Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat keduanya.4
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan
penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Pada tahun 2002,
WHO memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible
melebihi 17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia, dan angka ini
diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020.
Katarak di klasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu katarak kongenital, katarak
juvenil, dan katarak senilis.1 Ringkasnya, katarak adalah setiap kekeurah yang terjadi
dari pada lensa atau kapsula lensa.2
Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera.
Kejadian ini disebut arkus sinilia atau biasanya ditemukan pada lansia hingga
sekarang sering disebut katarak sinilis.3 Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut. Yaitu diatas 50 tahun.1,2,4 Hal ini terjadi karena suatu
perubahan degenerasi dari lensa atau karena proses penuaan. Dalam
perlangsungannya katarak senilis dibagi dalam 4 stadium : stadium insipien, imatur,
matur, dan hipermatur.2,3
Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Tetapi, seiring dengan meningkatnya usia, maka lensa seseorang akan mengalami
perubahan-erubahan yaitu bertambahnya tekanan dan ketebalan lensa, serta
berkurangnya kekuatan akomodasi dari lensa.3
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma.4
Berikut ini akan dilaporkan kasus katarak senilis matur oculus dextra yang
ada di Poliklinik Mata RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado
BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang penderita perempuan, usia 60 tahun, bangsa Indonesia, suku


Minahasa, agama Kristen Protestan, alamat Bitung, masuk rumah sakit tanggal 23
September 2015 dengan keluhan utama mata kanan dan kiri mengalami penglihatan
kabur.

ANAMNESIS
Penglihatan yang kabur pada kedua mata sejak 6 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan ini disertai juga dengan mata yang terasa seperti berawan serta
silau saat melihat. Riwayat trauma atau terkena sesuatu pada mata disangkal. Riwayat
alergi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 36,8C
Kepala : dalam batas normal
Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : abdomen dalam batas normal
Ekstrimitas :deformitas (-), edema (-), akral hangat,
Capillary refill time <2
Status Psikiatri
Sikap penderita kooperatif, selama perawatan diruangan ekspresi wajah dan
sikap yang ditunjukkan baik.
Status Neurologis
Motorik dan sensorik normal, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)
Status Oftalmikus
a. Pemeriksaan subjektif
Visus okulus dekstra : 1/300 TIOD : N/palpasi
Visus okulus sinistra : 2/60 TIOS : N/palpasi
b. Pemeriksaan Objektif
Segmen Anterior
Inspeksi OD : Palpebra : Udem (-)
Konjungtiva : sekret (-), injeksi konjungtiva dan
siliar (-), kemosis (-)
Kornea : erosi (-)
COA : normal
Iris/pupil : bulat, reguler
Lensa : Keruh
Inspeksi OS : Palpebra : Udem (-)
Konjungtiva : sekret purulen (-), injeksi
konjungtiva (-), injeksi siliar (-),
kemosis (-)
Kornea : erosi (-)
COA : normal
Iris/pupil : bulat, reguler
Lensa : Keruh
Palpasi OD : nyeri tekan (-), tumor (-), TIO normal per palasi
Palpasi OS : nyeri tekan (-), tumor (-), TIO normal per palpasi
Segmen posterior OD
Refleks fundus : (-)
Papil : Tidak dapat dievaluasi
Retina : Tidak dapat dievaluasi
Makula : Tidak dapat dievaluasi
Segmen posterior OS
Refleks fundus : (+)
Papil : Tidak dapat dievaluasi
Retina : Tidak dapat dievaluasi
Makula : Tidak dapat dievaluasi

RESUME
Seorang penderita perempuan 60 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Prof.
R. D. Kandou dengan keluhan utama pandangan kabur sejak 6 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan lainnya, yaitu mata terasa berawan dan silau saat melihat.
Pemeriksaan fisik generalis, psikiatri dan neurologis dalam batas normal.
Pemeriksaan oftalmikus okulus dekstra tidak didapati kelainan. Pemeriksaan
oftalmikus okulus sinistra didapatkan visus kanan (1/300), visus kiri (2/60), tekanan
intraokuler normal/palpasi. Pada inspeksi mata didapati kekeruhan lensa pada mata
kiri dan kanan.

GAMBAR

DIAGNOSIS
ODS : Katarak Senilis Stadium Matur

PENANGANAN
Pro Ekstraksi Lensa OD
PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad functionam : bonam
BAB III
PEMBAHASAN

