Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

Di Susun Oleh

Nama : Yance Djilaroin


Nim : P1510026

Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan


Graha Edukasi Makassar
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , dimana atas rahmat dan
karuniaNya saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul Sejarah Keperawatan di Dunia
dan di Indonesia , Tokoh-tokoh keperawatan , dan keperawatan sebagai Profesi

Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan
khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan nantinya.

Makassar,Februari 2016
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................


B. Tujuan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan........................................................................... ..
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia.........................................
C. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia .............................
D. Tokoh-tokoh keperawatan .
E. Keperawatan sebagai profesi .

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran-saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merawat orang sakit merupakan salah satu sifat kemanusiaan yang terdapat dalam diri
manusia. Politik, agama, serta keadaan masyarakat selama ini memainkan perananan dalam
timbulnya pekerjaan keperawatan.
Di dunia ini, setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Bukan hanya, dokter saja yang
mampu mengobati, dokter juga pastinya membutuhkan rekan kerja yang dapat membantunya
,yang dapat mengerti tentang masalah medis. Perawatan bagi individu yang sehat ataupun sakit,
dari segala umur, latar belakang, budaya ,emosi, psikologis, intelektual, social, dan kebutuhan
rohani.
Pada masalah lalu, pasang surut keperawatan selalu berkaitan dengan peperangan, serta
kemakmuran. Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi social ekonomi
yaitu pada saat penjajahan Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada umumnya pelayanan orang-orang
sakit tersebut dipandang sebagai suatu tindakan amal.

B.Tujuan

1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan aspek-aspek umum tentang
berkembangnya kesehatan di Dunia.

2. Tujuan Khusus
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan minat pembaca untuk mengetahui lebih luas
lagi tentang perkembangan keperawatan di Dunia dan di Indonesia,tokkoh-tokoh
keperawatan serta keperawatan sebagai profesi.
BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

A. Definisi Keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh
perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya
mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam
menjalankan kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang
lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan
menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan
memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.

B. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia


Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali pertama, sejak zaman
manusia itu diciptakan (manusia itu ada). Manusia diciptakan memiliki naluri
untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Naluri yang sederhana
adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya sehingga
pada harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus
memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian
bergeser ke zaman purba dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang
adanya kekuatan mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme, dimana seseorang yang sakit
dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib sehingga
timbul keyakinan bahwa jiwa jahat akan menimbulkan kesakitan dan jiwa sehat
akan menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat
sebagai
ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan
fisik serta mengobatipenyakit dengan menghilangakan pengaruh jahat. Mereka
meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh
gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada
masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan
dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit
meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest physician. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop,
yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam
merawat orang sakit serta anggota kasih saying yang anggotanya menjauhkan diri
dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada perawatan orang yang sakit
sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah
awal perkembangan ilmu keperawatan.

2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan.
Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin
agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada anggapan yang
mampu mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat
dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah
pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones (deaconesses) yaitu suatu organisasi wanita
yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas
dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal, sehingga
pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat
itu rumah sakit digunakan sebagai tempat perawatan orang sakit, orang cacat,
miskin, dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia, khususnya di
Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju seiring dengan
perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan agama Islam diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan, dan obat-obatan. Sebagaimana
dalam Al-Quran dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri,makanan,
lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam
keperawatan yang dikenal dengan nama Rufaidah.

4. Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde
agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk
memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang
salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai
perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti
suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja
bagi perawat dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap
perkembangan keperawatan :

1. Hotel Dieu di Lion


Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah
bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat
terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

2. Hotel Dieu di Paris


Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi
Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan
oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve
Bouquet.

3. ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada
masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang
Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata
asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi
peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan
nama The Lady of the Lamp.

5. Zaman Sebelum Perang Dunia Kedua


Zaman sebelum perang dunia kedua,pada masa perang dunia ke dua ini timbul
prinsip rasa cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama manusia yang
membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence
Nightingale (1820-1910) menyadari adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidik
para perawat. Florence Nightingale mempunyai pandangan bahwa dalam
mengembangkan keperawatan perlu disiapkan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam
kerja perawat, dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan
menetapkan struktur dasar dipendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah
perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang
harus dimiliki oleh calon perawat. Florence dalam merintis keperawatan diawali dengan
membantu para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang
dirawat disebuah barak rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah
perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.

6. Masa Selama Perang Dunia Kedua


Selama masa perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan
teknologi akibat penderitaan yang panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam
tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam
7. Masa Pasca Perang Dunia Dua
Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang
panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan
masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan
keperawatan pada masa itu diawali kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
pertambahan penduduk yang relative tinggi sehingga menimbulkan masalah baru dalam
pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah laku
individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kedokteran dengan
diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk member
penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti
pelayanan kuratif, preventif, dan promotif, dan juga terdapat kebijakan Negara tentang
peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perkembangan perawat dimulai adanya sifat
pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser kea rah pekerjaan yang bersifat tim.
Pada tahun 1948, perawat diakui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi
perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tanggung jawabnya dalam
tugas.
8. Periode Tahun 1950
Pada masa itu perawat sudah mulai menunjukkan perkembangan
khususnya penataan pada system pendidikan. Hal tersebut terbbukti di Negara
Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doctoral. Dan penerapan
proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikan pengertian
bahwa perawatan adalah suatu proses, yang dimulai.

C. Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia


Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda


Pada masa ini, Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari
Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang
sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di
Jakarta pada tahun 1799 yang bertugas untuk memelihara kesehatan staf dan tentara
Belanda,sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara ddan dinas
kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda,
maka tidak diikuti perkembangan tentang keperawatan.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah
diadakan saha dalam memelihara kesehatan diantaranya, usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan memperbaiki kesehatan
pada para tawanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih
maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 1942 berdiri
rumah sakit rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus
Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri
pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia
keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh
orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi
kekurangan obat sehingga timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan
dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat,
kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada
tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang
dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama program studi Ilmu Keperawatan dan
akhirnya dengan berkembangnya ilmu keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu
keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat
S1 di berbaagi universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.
Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju kea rah professional. Dalam
keperawatan proses tersebut diawali dari presepsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke
pekerjaan yang provisional, demikian juga pendidikan yang dulunya bersifat vokasional
kemudian bergeser kearah pendidikan professional melalui pendidikan tinggi keperawatan.
Setelah lokakarya pada tahun 1983, proses menjadikan diri profesionalsudah mulai dirasakan
dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut
diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi.
D. Tokoh-tokoh Keperawatan

Tokoh-tokoh yang terkenal di Dunia antara lain :


1. Rufaidah Al-Asalmiya (570 632 M), perawat muslim pertama di dunia

Rufaidah Al-Asalmiya atau Siti Rufaidah adalah perawat muslim pertama


didunia, ia sudah ada jauh sebelum Pioneer of Modern Nurse lahir kedunia.
Semoga sekelumit kisah ini bisa menambah pengetahuan kita tentang orang-orang
yang berjasa dalam bidang keperawatan. Di Indonesia, nama Rufaidah sendiri
masih terasa asing dibandingkan dengan tokoh-tokoh keperawatan dunia yang
berasal dari golongan barat. Namun dikalangan Negara arab dan timur tengah,
nama Florence Nightingale tidak lebih terkenal dari Rufaidah Binti Saad /
Rufaidah Al-Asalmiya.
Rufaidah Al-Asalmiya memiliki nama lengkap Rufaidah Binti Saad Al-
Bani Aslam Al-Khazraj. Ia lahir di Yatrhrib, Madinah pada tahun 570 M dan wafat
pada tahun 632 M. Rufaidah hidup pada masa Rasulullah SAW pada abad pertama
Hijriah atau abad ke-8 Masehi. Ia termasuk golongan kaum Anshor (Golongan
pertama yang menganut agama Islam di Madinah)
2. Florence Nightingale

Florence Nightingale lahir di Florence, Italia, pada tanggal 12 May, 1820.


Selama perang Crimean, ia dan tim perawat meningkatkan kondisi yang tidak sehat di
sebuah rumah sakit di pangkalan Inggris. Tulisannya memicu reformasi perawatan
kesehatan diseluruh dunia. Pada tahun 1860 ia mendirikan Rumah Sakit St Thomas dan
SekolahPelatihan Nightingale untuk Perawat. Dia meninggal 13 Agustus 1910, di
London.

3. Betty Neuman

Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian


tidak jauh dari Lowell, Ohio.Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang
rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya ia bermaksud
untuk membangun desanya Ohio dan menjadikan latar belakang pada rasa
pada kebutuhan penduduk desanya. Betty Neuman pertama kali memperoleh
pendidikan pada People Hospital School of Nursing sekarang General
Hospital Akron di Akron, Ohio tahun 1947. kemudian ia pindah ke Los
Angles untuk tinggal dengan keluarganya di California. Di California ia
memegang jabatan penting di Staff Keperawatan Rumah Sakit. Kemudian ia
melanjutkan pendidikan di Universitas of california di Los Angles dengan
jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar sarjana mudanya pada tahun
1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master dibidang Kesehatan
Mental, konsultan kesehatan masyarakat pada University of California ia
melanjutkan Program Administrasi Pendidikan Tinggi di Ohio University.
Dr. Neuman terus menjalankan tugasnya dengan menjadi wakil tingkat
international untuk sekolah keperawatan dan sebagai perwakilan latihan
pengangkatan model keperawatan.

4. Gardner Sewall Maria

Lahir 5 Februari 1871, Newton, Massachusetts; meninggal 20 Februari


1961, Providence, Rhode Island Sebagai seorang gadis, Maria Sewall Gardner
pindah dengan dia baik-untuk-melakukan keluarga dari Massachusetts ke
Providence, di mana dia tinggal dan bekerja sepanjang hidupnya. Gardner
dikreditkan ayahnya dan saudara tiri, keduanya pengacara dan hakim, dengan
mengajar dia untuk berpikir jernih dan merasa rasa tanggung jawab
kewarganegaraan.Pada tahun 1890, Gardner lulus dari Miss Porter's School di
Farmington, Connecticut. Dia memasuki Newport Rumah Sakit Pelatihan
Sekolah Perawat ketika ia lebih dari tiga puluh. Pada tahun 1905, segera setelah
lulus, Gardner menjadi direktur Providence Kabupaten Keperawatan Dasar, yang
ia menuju hingga pensiun di tahun 1931.
5. Faye Glenn Abdellah

Faye glenn abdellah lahir tanggal 13 maret 1919 di new York city .bertahun-
tahun kemudian,pada tanggal 6 mei 1937 pesawat berbahan bakar hydrogen jerman
Hindenburg meledak diatas Lakehurst,New Jesey, di mana abdellah 18 tahun dan
keluarganya kemudian hidup, dan abdellah dan adiknya berlari ke tempat kejadian untuk
membantu dalam sebuah wawancara dengan seorang penulis untuk wajah perawat,
Abdellah bercerita :

saya bisa melihat orang melompat dari zepellin dan saya tidak tahu bagaimana
merawat mereka,sehingga itulah aku bersumpah bahwa saya akan belajar merawat .
Abdellah memperoleh ijazah keperawatan dari fiktin memorial hospital school
of nursing.sekarng ann mei school of nursing.pada tahun 1940.
TOKOH KEPERAWATAN INDONESIA

1. Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc,


Beliau adalah salah satu pendiri organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI)
sekaligus sebagai Ketua PPNI untuk kali pertama. Beliau aktif di
Ikatan Perawat Indonesia-Jakarta (IPI-Jakarta) sebelum akhirnya bergabung dan
memimpin PPNI. Beliau terpilih 3 periode berturut-turut terpilih dalam kepengurusan
PPNI.
2. H. B. Barnas
berasal dari IPI-Jakarta, beliau adalah salah satu pendiri PPNI yang kemudian juga
menjabat sebagai pengurus PPNI.
3. Maskoep Soerjo Soemantri
juga dari IPI-Jakarta, beliau juga adalah pendiri sekaligus sekretaris pertama dari
kepengurusan PPNI. Beliau dua periode terpilih sebagai sekretaris PPNI
mendampingi Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc.
4. J. Soewardi
dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, salah satu pendiri dari PPNI.
5. Sjuamsunir Adam
dari Persatuan Perawat IndonesiaBandung, beliau juga dikenal sebagai salah satu pendiri
dari PPNI.
6. L. Harningsih
dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, juga pendiri dari PPNI.
7. Wim Sumarandek, SH
dari Persatuan Perawat IndonesiaBandung, dikenal juga sebagai pendiri dari PPNI.
8. Drs. Husein, SKM,
beliau adalah sesepuh perawat dari Bogor. Semasa aktif sebagai sekretaris PPNI beliau
juga menjabat sebagai Direktur Akper Depkes RI Bogor. Beliau juga pernah terpilih
sebagai ketua PPNI pada tahun 1995 saat Musyawarah Nasional ke-5 di Wisma Haji
Pondok Gede.
9. Setien Wuntu, MPH
adalah pengganti Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc dalam memimpin PPNI.
10. Drs. Zaidin Ali,
adalah pengganti Maskoep Soerjo Soemantri sebagai sekretaris PPNI. Beliau dua
periode secara berturut-turut terpilih sebagai sekretaris PPNI.
11. Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc,
beliau adalah ketua pengurus pusat PPNI yang terpilih dalam Musyawarah Nasional
Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal 16-18 April 2000. Beliau kembali
terpilih sebagai ketua umum dalam Musyawarah Nasional ketujuh (VII) yang
dilaksanakan di Manado.
12. Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep,
terpilih sebagai sekretaris PPNI mendampingi Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc.
13. Dra. Christine S. Ibrahim, MN, Phd,
beliau adalah tokoh dibalik berdirinya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesiapada tahun 1985 lalu.
14. Tien Gartinah, MN,
beliau adalah tokoh dibalik berdirinya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesiapada tahun 1985 lalu.
15. Dewi Irawaty, MA,
beliau saat ini menjabat sebagai DekanFakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia sekaligus sebagai ketua umum PPNI saat ini.
16. Harif Fadhilah, S.Kp, SH,
Beliau adalah sekretaris jenderal PPNI yang terpilih pada Musyawarah ketujuh
(VII) PPNI di Menado pada tahun 2005 dan masih menjabat posisi tersebut sehingga hari
ini.
Selain dari kalangan perawat, ada juga guru besar kedokteran yang berperan serta
aktif dalam pengembangan profesi keperawatan ini, diantaranya adalah Prof. Dr. Asri
Rasyad, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1985. Ada
juga Prof. Dr. Marifin Husein, seorang guru besar kedokteran yang juga merangkap
sebagai Ketua Konsorsium Ilmu Kesehatan. Terakhir masih ada Prof. Dr. Azrul
Azwar,MPH beliau juga adalah guru besar kedokteran yang telah diamanahi sebagai
dekan pertama dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
E. Keperawatan sebagai profesi
a) Pengertian
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris Profess, yang dalam
bahasa Yunani adalah , yang bermakna: Janji untuk memenuhi kewajiban
melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen.

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap


suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
proses sertifikasidan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah
pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer,teknikdan desainer.

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu,
istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan
kata dariamatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan
tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu
profesi.

Menurut Muchtar Luthfi dari Universitas Riau (lihat Mimbar,3, 1984:44), seseorang disebut
memiliki profesi bila ia memenuhi 8 (delapan) kriteria dan Selanjutnya ditambah 2 (dua) kriteria
lainnya oleh Finn (1953, lihat Miarso, 1986:28-29) sebagai berikut:

1. Profesi harus mengandung keahlian.


Artinya, suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk
profesi itu. keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain. keahlian itu diperoleh dengan cara
mempelajarinya secara khusus; profesi bukan diwarisi.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
Artinya, profesi dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban; sepenuh waktu
maksudnya dijalani dalam jangka yang panjang bahkan seumur hidup; bukan part-time,
melainkan full-time; bukan dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau pekerjaan
sementara yang akan ditinggalkan bila ditemukan pekerjaan lain yang dirasakan lebih
menguntungkan.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.
Artinya, profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya
terbuka. secara universal pegangannya itu diakui.

4.Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.

Maksudnya ialah profesi itu merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada
masyarakat, bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk mengumpulkan uang atau
mengejar kedudukan.

Apakah dengan demikian pemegang profesi tidak boleh menerima uang. atau dilarang
menduduki jabatan? Kiranya tidaklah demikian. Pemegang profesi boleh menerima uang,
kedudukan, tetapi hal itu hanyalah sebagai penghargaan masyarakat atau negara terhadap
profesi. penghargaan itu layak diterimanya, dan masyarakat memang wajar memberinya.

4. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikasi.


