Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan,
atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf dkk, 2015)
Halusinasi adalah persepsi salah yang diterima panca indera dan berasal dari
stimulus eksternal yang biasanya tidak diinterpretasikan ke dalam pengalaman. Pada
dasarnya, halusinasi tidak selalu berarti penyakit kejiwaan. Sebagai contoh, halusinasi
singkat cukup umum terjadi setelah peristiwa kematian (orang yang mengalami halusinasi
seolah melihat atau mendengar orang yang meniggal).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004)
2. Etiologi
a. Factor predisposisi
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat
dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah :
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik
diri.

2) Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.

3) Sosiol Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Factor presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor. Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :

a) With Drawal merupakan menarik diri dan klien sudah asyik dengan
pengalama internalnya.
b) Proyeksi adalah menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan ( alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau
seseorang ).
c) Regresi dapat terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
3. Jenis-jenis Halusinasi
Halusinasi patologis pada dasarnya dikelompokkan berdasarkan modalitas sensorik
yang terkena yaitu :

a. Halusinasi pendengaran
Dapat meliputi suara bising, seperti suara mesin yang beroperasi, dengungan listrik,
atau gema. Mungkin terjadi suara yang berbicara langsung kepada pasien (orang
kedua) atau berbicara tentang pasien, baik megomentari perilaku pasien maupun
melakukan percakapan dengan suara lain (pihak ketiga). Sifat suara dapat
kongruen dengan alam perasaan sehingga, cenderung bersifat depresif dengan delusi
depresi.

b. Halusinasi penglihatan
Dapat singkat maupun terbagi-bagi (misalnya sorotan atau cahaya), membentuk objek
atau bahkan gambaran berkilau atau kompleks. Halusinasi penglihatan terutama
disebabkan oleh penyakit organik, seperti epilepsi lobus temporalis dan delirium,
tetapi dapat juga terjadi pada skizofrenia dan psikosis fungsional lainnya.
c. Halusinasi penciuman
Meliputi halusinasi sederhana terhadap parfum atau aroma benda terbakar, dan lainnya
disertai elaborasi waham, seperti pada pasien yang dapat mencium aroma gas beracun
yang dipompa ke dalam ruangan oleh orang yang dianggapa akan menyerang mereka.
d. Halusinasi peraba
Meliputi perasaan disentuh seperti ditusuk kawat atau jarum suntik yang menyakitkan
ke dalam tubuh
e. Halusinasi pengecapan : Termasuk merasakan racun di dalam makanan
4. Tanda dan Gejala Halusinasi
Tanda dari Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan
seperti sedang menikmati sesuatu. Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan
halusinasi
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis :

1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai


2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menyalahkan
Gejala klinis :

1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis :

1) Cenderung mengikuti halusinasi


2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :

1) Pasien mengikuti halusinasi


2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
5. Proses Terjadinya Halusinasi
a. Tahap pertama (Non psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberi rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasisedang secara umum tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien. Karakteristik individu mengalami kecemasan, kesepian,
rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangkan kecemasan, pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol
kesadaran. Perilaku yang muncul tersenyum dan tertawa sendiri, menggerakan bibir
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat. diam dan
berkonsentrasi.
b. Tahap kedua (Non psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat. Secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipasi.
Karakteristikindividu yaitu: pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan
oleh pengalaman tersebut, mulai merasa kehilangan kontrol. Perilaku yang muncul:
terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, perhatian dengan
lingkungan menurun, konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun,
kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap ketiga (psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan
berat,halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik individu klien menyerah dan
menerima pengalaman sensorinya, isi halusinasi menjadi atraktif, kesepian bila
pengalaman sensori berakhir. Perilaku yang muncul klien menuruti perintah
halusinasi, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap lingkungan
sedikit atau sesaat, tidak mampu mengikuti perintah yang nyata, klien tampak tremor
dan berkeringat.
d. Tahap keempat (psikotik)
Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik. Perilaku yang muncul: resiko
tinggi menciderai, agitasi atau kataton, tidak mampu merespon rangsangan yang ada.
6. Rentang Resspon
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis
dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif
adalah adanya waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah
gambaran rentang respons neorobiolog (Yusuf dkk 2015)

RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI


Adaptif Maladaptif

Pikiran logis. Kadang proses pikir Gangguan proses


Persepsi akurat. tidak terganggu. berpikir/waham.
Emosi konsisten dengan Ilusi. Halusinasi.
pengalaman. Emosi tidak stabil. Kesukaran proses emosi.
Perilaku cocok. Perilaku tidak biasa. Perilaku tidak
Hubungan sosial harmonis Menarik diri. terorganisasi.
Isolasi sosial.
7. Pohon Masalaha

Resiko mencedrai diri sendiri,orang lain dan lingkurngan


EFEK

Core Problem Perubahan persepsi sensori; Halusinasi

Causa Isolai social ; menarik dii

8. Diagnosa keperawatan
1) Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi.
2) Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
9. Rencana Intervenesi
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul, dan respons pasien saat halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
a) Menghardik halusinasi.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
d) Menggunakan obat secara teratur.
10. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah.
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
serta cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
11. Evaluasi

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda lakukan untuk pasien
halusinasi adalah sebagai berikut.

a. Pasien mempercayai kepada perawat.


b. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah
yang harus diatasi.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
d. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut.
e. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
f. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
g. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
h. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pasien.
i. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.

Anda mungkin juga menyukai