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak yang dapat ditemukan dengan tanpa
kelainan mata atau kelainan sistemik lainnya terbagi dalam tiga bagian yaitu katarak
senilis, katarak juvenil dan katarak herediter.4
Pasien wanita 60 tahun datang dengan keluhan utama pandangan kabur saat
melihat. Usia pasien yang sudah lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu
jenis katarak. Berdasarkan usia pasien, jenis katarak yang sesuai yakni katarak senilis.
Pasien ini didiagnosis dengan katarak senilis stadium matur oculus dekstra sinistra
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan usia pasien serta anamnesis. Dari anamnesis yang dilakukan didapatkan
informasi mengenai tanda dan gejala penurunan penglihatan serta kemampuan
melihat cahaya atau kesilauan saat melihat. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, bahwa
pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berkabut atau berasap, dan
penurunan penglihatan menurun secara progresif. Usia penderita yang sudah lanjut
(60 tahun) digolongkan sebagai katarak senilis.
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus oculus dekstra 1/300 dan visus
oculus sinistra 2/60 yang menjelaskan penurunan penglihatan akibat lensa keruh.
Dengan visus 1/300 pasien hanya dapat melihat gerakan bayangan tangan saja
sedangkan orang lain bisa melihat dalam jarak 300 meter. Sedangkan pada mata kiri
dengan visus 2/60 menggunakan finger counting. Pada pemeriksaan segmen anterior
didapatkan lensa yang keruh. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan
bahwa pemeriksaan pada pasien katarak ditemukan adanya kekeruhan pada lensa
sehingga menyebabkan mata berwarna putih atau abu-abu serta adanya kelainan
refraksi.
Pada pemeriksaan dengan slit lamp tampak COA normal pada oculus dekstra
dan oculus sinistra. Lensa pada oculus dekstra dan sinistra tampak keruh. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa stadium katarak terbagi atas :
1. Stadium katarak senilis insipien: stadium paling dini yang belum menimbulkan
gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak
seperti baji terutama mengenai kortaks anterior, sedangkan aksis relatif masih
jernih. Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak bila pupil dilebarkan
sedangkan pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak pada pupil normal.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa.
2. Stadium katarak senilis imatur: pada stadium ini lensa berwarna putih keabuan
tetapi masih ada korteks yang jernih sehingga tampak bayangan iris. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pencembungan lensa
ini akan menyebabkan bilik depan mata menjadi dangkal dan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Hal ini disebut katarak intumesen.
3. Stadium katarak senilis matur: pada stadium ini kekeruhan menjadi komplit oleh
karena korteks secara keseluruhan terlibat sehingga semua sinar yang melalui
pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa, sehingga tidak tampak
bayangan iris. Warna lensa menjadi seperti mutiara. Kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
4. Stadium katarak senilis hipermatur: pada stadium ini korteks lensa yang
konsistensinya seperti bubur telah menjadi cair sehingga masa lensa dapat keluar
dari kapsul. Korteks yang menjadi cair dapat mengakibatkan nukleus turun
tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni).
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi karena:
1. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong kearah
tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),
mengalami dehidrasi, penimbunan ion Ca dan sklerosis. Pada nukleus ini
kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih,
menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi khitam-
hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan Ca, sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miopia.
Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak
kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat
pada usia yang bertambah.
Dengan operasi diharapkan dapat mencegah kebutaan total dan memperbaiki
visus penderita. Suatu operasi katarak bertujuan untuk mengangkat dan mengeluarkan
lensa yang telah keruh sehingga menghalangi penglihatan.
Penanganan operatif pada pasien adalah ekstraksi lensa pada mata kanan.
Berdasarkan kepustakaan terdapat 2 jenis ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan extra capsular cataract ekstrasi (ECCE). Saat ini
dikembangkan dengan adanya teknik Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan
Phakoemulsifikasi.

ICCE merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa


bersama kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior yang lebar.
ECCE merupakan teknik pembedahan pada lensa dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortex dapat keluar melalui robekan.
Small Incision Cataract Surgery (SICS) Insisi dilakukan pada sklera dengan
ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak design
arsiteknya tanpa jahitan. Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-
sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature,
dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan
dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik pembedahan ekstraksi lensa
dengan memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan
yang sangat kecil. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak,
selanjutnnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Karena irisan yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih
dengan sendirinya.5
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi pre operasi, komplikasi intra
operasi katarak, komplikasi post operasi katarak awal, komplikasi post operasi
katarak lanjut, dan komplikasi berkaitan dengan pemasangan IOL.
Prognosis pada pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan
suatu kekeruhan lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien
setelah dilakukan tindakan operasi akan lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan
operasi.
BAB IV
PENUTUP

Laporan kasus katarak senilis stadium matur oculus dekstra- sinistra


didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan opthalmologi. Penatalaksanaan
yang dilakukan adalah dengan penanganan operatif dengan ekstraksi lensa oculus
dekstra.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Katarak, Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta, 2005
2. Wijaya N, Lensa (Katarak), Dalam : Ilmu Penyakit Mata, FK UI Jakarta, 1990 :
40-72.
3. Nazira A, Kowara RA, Amalia, Yunaidah A, Putri RA, Rahyuningtias, dkk.
Katarak senilis, risiko bagi orang yang berusia lanjut. Dalam: Jurnal EPTM
Katarak. 2014. pp 1-12.
4. Ilyas S, Tansil MS, Azhar Z. Sari ilmu penyakit mata. Cetakan kedua. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2000
5. Riordan-Eva P, Whitcher JP,. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum, Jakarta,
2010.

Anda mungkin juga menyukai