Kompetensi dan kecakapan itu diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu
terhadap kliennya
Kecakapan diagnostik sudah jelas kelihatan pada profesi kedokteran. akan tetapi,
kadang kala ada profesi yang kurang jelas kecakapan diagnostiknya; ini tentu disebabkan
oleh belum berkembangnya teori dalam profesi itu. Kompetensi aplikatif adalah
kewenangan menggunakan teori-teori yang ada dalam keahliannya. Penggunaan itu harus
didahului oleh diagnosis. seseorang yang tidak mampu mendiagnosis tentu tidak
berwenang melakukan apa-apa terhadap kliennya.
5. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji atau dinilai oleh rekan-rekan
seprofesinya. tegasnya, tidak boleh semua orang berbicara dalam semua bidang yang
bukan keahliannya.
6. Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi.
Gunanya ialah untuk dijadikan pedoman dalam melakukan tugas profesi. kode etik
itu tidak akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga oleh
masyarakat.
7. Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan
layanan.
Klien disini maksudnya ialah pemakai jasa profesi. Pemakai profesi kedokteran adalah
orang sakit atau orang yang tidak ingin sakit. Klien guru adalah murid. Klien tukang las
adalah pemilik barang yang perlu dilas. demikian selanjutnya.
8. profesi memerlukan organisasi profesi yang kuat.
Gunanya adalah untuk keperluan meningkatkan mutu dan memperkuat profesi itu sendiri.
9. Profesi harus mengenali dengan jelas hubungannya dengan profesi lain.
Pengenalan ini terutama diperlukan karena ada kalanya suatu garapan melibatkan
lebih dari satu profesi dan bahkan sebenarnya tidak ada asfek kehidupan yang hanya
ditangani oleh satu profesi saja. misalnya, profesi pengobatan bersangutan erat dengan
masalah-masalah kemasyarakatan, ekonomi, agama bahkan politik.oleh karena itu dokter
harus juga mengetahui sangkutan profesinya dengan profesi lain tersebut.
Kecenderungan spesialisasi hendaknya dibatasi pada pendalaman untuk
meningkatkan teori-teori dalam profesinya. ini tidak diartikan hanya berkewajiban
mengetahui teori-teori dalam profesinya. spesialisasi yang tidak mengenal apa-apa yang
ada di lingkungannya bukanlah profesi, karena spesialisasi seperti itu tidak akan mampu
melayani kliennya. kliennya adalah objek yang tidak terlepas dari lingkungannya.

Hakikat profesi
Suatu pekerjaaan yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang
berkualitas tinggi dalam melayani atau mengabdi pada kepentingan umum untuk
mencapai kesejahteraan manusia. Keterampilan teknis yang didukung oleh
pengetahuan dan sikap kepribadian tertentu yang dilandasi oleh norma norma yang
mengatur perilaku anggota profesi.
Pergeseran yang mendasar munuju terwujudnya suatu profesi.
Pergeseran yang mendasar menuju terwujudnya suatu profesi :
Vokasional (pekerjaan) profesional (pengetahuan ilmiah).
Masa peralihan F. Nightingale sebelum dan sesudahnya yaitu dari
penguasaan prosedur tindakan hingga penekanan kepada
landasan pengetahuan ilmiah serta penguasaan dan pelaksanaan
pada asuhan keperawatan.
Lokakarya Nasional Keperawaatan 1983 : keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Fokus perhatian keperawatan disimpulkan : keperawatan adalah
science dan art, profesi yang berorientasi kepada pelayanan,
keperawatan mempunyai 4 tingkatan klien (individu, keluarga,
kelompok dan komunitas) serta yang keperawatan mencakup
seluruh rentang yang kesehatan.

Keperawatan dan pelayanan keperawatan.


Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan profesional dan bagian
integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk bio, psiko, sosial, dan spritual. Layanan keperawatan kepada klien
dilakukan dengan menggunakan metode proses keperawatan. Penerapan proses
keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud
tanggung jawab perawat terhadap klien.
Pelayanan keperawatan adalah merupakan sebuah bantuan, dan pelayanan
keperawatan ini diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, adanya
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari hari secara mandiri. Pada hakikarnya kegiatan
atau pun tindakan keperawatan bersifat membantu (assistive in nature). Perawat
dalam hal ini membantu klien atau pasien mengatasi efek - efek dari masalah
masalah sehat maupun sakit (health illness problems) pada kehidupan sehari-harinya.
Demikian yang dimaksud dengan pengertian pelayanan keperawatan.

b) Arti dan makna keperawatan sebagai suatu profesi.

Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya, secara
bertahap mulai berkembang. Pengertian perawat dan keperawatan itu sendiri diartikan
oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam berbagai bentuk rumusan, seperti
oleh Florence Nightingale, Goodrich, Imogene King, Virginia Henderson, dan
sebagainya.

Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi perawat bila di rumah
sakit adalah 'pembantu dokter'. Seorang perawat banyak diartikan serta dipersepsikan
sebagai seseorang yang hanya menuruti kata dokter dan bisa di suruh-suruh seenaknya.
Semua itu jelas salah total. Dan asumsi yang masih banyak di masyarakat ini memang
harus dikikis habis. Perawat itu bukan pembantu dokter melainkan sebuah profesi yang
sebenarnya setingkat dengan dokter. Bila dokter adalah dalam hal medisnya sedangkan
perawat dengan profesi perawat tentunya bertugas dan berperan di bidang keperawatan
itu sendiri.

Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian keperawatan adalah


suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-
sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat,
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini,


maka keperawatan dan juga profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar
dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka untuk itulah
dikatakan bahwa perawat adalah sebuah profesi. Yah...Profesi perawat.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena memiliki
beberapa hal. Beberapa hal yang menjadikan keperawatan sebagai profesi adalah sebagai
berikut:

1) Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing). Landasan


ilmu pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah diantaranya
cabang ilmu keperawatan klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu
keperawatan komunitas , cabang ilmu penunjang.
2) Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi
salah satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan
pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama
yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara
Indonesia memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada
musyawarah nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.
3) Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat
sebagai profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan
keperawatan telah dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi
yang berbeda-beda mulai dari jenjang D III Keperawatan sampai dengan
S3 akan dikembangkan.
4) Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang
profesi. Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem
Kesehatan Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian asuhan
keperawatan (askep) dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap
tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan / askep yang dikembangkan
bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien,
berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
5) Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi. Perawat dikatakan sebagai
profesi karena keperawatan memiliki organisasi profesi sendiri yaitu
PPNI. Profesi perawat diakui karena memang keperawatan harus memiliki
organisasi profesi yakni yang disebut dengan PPNI. organisasi profesi ini
sangat menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra
keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya
membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam
inovasi keperawatan di Indonesia.
6) Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan sebagai
sebuah profesi karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat
profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional
keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
7) Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung
jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam
memberikan askep dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui
proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan ( KepMenKes
No.1239 Tahun 2001 ).

Demikian tadi sahabat-sahabat semunya mengenai profesi perawat ini. Dan sebagai
seorang perawat kita harus bangga dengan profesi perawat kita sendiri dan tentunya harus
diimbangi dengan peningkatan pengetahuan, pendidikan, ketrampilan yang kesemuanya itu
adalah dalam tujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas dengan lebih baik
lagi.

c) Profesionalisasi keperawatan.

Proses profesionalisasi keperawatan bertujuan untuk memperoleh hasil asuhan


keperawatan yang bermutu, efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelaksanaannya
yang dilakukan secara sistematis,dinamis,dan berkelanjutan.

FUNGSI PROSES PROFESIONALISASI KEPERAWATAN

Proses profesionalisasi keperawatan berfungsi sebagai berikut:


1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2. Memberikan ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien.
3. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di bidang

AZAS-AZAS PROFESIONALISASI KEPERAWATAN


1) Keterbukaan,kebersamaan,dan kemitraan.
2) Manfaat,semua kebutuhan /tindakan yang harus diambil harus bermanfaat bagi
kepentingan pasie,tenaga keperawatandan institusi.
3) Interdeperdensi,tersapat saling bertegantungan antara tenaga keperawatan dalam
merawat pasien.
4) Saling menguntungkan,masing-masing pihak yang terlibat dalam hal ini perawat,
klien dan institusi memperoleh kepuasan.

MANFAAT PENGGUNAAN PROSES PROFESIONALISASI KEPERAWATAN


Manfaat untuk pasien yaitu :
1. Mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu efektif dan efisien.
2. Pasien bebas mengemukakan pendapat/kebutuhannya demi mempercepat
kesemenabuhan.
3. Melalui proses sistimatik, proses kesembuhan dapat dipercaya dan pasien
mendapat kepuasan dari pelayanan yang diberikan

Manfaat untuk tenaga keperawatan yaitu :


1. Kemampuan intelektual dan teknis tenaga keperawatan dapat
berkembangsehingga kemampuan perawat baik dalam berpikir kritisanalitis
maupun keterampilan teknis juga meningkat.
2. Meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan.
3. Kepuasan yang dirasakan pasien akan semakin meningkat citra perawat di mata
masyarakat
Manfaat untuk institusi (Rumah Sakit) yaitu :

1. Banyak pengunjung (masuk/keluar pasien) sehingga keuntungan yang di peroleh akan


meningkat.
2. Citra Rumah Sakit akan bertambah baik di mata masyarakat.

Manfaat bagi masyarakat yaitu

1. Masyarakat mendapat layanan yang berkualitas.

TAHAP-TAHAP PROSES PROFESIONALISASI KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Merupakan upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan di analisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi pasien baik fisik,mental,sosial maupun spiritual dapat di tentukan.

Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu :


1) Pengumpulan data
Data yang di butuhkan mencakup :
o Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-
spiritual
o Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi
kesehatan keluarga/masyarakat dan kebutuhan mereka terhadap
layanan kesehatan,Jika focus asuhan keperawatan yang akan di
berikan adalah terhadap keluarga/masyarakat.
o Data tentang sumber daya (tenaga peralatan,dan dana) yang tersedia
mengatasi masalah yang terjadi.
o Data lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien.
2) Jenis Data
o Data objektif,yaitu data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran,pemeriksaan,dan pengamatan, misalnya suhu
tubuh,tekanan darah,serta warna kulit.
o Data subjektif,yaitu data yang di peroleh dari keluhan yang dirasakan
pasien,atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala
pusing,nyeri dan mual.
3) Sumber Data
o Sumber data primer,yaitu data yang di kumpulkan dari pasien yang
berdasarkan hasil pemeriksaan.
o Sumber data sekunder,yaitu data yang di peroleh dari orang
lain,misalnyakeluarga atau orang terdekat pasien.
o Sumber lain yang dapat di percaya,misalnya rekam medic dan catatan
riwayat perawatan pasien.
b. CARA PENGUMPULAN DATA:

1.Wawancara/anamnesis

2.Pengamatan

3.Pemeriksaan fisik

c. ANALISIS DATA
Adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional
sesuai dengan latarbelakang ilmu pengetahuan.

d. PENGELOMPOKAN DATA
1.Data fisiologis/biologis
a.riwayat kesehatan dan penyakit
b.masalah kesehatan saat ini
c.masalah ganggun fungsi sehari-hari
d.masalah resiko tinggi
e.pengaruh perkembangan terhadap kehidupan
2.Data psikologis

a.perilaku

b.pola emosional

c.konsep diri

d.gambaran diri

e.penampilan intelektual

f.tingkat pendidikan

g.daya ingat

3.Data social

a.status ekonomi

b.kegiatan rekreasi

c.bahasa dan komunikasi

d.pengarah kebudayaan

e.sumber-sumber masyarakat

f.faktor risiko lingkungan

g.hubungan sosisal

h.hubungan dengan keluarga

i.pekerjaan
4.Data spiritual

a.nilai-nilai/norma

b.kepercayaan

c.keyakinan

d.moral

Pengembangan pelayanan keperawatan professional


Perkembangan keperawatan sebagai pelayanan profesional didukung oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang terarah
dan terencana.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna
bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya
kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada bulan Januari 1983
yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan
pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education).
Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar
seyogyanya dapat memberikan kontribusi essensial dalam keberhasilan pembangunan
kesehatan. Untuk itu tenaga keperawatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan
profesionalnya agar mampu berperan aktif dalam pembangunan kesehatan khususnya
dalam pelayanan keperawatan professional.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan
pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan
pendidikan vokasional/ kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga
keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mempu melaksanakan
pelayanan / asuhan keperawatan profesional kepada masyarakan. Jenjang pendidikan
keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral.
Keyakinan inilah yang merupakan faktor penggerak perkembangan pendidikan
keperawatan di Indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, yang sebenarnya telah dimulai
sejak tahun 1962 yaitu dengan dibukanya Akademi Keperawatan yang pertama di
Jakarta. Proses ini berkembang terus sejalan dengan hakikat profesionalisme
keperawatan.
Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-
dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun
kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan
kurikulum pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan / asuhan
keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi
keperawatan
Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab pengembanggannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan suatu
wadah yang mempunyai fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta mengendalikan
berbagai hal yang berkaitan dengan profesi seperti pengaturan hak dan batas
kewenangan, standar praktek, standar pendidikan, legislasi, kode etik profesi dan
peraturan lain yang berkaitan dengan profesi keperawatan.
Diperkirakan bahwa dimasa datang tuntutan kebutuhann pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan akan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun
keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan kesehatan yang diakibatkan meningkatnya kesadaran masyarakat secara
umum, dan peningkatan daya emban ekonomi masyarakat serta meningkatnya
komplesitas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Masyarakat semakin sadar
akan hukum sehingga mendorong adanya tuntutan tersedianya pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan dengan mutu yang dapat dijangkau seluruh lapisan
masyarakat. Dengan demikian keperawatan perlu terus mengalami perubahan dan
perkembangan sejalan dengan perubahan yang terjadi diberbagai bidang lainnya.
Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran masalah
kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan dalam
menghadapi era globalisasi.
Dalam memnghadapi tuntutan kebutuhan dimasa datang maka langkah konkrit
yang harus dilakukan antara lain adalah : penataan standar praktek dan standar
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai landasan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan secara professional, penataan sistem pemberdayagunaan tenaga keperawatan
sesuai dengan kepakarannya, pengelolaan sistem pendidikan keperawatan yang mampu
menghasilkan keperawatan professional serta penataan sistem legilasi keperawatan untuk
mengatur hak dan batas kewenangan, kewajiban, tanggung jawab tenaga keperawatan
dalam melakukan praktek keperawatan.

Menghadapi tuntutan perkembangan masa depan.


Dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan saat ini dan
di masa datang, khususnya pembangunan kesehatan, pengembangan IPTEK dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam bidang keperawatan, harus dilakukan perubahan
yang sangat mendasar dalam bidang perawatan, mencakup segala aspeknya, khususnya
pendidikan keperawatan. Penekanan pendidikan bukan lagi hanya pada penguasaan
keterampilan melaksanankan asuhan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan medik,
akan tetapi pada penumbuhan dan pembinaan sikap dan keterampilan profesional
keperawatan disertai dengan landasan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan
yang cukup.
Pendidikan yang demikian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar
pada peserta didik untuk menumbuhkan dan membina sikap serta keterampilan
profesional yang diperlukan sebagai seorang perawat.
Perawat harus dihasilkan oleh sistem pendidikan keperawatan yang
terintegrasikan dalam sistem pendidikan tinggi nasional, khususnya sistem pendidikan
tinggi bidang kesehatan, dengan mutu pendidikan sesuai tuntutan profesi keperawatan,
serta perkembangan IPTEK bidang keperawatan. Kurikulum disusun berdasarkan
kerangka konsep yang kokoh disertai dengan berbagai pengalaman belajar yang
diperlukan, dan dihasilkan dalam tatanan pendidikan yang memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan.
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan pada saat ini,
ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam
kesehatan di masa depan dan terwujudnya keperawatan sebagai profesi dalam segala
aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan berbagai keluaran
sesuai dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi
pengabdian kepada masyarakat dalam bidang perawatan. Keberadaan sistem pendidikan
tinggi keperawatan dengan berbagai keluarannya harus dapat memacu proses
profesionalisasi keperawatan sehingga keperawatan sebagai profesi dapat berperan
sepenuhnya dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat, serta berperan dalam
pengemmbangan IPTEK keperawatan. Pengembangan dan pembinaan pendidikan
keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi diarahkan untuk dapat menghasilkan
berbagai jenis ketenagaan keperawatan profesional denagn berbagai jenjang kemampuan,
baik sebagai ilmuan maupun sebagai profesional atau tenaga profesi keperawatan.
Namun dewasa ini, seiring dengan kemajuan zaman, perkembangan teknologi dan
informasi serta kemajuan global. Banyak ditemukan hambatan-hambatan dalam
profesionalisasi keperawatan terutama dari sudut pendidikan keperawatan.Adapun
berbagai hambatan-hambatan dalam profesionalisasi keperawatan dari sudut pendidikan
keperawatan adalah:
1. Jenjang pendidikan keperawatan yang belum setara antar sesama perawat di
Rumah Sakit.
2. Pengembangan ilmu melalui penelitian ilmiah masih kurang.
3. Banyak terdapat insitusi pendidikan keperawatan yang baru dan tidak
memenuhi persyaratan tanpa memperhatikan kualitas program pendidikan
dan hasil lulusan yang ada, sehingga sangat merugikan perkembangan
keperawatan secara keseluruhan dan dapat menghambat profesionalisasi
keperawatan.
4. Belum ada model praktik keperawatan yang dapat menjawab tuntutan global
keperawatan profesional.
5. Kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Padahal hal ini penting agar peserta didik memahami dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai tuntutan profesi
keperawatan (standar profesional). Seperti penguasaan berbagai metode dan
teknik keperawatan.
6. Ketidakmampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah seperti pendekatan
dan penyelesaian masalah keperawatan serta pengambilan keputusan klinis.
7. Kurangnya orientasi kepada masyarakat atau komunitas seperti pengabdian
atau pengalaman belajar di masyarakat ( pengalaman belajar klinik dan
pengalaman belajar lapangan). Padahal kedua hal ini adalah betuk
pengalaman belajar yang sangat berpengaruh pada penumbuhan dan
pembinaan sikap serta keterampilan profesional pada peserta didik.
8. Perawatan yang dilaksanakan pada umumnya hanya terbatas pada hal rutin
dan bukan berdasarkan perawatan professional yang efektif.
9. Pelayanan perawatan di Rumah Sakit dan masyarakat tidak dikelola secara
baik dan tenaga keperawatan tidak ditempatkan atau dimanfaatkan
sebagaiman mestinya.
10. Belum ada standar keperawatan sehingga tidak dapat dilaksanakan evaluasi
dan perbaikan perawatan.
11. Tenaga pengajar yang ahli dalam bidang keperawatan pada semua tingkat
pendidikan sangat terbatas, sehingga kurikulum dan evaluasi tidak dapat
diterapkan secara benar dan efektif.
12. Belum ada perundang-undangan, baik untuk pendidikan keperawatan
maupun pelayanan keperawatan, sehingga tenaga keperawatan belum dapat
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
13. Umpan balik pelayanan perawatan kepada pendidikan dan pelaksanaan
perawatan tidak ada, sehingga perbaikan tidak mungkin dilakukan.
14. Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan sistem pendidikan
tinggi keperawatan sehingga keluaran yang dihasilkan tidak sepunuhnya
dimanfaatkan sebaik mungkin.
15. Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan berbagai sumber
daya pendidikan yang diperlukan. Seperti staf akademik, beberapa bentuk
pengalaman belajar yang sangat menentukan, fasilitas laboratorium
pendidikan, perpustakaan, dan Rumah Sakit pendidikan keperawatan.
16. Ketidakmampuan menjawab tuntutan masyarakat dan perkembangan global
keperawatan profesional.
17. Orientasi pendidikan pada program pendidikan tinggi keperawatan yang
terarah pada masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
belum berjalan semestinya.
18. Ketidakrelevansinya lulusan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat,
khususnya sistem pemberian pelayanan/asuhan keperawatan kepada
masyarakat.
19. Pengembangan pendidikan tinggi yang tidak terkendali sehingga mutu
pendidikan tidak ada dan lulusan tidak dapat sepenuhnya melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai perawat profesional yang mampu memberi
pelayanan atau asuhan keperawatan profesional kepada yang memerlukan.

