Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN REMAJA, SEKSUALITAS, DAN KEHAMILAN

Istilah adolescent (remaja) berasal dari bahasa latin adlescere, yang bertumbuh.
Sepanjang fase perkembangan ini. Sejumlah masalah fisik, sosial, dan psikologis
bergabung untuk menciptakan karakteristik, perilaku, dan kebutuhan yang unik.

Penggunaan strategi kesehatan, yanf direncanakan dan diimplementasi dengan berlandas


pada pemahaman tentang perkembangan remaja, akan lebih berhasil dari pada strategis
yang direncanakan dan diimplementasi tanpa pemahaman. Profesional dan kesehatan yang
bekerja sama dengan remaja perlu memahami tingkat-tingkat perkembangan kognitif,
lingkungan budaya, sistem nilai, dan fungsi biologis remaja agar dapat merencanakan dan
menimplementasi strategi perawatan kesehatan.

Peningkatan angka kehamilan pada masa remaja memiliki makna bawah pada suatu waktu
kebayakan perawat perintal akan memberi perawatan kepada remaja hamil atau bayi
mereka. Bab ini memberi beberapa informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kesehatan remaja hamil.

Masa Remaja Dan Perkembangan

Masa remaja adalah ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa.
Selama periode ini, individu bertanya dan menjawab pertanyaan siapa saya?

Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum mejadi
individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai budaya, individu itu
sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari dari :

(1) menerima citra butuh,


(2) menerima identitas seksual,
(3) mengembangkan sistem nilai personal,
(4) membuat persiapan untuk hidup mandiri,
(5) menjadi mandiri/bebas dari orang tua,
(6) memgembangkan ketrampilan
(7) Memgembangkan identitas seorang yang dewasa.

Masa remaja di tandai dengan awitan perubahan fisik pada masa pubertas dan
perkembangan psikososial ego, yang membanu individu memahami diri sendiri.
Perkembangan fisik, perilaku, masalah-masalah tertentu umum mucul pada berbagai usia
selama masa remaja. Namun, setiap remaja adalah unik dan berkembang dengan kecepatan
yang berbeda-beda. Selain perkembangan biologis, setiap perkembangan remaja
dipengaruhui oleh keluarga, masyarakat, kelompok sebaya, agama, dan kondisi
sosioekonomi,

Periode masa remaja dapat dibagi ke dalam tiga tahap, tahap awal, menengah, dan akhir
(lihat Kotak 25-1). Semakin tinggi tahap perkembangannya, semakin besar kesiapan untuk
untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain. Remaja tahap awal (usia 10-
14 tahun) hanya memiliki pemahamam yang tentang dirinya. Mereka tidak mampu
mengaitkan perilaku mereka dengan konseksueksi perilaku tersebut. Remaja tahap
menengah ( usia 15-16 tahun) bergumul dengan perasaan tergantung versus mendiri karena
kawan-kawan sebaya menggantikan kedudukan orang Tua. Mereka memiliki
kecenderungan lebih besar untuk menunjukkan variasi emosi mereka yang luas. Remaja
tahap awal dan menengah belajar dan menerima informasi, tersebut dalam kehidupan
mereka. Seringkali mereka melakukan triap and error tanpa memperhitunkan
konsekuensinya. Remaja tahap akhir (usia 17-21 tahun) memahami dirinya dengan lebih
baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak ke dalam hidupnya.
Supaya dapat berintraksi efektif dengan remaja, perawat perlu memahami perkembangan
psikososial dan tugas perkembangan kelompok usia ini. Satu tugas penting remaja ialah
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Keputiusan yang berkenaan dengan
aktivitas seksual, kehamilan, dan menjadi orangtua juga dihadapi remaja (Gbr.25-1).
Tugas lain pada masa remaja ialah menetapkan identitas seorang yang dewasa. Kombinasi
perubahan tubuh yang dramatis, maturasi seksual, perpindahan dari pemikiran konkret ke
abstrak, emansipasi dari orangtua, dan peningkatan keterlibatan dengan teman sebaya,
semua ini, dapat menimbulkan rasa bingung tentang siapa mereka sebenarnya. Kelompok
reka sebaya nberfungsi sebagai mekanisme yang digunakan remaja untuk menghilagkan
rasa cemasnya tentang pemisahan diri mereka dari orang tua mereka dan menjadi eorang
dewasa. Pembentukan identitas memberikan kekuatan ego dan membantu remaja
mengenali peran seksual mereka. Dengan mengidentifiksi peran seksual mereka, remaja
mampu terlibat dalam keintiman seksual dengan dengan individual lain tanpa kehilangan
identitas mereka (Erikson, 1968).
Satu tantangan bagi remaja ialah menetapkan identitas seksual. Identitas seksual mengacu
pada perasaan di dalam diri individu dan persiapan dirinya tentang sifat kewanitaan dan
kelaki-lakian, yang terus berkembang. Awitan pubertas menghasilkan peru.

KOTAK 25-1

Perkembangan

REMAJA TAHAP AWAL (USIA 10-14 Tahun)

1. Berpikir konkret
2. Ketertariakn utama ialah pada teman sebaya denga jenis kelaminan sama, di sisi
lain ketertarikan pada lawan jenis di mulai.
3. Mengalami konflik dengan orangtua.
4. Remaja berperilaku sebgai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai orang
dewasa pada waktu selanjutnya.

