Menurut Publikasi BPS Pada Bulan Agustus 2010
Menurut Publikasi BPS Pada Bulan Agustus 2010
2.PEMBAHASAN
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak
terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Luas masalah
kesehatan bukanlah seluas suatu bidang yang sederhana dan sempit.
Kesehatan dapat mencakup keadaan fisik, mental dan sosial dan bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Sistem
kesehatan nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajat kesehatan
yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam UUD 1945. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam
sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara
ekonomis, serta tersedianya pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada
di tangan pemerintah melainkan mengikutsertakan sebesar-besarnya peran
aktif segenap anggota masyarakat.
Dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu periode kedua, Presiden
RI menetapkan 45 program penting yang akan dijalankan di seluruh tanah air
berkaitan dengan pembangunan sektoral dan regional. Dari 45 program ini
telah dipilih 15 program unggulan, dimana kesehatan masuk dalam program
ke 12. Landasan kerja pembangunan kesehatan pada Kabinet Indonesia
Bersatu ke-2 ini, akan memperhatikan tiga tagline penting yaitu change and
continuity; debottlenecking, acceleration, and enhancemen; serta unity,
together we can.
Visi dan Misi ini akan diwujudkan melalui 6 Rencana Strategi Tahun 2010
2014, yaitu:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti,: dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,
berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan
yang bertanggung jawab.
Dalam sistem itu ada ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu, pemantauan
utilisasi dan penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali biaya dan
mutu. Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau
tindakan yang berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya,
pelayanan kesehatan tidak boleh kurang dari standar. Peserta berhak
mengadu dan keluhan akan ditangani. Jika terbukti, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kena sanksi. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
akan terdorong meningkatkan mutu pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka
sulit mendapatkan pasien, karena hampir tidak ada lagi orang yang
membayar dari kantung sendiri seperti saat sekarang ini. Namun, untuk
merealisasikan semua ini tentunya diperlukan dana dan anggaran yang
sangat besar yang tentunya akan menjadi beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
Bidang kesehatan yang amat strategis merupakan hak asasi manusia dan
merupakan amanat UUD 1945, sehingga harus menjadi perhatian negara
harus menjalankan perannya yang aktif untuk melindungi rakyatnya guna
mendapatkan hak hidup untuk sehat. Politik kesehatan harus diarahkan untuk
memastikan bahwa negara pembuat kebijakan harus memperhatikan
kepentingan rakyat. Negara sebagai pembuat kebijakan ekonomi semestinya
dilakukan secara adil dan berimbang merespon internalitas dan eksternalitas
lingkungan.
Dari segi kebijakan, persoalan kesehatan sudah menuju ke arah yang benar
ke arah promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Namun akan amat
disayangkan dalam hal implementasi di lapangan, hal itu sangat berbeda.
Misalnya komitmen untuk menganggarkan dana kesehatan minimal 15 persen
dari APBD. Kesepakatannya sudah ada, tetapi tidak berjalan. Anggaran untuk
kesehatan masih sangat rendah. Padahal begitu banyak persoalan. Hal ini
perlu pengawasan dan kerjasama antara parlemen dan pemerintah dalam hal
ini pihak kesehatan yang terkait untuk melihat permasalahan ini secara bijak
dan tepat, karena kesehatan merupakan satu investasi jangka panjang untuk
mendongkrak makroekonomi.
Akhirnya, kita berharap melalui Visi dan misi ini yang dituangkan dalam
Rencana Strategi bidang kesehatan ini, diharapkan bukan hanya menjadi
buku keramat pemerintah dan benar-benar dapat terlaksana serta target-
target yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan dapat terealisasi sesuai
RPJMN Tahun 2010 2014.