Langkah penting dalam proses profesionalisme.


Perubahan yang terjadi saat ini berjalan sangat cepat dan penuh ketidakpastian,
termasuk kondisi kesehatan global yang sangat dinamik dan menuntut kelenturan dan
penyesuaian secara terus menerus dan menyeluruh. Perubahan tersebut terkait dengan
masalah kesehatan yang makin komplek, perkembangan sains dan teknologi, pergeseran
pada system pelayanan kesehatan, proses transisi dari masyarakat agrikultural
(tradisional) menjadi masyarakat industrial (maju). Tuntutan keprofesian dan perubahan
paradigma sehat serta merujuk pada kesepakatan pasar bebas ASEAN (AFTA) tahun
2003 dan disusul dengan APEC tahun 2010 untuk Asia Pasifik dan 2020 untuk sedunia.
Fenomina di atas merupakan pendorong bagi pemerintah untuk mampu menyiapkan
tenaga keperawatan yang berkwalitas (professional ) serta mampu berkompetisi dalam
memenuhi standar global.
Keperawaran Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang ditujukan untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia secara bertahap dan terus
menerus. Keperawatan Indonesia berupaya mengembangkan dirinya dalam seluruh
bidang keperawatan, mencakup bidang pelayanan, pendidikan dan kehidupan profesi, hal
ini dilakukan dalam rangka mewujudkan profesionalisme.
Proses profesionalisme pada dasarnya adalah proses pengakuan, yaitu pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat
(Nursalam, 2001). Langkah-langkah menuju profesionalisasi keperawatan telah
dilakukan sejak adanya lokakarya keperawatan nasional pada bulan Januari 1983, bahwa
pelayanan keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral
pelayanan kesehatan. Walaupun sudah 23 tahun keperawatan Indonesia menyatakan
sebagai tenaga professional namun kenyataannya keperawatan secara keseluruhan
terutama pelayanan /asuhan keperawatan hingga saat ini masih belum banyak berubah
dan hampir belum beranjak dari posisinya sebagai suatu bentuk pelayanan penunjang
medik. Pelaksanaan perawatan pasien di dasarkan pada penerapan keterampilan
prosedural dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang merupakan kelanjutan tindakan
medik. Berdasarkan hal ini di rumah sakit hanya terdapat catatan atau rekam medik
(medical record) dan tidak dikenal adanya catatan/ rekam keperawatan (nursing record).
Tidak ada tindakan mandiri seorang perawat serta tindakan-tindakan perawat yang lebih
bersifat pekerjaan penugasan dari dokter menimbulkan sikap dan pandangan tentang
lingkup tugas dan tanggung jawab seorang perawat sebagai pembantu dokter.
Di samping itu ilmu keperawatan dan metode-metode ilmiah keperawatan yang
diajarkan kurang menyentuh problem klinis, sikap professional keperawatan tidak
ditumbuhkembangkan dan keterampilan professional keperawatan tidak ditata dengan
benar, lulusan dinilai cukup baik bila mampu melaksanakan prosedur-prosedur tindakan
menunjang pelayanan medik semata. Keadaan ini berlangsung lama hingga menjadi
kebiasaan yang oleh pihak-pihak tertentu dapat diterima, suatu kenyataan yang harus kita
terima dengan lapang dada dan secara jujur mengakui inilah keperawatan Indonesia saat
ini dan tidak akan tetap demikian di masa yang akan dating.
Gerakan pengembangan keperawatan akan terus berlangsung dengan arah yang
benar dan baik menuju terwujudnya profesi keperawatan yang dibutuhkan dan dihargai
oleh masyarakat. Pengembangan tersebut merupakan tuntutan sehubungan dengan
Undang-Undang N0 20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian diri,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Demikian pula Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang mengatur antara
lain bahwa pemulihan kesehatan dan penyembuhan penyakit harus dilaksanakan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan oleh tenaga yang memiliki
kewenangan dan ijzin untuk itu.
Langkah yang paling awal dan penting dilakukan dalam proses profesionalisme
keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan keperawatan sebagai pendidikan
professional, sehingga peserta didik mendapat pendidkan dan pengalaman belajar sesuai
dengan yang dituntut profesi keperawatan. Seperti kataMiller (1985) gaining a body of
knowladge in a University setting and a science orientation at the graduate level in
nursing. Pendidikan keperawatan sebagai institusi yang mengembangkan dan
menciptakan tenaga keperawatan memiliki peran yang sangat besar dalam proses
profesionalisasi keperawatan, Karena pendidikan keperawatan mampu memberikan
bentuk dan corak tenaga keperawatan dari lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus
mampu untuk memfasilitasi pembentukan komonitas keperawatan dalam memberikan
suara dan sumbangsih bagi profesi dan dan masyarakat (Maarif, 1999).
System Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan saat ini ditujukan
untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan di
masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai suatu profesi dalam segala
aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan lulusan sesuai
dengan fungsi pokoknya yaitu fungsi pendidikan, fungsi riset ilmiah, dan fungsi
pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperawatan. Salah satu upaya penataan
pendidikan keperawatan diarahkan kepada mengembangan lahan praktik keperawatan
disertai pembinaan masyarakat professional keperawatan (professional community)
dengan cara pelaksanaan pengalaman belajar klinik (PBK) dan Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) yang berbasis kompetensi bukan penunjang pelayanan medic.
Menurut hemat penulis, sains keperawatan yang sebenarnya bukan hanya
penguasaan materi secara konseptual tetapi lebih ditekankan pada kemampuan
mahasiswa dalam mengaplikasikan teori pada tatanan klinis, sehingga pengalaman
belajar klinik atau lapangan merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi seorang
perawat professional. Tentunya strategi tersebut harus didukung oleh pembimbing klinik
yang mampu mengelola program bimbingan dan tanggap terhadap situasi klinik sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik yang mampu menampilkan sikap/ tingkah
laku serta penerapan keterampilan professional.

