Anda di halaman 1dari 7

Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia

berdasarkan hasil sensus tahun 2010 adalah sebanyak 237.556.363 orang


yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Jumlah ini
bertambah sekitar 32,5 juta jiwa dari jumlah penduduk sebelumnya yang
tercatat di tahun 2000 atau meningkat sekitar 13,68%. Dengan distribusi
berdasarkan masing-masing pulau adalah Pulau Jawa 58%, Pulau Sumatra
21%, Pulau Sulawesi 7%, Pulau Kalimantan 6%, Bali dan Nusa Tenggara 6%
dan Papua dan Maluku 3%. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia
adalah sebesar 124 orang per km.

Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI


Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km. Provinsi yang paling rendah
tingkat kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8
orang per km. Dengan jumlah penduduk yang sedemikian banyaknya,
Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbanyak setelah Tiongkok,
India dan Amerika Serikat.

Dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per


tahun ini, sedikit banyak akan menimbulkan masalah sosial yang semakin
luas di kalangan masyarakat jika pemerintah tidak berupaya maksimal dan
serius untuk menanggulanginya. Ada banyak faktor dan bidang yang
mempengaruhi hal ini antara lain ekonomi, sosial budaya dan pemerataan
penduduk, kemiskinan, pendidikan maupun kesehatan.

Hubungan antara kesehatan, ekonomi, dan kemiskinan dapat dilihat pada


tingkat rumah tangga dan masyarakat. Sakit secara langsung maupun tidak
mempengaruhi sumber daya rumah tangga, yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk pengobatan, hilangnya waktu sekolah dan bekerja, serta kerugian
akibat hilangnya aset berharga untuk pengobatan dan perawatan.

Pada tingkat masyarakat, penyakit mempengaruhi pembangunan ekonomi


Indonesia melalui beberapa cara, antara lain pertama, investasi pada tenaga
kerja. Tingginya angka kesakitan pada tenaga kerja menyebabkan
keuntungan perusahaan berkurang karena karyawan tidak menyelesaikan
pekerjannya. Kedua, investasi pada dunia usaha dan pariwisata. Penyakit
bisa membuat lari para investor sehingga menurunkan potensi pendapatan
daerah tersebut. Ketiga, investasi pada hidup yang lebih lama dan lebih
sehat. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit infeksi
pada masa kanak-kanak serta suksesnya promosi keluarga berencana akan
menyebabkan transisi demografi meningkatnya jumlah penduduk yang
hidup lebih lama dan lebih produktif. Ini semua tentunya diperlukan upaya dan
usaha keras tidak hanya dari pemerintah semata, namun semua lapisan
masyarakat agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan.

2.PEMBAHASAN

Pelayanan kesehatan sebagai hak masyarakat tercantum dalam Konstitusi


UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan pasal 24 ayat (3) yang menempatkan
status sehat dan pelayanan kesehatan merupakan hak masyarakat/warga
negara. Fenomena ini merupakan salah satu contoh keberhasilan pemerintah
republik ini dalam kebijakan politi k di bidang kesehatan, yang menuntut
pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan secara
tersusun, merata dan menyeluruh pada setiap lapisan masyarakat.

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak
terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Luas masalah
kesehatan bukanlah seluas suatu bidang yang sederhana dan sempit.
Kesehatan dapat mencakup keadaan fisik, mental dan sosial dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Sistem
kesehatan nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan
yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam UUD 1945. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam
sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara
ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada
di tangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran
aktif segenap anggota masyarakat.

Dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu periode kedua, Presiden
RI menetapkan 45 program penting yang akan dijalankan di seluruh tanah air
berkaitan dengan pembangunan sektoral dan regional. Dari 45 program ini
telah dipilih 15 program unggulan, dimana kesehatan masuk dalam program
ke 12. Landasan kerja pembangunan kesehatan pada Kabinet Indonesia
Bersatu ke-2 ini, akan memperhatikan tiga tagline penting yaitu change and
continuity; debottlenecking, acceleration, and enhancemen; serta unity,
together we can.

Di bidang kesehatan, Menteri Kesehatan dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH,


Dr. PH. telah menetapkan program jangka pendek 100 hari dan program
jangka menengah tahun 2010 2014 yang disusun dalam sebuah rencana
strategis Depkes. Program 100 hari Menkes mengangkat 4 isu, yaitu (1)
peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan Jaminan Kesehatan
Masyarakat, (2) peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat
pencapaian target MDGs, (3) pengendalian penyakit dan penanggulangan
masalah kesehatan akibat bencana, serta (4) peningkatan ketersediaan,
pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil,
tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).

