nilai
Baik, saat pasien diberikan pertanyaan Apa yang akan dilakukan
jika melihat seseorang kesulitan untuk menyebrang?, ia
menjawab akan membantu orang tersebut untuk menyebrang.
3. Penilaian realitas
Tidak terdapat gangguan menilai realita.
h. Persepsi Pemeriksa Tentang Diri dan Kehidupan Pasien
Pasien menyadari dirinya sakit sehingga pasien datang untuk konrol
berobat.
i. Tilikan
Tilikan derajat 6 yaitu menyadari penyakit yang ia derita dan ingin
mengikuti anjuran yang diberikan dokter agar keluhan yang dirasakannya
tidak kambuh kembali.
j. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban yang
diberikan oleh pasien dapat dipercaya karena konsistensi jawaban pasien
dari awal sesi tanya jawab hingga akhir.
b. Diagnosis Aksis II
Pada masa kanak-kanak hingga dewasa pasien tumbuh dengan
baik. Pasien dapat beradaptasi dengan lingkunganya secara
fleksibel dan mudah untuk bergaul, banyak teman, sehingga
pasien tidak memiliki gangguan kepribadian. Pasien dapat
menyelesaikan pendidikan hingga SMA serta memiliki fungsi
kognitif yang baik, sehingga pasien tidak memiliki gangguan
retardasi mental. Pasien tidak terdapat gangguan kepribadian dan
retradasi mental, maka Axis II adalah tidak ada diagnosis.
d. Diagnosis Aksis IV
Pasien tinggal bersama ibu dan kakaknya. Pasien belum menikah
dan bekerja, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
dicukupi/dibiayai oleh kakak dan adiknya. Kesan ekonomi dinilai
cukup, dengan jaminan kesehatan menggunakan BPJS mandiri.
Pasien rutin kontrol ke dokter serta rutin meminum obat yang
diberikan dokter, sehingga diagnosis aksis IV pasien ini adalah
adanya kondisi pasien yang belum menikah dan tidak bekerja.
e. Diagnosis Aksis V
Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah, dll. Maka pada axis V didapatkan GAF
scale 80-71.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : gangguan cemas menyeluruh.
Aksis II : tidak ada diagnosis.
Aksis III : riwayat kista ginjal, hernia nukleus pulposus, dan
dispepsia
Aksis IV : belum menikah dan belum bekerja
Aksis V : GAF scale 80-71.
XI. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik:
Pasien menyadari dirinya sakit.
Pasien mau meminum obat dan rutin kontrol.
Pasien memiliki keinginan untuk sembuh.
Prognosis ke arah buruk:
Pasien masih merasakan kecemasan jika tidak mengkonsumsi
obat.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien:
Ad vitam : bonam.
Ad functionam : bonam.
Ad sanationam : dubia ad malam.
XII. TERAPI
Psikofarmaka:
Alprazolam 3 x 0,5 mg p.o
klobazam 1 x 10 mg p.o
Psikoterapi:
Mengendalikan kecemasan dengan cara relaksasi.
Mengedukasi pasien untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
dan memperbanyak ibadah.
Mencari hal-hal yang menyenangkan dan meminta bantuan
saat kambu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta. 2014
2. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.
Jakarta. 2013
3. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta.
2014