Peran perawat
Peran adalah pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya dimasyarakat (Keliat,1992).
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi keperawatan yang bersipat konstan.
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
b. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.

c. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.

d. Koordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.

e. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

Fungsi perawat.
Organisasi keperawatan sedunia ICN (1973) berpendapat bahwa, The unique
function of the nurse is to assist individual, sick or well in the performance of those
activities contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) he would perform
unaided of he had necessary strength will or knowledge yang artinya fungsi unik
perawat yaitu melakukan pengkajian pada individu sehat maupun sakit, dimana segala
aktivitas yang dilakukan berguna untuk kesehatan dan pemulihan kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk
mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin.
Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
a. Fungsi Independent.
Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas
yang di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada
perawat umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang
lainnya.

Tanggung jawab pearawat.


a. Tanggung jawab perawat secara umum
Memberikan asuhan / pelayanan keperawatan
Meningkatkan ilmu pengetahuan
Meningkatkan diri sebagai profesi
b. Tanggung jawab terhadap klien
Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan
Melindungi klien
Membantu klien untuk dapat menolong dirinya sendiri
Menjaga rahasia klien
c. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Melindungi diri dari penularan penyakit
Melindugi dari dari gangguan yang datang dari pekerjaan /
lingkungan
Menghindarkan konflik dengan orang lain / diri sendiri

d. Tanggung jawab terhadap profesi
Mengadakan kerjasama antar tim kesehatan
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
Meningkatykan pengetahuan tentang IPTEK / Kep.
Melaksanakan kewajiban dengan tulus ikhlas
Menjunjung tinggi nama baik profesi
Membina dan memelihara mutu organisasi profesi
e. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Menjalin hubungan kerjasama yang baik dalam mengambil prakarsa
dan mengadakan upaya kesehatan khususnya serta upaya-upaya lain
untuk kesejahteraan umum sebagai bagian tugas perwat terhdap
masyarakat

Tugas perawat berdasarkan fungsi dalam pemberian ASKEP.


Tugas perawat dalam menjalankan peran nya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan.
Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:

a. Mengumpulkan Data

b. Menganalisis dan mengintrepetasi data

c. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan

d. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu


perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dalam rangka memenuhi KDM.

e. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan

f. Menilai tingkat pencapaian tujuan.

g. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan

h. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.


i. Mencatat data dalam proses keperawatan

j. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan

k. mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan

l. membuat usulan rencana penelitian keperawatan

m. menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan.

n. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan

o. Membuat rencana penyuluhan kesehatan

p. Melaksanakan penyuluhan kesehatan

q. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan

r. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat.

s. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim keperawatan maupun


tim kesehatan lain.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan kesehatan
guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan sudah ada sejak manusia itu
ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan
keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. pendidikan keperawatan memberi
pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya, perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan.

B.SARAN
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba Medika: Jakarta

Alimul, A.H. (2002), Pengantar pendidikan keperawatan. Sagung Seto: Jakarta

Effendy, N. (1995), Pengantar proses keperawatan. EGC: Jakarta

Gaffar, L.O.J. (1999), Pengantar praktik keperawatan professional. EGC: Jakarta

Stevens, P.J.M, et al. (1999) Ilmu keperawatan. Jilid I, Ed. 2. EGC: Jakarta

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Jakarta: Salemba Medika

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://perawattegal.wordpress.com di akses selasa 24 agustus 2010 pukul 10:15am

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media

Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi.

(http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/17/keperawatan-sebagai-suatu-profesi-3/, 27 Maret 2012)

Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media

Pro-Health. 2009. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi

Depkes RI (2002). Perawat Profesional.http://www.freetechebooks.com. Diakses 28 Maret 2014 Pukul

14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai