Anda di halaman 1dari 10

Askep Gastrointeritis (GEA)

GASTROENTERITIS

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus
ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare.
(Kamus Besar Dorland Hartanto, 2002)
Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang memberikan
gejala diare atau tanpa disertai muntah (muntah berak).
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2)
Gastroenteritis didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah dan diare yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Cecilya L. Bets, 2002)

B. ETIOLOGI
a. Faktor infeksi
Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter,
Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d. Factor psikologis
Rasa takut dan cemas.
e. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
f. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan
radang tenggorokan.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis :
1. Dehidrasi
Disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan mikroorganisme
dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan
iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat diabsorbsi
dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
2. Gangguan keseimbangan asam-basa
Hal ini terjadi karena :
a. kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. adanya ketosis kelaparan
c. terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal
e. pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra
seluler
3. Hipoglikemia
Adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang disebabkan oleh
kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum, insulin,
dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampai lama.
4. Gangguan gizi
Disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah berat
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan
susu encer diberikan terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena hiperperistaltik
5. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan
mengakibatkan perdarahan dalam otak.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal :
1. Anak menjadi cengeng
2. Gelisah
3. Suhu badan meningkat
4. Nafsu makan menurun atau tidak ada
5. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu
Gejala lain :
1. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2. Gejala dehidrasi
3. Berat badan menurun
4. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
5. Tonus dan turgor kulit berkurang
6. Selaput lendir dan bibir kering

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus
dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna
tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing,
parasit, dan bakteri.
Pemeriksaan darah
Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan hematokrit
untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan infeksi.
Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
Pemeriksaan urine
Ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin
pada setiap penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan colon
fibrescope maka akan mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis
ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu
dilakukan pemeriksaan radiology.

F. PENGKAJIAN
Observasi/temuan
Sering defekasi
Penurunan berat badan
Penurunan nafsu makan
Nyeri keram
Distensi abdomen
Muntah
Demam
Peka rangsang
Dehidrasi
Ketidakseimbangan elektrolit hiperaktif bising usus
Hiponatremi/hipernatremia
Hipokalemi/hiperkalemia
Status nutrisi
Depresi fontanel anterior
Mata cekung
Turgor kulit jelek
Selaput lendir kering
Tidak ada air mata saat menangis
Berat jenis urine tinggi
Asidosis metabolic
Pemeriksaan fisik
a. Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, kemungkinan besar menderita
penyakit inflamasi atau neoplasma.
b. Penurnan berat badan disertai edem.
c. Inspeksi
Inspeksi kulit, adanya pucat, ikterik, dan karotenemia
Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi, depresi, dan gerakan
peristaltic yang tampak pada dinding abdomen
Inspeksi mulut : bibir kering, kotor, dan bau
Inspeksi tinja : warna, bau, volume, frekuensi, dan konsistensi
d. Auskultasi
Bunyi peristaltic normal 5-35 X/menit
Menghilang : peritonitis
Keras/sering : diare, gastroenteristik
Nada tinggi : ileus obstruksi
Gerakan cairan
Normal terdengar di epigastrium kiri : cairan lambat, normal 5jam
setelah makan/minum, penuh.
Bising pembuluh darah
Terdengar lumen arteri menyempit/pelebaran aorta abdominalis.
e. Perkusi
Normal : timpani.
f. Palpasi
Palpasi abdomen untuk menentukan adanya nyeri tekan.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan : mengontrol diare/meningkatkan fungsi usus optimal.
Criteria hasil : Melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi
kembali normal.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik,
jumlah, dan factor pencetus.
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
beratnya episode.
b. Intervensi : tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping
tempat tidur.
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju
metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. Intervensi : buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional : menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu
pasien.
d. Intervensi : mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap.
Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsangan makanan/cairan. Makan kembali secara
bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang; namun cairan
dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
e. Intervensi : observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis,
penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan.
Rasional : tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis
akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
f. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, missal
Loperamid; kodein.
Rasional : diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan :
penggunaan dengan hati-hati karena toksik dilatasi dapat terjadi.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat.
Criteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian
kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan masukan dan haluaran
dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah
feses; perkirakan kehilangan yang tak terlihat, missal, berkeringat.
Ukur berat jenis urine; observasi oliguria.
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
b. Inervensi : kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
Rasional : hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat
menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Intervensi : ukur berat badan tiap hari.
Rasional : indicator cairan dan status nutrisi.
d. Intervensi : pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari
kerja.
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus.
e. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral, transfusi
darah sesuai indicator.
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia. Catatan :
cairan mengandung natriun dapat dibatasi pada adanya enteritis
regional.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : masukan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada
tanda malnutrisi.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : timbang berat badan tiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
terapi.
b. Intervensi : anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk
makan.
c. Intervensi : berikan kebersihan oral.
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
d. Intervensi : catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk
memilih makanan yang diinginkan/dinikmati, dapat meningkatkan
masukan.
e. Intervensi : dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah
mulai makan diet.
Rasional : keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut
makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
f. Intervensi : kolaborasi; berikan nutrisi parenteral total, terapi IV
sesuai indikasi.
Rasional : program ini mengistirahatkan saluran GI sementara
memberikan nutrisi penting.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi
kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal; fistula.
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol.
Criteria hasil : wajah pasien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi distensi abdomen, peningkatan suhu,
penurunan TD.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena
inflamasi, edema, dan jaringan parut.
b. Intervensi : berikan tindakan nyaman (missal pijatan punggung,
ubah posisi) dan aktivitas senggang.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian,
dan meningkatkan kemampuan koping.
c. Intervensi : kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau
menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor
pemberat (seperti kejadian stress, tidak toleran terhadap makanan)
atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Intervensi : bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air/lap
setelah defekasi dan berikan perawatan kulit, missal salep A&D, salep
Sween, jel karaya, Desitin, jeli minyak.
Rasional : melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
e. Intervensi : lakukan modifikasi diet sesuai resep, missal memberikan
cairan dan meningkatkan makanan padat sesuai toleransi.
Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan.
Criteria hasil :
pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
pasien melakukan perubahan pola hidup tertentu
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan belajar individu.
b. Intervensi : kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan
kemungkinan efek samping.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan
kerjasama dalam program.
c. Intervensi : ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping bila
steroid diberikan dalam jangka panjang, missal ulkus, edema muka,
kelemahan otot.
Rasional : steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan
mempengaruhi remisi penyakit; namun obat dapat menurunkan
ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan retensi cairan.
d. Intervensi : tekankan pentingnya perawatan kulit, missal teknik cuci
tangan dengan baik dan perawatan perineal yang baik.
Rasional : menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi
kulit/kerusakan, infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius,


Jakarta.
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal
Bedah. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai