Anda di halaman 1dari 15

Hemoroid dan Penatalaksanaanya

Julio Lorenzo Penna


102013376 / Juliolorenzopenna@yahoo.co.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta, Indonesia
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061, Fax. 021-5631731

Abstrak
Fisiologi saluran cerna terdiri dari rangkaian proses makan (ingesti), pengeluaran getah
pencernaan (sekresi), pencernaan, dan penyerapan makanan. Getah pencernaan
membantu pencernaan makanan, hasil pencernaan di absorpsi ke dalam tubuh berupa zat
gizi. Proses sekresi, digesti dan absorpsi terjadi secara berkesinambungan pada bagian
traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai ke rektum. Ada nya benjolan yang keluar
dari anus bisa memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain kurang mobilisasi, lebih
banyak tidur, konstipasi, cara buang air yang tidak benar, kurang minum air, kurang
makanan berserat (sayur dan buah), faktor genetika/turunan, kehamilan, penyakit yang
meningkatkan intraabdomen, dan sirosi hati.
Kata kunci: pencernaan, absorpsi, benjolan keluar dari anus
Abstract

Physiology of digestion process consists of a series of meals (ingesti), sap digestion


(secretion), digestive, and absorpsi of food. Sap digestive help digestion food, digestion
rsults in absorption into the body in the form of nutrients. The process of secretion,
digestion snd absorption occur continuously in the gastrointestinal tract starting from the
mouth up to the rectum. There are his bump out of the anus can have quite a lot of risk
factors among others less mobilization, more sleeping, constipation, how waste water is
not correct, less water, less fibrous foods (vegetable and fruit), genetic factors or
derivative, pregnancy, diseases that increase intraabdomen, and sirosi.

Keywords: digestion, absorption, the lumps out of the anus

Pendahuluan

1
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.Dimana dalam proses ini, sistem pencernaan melaksanakan 4 proses dasar,
yaitu motilitas, digesti (pencernaan), absorpsi (penyerapan) dan sekresi.Sistem
pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Jika
sistem pencernaan mengalami gangguan maka akan memberikan efek negatif bagi
kesehatan diri seseorang, oleh karena itu membutuhkahkan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat dalam menanganinya. Salah satu penyakit saluran pencernaan
bagian bawah yang menggangu jika memberikan keluhan adalah hemoroid, sehingga jika
pasien mengeluh maka harus dilakukan penatalaksanaan yang tepat. Tujuan dari makalah
ini adalah untuk mengetahui penyebab benjolan yang keluar dari anus beserta
penanganan nya, dengan dilakukan nya anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Anamnesis
Anamnesis adekuat penting dalam diagnosis penyakit rectum. Empati dan sensitivitas
bisa diperlukan dalam menjelaskan anamesis yang lengkap dan tepat, karena sejumlah
pasien enggan menyampaikan secara sukarela gejala yang bisa berhubungan dengan
defekasi. Pemeriksaan abdomen atau rectum dengan cermat dengan pasien dalam
keadaan santai adalah penting , seperti pemeriksaan visual anus dan pemeriksaan rectum
digital yang lengkap. Dalam melakukan pemeriksaan rectum, pemeriksa seharusnya
berusaha secara mental menvisualisasi anatomi dengan menggunakan evaluasi taktil
lengkap pada daerah ini.
1. Identitas Pasien.
Menanyakan kepada pasien :
Nama lengkap pasien, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan,agama,
pekerjaan,suku bangsa.

2
Data yang lain harus ditanyakan kepada pasien dengan jelas.
2. Keluhan utama.
- Keluhan utama pasien : Pasien mengeluh memiliki benjolan di anus
- Keluhan lain : benjolan suka mengeluarkan darah dan terasa nyeri. Benjolan
dapat dimasukan kembali apabila di dorong dengan jari.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan,
misalnya perdarahan setelah buang air besar, nyeri, penonjolan. Berikut beberapa
pertanyaan yang dapat ditanyakan kepada pasien:
Sejak kapan keluhan tersebut dirasakan?
Benjolan disertai darah atau tidak?
Bagaimana karakteristik darah, apakah bercampur feses, lendir atau
tidak, bagaimana warna darah tersebut?
Lokasi perdarahan terjadi dimana?
Darah menetes atau muncrat?
Apakah perdarahannya lama, atau cepat berhenti?
Menanyakan kira-kira jumlah perdarahan yang menetes banyak atau
sedikit?

Bertanya mengenai keluan lain:


Apakah ada keluhan lain?(seperti demam, nyeri, iritasi, panas, atau
gatal pada daerah sekitar anus)
Apabila ada nyeri, bertanya dimanakah lokasi nyeri?(Nyeri
setempat/menjalar)
Nyeri dirasakan kapan? (pagi hari, siang hari atau malam hari)
Apakah nyeri nya hilang timbul atau terus menerus?
Apakah ada faktor pencetus dari keluhan yang dirasakan?
Apakah perdarahan akan berkurang atau membaik jika istirahat atau
beraktifitas?
4. Riwayat Pengobatan
Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengurangi perdarahan?

3
Riwayat pengobatan dan diet yang bisa menyebabkan konstipasi.
5. Riwayat penyakit dahulu.
- Apakah dulu pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini atau tidak?
- Bertanya mengenai riwayat penyakit kronik (diabetes, hipertensi, dll)
6. Riwayat penyakit keluarga.
- Apakah ada keluarga yang menderita hal yang sama seperti yang diderita
pasien, karena terdapat faktor resiko genetik untuk terjadinya hemoroid.
- Bertanya mengenai riwayat penyakit kronik (diabetes, hipertensi, dll)
7. Riwayat sosial.
- Menanyakan kepada pasien apakah penyakitnya menganggu atau tidak
menggangu aktivitas sehari-hari pasien.
- Bagaimana sanitasi lingkungan nya? Bersih atau tidak?
- Apakah merokok atau tidak ?
- Apakah minum alkohol atau tidak?
- Apakah memakai narkoba atau tidak?
- Apa suka makan sayur atau buah-buahan ?
- Apakah suka melakukan olahraga ?
- Apakah melakukan olahraga berat seperti gym atau angkat barang berat ?

Pemeriksaan Fisik

Pertama-tama diawali dengan pemeriksaan kesadaran penderita: kompos mentis


(pasien sadar penuh), apatis (pasien tampak acuh tak acuh), somnolen (keadaan pasien
mengantuk yang dapat pulih jika dirangsang), soporus (keadaan pasien mengantuk yg
dalam), koma, gelisah, dll. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan tanda vital meliputi suhu,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah.

Pada pemeriksaan fisik colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan


karsinoma rektum.
1. Inspeksi
Pada inspeksi, dapat dilakukan inspeksi daerah perianal untuk melihat hemoroid, kutil
atau massa yang lain. Apabila terjadi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah

4
mengandung trombus. Pada hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai
benjolan yang menutup mukosa. Untuk membuat prolaps, dapat meminta pasien untuk
mengejan.
2. Palpasi
Pada palpasi kita dapat melakukan palpasi dinding rectum untuk memeriksa adanya
massa
3. Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Pada colok dubur
dapat diraba bila sudah ada trombus atau sudah ada fibrosis. Trombus dan fibrosis pada
perabaan padat dengan dasar yang lebar. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Pemeriksaan colok dubur
ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum

Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi
- Anoskopi
Diperlukan untuk melihat hemoroid internal yang tidak menonjol keluar.
anoskopi dimasukan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam
lumen. Apabila penderita di minta mengedan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.

- Sigmoidoskopi
Akan terlihat benjolan kebiru-biruan. Lokasi dapat diatas linea dentata atau
dibawahnya. Pasien dapat datang dengan keadaan inkarserata/ prolaps
hemoroid atau trombosit hemoroid.

5
- Proktosigmoidoskopi
Perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau keganasan di tingkat lebih tinggi, karena hemoroid
merupakan kegiatan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

b. Ultrasonografi (USG)

Membantu untuk melihat adanya kemungkinan tumor disekitar abdomen, tanda-


tanda sirosis hati (penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena
portal dan kadang-kadang menyebabkan terbentuknya hemoroid)

Diagnosis
Hemoroid
Hemoroid merupakan kelainan anorektal yang sering terjadi yang ditandai dengan
pembesaran dari bantalan vaskular anus.

Gambar 1. Hemoroid Internal dan Eksternal.1

Etiologi

Penyebab hemoroid tidak diketahui, konstipasi kronis dan mengejan saat defekasi
mungkin penting. Mengejan menyebabkan pembesaran dan prolapsus sekunder bantalan
pembuluh darah hemoroidalis. Jika mengejan terus menerus, pembuluh darah menjadi

6
dilatasi secara progresif dan jaringan submukosa kehilangan perlekatan normalnya
dengan sfingter internal dibawahnya, yang menyebabkan prolapsus hemoroid yang klasik
dan berdarah. Selain itu faktor penyebab hemoroid yang lain yaitu kehamilan, kurang
makanan yang berserat, dan lain-lain.2

Epidemiologi
Penyakit hemoroid dapat terjadi pada semua umur, tetapi paling banyak terjadi
pada umur 45-65 tahun dan jarang terjadi pada usia dibawah 20 tahun. Pada laki-laki dan
perempuan memiliki prevalensi yang sama. Resiko dari hemoroid akan meningkat seiring
dengan bertambahnya usia.2

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, hemoroid dapat dibagi menjadi eksterna, interna atau gabungan
keduanya.2

1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diselubungi oleh anoderm dan terletak disebelah distal linea
dentata. Hemoroid eksterna dapat membengkak dan menimbulkan rasa tidak
nyaman bahkan nyeri apabila terjadi trombosis.
2. Hemoroid interna terletak di sebelah proksimal linea dentata dan diselubungi
mukosa anorektal, biasanya tidak nyeri dan timbul perdarahan merah terang atau
prolaps saat defekasi. Rasa nyeri biasanya berkaitan dengan fisura, abses atau
trombosis hemoroid eksterna. Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai berikut:
Derajat 1 : gejala perdarahan merah segar pada saat defekasi tanpa adanya
prolaps;
Derajat 2 : prolaps anal cushion keluar dari dubur saat defekasi tetapi
masih bisa masuk kembali secara spontan;
Derajat 3 : seperti derajat 2 namun tidak dapat masuk spontan, harus
didorong kembali;
Derajat 4 : telah terjadi prolaps yang tidak bisa masuk kembali.

Patofisiologi

7
Gambar 2. Patofisiologi hemoroid.2

Hemoroid merupakan penebalan bantalan jaringan submukosa (anal cushion) yang terdiri
dari venula, arteriol, dan jaringan otot polos yang terletak di kanalis anal. Perdarahan
pada daerah anorektal diperankan oleh vena hemoroidales superior dan inferior. Pada
hemoroid interna berawal dari perdarahan oleh feses yang keras, membuat benjolan
(berisi darah segar) . Benjolan tersebut lama kelamaan semakin besar yang menyebabkan
benjolan menonjol keluar anus.

Manifestasi Klinis2

- Perdarahan, biasanya pada saat defekasi, warna merah segar, menetes, tidak
bercampur feses, jumlah bervariasi.
- Prolaps, bila hemoroid bertambah besar pada mulanya hemoroid dapat masuk
secara spontan, tetapi lama kelamaan tidak bisa dimasukkan.

8
- Rasa tidak nyaman hingga nyeri bila teregang, terdapat trombosis luas dengan
edema, atau peradangan.
- Feses di pakaian dalam karena hemoroid mencegah penutupan anus dengan
sempurna.
- Gatal apabila proses pembersihan kulit perianal menjadi sulit atau apabila ada
cairan keluar.
- Nekrosis pada hemoroid interna yang prolaps dan tidak dapat direduksi kembali.

Penatalaksanaan

Tatalaksana hemoroid dapat dibedakan menjadi nonbedah dan bedah. Selain itu, pilihan
tatalaksana bergantung pada derajat hemoroid. Kebanyakan pasien dengan hemoroid
derajat 1 dan 2 dapat diobati dengan tindakan lokal dan modifikasi diet. Pada sebagian
derajat 2, derajat 3 dan 4 pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk dilakukan
hemoroidektomi. 2

Derajat 1 : modifikasi diet, medikamentosa;


Derajat 2 : rubber band ligation, modifikasi diet, medikamentosa;
Derajat 3: hemoroidektomi, hemoroidopexy dengan stapler, rubber band ligation,
modifikasi diet;
Derajat 4 : hemoroidektomi (cito untuk kasus trombosis), hemoroidopexy dengan
stapler, modifikasi diet.

Tatalaksana nonbedah2

- Menjaga higienitas, menghindari pengejanan berlebihan saat defekasi, atau


aktivitas berat.
- Modifikasi diet dengan makanan berserat, banyak minum, dan mengrangi daging.
- Medikamentosa: antibiotik apabila ada infeksi, salep rektal/supositoria untuk
anestesi dan pelembab kulit (sediaan supositoria/krim yang mengandung
fluocortolone pivalate dan lidokain) dan pelancar defekasi (cairan parafin, yal,
magnesium sulfat). Pemakaian krim dilakukan dengan cara dioleskan pada
hemoroid dan kemudian dicoba untuk dikembalikan ke dalam anus.

9
- Ligasi hemoroid (rubber band ligation) dengan anoskopi. Mukosa sebelah
proksimal hemoroid dijepit dengan band.
- Fotokoagulasi inframerah, skleroterapi.

Tatalaksana bedah

1. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi dilakukan apabila terapi konservatif tidak berhasil, pada hemoroid
dengan prolaps tanpa reduksi spontan (hemoroid derajat 3 dan 4), hemoroid dengan
strangulasi, ulserasi, fisura, fistula atau pada hemoroid eksterna dengan keluhan.

Prinsip utama hemoidektomi adalah eksisi hanya pada jaringan yang menonjol dan eksisi
konservatif kulit serta anoderm normal. Hemoroidektomi terdiri dari prosedur terbuka
dan tertutup. Pada hemoroidektomi terbuka (Parks or Ferguson hemorrhoidectomy)
dilakukan reseksi jaringan hemoroid dan penutupan luka dengan jahitan benang yang
dapat diserap. Sedangkan pada hemoroidektomi tertutup (Milligan and Morgan
hemorrhoidectomy) dilakukan teknik yang sama, hanya saja luka dibiarkan terbuka dan
diharapkan terjadi penyembuhan sekunder. 2,3

2. Stappled hemorrhoidopexy

Teknik Longo dilakukan untuk tatalaksana prolaps sirkumferensial dengan perdarahan


atau dikenal dengan stappled hemorrhoidopexy. Dengan teknik ini dilakukan eksisi
sirkumferensial mukosa dan submukosa kanalis anal bawah dan atas serta reanastomosis
dengan alat stappling sirkular. Dengan teknik ini, rasa nyeri pasca bedah dapat
dikurangi.2,3

Prolaps recti

Prolaps Recti adalah kondisi medis yang ditandai dengan terabanya benjolan pada anus
akibat turunnya rektum sebagai akibat melemahnya otot-otot dan ligamen-ligamen yang
menahan di tempatnya. Mula-mula benjolan dapat masuk sendiri, akan tetapi lama

10
kelamaan harus dimasukkan manual kemudian sukar dan tidak dapat dimasukkan.
Benjolan biasanya terasa sewaktu bersin atau batuk, berdiri atau berjalan atau sewaktu
defekasi. Pada kasus berat, rektum dapat timbul di luar anus, menyebabkan nyeri dan
konstipasi. Hal ini sering disebabkan karena terlalu banyak mengedan sewaktu di toilet,
suatu komplikasi persalinan atau suatu kondisi kongenital. Prolaps recti juga seringkali
ditemukan pada anak muda dan orang tua. Untungnya, rektum yang prolaps dapat
dikoreksi secara mudah melalui prosedur bedah.4

Gambar 3. Prolaps recti.5

Etiologi

Beberapa faktor yang diperkirakan berperan sebagai etiologi terjadinya prolaps rektum
antara lain:6

1. Peningkatan tekanan intra abdomen seperti yang terjadi pada kostipasi, diare,
pertusis
2. Gangguan pada dasar pelvis;
3. Infeksi parasit seperti amubiasis, scistosomiasis;
4. Struktur anatomi, seperti kelemahan otot penyangga rektum, redundan
rektosigmoid
5. Kelainan neurologis akibat trauma pelvis, sindrom cauda ekuina, tumor spinal,
multipel sklerosis.

