Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kelenjar Tiroid
3.1.1 Anatomi
Glandula thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang dihubungkan
oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk seperti buah avokad, dengan
puncaknya ke atas sampai linea oblique cartilaginis thyroidea dan basisnya
terdapat dibawah, setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5. Glandula thyroidea
merupakan organ yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina
pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ini ke larynx dan trachea. Juga
sering didapatkan lobus piramidalis, yang menjalar ke atas dari isthmus, biasanya
ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embrionik tiroid yang
teringgal pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian anterior di hipofaring. Bagian
atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari kelenjar tiroid, dan bagian bawah
disebut sebagai pole bawah. Suatu pita fibrosa atau muskular sering
menghubungkan lobus piramidalis dengan os hyoideum; jika ia muskular disebut
sebagai m. levator glandulae thyroidea.4

Gambar Anatomi kelenjar tiroid


Berat tiroid pada orang dewasa normal adalah 10-30 gram tergantung
kepada ukuran tubuh dan suplai Iodium. Lebar dan panjang dari isthmus sekitar
20 mm, dan ketebalannya 2-6 mm. Ukuran lobus lateral dari pole superior ke
inferior sekitar 4 cm. Lebarnya 15-20 mm, dan ketebalan 20-39 mm. Kelenjar
tiroid terletak antara fascia colli media dan fascia prevertebralis. Di dalam
ruangan yang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh darah besar, dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis dan melingkari 2/3
bahkan sampai 3/4 lingkaran. 4
carotis communis, vena jugularis interna, dan nervus vagus terletak
bersama di dalam suatu ruang tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus recurrens
terletak di dorsal sebelum masuk ke laring. Nervus phrenicus dan truncus
simphatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Limfe dari kelenjar tiroid terutama dicurahkan ke lateral, ke dalam nodus
limfonodi cervicalis profunda. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke nodus
limfonodi paratracheales. Seluruh cincin tiroid dibungkus oleh suatu lapisan
jaringan yang dinamakan true capsule. Sedangkan ekstensi dari lapisan tengah
fasia servicalis profundus yang mengelilingi tiroid dinamakan false capsule atau
surgical capsule. Seluruh arteri dan vena, plexus limphaticus dan kelenjar
paratiroid terletak antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum Berry menjadi
penghubung di bagian posterior antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum Berry
menjadi penghubung di bagian posterior antara kedua lobus tiroid. Arteri carotis
superior dekstra dan sinistra, dan kedua arteri thyroidea inferior dekstra dan
sinistra memberikan vaskularisasi untuk tiroid. Kadang kala dijumpai arteri ima,
cabang truncus brachiocephalica. Sistem vena berjalan bersama arterinya,
persarafan diatur oleh nervus recurrens dan cabang dari nervus laryngeus superior,
sedangkan sistem limfatik yang penting menerima aliran limfe tiroid terdiri dari
pembuluh limfe superior yang menerima cairan limfe dari pinggir atas isthmus,
sebagian besar permukaan medial lobus lateral, dan permukaan ventral dan dorsal
bagian atas lobus lateral dan pembuluh limfe inferior yang menerima cairan limfe
dari sebagian besar isthmus dan bagian bawah lobus lateral. 4

Pada pembedahan tiroid penting memperhatikan jalan arteri pada pool atas
kanan dan kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat mencederai n.
laryngeus superior, kerusakan nervus ini dapat mengakibatkan perubahan suara
menjadi parau yang bersifat sementara namun dapat pula permanen.4,5

3.1.3 Histologi
Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel
kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan jaringan ikat. Folikel-
folikel tiroid dibatasi oleh epitel kubus dan lumennya terisi oleh koloid. Kelenjar
tiroid mengandung 2 tipe sel utama yaitu thyroid follicular cells dan C cells
(parafollicular cells). 4

