Oleh :
Eni Sulastri
R.0106024
1
BAB I
PENDAHULUAN
kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup
waktu lahir. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia yaitu 34 per 1000
18,4 % pada tahun 2007 (Menkes RI, 2007). Beberapa penyakit yang saat ini
diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas bagian bawah
(Hidayat,2008).
bayi dan balita. Badan bayi, baru akan memproduksi sendiri immunoglobulin
secara cukup pada waktu mencapai usia sekitar 4 bulan. Makanan utama dan
pertama bagi bayi adalah air susu ibu. ASI tidak dapat digantikan oleh susu
manapun mengingat komposisi ASI yang sangat ideal dan sesuai kebutuhan
2
bayi di setiap saat serta mengandung zat kekebalan yang penting mencegah
tetapi kaya akan nutrisi yang terkonsentrasi di dalamnya untuk bayi baru lahir.
yang cenderung diserang kuman, yaitu selaput lendir di tenggorokan, paru dan
ibu menyusui tidak memberikan kolostrum pada bayinya secara utuh yaitu
sejak bayi lahir sampai 3 hari pertama karena ibu merasa bayinya akan
tentang menyusui dapat berakibat kurangnya rasa percaya diri sehingga dapat
pada bayinya. Karena latar belakang itulah maka penulis tertarik untuk
Karanganyar.
5
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
Manfaat Aplikatif
1. Masyarakat
6
2. Tenaga Kesehatan
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
a. Pengetahuan
1) Definisi
2007) :
a) Tahu (know)
8
b) Memahami (comprehension)
c) Aplikasi (aplication)
lain.
d) Analisis (analysis)
e) Sintesis (synthesis)
26
f) Evaluasi (evaluation)
a) Sosial Ekonomi
b) Kultur
27
informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidak
dengan budaya yang ada dan bertentangan atau tidak dengan agama
yang dianut.
c) Pendidikan
d) Pengalaman
semakin banyak.
1) Definisi
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI
2004). ASI merupakan makanan yang paling sesuai untuk bayi karena
28
serta perkembangan bayi dan juga mengandung zat-zat yang dapat
bayi baru lahir yang baru saja terbebas dari kehidupan yang
yang berbeda sesuai kebutuhan bayi. Jika bayi lahir prematur, ASI
(Budiasih, 2008).
yang dapat dirasakan baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun Negara.
29
komposisi air susu seorang ibu dari hari ke hari juga berbeda-
menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat
30
(5) Meningkatkan jalinan kasih sayang
31
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman,
2005).
32
berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,
susu formula. ASI dapat diberikan di mana saja dan kapan saja
dalam keadaan siap saji dan dalam suhu yang selalu tepat
(Roesli, 2005).
2004).
33
(3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
2005).
3) Jenis-jenis ASI
a) Kolostrum
kali yang keluar hari ke 1-3 post partum yang harus diberikan pada
b) ASI Transisi
meningkat.
34
c) ASI Matur
a) Kolostrum
b) Foremilk
c) Hindmilk
bayi
4) Keunggulan Kolostrum
35
jumlah yang banyak dibandingkan ASI yang keluar pada hari-hari
bagi bayi sampai umur 6 bulan, serta mengandung sel hidup yang
mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Hal ini
bifidus yang mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat.
Lacoferin yang merupakan protein yang berikatan dengan zat besi dan
36
dapat menghambat pertumbuhan kuman Stafilokokus dan E Coli yang
diberi kolostrum akan lebih jarang sakit daripada yang tidak diberi
2. Perilaku
a. Definisi
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
37
menentukan pola dasar perilaku manusia yang bersangkutan. Jadi
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
2007).
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri
Suryani, 2008).
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat
atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
38
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
(Notoadmodjo, 2007) :
yang dianut.
kesehatan.
39
2) Social support : dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya.
tidak bertindak.
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah baik lagi.
apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya.
40
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
yaitu :
1) Petugas Kesehatan
kolostrum.
2) Psikologi Ibu
3) Sosial Budaya
yaitu ASI yang keluar pertama kali harus dibuang karena kotor,
pemberian kolostrum.