Epidemiologi

Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada wanita dengan
perbandingan 1: 6. Dimana kejadian pada wanita terdiri dari 80-90% dari total kasus.

11
Berbeda dari wanita, kejadian prolaps rektum pada pria tidak meningkat seiring dengan
usia dan tetap konstan sepanjang hidup.6

Meskipun dapat terjadi pada segala usia, insiden puncak diamati pada usia dekade
keempat dan ketujuh kehidupan. Pada anak-anak biasanya terjadi pada usia di bawah 3
tahun, dengan puncak insidens pada tahun pertama kehidupan. Pada populasi anak
kejadian prolaps rektum merata antara laki-laki dan perempuan.6

Patofisiologi

Patofisiologi prolaps rektum tidak sepenuhnya dipahami. Namun terdapat 2 teori


utama yang menjadi dasar mekanisme terjadinya prolaps rektum. Teori pertama
mengatakan bahwa prolaps rektum merupakan pergeseran hernia akibat defek pada fasia
panggul. Teori kedua menyatakan bahwa prolaps rektum dimulai sebagai intususepsi
internal yang melingkar dari rektum mulai 6-8 cm proksimal ambang anal. Seiring
dengan waktu peregangan ini berkembang menjadi prolaps dari seluruh tebal dinding
rektum, meskipun tahap ini tidak selalu dilampaui oleh setiap pasien.6

Patofisiologi dan etiologi prolaps mukosa kemungkinan besar berbeda dengan


prolaps seluruh tebal dinding rektum dan intususepsi internal. Prolaps mukosa terjadi
ketika jaringan ikat pada mukosa dubur melonggar dan tertarik, sehingga memungkinkan
jaringan prolaps melalui anus. Hal ini sering terjadi sebagai kelanjutan dari penyakit
hemoroid yang lama dan mengalami hal serupa.6

Seringkali, prolaps dimulai dengan prolaps internal dinding rektum anterior dan
berkembang menjadi prolaps seluruh tebal dinding rektum.6

Manifestasi Klinis

Pasien dengan prolaps rektum mengeluhkan adanya massa yang menonjol melalui
anus. Awalnya, massa menonjol dari anus setelah buang air besar dan biasanya tertarik
kembali ketika pasien berdiri. Seiring proses penyakit berlangsung, massa menonjol lebih
sering, terutama ketika mengedan dan manuver Valsava seperti bersin atau batuk.

12
Akhirnya, prolaps terjadi saat melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti berjalan dan
dapat berkembang menjadi prolaps kontinu.6

Seiring perkembangan penyakit, rektum tidak lagi tertarik spontan, dan pasien
mungkin harus secara manual mengembalikannya. Kondisi ini kemudian dapat
berkembang ke titik di mana prolaps terjadi segera setelah dikembalikan ke posisinya dan
prolaps kontinu. Terkadang rektum menjadi terjepit dan pasien tidak dapat
mengembalikan rektum.6

Keluhan nyeri bervariasi. Sepuluh sampai 25% dari pasien juga mengalami
prolaps rahim atau kandung kemih, dan 35% mungkin mengalami sistokel terkait.
Konstipasi terjadi pada 15-65% kasus. Dapat juga terjadi perdarahan rektum. Selain
massa menonjol dari anus, pasien sering melaporkan buang air besar yang tidak dapat
ditahan (inkntinensia alvi) pada sekitar 28-88% pasien. Inkontinensia terjadi karena 2
alasan. Pertama, anus melebar dan membentang oleh rektum menonjol, mengganggu
fungsi sfingter anal. Kedua, mukosa rektum yang berhubungan dengan lingkungan dan
terus-menerus mengeluarkan lendir, sehingga membuat pasien merasa basah dan
inkontinensia. Mengetahui riwayat inkontinensia, konstipasi, atau keduanya penting
karena berperan dalam menentukan prosedur bedah yang tepat.6

Penatalaksanaan
Medikamentosa
Meskipun tidak ada pengobatan medikamentosa untuk prolaps rektum, prolaps
internal dapat diterapi terlebih dahulu dengan agen bulking, pelunak tinja, dan
supositoria atau enema.6

Non-medikamentosa
Pada permulaan, saat prolaps masih kecil, penderita diberi diet berserat untuk
memperlancar defekasi. Kadang dianjurkan latihan otot dasar panggul. Pasien
diinstruksikan untuk merangsang buang air besar di pagi hari dan menghindari
dorongan untuk buang air saat sisa hari karena rasa penuh yang mereka rasakan
sebenarnya adalah intususepsi rektum proksimal ke arah distal rektum. Dengan waktu,
dorongan untuk buang air besar akan berkurang begitu juga dengan intususepsi.6

13
Pembedahan
Bila prolaps semakin besar dan makin sukar untuk melakukan reposisi, akibat
adanya udem, sehinga makin besar dan sama sekali tidak dapat dimasukkan lagi karena
rangsangan dan bendungan mukus serta keluarnya darah. Dimana sfingter ani menjadi
longgar dan hipotonik sehingga terjadi inkontinensia alvi, penanganan prolaps rektum
dilakukan melalui pembedahan.6,7

Kontraindikasi terhadap koreksi bedah prolaps rektum didasarkan pada


komorbiditas pasien dan kemampuannya untuk mentoleransi pembedahan. Terdapat dua
jenis operasi untuk prolaps rektum: abdominal dan perineum. Prosedur abdominal
memiliki tingkat kekambuhan lebih rendah dan menjaga kapasitas penyimpanan rektum
tetapi mempunyai risiko lebih dan memiliki insiden konstipasi yang lebih tinggi pasca
operasi. Prosedur perineum tidak berisiko terjadinya anastomosis namun mengurangi
rektum, sehingga kapasitas penyimpanan rektum, namun memiliki angka kekambuhan
lebih tinggi. Prosedur abdominal umumnya lebih disukai dalam pasien aktif yang
berisiko rendah yaitu usia di bawah 50 dan pada mereka yang memerlukan prosedur
abdomial lain secara bersamaan.8

Terlepas dari jenis prosedur yang direncanakan, persiapan usus penuh mekanik
dan antibiotik harus dilakukan sebelum operasi. Antibiotik intravena (IV) harus selalu
diberikan sebelum operasi jika suatu bahan asing akan ditanamkan, administrasi
pascaoperasi antibiotik juga dapat dipertimbangkan.6

Kesimpulan
Benjolan yang keluar dari anus wanita 60 tahun tersebut adalah hemoroid.
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena pada regio anal. BAB keras/ konstipasi
yang dialami pasien dapat menyebabkan terjadinya hemoroid, umur pasien yaitu umur 60
tahun merupakan faktor resiko untuk terjadinya hemoroid. Penatalaksanaan hemoroid
yang dapat dilakukan modifikasi diet, medikamentosa, menjaga higienitas, menghindari
pengejenan berlebihan saat defekasi/aktifitas berat, dan tindakan hemoroidektomi.

14
Daftar Pusaka
1. Hemoroid interna dan eksterna. Di unduh dari: www.google.co.id , di unduh
tanggal: 15 Mei 2016.

2. Tanto C. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.

3. Ganz, RB. The Evaluation and Treatment of Hemorrhoids: A Guide for the
Gastroenterologist. American Society of Colon and Rectal Surgeons the AGA
Institute; 2013.
4. Verma M, Rafferty J, Buie WD. Practice parameters for the management of rectal
prolapse. Dis Colon Rectum. 2011;54:1339-1346.

5. Prolapse recti. Di unduh dari www.google.com ,di unduh tanggal: 15 Mei 2016
6. Jan R., John G., Rectal Prolapse. 2011. http://emedicine.medscape.
com/article/2026460-overview (di akses tanggal 15 Mei 2016)
7. Madhulika V., Janice R., Donald B., Practice Parameters for the Management of
Rectal Prolapse. Disease of Colon Rectum 2011; 54: 13391346.
8. Eung J.S. Surgical Treatment of Rectal Prolaps. Journal of Korean Society of
Coloproctol 2011; 27(1);5-12.

15

Anda mungkin juga menyukai