Gambar Histologi kelenjar tiroid

Sel folikular menggunakan iodine dari darah untuk membuat Hormon,


yang membantu meregulasi metabolisme tubuh. Sel parafolikular membuat
calcitonin, suatu Hormon yang membantu meregulasikan bagaimana tubuh
menggunakan kalsium.4

3.1.4 Fisiologi
Kelenjar tiroid merupakan salah satu dari beberapa kelanjar endokrin yang
dimiliki manusia. Kelenjar tiroid memproduksi triiodothyronine (T3) dan
thyroxin (T4). Kemampuan kelenjar tiroid dalam mensekresikan T3 dan T4
sangat berhubungan dengan hypothalamic-pituitary axis. sistem ini berawal dari
sekresi tirolibelin (TRH) dari hipotalamus yang selanjutnya akan menuju
reseptornya di hipofisis anterior dan menyebabkan sekresi tirotropin (TSH). TSH
akan berikatan dengan G-protein pada folikuler sel kelenjar tiroid yang akan
menyebabkan terjadinya produksi dan sekresi T3 dan T4. Selain melalui
mekanisme hypothalamic-pituitary axis produksi T3 dan T4 juga dapat
dipengaruhi oleh estrogen dan stress yang mengakibatkan peningktan
katekolamin. Keduanya mampu mempengaruhi hipofisis anterior untuk
mensekresikan TSH sebagai mediator produksi dan pelepasan T3 dan T4. 6,7

Gambar fisiologi sekresi hormone tiroid


Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat
menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan.
Stimulasi TSH akan menyebabkan mekanisme Trapping pada iodin yang terdapat
pada pembuluh darah melalui kanalnya menuju sel tiroid. Iodine di dalam sel
selanjutnya akan di katalis dengan bantuan tiroid peroksidase dan menghasilkan
iodide dan H2O2. Selanjutnya iodide akan berikatan dengan tiroglobulin yang
merupakan metabolisme tirosin dengan bantuan tiroid peroksidase. Ikatan tersebut
menghasilkan Monoiodotironin (MIT), Dioiodotironin (DIT), triiodothyronine
(T3) dan thyroxin (T4). Selanjutnya akan terjadi pinositosis dan dengan bantuan
enzim protease T3 dan T4 akan disekresikan sedangkan MIT dan DIT akan
kembali menuju menuju retikulum endoplasma untuk di metabolism ulang. Dalam
keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. 4,5,8
Hormon tiroid yang terdapat pada pembuluh darah akan memasuki sel dan
akan berikatan dengan reseptornya. T4 merupakan bentuk inaktif dari T3 yang
berada di peredaran darah. T4 akan diubah menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase
yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain
seperti hipotalamus yang berada di otak tengah. Mekanisme T3 dalam
memberikan efek pada jaringan diawali dari masuknya T3 pada sel hingga
mencapai reseptornya di nukleus. Hormon tiroid akan meningkatkan metabolism
pada hampir seluruh jaringan tubuh. 4,5,8
Tabel organ target hormone tiroid
Target tissue Mechanism
Heart Increase number of beta-adrenergic receptors. Enhance
response to circulating catecholamines. Increase proportion of
a myosinheavy chain
Adipose tissue Stimulate lipolysis
Muscle Increase protein breakdown
Nervous Promote normal brain development
System
Gut Increase rate of carbohydrate absorption

Gambar fisiologi kerja hormon tiroid


Peningkatan hormon tiroid mampu memberikan efek pada beberapa organ
target. Selain itu akibat peningkatan hormon tiroid menyebabkan penurunan
sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Akibatnya sekresi T3 dan T4 juga akan turut
berkurang akibat tidak adanya stimulasi oleh TSH (negative feed back). Selain itu
beberapa hormon juga mampu menyebabkan terjadinya penurunan sekresi
hormon tiroid diantaranya: dopamin, somatostatin dan glukokortikoid.7
3.2 Definisi Struma
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi
karena folikel-folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun
sebagian folikel tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar
tersebut menjadi noduler. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar
tiroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme.5

3.3 Prevalensi
Di Amerika Serikat prevalensi nodul tiroid soliter (uninodosa) sekitar 4-
7% dari penduduk dewasa, 3-4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
Nodul akan ditemukan lebih banyak lagi pada waktu operasi, autopsi, dan dari
hasil pemeriksaan USG yang tidak terdeteksi secara klinik. Pada autopsi
nodularitas ditemukan pada sekitar 37% populasi, 12% diantaranya dari kelompok
yang terdiagnosa awal nodul soliter. Sekitar 5% terdiagnosa sebagai nodul tiroid
soliter ganas. Menurut Hegedus (2004), 20% kasus nodul soliter adalah bersifat
ganas. Belum ada data epidemiologi mengenai prevalensi nodul tiroid di bebagai
daerah di Indonesia yang dikenal memiliki tipologi geografis dan konsumsi
iodium yang bervariasi.9
3.8 Klasifikasi
1) Struma Toksik, yaitu struma yang menimbulkan gejala klinis pada
tubuh, berdasarkan perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadi

a. Diffusa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid meliputi seluruh


lobus, seperti yang ditemukan pada Graves disease.

b. Nodosa, yaitu jika pembesaran kelenjar tiroid hanya mengenai


salah satu lobus, seperti yang ditemukan pada Plummers
disease.

2) Struma Nontoksik, yaitu struma yang bersifat eutiroid, berdasarkan


perubahan bentuknya dapat dibagi lagi menjadi
a. Diffusa, seperti yang ditemukan pada endemik goiter

b. Nodosa, seperti yang ditemukan pada keganasan tiroid

3.4 Etiologi
Pembesaran pada kelenjar tiroid dapat diakibatkan oleh kondisi hipertiroid
maupun hipotiroid. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran atau
perubahan pada kelenjar tiroid diantaranya adalah defek genetik atau kongenital,
perubahan pada gen tertentu menyebabkan kegagalan fungsi dari hipotalamus atau
kelainan pembentukan pada masa organogenesis. Selain defek pada genetik
pembesaran kelenjar tiroid juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
yang di jelaskan pada tabel berikut:10
tabel defek genetic penyebab kelainan pada tiroid

tabel kelainan kelenjar tiroid dan penyebabnya


3.5 Patofisiologi
Secara garis besar gangguan akibat hormon tiroid terbagi menjadi dua
yaitu hipertiroidisme dan hippotiroidisme. Hormon tiroid memiliki kemampuan
dalam meningkatkan metabolisme basal, merangsang lipolisis, meningkatkan
kontraktilitas jantung dan frekuensi denyut jantung, meningkatkan motilitas usus,
merangsang eritropoesis, meningkatkan perkembangan fisik dan mental. Pada
kondisi hipertiroid akan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Kondisi ini didasari oleh kemampuan hormon tiroid dalam meningkatkan
metabolisme basal melalui peningkatan aktivitas NaKATPase dan penggunaan
oksigen. Peningkatan metabolisme basal juga di imbangi oleh mekanisme
glikogenolisis dan glukoneogenesis yang akan meningkatkan konsentrasi gula
darah. Akibatnya pasien cenderung berkeringat dan lebih menyukai suasana yang
dingin (intoleransi panas). Ini terjadi karena pada kondisi hipertiroid metabolisme
basal akan ditingkatkan hingga dua kali lipat yang juga akan meningkatkan
penggunan oksigen sehingga terjadi hiperventilasi.7
Kemampuan hormon tiroid dalam menstimulasi lipolisis menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan juga manyebabkan hiperlipidemi yang dapat
mencetuskan diabetes mellitus. Hormon tiroid mampu meningkatkan sintesis
protein namun juga menyebabkan proteolisis yang berlebih sehingga menurunkan
masa otot. Hal ini bersinergi dengan penurunan berat badan akibat peningkatan
metabolisme basal. Hormon tiroid jjuga mampu mensensitisaisi katekolamin
(terutama menigkatkan reseptor-). Hal ini menyebabkan peningkatan
kontraktilitas jantung hingga terjadi takikardi. Kondisi hipertiroid memicu
terjadinya tremor hal ini terjadi akibat dari meningkatnya eksitabilitas
neuromuskular. Kondisi hipertiroid pada graves disease dapat menyebabkan
gejala has berupa graves ofthalmopathy, yaitu kondisi dimana bola mata tampak
lebih menonjol keluar. Hal ini disebabkan oleh perbesaran otot eksternal bola
mata dan penambahan lemak pada bagian retrobulber. Reaksi tersebut muncul
akibat adanya respon autoimun yang yang terjadi secara langsung ataupun secara
cross-reactive antara autoantigen tiroid-orbit.7,11
Berbanding terbalik dengan kondisi hipertiroid pada hipotiroid
menyebabkan peningkatan berat badan akibat proses lipolisis yang menurun .
Selain meningkatkan berat badan kondisi ini juga menyebabkan terjadinya
hiperlipidemia. Selanjutnya akan terjadi penurunan pemecahan kolesterol
menjadi asam empedu yang berujung pada terjadinya hiperkolesterolemia.
Rendahnya hormon tiroid menyebabkan metabolisme basal pun menurun.
Sehingga pada kondisi suhu ruangan pasien dapat merasakan kondisi udara yang
lebih dingin (intoleransi dingin). Kondisi hipotiroid juga sangat identik dengan
keadaan miksedema yang diakibatkan menurunnya pemecahan glukosamin.
Sehingga terjadi penumpukan senyawa tersebut di berbagai jaringan serta kulit
dan meimbulkan gambaran tersebut. 7
Kemampuan hormon tiroid dalam meningkatkan kontraktilitas jantung,
frekuensi denyut jantung dan peningkatan curah jantung pun menurun pada
kondisi hipotiroid. Kondisi di atas juga dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus dan kapasitas transportasi tubulus pun akan berkurang. Kondisi ini
dapat menyebabkan terjadinya retensi Na yang akan di ikuti retensi cairan. Hal ini
akan memperparah kondisi miksedema pada pasien. Rendahnya hormon tiroid
juga dapat menyebabkan eksitabilitas neuromuskular berkurang. Sehingga dapat
di temui berbagai gangguan fungsi sensorik seperti hiporeflek, kehilangan ingatan
hingga kesadaran berkabut. 7
Selain kondisi hipotiroid maupun hipertioid yang menyebabkan terjadinya
struma. Juga terdapat pembesaran kelenjar tiroid namun sekresi hormon tiroidnya
dalam batas normal. Sehingga keluhan murni timbul dari benjolan yang
mengganggu secara aestetik.7

3.6 Manifestasi Klinis


Pada penyakit struma nodosa nontoksik tiroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma
cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Pasien
tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme. Peningkatan
metabolism karena pasien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi.
Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah,
berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.5,9,12
1. Hipertiroidisme :
- berat badan menurun
- nafsu makan meningkat
- keringat berlebihan
- Intoleransi panas
- takikardia
- tremor
- eksoftalamus
2. Hipotiroidisme :
- penambahan berat badan
- Intoleransi dingin
- sulit berkonsentrasi
- gerakan lamban
- Konstipasi
- kulit kasar, rambut rontok
3. Eutiroidisme :
-
pasien datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan
akan keganasan. Biasanya penderita tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme.5,9