Untuk meningkatkan kinerja Departemen Kesehatan, telah ditetapkan Visi dan


Misi Rencana Strategis Depkes tahun 2010 2014. Visi Rencana Strategis
yang ingin dicapai Depkes adalah Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan
Berkeadilan. Visi ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu (1) Meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani, (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan, (3) menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya
kesehatan, serta (4) Menciptakan tata kelola keperintahan yang baik.

Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010
2014, yaitu:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggung jawab.

Berkenaan dengan pembiayaaan pembangunan kesehatan, tentunya


diperlukan kebijakan demi pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan yang
layak dan sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan. Pemenuhan
sarana kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apa sebab bila dalam
pemenuhan sarana kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan
jumlah penduduk yang setiap tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan
sebuah masalah baru yang akan menambah masalah yang telah ada
sebelumnya.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan sarana kesehatan pemerintah


telah berupaya untuk meningkatkan kualitas sarana kesehatan, diantaranya
dengan membuat jaminan pemeliharaan kesehatan berupa asuransi sosial
kesehatan seperti asuransi kesehatan masyarakat miskin (askeskin) yang
menjangkau 60 juta orang penduduk. Begitu juga dengan Jaminan Kesehatan
Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang sedang disusun pemerintah. Jaminan Sosial itu meliputi jaminan
pensiun, jaminan kematian, jaminan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),
jaminan kesejahteraan karyawan serta jaminan pemeliharaan kesehatan. JKN
merupakan satu dari lima subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional yang
baru direvisi oleh Departemen Kesehatan dalam rangka menyesuaikan
dengan desentralisasi kelima subsistem itu adalah pembiayaan kesehatan,
upaya kesehatan, Sumber Daya Manusia, pemberdayaan masyarakat serta
manajemen kesehatan.

Departemen Kesehatan menata pembiayaan kesehatan mengingat biaya


kesehatan terus meningkat seiring inflasi dan kemajuan teknologi kedokteran.
Anggaran pembangunan kesehatan pemerintah akan digunakan untuk
membiayai upaya kesehatan masyarakat (public health) dan upaya kesehatan
perorangan penduduk miskin. Sedang upaya kesehatan perorangan
penduduk mampu harus dibiayai sendiri lewat kepesertaan dalam asuransi
sosial kesehatan (JKN). JKN disebutkan asuransi bersifat wajib bagi seluruh
penduduk. Preminya 6-8 persen dari penghasilan. Setengahnya dibayar
pekerja, sisanya ditanggung majikan/perusahaan. Premi penduduk miskin
ditanggung negara. Premi sektor formal dipotong dari pendapatan, sedangkan
premi sektor informal dikumpulkan dengan sistem tersendiri. Pengumpulan
dilakukan oleh Badan Administrasi SJSN yang bersifat wali amanah.
Sedangkan pengelolanya adalah badan-badan yang bersifat nirlaba.

Jika SJSN diterapkan, ansuransi kesehatan pegawai negeri (Askes) dan


jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja (Jamsostek) akan
diintegrasikan, sehingga hanya ada satu asuransi kesehatan wajib. Seluruh
penduduk yang tercakup akan mendapat layanan kesehatan dasar standar.
Bagi penduduk mampu yang menginginkan pelayanan kesehatan yang lebih
mewah bisa menambah keikutsertaan pada asuransi kesehatan komersial
maupun Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela.
Saat ini Peraturan Pemerintah tentang JPKM sukarela sedang diproses.
Dalam JKN ada standar pelayanan dan standar mutu yang ditetapkan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan (dokter swasta, klinik, puskesmas,
rumah sakit) yang ikut serta harus mengikuti standar. Dalam sistem ada
empat pihak terkait, yaitu peserta asuransi, badan administrasi, badan
pengelolah dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Dalam sistem itu ada ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu, pemantauan
utilisasi dan penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali biaya dan
mutu. Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau
tindakan yang berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya,
pelayanan kesehatan tidak boleh kurang dari standar. Peserta berhak
mengadu dan keluhan akan ditangani. Jika terbukti, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kena sanksi. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
akan terdorong meningkatkan mutu pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka
sulit mendapatkan pasien, karena hampir tidak ada lagi orang yang
membayar dari kantung sendiri seperti saat sekarang ini. Namun, untuk
merealisasikan semua ini tentunya diperlukan dana dan anggaran yang
sangat besar yang tentunya akan menjadi beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).