41
4) Tata Laksana Rumah Sakit
atau klinik yang tidak sayang bayi, tidak menyediakan rawat gabung
ibu dengan memberi susu formula kepada bayi sebagai sarana promosi
pemberian kolostrum.
seksio sesaria menyusu dini perlu ditunda sampai ibu sadar karena
ASInya akan memberi efek pada bayi misalnya bayi akan mengantuk
sehingga malas menyusu. Selain itu, ibu yang gagal jantung dan Hb
6) Pengetahuan Ibu
42
7) Lingkungan Keluarga
panutan, sehingga jika orang tua masih percaya dengan mitos bahwa
kolostrum.
apa arti atau manfaat bagi dirinya dan keluarganya. Perilaku yang didasari
ASI, serta keunggulan kolostrum jika diberikan pada bayinya, ibu akan
43
B. Kerangka Konsep
Tenaga
Kesehatan ibu Pemberian kolostrum
Kesehatan
dan bayi
Keterangan :
: diteliti : diteliti
44
C. Hipotesis
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pada satu saat, tidak ada tindak lanjut atau follow up (Sastroasmoro, 2008).
C. Populasi Penelitian
1. Populasi target
46
2. Populasi aktual
peneliti. Dari populasi aktual ini dipilih sampel yang terdiri atas subyek
1. Sampel
2006). Sampel pada penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai
anak umur kurang dari 6 bulan di desa yang telah terpilih secara random
2. Teknik Sampling
Pada penelitian ini, satu kecamatan yang terdiri dari 10 desa, kita
pilih desa desa yang akan diteliti secara random. Dari desa yang telah
desa yang terpilih secara undian yang terdiri dari 36 posyandu. Dari 36
34
wilayah kerja posyandu tersebut peneliti melakukan penelitian sampai
Menurut Nursalam (2003), jika besar populasi < 1000, maka untuk
N
n=
1 + N (d )
2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
menjawab tidak (T) pada uji kejujuran, sehingga yang diikutkan dalam
F. Kriteria Restriksi
1. Kriteria Inklusi
(Hidayat, 2007).
35
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang
mempunyai anak umur kurang dari 6 bulan pada 15 Maret 7 Juni 2010.
2. Kriteria Eksklusi
menyusui.
1. Variabel Bebas
(Nursalam, 2003) :
36
a. Baik : 76-100 %
b. Cukup : 56-75 %
c. Kurang : 56 %
2. Variabel Terikat
yaitu pemberian ASI sejak bayi lahir sampai 3 hari. Pemberian kolostrum
H. Instrumentasi
ukur berupa kuesioner tetap atau baku dari peneliti terdahulu yang diambil
dari Karya Tulis Ilmiah oleh Rumiyati (2008) dengan judul Hubungan
37
Kuesioner yang digunakan dalam bentuk skala Guttman yaitu dibuat
seperti checklist dengan jawaban tegas ya atau tidak. Apabila skor benar
perasaan responden, dan tidak bila tidak sesuai dengan perasaan dan
bila jawaban tidak berjumlah 10 atau kurang. Jika hasil jawaban responden
I. Analisis Data
38
2. Koding yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban responden dengan
wawancara dan kuesioner yang sudah diberi kode serta telah dimasukkan
ke dalam tabel.
(X2) untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas yang berskala
( f 0 - f h )2
c2 =
fh
Dimana :
X2 = chi - kuadrat
17 for Windows.
Setelah diperoleh hasil signifikan, p = 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat
39
c2
C=
c2 +n
Keterangan :
X2 = Chi-Kuadrat
C = koefisien kontingensi
0,90 < KK < 1,00 : sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
tiga kategori yaitu kurang, cukup dan baik. Tingkat pengetahuan kurang jika
jawaban benar < 56 %, sedang jawaban cukup 56-75 % dan baik jika jawaban
benar 76-100 %.
Tabel 1
41
B. Pemberian Kolostrum
hari pertama disusui oleh responden, meskipun diberi tambahan selain ASI
Tabel 2
memberikan.
Tabel 3
Pemberian Kolostrum
Tingkat Pengetahuan Jumlah
Memberikan Tidak Memberikan
Baik 56 (45,2 %) 3 (2,4 %) 59 (47,6 %)
Cukup 28 (22,6 %) 16 (12,9 %) 44 (35,5 %)
Kurang 0 (0%) 21 (16,9 %) 21 (16,9 %)
Jumlah 84 (67,7 %) 40 (32,2 %) 124 (100 %)
37
Berdasarkan hasil penelitian, dari 124 responden, 59 (47,6 %)
dengan tingkat kesalahan 0,05. Bila nilai probabilitas kurang dari tingkat
kesalahan (0,000 < 0,05) maka dapat dinyatakan terdapat hubungan antara
kedua variabel yang diteliti yaitu tingkat pengetahuan tentang ASI dengan
pemberian kolostrum.
Windows didapatkan hasil nilai koefisien kontingensi 0,585. Karena 0,40 <
38
BAB V
PEMBAHASAN
menjamin tingginya pengetahuan tentang ASI. Hal ini sesuai dengan teori
kalau seseorang rajin mendengarkan TV, radio serta dalam penyuluhan ikut
39
B. Pemberian Kolostrum
tidak memberikan.
tua 3 responden (2,4 %), ASI tidak keluar 20 responden (16,1 %), ibu masih
lemah 9 responden (7,3 %), dan karena melahirkan saecar 5 responden (4%).
menyusui bayinya pada 24 jam pertama. Jika pada 24 jam pertama ASI
responden karena merasa masih lemah pada hari pertama setelah melahirkan,
43
dilarang ibunya menyusui pada hari pertama karena ASI yang keluar pada
tidak memberikan kolostrum karena ASI nya belum keluar lancar, dan mulai
sumber makanan bayi. Selain itu ada yang beralasan karena ibu masih lemah,
sehingga malas untuk menyusui sampai ibu merasa sehat. 2 responden masih
Hal tersebut sesuai dengan teori Sari (2009) yang menerangkan bahwa
petugas kesehatan, psikologi ibu, sosial budaya, tata laksana rumah sakit,
Kolostrum
program SPSS 17 for Windows menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 < 0,05
44
Pemberian kolostrum dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu
diantaranya adalah tingkat pengetahuan ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sari (2009). Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang ASI menyebabkan
kolostrum pada bayinya karena sudah mengetahui begitu besar manfaat ASI
terutama kolostrum.
responden (2,4%) yang tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Hal ini
disebabkan karena ibu melahirkan saecar di rumah sakit dan rumah sakit
tersebut tidak menerapkan sayang ibu karena selama ibu berada di rumah
ketika ibu mau pulang. Hal ini juga sesuai dengan Sari (2009) bahwa selain
pemberian kolostrum. Mitos yang masih dipercaya oleh sebagian kecil yaitu
2,4 % adalah ASI yang pertama keluar itu masih kotor, sehingga harus
dibuang terlebih dahulu dan tidak disusukan sampai ASI berwarna putih
seperti susu. Dan juga karena larangan orang tua , ASI yang belum lancar
hanya keluar beberapa tetes saja kasian bayinya kalau nanti kelaparan,
sehingga tidak disusui terlebih dahulu dan diganti dengan susu formula.
45
Hal tersebut sesuai dengan teori Roesli (2005) yang menyatakan bahwa
tidak cukup untuk bayinya, kolostrum merupakan susu basi dan kotor
pemberian kolostrum.
Apabila sejak lahir bayi sudah dikenalkan dengan susu botol, tidak
jarang bayi akan mengalami bingung putting, sehingga tidak mau menyusu
ibunya meskipun ASI ibunya sudah lancar. Hal ini akan menghambat ibu
46
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
pengetahuan tentang ASI mayoritas sudah baik dan sebagian besar sudah
B. Saran
1. Masyarakat
2. Instansi
formula.
3. Penelitian Selanjutnya
47
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, Anton. 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu
Media.
Budiasih, Kun Sri. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung : Hayati Qualita.
Hardaningsih, SK. Kandungan Protein, Lemak dan Laktosa pada Air Susu Ibu
Bayi Kurang Bulan dan Cukup Bulan. http://garuda.dikti.go.id/
jurnal/detil/id/. 2009 (diakses tanggal 16 Pebruari 2010).
Machfoedz, Ircham dan Suryani, Eko. 2008. Pendidikan Kesehatan bagian dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
48
49
Sari, RL. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin tentang Inisiasi
Menyusu Dini dengan Pemberian Kolostrum di RSUD Kota Surakarta.
Surakarta : UNS. KTI.
Sri Purwanti, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku untuk
Bidan. Jakarta : EGC.