3.7 Penegakan Diagnosis


Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan penunjang. Pada
umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipo- atau hipertiroidisme. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya
berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan
strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu
pernafasan karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan
penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat
menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah kontra lateral. Pendorongan
demikian mungkin tidak mengakibatkan gangguan pernafasan. Penyempitan yang
berarti menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea
dengan stridor inspirator. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu
menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa berat
karena terfiksasi pada trakea. 5,9
Pemeriksaan pasien dengan struma dilakukan dari belakang kepala
penderita sedikit fleksi sehingga muskulus sternokleidomastoidea relaksasi,
dengan demikan tiroid lebih mudah dievaluasi dengan palpasi. Gunakan kedua
tangan bersamaan dengan ibu jari posisi di tengkuk penderita sedang keempat jari
yang lain dari arah lateral mengeveluasi tiroid serta mencari pole bawah kelenjar
tiroid sewaktu penderita disuruh menelan. Pada struma yang besar dan masuk
retrosternal tidak dapat di raba trakea dan pole bawah tiroid. Kelenjar tiroid yang
normal teraba sebagai bentukan yang lunak dan ikut bergerak pada waktu
menelan. Biasanya struma masih bisa digerakkan ke arah lateral dan susah
digerakkan ke arah vertikal. Struma menjadi terfiksir apabila sangat besar,
keganasan yang sudah menembus kapsul, tiroiditis dan sudah ada jaringan fibrosis
setelah operasi.Untuk memeriksa struma yang berasal dari satu lobus (misalnya
lobus kiri penderita), maka dilakukan dengan jari tangan kiri diletakkan di medial
di bawah kartilago tiroid, lalu dorong benjolan tersebut ke kanan. Kemudian ibu
jari tangan kanan diletakkan di permukaan anterior benjolan. Keempat jari lainnya
diletakkan pada tepi belakang muskulus sternokleidomastoideus untuk meraba
tepi lateral kelenjar tiroid tersebut.5,13
Pada pemeriksaan fisik nodul harus dideskripsikan:
1. lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
2. ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
3. jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
4. konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
5. nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
6. mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus
sternokleidomastoidea
7. pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid: ada atau tidak.
Inspeksi : leher dibatasi di cranial oleh tepi rahang bawah, di kaudal oleh
kedua tulang selangka dan tepi cranial sternum, di lateral oleh pinggir depan m.
trapezius kiri dan kanan. Kedua m. sternocleidomastoideus selalu jelas terlihat,
dan pada garis tengah dari cranial ke kaudal terdapat tulang hyoid serta kartilago
tiroid, krikoid, dan trakea. palpasi : palpasi dapat dilakukan pada pasien dalam
sikap duduk atau berbaring, dengan kepala dalam sikap fleksi ringan supaya
regangan otot pita leher tidak mengganggu palpasi. Pada sikap duduk dilakukan
pemeriksaan dari belakang penderita maupun dari depan. Sedangkan pada sikap
berbaring digunakan bantal tipis di bawah kepala. Tulang hyoid, kartilago tiroid
dan krikoid sampai cincin kedua trakaea biasanya mudah diraba di garis tengah.
Cincin trakea yang lebih kaudal makin sukar diraba karena trakea mengarah ke
dorsal. Pada gerakan menelan, seluruh trakea bergerak naik turun. Satu-satunya
struktur lain yang turut dengan gerakan ini adalah kelenjar tiroid atau sesuatu
yang berasal dari kelenjar tiroid. Sekitar 5% struma nodosa mengalami
keganasan.13
Di klinik perlu dibedakan nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang
memiliki karakteristik:9,14
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik
dan kemudian menjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun
nodul yang mengalami kalsifikasi dapat dtemukan pada hiperplasia
adenomatosa yang sudah berlangsung lama.
3. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan tanda keganasan, walaupun
nodul ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi. Jika ditemukan ptosis, miosis
dan enoftalmus (Horner syndrome) merupakan tanda infiltrasi atau metastase
ke jaringan sekitar.
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas,
tetapi nodul multipel dapat ditemukan 40% pada keganasan tiroid
5. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurgai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba membesar
progresif.
6. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional atau perubahan suara menjadi serak.
7. Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleido
mastoidea karena desakan pembesaran nodul (Berrys sign)
Kecurigaan suatu keganasan pada nodul tiroid bisa dirangkum: 9,14
1. Kecurigaan Tinggi
a. riwayat keluarga karsinoma tiroid medulare
b. cepat membesar terutama dengan terapi dengan levotirosin
c. nodul padat atau keras
d. sukar digerakkan atau melekat pada jaringan sekitar
e. paralisis pita suara
f. metastasis jauh
2. Kecurigaan sedang
a. umur di bawah 20 tahun atau di atas 70 tahun
b. pria
c. riwayat iradiasi pada leher dan kepala
d. nodul >4cm atau sebagian kistik
e. keluhan penekana termasuk disfagia,disfonia, serak, dispnu dan batuk.
3. Nodul jinak
a. riwayat keluarga: nodul jinak
b. struma difusa atau multinodosa
c. besarnya tetap
d. FNAB: jinak
e. kista simpleks
f. nodul hangat atau panas
g. mengecil dengan terapi supresi levotiroksin.
Pemerikasaan laboratorium yang digunakan dalam diagnosa penyakit
tiroid terbagi atas: 9,14
1. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid

2. Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid.


Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid ditemukan pada serum
penderita dengan penyakit tiroid autoimun.
a. antibodi tiroglobulin
b. antibodi mikrosomal
c. antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)
d. antibodi permukaan sel (cell surface antibody)
e. thyroid stimulating Hormon antibody (TSA)
Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya
deviasi trakea, atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara
klinis pun sudah bisa diduga, foto rontgen leher posisi AP dan Lateral diperlukan
untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan intubasi anastesinya,
bahkan tidak jarang intuk konfirmasi diagnostik tersebut sampai memelukan CT-
scan leher. USG bermanfaat pada pemeriksaan tiroid untuk:9
1. Dapat menentukan jumlah nodul
2. Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik,
3. Dapat mengukur volume dari nodul tiroid
4. Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
iodium, yang tidak terlihat dengan scan tiroid.
5. Pada kehamilan di mana pemeriksaan scan tiroid tidak dapat dilakukan,
pemeriksaan USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.
6. Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan
biopsi terarah . Dapat dipakai sebagai pengamatan lanjut hasil pengobatan.
Pemeriksaan tiroid dengan menggunakan radio-isotop dengan
memanfaatkan metabolisme iodium yang erat hubungannya dengan kinerja tiroid
bisa menggambarkan aktifitas kelenjar tiroid maupun bentuk lesinya. Penilaian
fungsi kelenjar tiroid dapat juga dilakukan karena adanya sistem transport pada
membran sel tiroid yang menangkap iodida dan anion lain. Iodida selain
mengalami proses trapping juga ikut dalam proses organifikasi, sedangkan ion
pertechnetate hanya ikut dalam proses trapping. Uji tangkap tiroid ini berguna
untuk menentukan fungsi dan sekaligus membedakan berbagaii penyebab
hipertiroidisme dan juga menentukan dosis iodium radioaktif untuk pengobatan
hipertiroidisme. 5,9
Uji tangkap tiroid tidak selalu sejalan dengan keadaan klinik dan kadar
hormon tiroid. Pemeriksaan dengan scan tiroid sama dengan uji angkap tiroid,
yaitu dengan prinsip daerah dengan fungsi yang lebih aktif akan menangkap
radioaktivitas yang lebih tinggi. Pemerikasaan histopatologis dengan biopsi jarum
halus (fine needle aspiration biopsy FNAB) akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat
agar jangan sampai menentukan terapi definitif hanya berdasarkan hasil FNAB
5,9
saja.
Berikut ini penilaian FNAB untuk nodul tiroid.9,15
1. Jinak (negatif)
Tiroid normal
Nodul koloid
Kista
Tiroiditis subakut
Tiroiditis Hashimoto
2. Curiga (indeterminate)
Neoplasma sel folikuler
Neoplasma Hurthle
Temuan kecurigaan keganasan tapi tidak pasti
3. Ganas (positif)
Karsinoma tiroid papiler
Karsinoma tiroid meduler
Karsinoma tiroid anaplastik.
Pemeriksaan potong beku (VC = Vries coupe) pada operasi tiroidektomi
diperlukan untuk meyakinkan bahwa nodul yang dioperasi tersebut suatu
keganasan atau bukan. Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan VC dilakukan
pemeriksaan patologi anatomis untuk memastikan proses ganas atau jinak serta
mengetahui jenis kelainan histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.

3.9 Penatalaksanaan5,9,16
Pilihan terapi nodul tiroid:
1. Medikamentosa:
2. Pembedahan
Indikasi operasi pada struma adalah:
a. struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa
b. struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
c. struma dengan gangguan tekanan
d. kosmetik.
Kontraindikasi operasi pada struma:
a. struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya.
b. struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik yang lain yang
belum terkontrol
c. struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan
yang biasanya karena karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya
sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosanya. Perlekatan pada trakea
ataupun laring dapat sekaligus dilakukan reseksi trakea atau laringektomi,
tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan
eksisi yang baik.
d. struma yang disertai dengan sindrom vena kava superior. Biasanya karena
metastase luas ke mediastinum, sukar eksisinya biarpun telah dilakukan
sternotomi, dan bila dipaksakan akan memberikan mortalitas yang tinggi
dan sering hasilnya tidak radikal.
3. US Guided Laser Therapy
4. Observasi, bila yakin nodul tidak ganas.
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah
nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul tersebut
suspek maligna dibedakan atas apakah kasus tersebut operabel atau inoperabel.
Bila kasus yang dihadapi inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan
pemeriksaan histopatologi secara blok parafin. Dilanjutkan dengan tindakan
debulking dan radiasi eksterna atau khemoradioterapi. Bila nodul tiroid suspek
maligna tersebut operabel dilakukan tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan
potong beku (VC ).

Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :


1. Lesi jinak. Maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi
2. Karsinoma papilare. Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah
berdasarkan klasifikasi AMES.
a. Bila risiko rendah tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan observasi.
b. Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
3. Karsinoma folikulare. Dilakukan tindakan tiroidektomi total
4. Karsinoma medulare. Dilakukan tindakan tiroidektomi total
5. Karsinoma anaplastik.
a. Bila memungkinkan dilakukan tindakan tiroidektomi total.
b. Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan tindakan debulking
dilanjutkan dengan radiasi eksterna atau khemoradioterapi.
Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan FNAB
( Biopsi Jarum Halus). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin didapat yaitu :
1. Hasil FNAB suspek maligna, foliculare Pattern dan Hurthle Cell.
Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan potong beku
seperti diatas.
2. Hasil FNAB benigna. Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax
selama 6 bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil diikuti
dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut tidak ada perubahan
atau bertambah besar sebaiknya dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan
pemeriksaan potong beku seperti diatas.

3.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah:
1. kompresi pada jalan nafas dan oesofagus apabila arah perbesaran kelenjar
tiroid kearah posterior.
2. Pada kondisi hipertiroid dapat timbul:
Dekompensasio kordis
Gagal ginjal
Diabetes
Diare, dll

3. Pada kondisi hipotiroid:


Miksedema
Hiperkolesterolemi
Aterosklerosis
Obstipasi
Hipoglikemi
Obesitas
4. KEMATIAN, apabila perbesaran tiroid merupakan suatu keganasan dan
tidak segera ditangani.
3.11 Prognosis
Tergantung jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel),dan
jenis pembesaran apakah termasuk suatu keganasan atau bukan serta ketepatan
diagnosis sedini mungkin.9,13

Anda mungkin juga menyukai