Menurut Deputi Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah Bappenas Max


Hasudungan Pohan Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam Rancangan
Anggaran dan Belanja Negara (RAPBN) 2010 ditetapkan sebesar Rp 20,212
triliun. Angka tersebut turun jika dibandingkan DAK APBN 2009 sebesar Rp
24,8 triliun. Menurunnya DAK tersebut karena adanya keterbatasan keuangan
pemerintah pusat. Indikatif belanja pemerintah pusat secara keseluruhan
mengalami penurunan, tak terkecuali Bidang kesehatan ditetapkan Rp 2,83
triliun rupiah dalam RAPBN 2010, atau turun dibandingkan dengan APBN
2009 sebesar Rp 4 triliun. Hal ini dilakukan dalam rangka kewajiban konstitusi
anggaran pendidikan sebesar 20%. Hal ini tentunya juga menjadi catatan
khusus untuk menyiasati penggunaan anggaran seefektif mungkin namun
tetap memperhatikan tingkat keberhasilan suatu target capaian program demi
terciptanya pelayanan kesehatan seperti yang diharapkan masyarakat.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

Bidang kesehatan yang amat strategis merupakan hak asasi manusia dan
merupakan amanat UUD 1945, sehingga harus menjadi perhatian negara
harus menjalankan perannya yang aktif untuk melindungi rakyatnya guna
mendapatkan hak hidup untuk sehat. Politik kesehatan harus diarahkan untuk
memastikan bahwa negara pembuat kebijakan harus memperhatikan
kepentingan rakyat. Negara sebagai pembuat kebijakan ekonomi semestinya
dilakukan secara adil dan berimbang merespon internalitas dan eksternalitas
lingkungan.

Untuk menjamin bahwa kepentingan kesehatan masyarakat menjadi prioritas


utama dibandingkan pertimbangan keuntungan semata, maka di dalamnya
adalah pengaturan peran keterlibatan swasta dan elit lainnya. Yang tidak
kalah pentingnya adalah peran negara untuk menetapkan prinsip-prinsip dan
kesiapan yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan privatisasi pelayanan
kesehatan yang dilengkapi dengan regulasi dan penegakan kontrol untuk
menjamin bahwa pelaksanaan privatisasi tidak akan menelantarkan rakyat
dan tetap sesuai dengan amanat konstitusi. Selain itu perlu juga diadakan
kajian aspek politik terhadap pola pembiyaan kesehatan, baik di level pusat
maupun daerah. Belum banyaknya anggaran kesehatan yang belum terserap
dengan baik, seharusnya menjadi acuan pentingnya kajian tentang politik
pembiyaaan kesehatan.

Dari segi kebijakan, persoalan kesehatan sudah menuju ke arah yang benar
ke arah promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Namun akan amat
disayangkan dalam hal implementasi di lapangan, hal itu sangat berbeda.
Misalnya komitmen untuk menganggarkan dana kesehatan minimal 15 persen
dari APBD. Kesepakatannya sudah ada, tetapi tidak berjalan. Anggaran untuk
kesehatan masih sangat rendah. Padahal begitu banyak persoalan. Hal ini
perlu pengawasan dan kerjasama antara parlemen dan pemerintah dalam hal
ini pihak kesehatan yang terkait untuk melihat permasalahan ini secara bijak
dan tepat, karena kesehatan merupakan satu investasi jangka panjang untuk
mendongkrak makroekonomi.

Mengenai pembiayaan kesehatan yang coba ditangani melalui asuransi


kesehatan masyarakat miskin (askeskin) yang menjangkau 60 juta orang,
merupakan kebijakan yang cukup bagus. Meski dalam kenyataan di lapangan
menunjukkan banyak hal yang harus diperbaiki. Misalnya, jangan sampai
orang miskin tidak punya kartu askeskin, sementara yang mampu malah
dapat.

Akhirnya, kita berharap melalui Visi dan misi ini yang dituangkan dalam
Rencana Strategi bidang kesehatan ini, diharapkan bukan hanya menjadi
buku keramat pemerintah dan benar-benar dapat terlaksana serta target-
target yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan dapat terealisasi sesuai
RPJMN Tahun 2010 2014.

Anda mungkin juga menyukai