Anda di halaman 1dari 8

m e n u j u p e rs a l i n a n a m a n d a n b ay i b a r u l a h i r s e h a t

Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010


P E R A N G KO B E R L A N G G A N A N
NO. 06/PRKB/JKTL/WILPOSIV/2010

ANALISIS EPIDEMIOLOGIS UPAYA KESEHATAN


MATERNAL NEONATAL DI INDONESIA DALAM
PENCAPAIAN TARGET
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) 2015
Oleh : DR. Dr. Effek Alamsyah, SpA, MPH (Ketua I PP Perinasia)

LATAR BELAKANG

Kesehatan Maternal dan Neonatal tidak dapat dipisahkan oleh karena saling terkait. Ibu
DAFTAR ISI hamil dan melahirkan yang sehat akan melahirkan bayi-bayi yang sehat pula. Ibu yang
hamil dan melahirkan yang berisiko, menderita penyakit tertentu, bila tidak diantisipasi
sedini mungkin untuk disembuhkan, bayi yang dikandungnya tidak akan bertumbuh
Analisis Epidemiologis Upaya Kesehatan
Maternal Neonatal di Indonesia Dalam dengan baik dan lahir dalam keadaan berisiko-tinggi untuk menderita sakit bahkan
Pencapaian Target MDGs 2015 .... 1 meninggal. Oleh karena itu, di banyak negara di dunia ini Kesehatan Maternal Neonatal
adalah salah satu prioritas upaya pelayanan kesehatan. Bayi yang sehat akan dapat
Surat Pembaca .... 4
bertumbuh dan berkembang secara normal, sehat baik fisik, mental, inteligensia dan
Kalender Ilmiah ...... 4 spiritual menjadi manusia yang berkualitas untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,
Berita Organisasi .... 4
keluarganya dan masyarakat di sekitarnya.

Profil ...... 6 Kesehatan maternal neonatal di negara-negara tertentu, Angka Kesakitan dan Kematian
Ibu, juga Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Bayi Baru lahir (Neonatal) cukup tinggi
REDAKSI (MMR, IMR, NMR ) terutama di Sahara Afrika dan beberapa negara Asia termasuk
Indonesia. Hal ini oleh karena faktor penyebab tak langsung dan langsung yang
mempengaruhi Kematian Ibu dan Kematian Bayi dan Neonatal tersebut.
Penanggung jawab
Trijatmo Rachimhadhi Millenium Development Goals ( MDGs)

Pemimpin redaksi 1. Merupakan UN Millenium Declaration (2000) dihadiri oleh 189 Kepala Negara dan
Effek Alamsyah Pemerintahan dengan dihasilkannya MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs (Tujuan
Pembanguan Milenium) yaitu: upaya-upaya terarah yang harus diusahakan oleh
Editor semua negara untuk meningkatkan kesejahteraan umat di dunia. Pada 2005 direvisi
Rulina Suradi dengan target tertentu yang diusahakan tercapai pada 2015.
Redaktur pelaksana MDG 1: To eradicate extreme poverty and hunger
Sari Handayani MDG 2: To achieve universal primary education
Hesti K.P. Tobing MDG 3: To promote gender equality and empower women
MDG 4: To reduce child mortality
Sekretariat
Eka Susanti MDG 5: To improve maternal health
Bedjo Sardjono MDG 6: To combat HIV/AIDS, malaria, and other diseases
Andreas Supartono MDG 7: To ensure environmental sustainability
Anjar Kristantoro MDG 8: To develop a global partnership for development
Alamat redaksi
Perkumpulan Perinatologi Indonesia
(PERINASIA)

Perinasia
Jl. Tebet Utara IA/22 - Jakarta 12820
Telp. (021) 8281243, 83794513
Fax. (021) 8281243
E-mail: perinasi@centrin.net.id

13 Juni 1981 13 Juni 2010

ISSN: 0215 9422


TERBIT SETIAP 3 BULAN
Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010 1
2. MDGs 4 dan 5 berhubungan erat dengan kesehatan ibu dan 6. Institusi Pelayanan
anak, tetapi tidak dapat dipisahkan dengan MDGs 1, 2, 3,
6, 7 dan 8 yang dapat mempengaruhi MDGs 4 dan 5.
3. Indikator dan Target MDGs 4 dan 5 pada 2015
MDGs 4: Menurunnya Angka Kematian Neonatal (NMR),
Angka Kematian Bayi (IMR) dan Angka Kematian Anak
Balita (U5MR), dengan target menurunnya Angka
Kematian Bayi (IMR) menjadi 2/3 pada 2015 dan cakupan
imunisasi Campak.
MDGs 5: Menurunnya MMR, dengan target menurunkan
Diperkirakan jumlah puskesmas dan rumah sakit masih
MMR menjadi 3/4 pada 2015, meningkatnya proporsi
kelahiran yang dibantu Tenaga Kesehatan (Nakes) dan kurang terutama rumah sakit di Provinsi, Kabupaten dan
melakukan akses pelayanan yang lebih luas untuk Kota tertentu.
Kesehatan Reproduksi.
Akses ke pelayanan masih bermasalah, dilain pihak fungsi
Datadata Epidemiolgis beberapa faktor yang berpengaruh dan kualitas rumah sakit sebagai rujukan masih belum optimal
terhadap Kesehatan Maternal Neonatal di Indonesia. baik SDM yang kompeten maupun fasilitasnya.
1. Populasi
Diantara Negara Asean, Indonesia merupakan Negara dengan Untuk membina kualitas RS, Kemenkes telah melakukan
jumlah penduduk terbanyak: 228.523.342 jiwa, sedangkan pembinaan dan akreditasi RS, namun sampai dengan 2009
diantara Negara SEARO, Indonesia merupakan Negara ke-2 hanya 41,33% RS yang telah diakreditasi.
setelah India. Penyebaran penduduk tidak merata, kepadatan
berada di Jawa dan Sumatera. Perempuan usia reproduktif
Data-data dan Indikator Kesehatan Maternal Neonatal
(umur 15 tahun sampai dengan 35 tahun) menempati
(Maternal Newborn Health , MNH)
proporsi lebih dari 35%.
Bayi Baru Lahir dan Bayi (BBL, Newborn)) dan Bayi (Infant)
2. Jumlah rakyat miskin
Penyebab Kematian Bayi : 37% disebabkan oleh kematian bayi
2006 39,3 juta (17,8%) baru Lahir (Neonatal), kemudian berturut-turut Infeksi Saluran
2007 37,2 juta (16,6%) Nafas Akut postneonatal (17%), penyakit diare (16%), Infeksi lain
63,47 % rakyat miskin berada di pedesaan dan Parasit (9%), Malaria (7%), Penyakit tidak menular
(BPS : 2008) postneonatal, Trauma postneonatal dan Campak masing-masing
3. Pendapatan Nasional Bruto 4% dan HIV AID 2%. Sedangkan Kematian Bayi Baru Lahir sampai
dengan umur 28 hari (neonatal) disebabkan oleh Asfiksia, Penyakit
Pada 2007 PNB Indonesia adalah $ 3580 (di daerah tertinggal
Distres Pernafasan, Penyakit Infeksi, Hipotermia, BBLR, Sepsis,
diperkirakan sekitar $2000) merupakan urutan ke 6 setelah
penyakit Metabolik dan cacat bawaan (congenital).
Brunai Darussalam, Singapura, Malaysia Thailand dan Filipina.
Pembiayaan berobat untuk rakyat miskin sudah disediakan
oleh pemerintah, tetapi belum memadai. Jaminan kesehatan Noncommunicable Diseases
oleh Askes, Jamsostek dan perusahaan perusahaan Asuransi (postneonatal) 4%
sudah mulai berjalan, walaupun masih banyak kendala. Injuries (postneonatal) 4%
Other infectious and
parasitic diseases 9%
4. Pendidikan
Jumlah penduduk umur 15 sampai 45 tahun pada tahun HIV/AIDS 2%
2007 yang buta huruf : 2,96% dan menurun 1,94% pada
2009. Penduduk buta huruf tertinggi di Papua, Nusa Tenggara Measies 4%
Barat dan Sulawesi Barat dan terendah adalah di Jakarta,
Sulawesi Utara dan Riau.
Malaria 7%
5. Upaya Mencari Pengobatan
Secara nasional hanya 44,73% yang berobat ke fasilitas Neonatal deaths 37%
kesehatan, sedangkan 65,59% berobat dengan mengobati
diri sendiri. Paling banyak menggunakan fasilitas kesehatan Diarrhoeal diseases
(postneonatal) 16%
adalah Bali, Sumatera Barat dan DKI Jakarta, sedangkan yang
terendah adalah Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah dan
Maluku.
Tempat mencari pengobatan adalah Puskesmas (35,5%),
Dokter (30,11%), Petugas Kesehatan (28,82%) dan Rumah Acute respiratory infections
Sakit (8,71%). (postneonatal) 17%

Dengan keadaan demikian kita melihat kesadaran masyarakat


untuk berobat ke fasilitas kesehatan masih rendah dan
rujukan ke Rumah sakit juga masih rendah.

2 Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010


Angka Kematian Bayi Penyebab kematian maternal disebabkan oleh faktor-faktor risiko
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1000 KELAHIRAN HIDUP DI INDONESIA
antenatal, waktu proses persalinan dan postnatal dan pada masa
TAHUN 1997-2007 nifas terutama perdarahan oleh karena abortus , perdarahan
antenatal, intrapartum dan postpartum, penyakit yang merupakan
penyulit pada masa antenatal, waktu partus dan nifas, penyakit
hipertensi dan eklampsia, infeksi dan sepsis.

(Target MGDs AKI turun 3/4 pada 2015)


PERAN PERINASIA
Sejak beberapa tahun lalu, Perinasia tingkat pusat dan cabang
bersama-sama melaksanakan program dengan mengadakan
pelatihan bagi bidan, perawat, dokter dan dokter spesialis yang
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan
sehingga mampu berperan utuk mengurangi AKB dan AKI yaitu:
Sumber: BPS Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
Resusitasi Neonatus, Manajemen Laktasi, Metode Kanguru,
Dalam gambar ini kita melihat bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) Penanganan BBLR, dan Kesehatan Reproduksi Remaja.
10 tahun yang lalu 1997: 40/1000, baru menurun sedikit pada
Disamping itu, melaksanakan Seminar tentang Infeksi pada Bayi
kurun waktu 2002-2003 (5 tahun kemudian) hanya turun menjadi
dan Penanganan terpadu ibu dan bayi yang menderita HIV AIDS
35/1000 dan pada 2007 hanya turun 1/1000 menjadi 34/1000.
dll.

(Target MDGs 2015) harus menurun menjadi 2/3 dari tahun Diakui, peserta pelatihan dan seminar tersebut cukup banyak
2010) peminatnya namun banyak peserta dari perkotaan dan propinsi
tertentu dan belum menjangkau tenaga medis di propinsi dan
Terdapat disparitas/perbedaan AKB antar provinsi, terendah pada
kabupaten yang AKB dan AKI tinggi, seperti di Papua dan beberapa
provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan
propinsi tertentu di Sulawesi
Tengah (<30/1000). Tertinggi di NusaTenggara Barat dan Timur,
Maluku, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat (>49/1000).
HAMBATAN DALAM PENCAPAIAN MDGS 2015
Dibandingkan dengan negara-negara lain Angka Kematian Bayi
UNDP dan Bappenas pada tahun 2008 melaporkan bahwa target
Baru Lahir (NMRs) di Indonesia cukup tinggi (5-29/1000)
MDGs Indonesia cukup berhasil dan yang penting adalah upaya
dibandingkan dengan Amerika, Eropa, Rusia, Australia, Negara
bersama pemerintah, swasta dan masyarakat untuk memperbaiki
Arab dan Mesir, Malaysia dan Thailand.
kondisi rakyat kita sehingga dari waktu ke waktu kita dapat
mencapai perbaikan.
Angka Kematian Ibu (AKI, MMR)
Pada tanggal 16 dan 17 Februari 2010 lalu atas inisiatif Menkokesra
ANGKA KEMATIAN IBU (PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP) DI INDONESIA
TAHUN 1994-2007 dilakukan LOKAKARYA NASIONAL DALAM PENCAPAIAN TUJUAN
PEMBANGUNAN MILENIUM MDGs 2015.
Lokakarya tsb mengundang organisasi profesi bidang kesehatan
seperti: IDI, IDAI, POGI, IBI, PPNI, IAKMI, LSM Kesehatan dan
Keluarga Berencana, Perkumpulan Perinatologi Indonesia
(Perinasia) sebagai peserta dan juga Pelaksana.
Paparan tentang perencanaan program dan implementasi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka pencapaian
MDGs 2015 di sampaikan oleh yang mewakili Menkokesra,
Menkes, Bapennas dan Kepala BKKBN.
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 Organisasi profesi kesehatan menyampaikan program yang telah
dilaksanakan dan yang akan datang dalam rangka menurunkan
Dibandingkan dengan tahun 2002 : 307/100000, AKI turun pada
AKI, AKB dan program lainnya untuk membantu pemerintah.
tahun 2007 : 228/100000. AKI juga memperlihatkan disparitas
antar Provinsi, Kabupaten dan Kota. Jumlah Kematian Maternal Hasil dari lokakarya tsb, kelompok organisasi profesi dan seminat
di RS pada tahun 2008 meningkat menjadi 505 0rang jika telah bersepakat:
dibandingkan dengan jumlah kematian pada 2007: 170 0rang a) Menggalang komitmen untuk berkoordinasi, bersinergi
dan 2006: 237 orang, sedangkan jumlah lahir hidup hampir dalam pencapaian MDGs, khususnya 4 dan 5 baik secara
sama, sekitar 138.000. langsung maupun tidak langsung, antara lain dengan
Penderita penyakit yang berhubungan dengan Perinatal yang program fokus di propinsi atau kabupaten/kota terpilih
dirawat di Rumah Sakit pada 2008, menempati nomor urut 3, yang disepakati sebagai daerah uji coba.
setelah Penyakit Sirkulasi Pembuluh Darah dan Penyakit Saraf.

Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010 3


b) Meningkatkan kerjasama antar profesi dan perkumpulan
seminat dalam menyebarkan informasi terkait MDGs 4 dan KALENDER ILMIAH
5 kepada masyarakat maupun masing-masing organisasi.

c) Meningkatkan peran dalam advokasi maupun koreksi, PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR)
kajian atas kebijakan publik (eksekutif, legislatif dan non 30-31 Oktober 2010 di Jakarta
pemerintah) terkait upaya pencapaian MDGs 4 dan 5 di
PELATIHAN KONSELING K. R. R.
berbagai tingkat administrasi pemerintahan secara
berkelanjutan. 6-7 Nopember 2010 di Jakarta

PELATIHAN PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)


d) Meningkatkan pembinaan kepada anggota organisasi
26-28 Juni 2010 di Jakarta 7-9 Agustus 2010 di Jakarta
profesi maupun seminat dalam hal profesionalisme, etika
23-25 Oktober 2010 di Jakarta 18-20 Des. 2010 di Jakarta
dan nilai altruism.
PELATIHAN PENATALAKSANAAN BBLR UNTUK YANKES
e) Meningkatkan peran organisasi profesi dalam pemantauan LEVEL I-II
dan evaluasi pencapaian MDGs 4 dan 5 serta upaya lain 2-3 Oktober 2010 di Bandar Lampung
terkait oleh pemerintah.
PELATIHAN MANAJEMEN LAKTASI (PML)
f) Memfasilitasi terjadinya kemitraan (sparing partner) antara 10-11 Juli 2010 di Jakarta 1-2 Agustus 2010 di Yogyakarta
institusi pendidikan tinggi kesehatan dengan Dinas 16-17 Okt 2010 di Jakarta
Kesehatan Propinsi (kabupaten terpilih) dalam pemecahan
PELATIHAN KONSELING MENYUSUI
masalah kesehatan termasuk pencapaian MDGs 4 dan 5.
5-9 Juli 2010 di Jakarta 4-8 Okt 2010 di Jakarta
Rekomendasi telah disusun ditujukan kepada Kepala Negara/ 6-10 Des 2010 di Jakarta
Presiden RI, DPR RI (Komisi IX), Menteri Koordinator Kesejahteraan
PELATIHAN RESUSITASI NEONATUS (PRN)
Rakyat, Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN, Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pendidikan Nasional, dan Menteri Keuangan. 3-4 Juli 2010 di Bandung 5-6 Juli 2010 di Jakarta (PRA
Rekomendasi yang telah disusun diharapkan akan membantu PIT POGI XVIII) 24-25 Juli 2010 di Jakarta 31 Juli 1 Agt
memperbaiki keadaan sehingga target MDGs 2015 dapat tercapai, 2010 di Semarang 7-8 Agustus 2010 di Bekasi
minimal akan mengurangi AKB, AKBa, AKI dapat turun secara
bertahap dan signifikan. (Pembaca yang ingin mendapatkan hasil
lokakarya secara lengkap, dapat menghubungi Sekretariat PERINASIA)
BERITA ORGANISASI
Beberapa Cabang Perinasia telah melakukan rapat organisasi
Surat dari Redaksi..... untuk menyusun Kepengurusan Cabang periode 2010-2013.
Saya ingin menyampaikan pengalaman saya mengikuti suatu Berikut informasi dari beberapa Cabang yang sudah
seminar yang dilaksanakan oleh IDAI Jaya dengan sponsor sufor membentuk pengurus baru.
untuk memperkenalkan Neocate susu untuk bayi dengan alergi
susu sapi. Harga susunya lebih dari Rp.500.000 per kaleng 400
gram. Memang penyakit alergi susu sapi (Cows milk proten PERINASIA CABANG N.T.B.
alergy) sudah mulai meningkat angka kejadiannya dan ini adalah
ulah kita sendiri dengan memberikan susu formula bagi bayi dan
Ketua : dr. H. Agus Rusdy Hariawan Hamid, SpOG
susu pada ibu hamil dan menyusui. Ibu hamil yang minum susu
sapi akan membentuk antibodi terhadap susu sapi yang akan Wakil Ketua : dr. Artsini Manfaati, SpA
melalui placenta ke bayi sehingga bayi baru lahir sudah Sekretaris : dr. Gede Made Punarbawa, SpOG
mengandung antibodi terhadap protein susu sapi. Begitu bayi Bendahara : dr. Ni Luh Kade Dewi Sangawati, SpA
mendapat susu formula akan terjadi reaksi antigen antibodi Anggota : dr. H. Tatang A. Hidayat, SpA
yang pernah saya lihat berupa perdarahan pada bayi. Bayi yang Ni Nyoman Sudarmi, SST
ibunya sudah disensitisasi walaupun kemudian minum ASI namun
Gusti Ayu Kusumawati, Amd.Kep
ibunya masih minum susu sapi akan dapat juga memperlihatkan
Siti Rahmawati, SST
reaksi alergi tersebut. Sebenarnya kalau ibu hamil dan menyusui
tidak diberikan susu sapi dan bayi mendapat ASI saja, kejadian Nurmalasari, SST
alergi susu sapi akan sangat berkurang. Bukankah pola makan
yang sehat adalah bukan lagi 4 sehat 5 sempurna yang 5 nya Sekretariat : SMF Anak RSU Mataram
adalah susu tetapi makanan seimbang dan proteinnya tidak perlu Jl. Pejanggik no. 6 Mataram NTB
susu. (Rulina Suradi) Talp/Fax: (0370) 631911

Mohon komentar pembaca......

4 Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010


PERINASIA CABANG DKI JAKARTA 6. Program Konseling Menyusui :
Koordinator : Dr. Hj. Gustina Lubis, SpA(K)
Ketua : dr. Achmad Mediana, SpOG Wakil : Suryeni, AmdKeb
Wakil Ketua : dr Lola Purnama Dewi, SpA
7. Program Pengendalian Infeksi Perinatal :
Sekretaris : dr. Kiki M.K. Samsi, SpA
Koordinator : Dr. Hj. Yusrawati, SpOG(K)
Bendahara : dr. Regintha Bachtum
Wakil : Dr. Almirah
Wakil bendahara : Imami Nurrachma, SKp, SpA
Seksi Ilmiah : dr Debbie Latupeirissa, SpA 8. Program Pengabdian Masyarakat :
dr. Eric Gultom, SpA Koordinator : Dr. Rusdi, SpA(K)
dr. Evelyn Phangkawira Wakil : Dr. H. Aladin, SpOG(K)

Koord. Manajemen Laktasi : Hesti K.P. Tobing, SKM


Koord. Resusitasi Neonatus : dr. Eric Gultom, SpA PERINASIA CABANG RIAU
Koord. Metode Kanguru : dr. Regintha Bachtum
Koord. Kes. Repr. Remaja : dr. Agung Witjaksono, SpOG Ketua : dr. Dewi A.Wisnumurti, Sp.A, IBCLC
Bd. Indra Supradewi Ketua I : dr. Ilya Viskhar, Sp.OG
Ketua II : dr. Indra Yanti, Sp.A
Koord. Litbang : Imami Nurrachma, SKp, SpA
Sekretaris : dr. Nazardi Oyong, Sp.A
Koord. Gawat Darurat
Sekretaris I : dr. Irma Aliawati
& Bencana : dr. Agung Witjaksono, SpOG Bendahara I : dr. Yuliati, Sp.A
dr. Kiki M.K. Samsi, SpA, MKes Bendahara II : dr. Neza Puspita, Sp.OG
Sekretariat : Ervina Savitri
Alamat : RSIA Kemang Medical Care Bidang Organisasi
Jl. Ampera Raya no. 34 Jakarta Ketua : dr. Riza Iriani Nasution, Sp.A
Telp: (021) 27545454, 27545400 Anggota : dr. Ismar, Sp.B., Sp.BA
Bidang Ilmiah dan Perencanaan Program
PERINASIA CABANG SUMATERA BARAT Ketua : dr. Donel Suhaimi, Sp.OG (K)
Anggota : dr. Rizalya Dewi, Sp.A, IBCLC
Ketua : Prof. Dr. H. Djusar Sulin, SpOG(K)
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Wakil Ketua : Dr. Hj, Mayetti, SpA(K), IBCLC Ketua : dr. Noviardi, Sp.OG
Sekretaris : Dr. Hj. Desmiwarti, SpOG(K) Anggota : dr. Zulfikri, Sp.A
Wakil Sekretaris : Hj. Fatimah, SKM
Bendahara : Dr. Hj. Ermawati, SpOG(K)
Anggota Pengurus : Dr. Hj. Gustina Lubis, SpA(K) Dr. Dewi A. Wisnumurti, SpA,
Dr. Eka Agustia Rini, SpA(K) IBCLC yang terpilih kembali
sebagai Ketua Perinasia Cabang
Dr. H. Syahredi SA, SpOG(K)
Riau 2010-2013 menyerahkan
Dr. Rusdi, SpA(K) laporan kerja 2007-2010
Dr. Hj. Yusrawati, SpOG(K) kepada Ketua Umum Perinasia
Pusat, dr. Trijatmo
Dr. Didik Haryanto, SpA(K) Rachimhadhi, SpOG(K)
Dr. Enny Yantri, SpA(K)
Dr. Rahmi Lestari

Koordinator Program :
1. Program Resusitasi Neonatus :
Koordinator : Dr. Didi Haryanto, SpA(K)
Wakil : Dr. Yoshida, SpOG
2. Program Manajemen Laktasi :
Koordinator : Dr. Rahmi Lestari
Wakil : Hj. Fatimah, SKM
Pengurus Cabang Riau usai dilantik oleh Ketua Umum Perinasia Pusat pada
3. Program Perawatan Metode Kanguru :
tanggal 15 Mei 2010 di Aula RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Koordinator : Dr. Eka Agustia Rini, SpOG(K)
Wakil : Hj. Osmiryetti, AMK
Gubernur Riau, Drs. H.
4. Program Penatalaksanaan BBLR : Rusli Zainal bersama
Koordinator : Dr. Enny Yantri, SpA Direktur RSUD Arifin
Wakil : Sri Yanti Yanor, AMK Achmad, Dra. Yulwiriati
Moesa, Apt, Msi
5. Program Kesehatan Reproduksi Remaja : meninjau Pelatihan
Koordinator : Dr. H. Syahredi SA, SpOG(K) Resusitasi Neonatus
Wakil : Hj. Zulmaidiar, Amd.Keb usai acara Pelatikan
Pengurus Cabang.

Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010 5


PELATIHAN MANAJEMEN LAKTASI (2) Bayi dengan gangguan pertumbuhan dalam kandungan
atau janin yang mengalami hambatan pertumbuhan
ANGKATAN KE-100 (Pertumbuhan Janin terhambat =PJT). Dalam hal ini bayi dapat
lahir cukup bulan, akan tetapi karena kekurangan gizi dalam
elatihan Manajemen Laktasi yang diselenggarakan oleh kandungan, mempunyai berat lahir yang rendah. Namun dapat
Perinasia terus bergulir dan tanpa terasa telah sampai terjadi bahwa bayi dengan gangguan pertumbuhan dalam
pada Angkatan ke-100, tepatnya pada tanggal 8-9 Mei 2010. kandungan dapat pula dilahirkan prematur. Jadi selain prematur
Pelatihan saat itu dihadiri oleh 28 peserta dari berbagai profesi bayi tersebut juga mengalami gangguan pertumbuhan dalam
dan institusi. Prof. Dr. Rulina Suradi, SpA(K), IBCLC sebagai kandungan.
Koordinator Program Manajemen Laktasi menandai perayaan
ini dengan acara tiup lilin dan potong kue. Banyak masalah yang dihadapi untuk menangani dan merawat
BBLR, diantaranya adalah yang berkaitan dengan pemberian
minum BBLR. Minuman terbaik bagi bayi baru lahir tanpa
terkecuali BBLR maupun bayi prematur adalah ASI ibunya sendiri.
Namun banyak ditemui di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia,
petugas kesehatan seringkali malah mempercayakan susu formula
menjadi minuman yang seolah terbaik untuk bayi-bayi kecil
tersebut dengan alasan utama ASI ibu tidak/belum keluar. Yang
menyedihkan, tidak ada upaya berarti yang dilakukan oleh petugas
kesehatan untuk memotivasi sang ibu untuk menyusui bayinya
dan menjelaskan tentang manajemen laktasi agar ASI dapat
dipanggil keluar. Padahal kalau mau jujur, sejak jaman dahulu
kala sebelum ada susu formula, satu-satunya nutrisi pada bayi
hanya ASI. Ada juga Human Milk Fortifier yang katanya
diformulasi dari ASI manusia/susu sapi untuk menambah berat
badan bayi 30-50 gram per hari, namun harganya sangat mahal
sekitar Rp. 1.100.000,-/ box isi 50 sachets dan ini tidak dijual di
Indonesia. Terbayang, bagaimana orang tidak mampu dapat
membelinya?
Untungnya kita masih mempunyai dokter-dokter yang mau
berjuang membantu menyelamatkan BBLR tersebut dengan ASI.
Di bawah ini adalah dua RINI yang bercerita tentang
pengalamannya menangani BBLR.
Dr. Asti Praborini, SpA, IBCLC - Menyelesaikan Pendidikan Dokter
Umum pada tahun 1980 di FKUI, dan Dokter Spesialis Anak tahun
1990 di FKUI. Pernah mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa
Teladan FKUI Tahun 1979 dan Dokter Teladan Propinsi Irian
Jaya Tahun 1982. Tahun 2007 lulus sebagai IBCLC-International
Peserta Pelatihan Manajemen Laktasi Angkatan ke-100, Jakarta, 8-9 Juni 2010
Board Certified Lactation Consultan.

PROFIL
Dua RINI berjuang membantu
menyelamatkan BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat lahirnya
kurang dari 2500 gram. BBLR mempunyai kecenderungan untuk
sakit atau meninggal jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
bayi dengan berat lahir normal (berat sekitar 2500-4000 gram).
Penyebab BBLR adalah:
Dr. Asti Praborini, SpA, IBCLC
(1) Bayi lahir prematur atau bayi yang lahir sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu penuh atau kurang dari 259 Tanya: Kasus BBLR seperti apa saja yang telah ditangani oleh Dr.
hari dihitung dari hari pertama haid terakhir ibu. Oleh karena Rini? Pernahkah menangani kasus BBLR dibawah 1.500 gram?
berat bayi berhubungan dengan usia kehamilan, maka bayi Mohon diceritakan.
yang lahir prematur mempunyai berat lahir yang kurang.
Jawab: Saya pernah bekerja di beberapa daerah seperti di Irian
Adakalanya bayi lahir prematur tetapi berat lahirnya lebih dari
Jaya, Bali, Bengkulu, Lombok, dll. Di Bali tahun 1993-1998 saya
2500 gram (bukan BBLR). Keadaan ini dapat terjadi pada bayi
menemukan kasus-kasus BBLR, karena saat itu ibu-ibu di daerah
dari ibu penderita diabetes (kencing manis).
tersebut mengerjakan pekerjaan berat seperti mengaspal jalan.

6 Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010


Di Irian pada tahun 1980-1982 saat bekerja di pedalaman Tanya: Apa yang dirasakan dr. Rini jika gagal atau jika berhasil?
(Enarotali), kasus BBLR dijumpai karena ibu-ibu di sana bekerja
Jawab: Sebagai manusia saya hanya berusaha tetapi hasil akhir
di kebun ubi sepanjang hari meskipun sedang hamil, mereka juga
ada ditangan Allah SWT, hal ini pula yang selalu saya tekankan
punya kewajiban mengurus binatang ternak (babi). Beberapa
kepada keluarga pasien. Keberhasilan pun merupakan hasil
kasus juga dijumpai di Bengkulu (2000-2001) dan Lombok (2006-
kerjasama antara seluruh petugas medis dan keluarga pasien.
2008) karena kedua provinsi tersebut belum dapat dikatakan
Oh ya, saat ini di RSIA Lestari Cirendeu saya sedang merawat bayi
maju. Saat ini di Jakarta (2008-2010) saya bekerja di LKC (Layanan
F yang lahir dengan berat badan 1 kg dan usia gestasi 28 minggu.
Kesehatan Cuma-cuma) yang melayani pasien tidak mampu secara
Kami tidak mempunyai NICU dan pasien bukan orang yang
cuma-cuma atau gratis. BBLR acap kali dijumpai, lahir di luar LKC
mampu, bayi kami rawat dengan inkubator kotak sabun dan
dan dirujuk ke LKC. Saya juga bekerja di RSIA Lestari Cirendeu
mula-mula cara kanguru intermiten, dan telah diberi ASI sejak
yang menerima pasien kurang mampu (2008-sekarang). Saya
usia 6 jam. Mula-mula dibantu ASI perah ibu lain selama 2 hari
juga menangani banyak kasus BBLR rujukan saat saya bekerja di
setelah itu ASI dari ibunya sampai sekarang. Bayi pulang pada
NICU RS MH Thamrin Jakarta (1998-2007). Saya pernah menangani
hari ke 46 dengan berat 1,600 gram. Saat ini usia kronologis bayi
kasus BBLR dibawah 1.500 gram, baik itu prematur murni maupun
3 bulan dengan usia konversi 40 minggu dan berat badan 2200
pertumbuhan janin terhambat.
gram. Akan dirawat dengan metode kangguru sampai berat bayi
Tanya: Apa yang membuat Dr. Rini memutuskan untuk 2.500 gram. Bayi ini hanya mendapat ASI. Perkembangan baik.
memberikan ASI kepada BBLR?
Dr. Eka Agustia Rini, SpA(K) - Menyelesaikan Pendidikan Dokter
Jawab: Karena ASI adalah makanan yang terbaik dan terlengkap
Umum pada tahun 1986 di FK UNAND (Universitas Andalas),
bagi bayi, apalagi untuk bayi prematur. Pada pasien yang saya
Padang, dan Dokter Spesialis Anak tahun 2002. Dikukuhkan
rawat di NICU bila diberikan bukan ASI maka cepat sekali timbul
sebagai Konsultan di bagian Ilmu Kesehatan Anak Divisi
komplikasi terutama NEC dan sepsis. Tetapi bila diberi ASI bayi
Endokrinologi tahun 2006.
pulang sembuh. Untuk pasien-pasien yang sangat tidak mampu
ada keuntungan yang luar biasa, yaitu keluarga tersebut tidak
bertambah miskin karena harus membeli yang bukan ASI. Saya
sama sekali tidak pernah menggunakan susu formula apapun
pada bayi di bawah 1.500 gram tanpa memandang pasien tersebut
mampu atau tidak mampu untuk membeli yang bukan ASI.
Tanya: Kendala/tantangan apayang dihadapi Dr. Rini?
Jawab: Kendalanya bukan dari keluarga pasien. Tetapi dari petugas
kesehatan sendiri karena pasien-pasien saya harus cepat saya
beri ASI, harus cepat berkontak dengan ibu, harus segera
dikangurukan untuk mencegah perburukan (terutama bila tidak
di NICU). Sementara petugas saya lebih percaya pada susu formula
dan pada inkubator. Karena saya berpindah-pindah tugas saya
harus selalu mulai mengajari petugas kesehatan yang bekerja di
bawah saya. Saya pun juga harus meyakinkan kolega dokter dan Dr. Eka Agustia Rini, SpA(K)
manajemen rumah sakit di tempat saya bekerja, karena saya Saya dari dulu memang menyenangi merawat bayi baru lahir,
selalu menjadi orang baru karena harus ada skill, kecepatan, ketelitian dan feeling tersendiri.
Tanya: Bagaimana Dr. Rini menghadapi tantangan dan Mereka tidak bisa bicara kan? Apalagi sewaktu penelitian untuk
menyelesaikan segala permasalahan atau hambatan yang ada? tesis saya adalah perawatan BBLR dengan metode kanguru, itulah
titik awalnya yang disuport penuh oleh mendiang Almarhumah.
Jawab: Saya selalu menekankan hubungan antar manusia yang Dr. Parma Oemi Asnil SpA(K). Semua BBLR < 2000 gram, terbanyak
baik terutama dengan para tenaga kesehatan. Berusaha untuk 1500-2000 gram. Tapi justru yang unik adalah bayi dengan berat
sabar meskipun kadang mereka mencuri kesempatan untuk 1000 gram. Sampai saat ini saya merawat beberapa orang bayi
melanggar instruksi yang saya berikan. Tetapi dengan bukti bahwa dengan berat 1000 gram seperti Dinda (sekarang 6 tahun), Natasya
BBLR memang hanya dapat hidup baik dengan ASI, tenaga (sekarang 4 tahun), Syafani (sekarang 6 tahun), Annisa ( sekarang
kesehatan lama-lama menjadi percaya. Dan saat mereka sudah 4 tahun). Semuanya dirawat hanya dengan metode kanguru dan
percaya, saya pindah lagi. Tetapi di beberapa rumah sakit yang ASI. Acungan jempol untuk ibu-ibu mereka yang betul-betul mau
saya tinggalkan, hanya ASI pada BBLR tetap diteruskan. Sikap berjuang untuk bayinya. Apalagi Syafani yang terlahir sebagai
ramah dan menyayangi pasien dan keluarganya akan sangat kembar 3. Sampai saat ini kemampuan motorik mereka sangat
membantu suksesnya perawatan BBLR. Saya banyak meluangkan bagus dan malahan terlihat lebih baik dari teman seumurnya.
waktu untuk berbincang sengan keluarga pasien. Kadang-kadang Juga masih banyak lagi yang lahir dengan berat < 1500 gram,
ada kesulitan-kesulitan yang belum dikemukakan oleh keluarga seperti Jasmin (sekarang 3 tahun), Felicia (sekarang 6 tahun),
karena mereka sungkan kepada dokter dengan banyak ngobrol Manda (maaf saya lupa namanya, sekarang 19 bulan). Ketiga
kesulitan tersebut dapat terungkap dan diselesaikan. mereka ini lahir dari keluarga dengan ras Chinese. Saya bangga
Tanya: Adakah kasus yang gagal ditangani? sekali karena mereka semua senang, memuji, dan menyebarkan
"Partai ASI" ini kepada kerabatnya.
Jawab: Tentu ada dan hal ini biasanya terjadi bila bayi BBLR
mempunyai kelainan organik lain. Wah... banyak sekali pengalaman yang indah untuk ini yang
membawa saya ke alam banyak saudara, banyak cucu jadinya
ya..? Setiap datang biasanya mereka minta gendong, minta
permen, pin, cipika-cipiki, dll karena sedemikian dekatnya.

Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010 7


Tapi perjuangan ini bukan tidak ada halangannya, dari mitra
keperawatan saya mendapat suport yang baik, mereka bisa
bekerja sama dan mendukung saya. Yang berat itu adalah PEMERAS INFUS PERINASIA
bagaimana merobah pendapat keluarga yang sekarang pikirannya
Dapat digunakan pada :
seperti sudah di "print" oleh susu formula. Kita menjual cerita
Keadaan gawat darurat, untuk memasukkan cairan infus
diantara rasa cemas, capek, sakit dan mengantuk si ibu yang baru secara cepat pada kasus syok hipovolemik/perdarahan
melahirkan. Sementara itu pihak keluarga selalu ingin memproteksi hebat.
ibu yang dianggap masih sangat lemah. Ada cerita yang menarik,
ibunya Yasmin pada awalnya merasa tersinggung dengan jawaban Pada operasi, untuk mengalirkan cairan secara cepat pada
saya "tidak akan memperhatikan setiap keluhannya seandainya lapangan operasi (laparoskopik)
beralih pandang dari ASI". Pernyataan ini disampaikan kepada Amnioinfusi, untuk memasukkan cairan ke kantung amnion
saya ketika Yasmin berusia 8 bulan, dan saya minta maaf. Tapi (pada kasus obstetri)
sebaliknya dia merasa bersukur dengan pernyataan itu yang
membuatnya tegar dalam merawat bayinya dengan ASI saja. Keuntungan:
Kenapa saya memilih ASI saja? Kata orang tua " Ada nyawa ada Sederhana dan mudah digunakan
rizki". Rizki pertama adalah ASI. Komposisi ASI pada ibu yang Efisien dan praktis
melahirkan bayi prematur berbeda jumlah kandungannya dengan Tidak mudah rusak
bayi cukup bulan. Pengalaman yang dilakukan tenaga kesehatan Suku cadang mudah diperoleh
di Columbia yang merawat bayi dengan Kangaroo Mother Care Ketersediaan alat terjamin
dan ASI saja memperlihatkan hasil yang baik. Semua komposisi
Harga terjangkau
yang ada di ASI sesuai untuk bayi yang dapat menjamin tumbuh
kembang bayi itu nantinya. Alat ini terdiri dari beberapa bagian: Kantong infus Pompa
Dalam menggalakkan ASI memang tidak mudah, tidak semuanya Pengukur tekanan (manometer) Penggantung manometer
berhasil (walaupun angka ini sangat kecil, tergantung cara kita Selang pompa Tas tangan : sebagai tempat penyimpan alat
memberikan pengertian; ada yang harus ilmiah dan ada yang bila sedang tidak digunakan.
dengan cara sedikit instruktif). Bagi saya untuk mengatasi ini yang
pertama kali adalah membuat agar ibunya percaya dan dependen
kepada saya, kita masuk ke dunianya. Kalau ini tidak berhasil...
biasanya gagal. Ya.... sedihlah, karena dicuekin jadinya ya?
Mau tahu bangganya? Ibunya akan bercerita kepada ibu lain
bahwa anaknya bisa bagus berkat ASI. Ada yang cerita bisa
menyimpan uang 57 juta dari uang yang sebenarnya sudah
dicadangkan untuk beli susu formula (tapi ini bukan pengalaman
merawat BBLR, tapi asfisia berat dan sepsis neonatorum). Truzz...?
Orangtuanya sering bawakan oleh-oleh setiap habis bepergian,
ha...ha... Apalagi..? mereka sangat jarang sakit, dia datang cuma
untuk imunisasi dan bertanya "normalkah anak saya?". Dibalik
Cara 1: Cara 2:
itu... seperti kegiatan multilevel marketing, mereka akan Lubang kecil menghadap keatas Lubang kecil menghadap kebawah
membawa pasien-pasien lain. Pokok'e siip...lah!! ---- (Hesti Tobing)

Nama :
Formulir
Perpanjangan
Nomor anggota :
Keanggotaan
Alamat institusi :

Telp. Fax,: Iuran anggota ditransfer


ke rekening:
Alamat rumah : PP Perinasia
No. Rek: 025.01.25049.00.5
Kota: Prop: Bank CIMB NIAGA Tebet
Jl. Prof Supomo SH no. 47 Jaksel
Telp. Fax,:

Dengan ini memperpanjang keanggotaan Perinasia Formulir dan bukti transfer


dikirim ke:
IURAN ANGGOTA PERINASIA
KATEGORI ANGGOTA Jl. Tebet Utara IA no. 22
1 Tahun 3 Tahun
Jakarta
Buletin Perinasia 12820
- Tahun XVI, Nomor 3, Edisi Okt-Des 2009
Dokter / Sarjana Rp. 20.000,- Rp. 50.000,- Telp.: (021) 828 1243, 8379 4513
Bidan / Perawat / Lain-lain. Rp. 10.000,- Rp. 25.000,- Faks.: (021) 828 1243

8 Buletin Perinasia - Tahun XVII, Nomor 1, Edisi Jan-Mei 2010

Anda mungkin juga menyukai