REMAJA TAHAP MENENGAH (USIA 15-16 Tahun)

1. Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan sering kali menentukan
harga diri.
2. Remaja mulai melamun, berfantasi, dan berpikir tentang hal-hal magis.
3. Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari orangtuanya.
4. Remaja menunjukkan perilaku idealis dan narsisistik.
5. Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak-ledak, dan mood sering
berubah.
6. Hubungan heteroseksual merupakan hal yang penting.

REMAJA TAHAP AKHIR (USIA 17-21 Tahun)

1. Remaja mulai berpacaran dengan lawan jenisnya.


2. Remaja mengembangkan pemikiran abstrak.
3. Remaja mengembangkan rencana untuk masa depan.
4. Remaja berusaha untuk mandiri secara emosiaonal dan finonsial dari orangtua.
5. Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang intim.
6. Kemampuan untuk mengambil keutusan telah berkembang.
7. Perasaan kuat bawah dirinya adalah seorang dewasa berkembang.
Bahan drastis pada pertumbuhan fisik, fungsi normal, dan ketentangan seksual remaja.
Ketentangan seksualmereda saat muncul perilaku, seperti masturbasi, hubungan seksual,
atau hal lain yang tidak disadari (misalnya, pengeluaran semen pada malam hari [nocturnal
emission]). Pengalaman-pengalaman ini merupakan hal yang baru bagi remaja muda.
Tekanan kelompok dari teman sebaya dapat menjadi faktor yang kuat untuk mendorong
atau menghambat pengalaman seksual. Tekanan tersebut dapat mengesampaingkan harpan
orangtua.

Pengambilan keputusan seksual pada remaja antara lain adalah memiliki apakah ia akan
menjadi seorang yang aktif secara seksual atau tidak dengan satu atau lebih pasangan,
apakah ia akan menggunakan kontrasepsi atau tidak untuk mengcegah kehamilan, dan
apakah ia akan menggunakan kondom atau tidak untuk mengurangi resiko penyakit
menular seksual (PMS). Jika terjadi hamil, harus diambil keputusan, apakah akan
dilakukan abotus kehamilan akan di perhatikan, remaja harus memutuskan apakah ia akan
merawat bayinya sendiri atau menyerahkannya untuk diadopsi (Gbr. 25-1). Tingkat
perkembangan kognitif remaja, sistim nilai, persepsi tentang kontrol eksternal, dan
identitas diri secara keselurhan mempengaruhi pengambilan keputusan seksual. Perawat
mengenali pengaruh-pengaruh tersebut harus memahami proses ini untuk membantu
remaja mengembangkan pemikiran yang lebih efektif tentang seksualitas.

Perkembangan Kognitif Dan Moral

Secara kognitif remaja tahap awal yang sedang hamiladalah seseorang pemikirkonkret
yang memiliki kemampuan berpikir dengan akal sehat (reasoning) yang terbatas atau tidak
memiliki kemampuan ini. Remaja tersebut tidak mampu mengonsepsualisasi apa yang
mungkin terjadi. Ia gagal mengaitkan bagaimana hubungan seksual malam ini dapat
menghasilkan kelahiran anak dalam 9 bulan. Hanya melalui pemikiran abstrak (formal
operation), ia dapat menyelesaikan masalah dengan mengevaluasi alternatif jika maka.
Perkembangan moralitasbergantung kepada perkembangan perkembangan kognitif.
Sebagian besar remaja tahap menengah mengikuti aturan agar mendapat persetujuan dari
orang lain (moralitas tingkat konvensional). Pada saat remaja tahap akhir mencapai
kematangan secara kognitif dan memperoleh pemgalaman hidup tentang yang baik dan
yang buruk, mereka mengembangkan aturan moral mereka sendiri (moralitas
pascakonvensional) (kohlberg,1980).
Perkembangan fisiologis

Interaksi hormon neuredonkrin menstimulasi awitan pubertas. Ketika oatk matur, stimulasi
hipotalamus membuat gonadottropin-releasing hormones disekresi. Hormon ini
menstimulasi hipofisis anterior melepas gonodoropin (fillicle-stimulating hormone dan
luteinizing hormone) yang menstimulasi gonad menjadi matur dan melepas sperma pada
pria. Perubahan-perubahan ini menbuat remaja untuk bereproduksi.

Pelepasan hormone-hormone bertumbuhan dari hipotalamus mencetuskan awitan


bertumbuhan fisik yang pesat (Greydanus, Shearin, 1990). Percepatan bertumbuhan iini
berlanjut selama periode 3 tahun dan terjadi kira-kira 2 tahun lebih awal pada wanita
daripa pria. Ukuran fisik remaja tidak dapat digunakan sebagai satu- satunya dasar untuk
merencanakan perawatan.

Saat anak bertumbuh dari seorang remaja menjadi dewasa, mereka harus menyelesaikan
proses yabg dibutuhkan untuk perkembangan biologis, kongnitif, dan psikososisal (lihat
kontak 25-1). Setiap remaja harus dikaji secara individual untuk memastikan status
maturitasnya karena setiap orang mencapai kemetangan dengan kecepatan yang berbeda.

Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan yang harus diselsaikan. Peristiwa
kehidupan dapat memaksa anak muda memasuki peran seorang dewas sebelum ia
menyelesaikan masa remajanya, tetapi seorang remaja tidak dapat mengubah urutan yang
telah ditepatkan dan menjadi dewasa karena ia akan segera menjadi orangtua.

SEKSUALITAS REMAJA

Pendekatan yang efektif untuk meneyelesaikan masalah kehamilan remaja dimulai dengan
suatu definisi masalah tersebut. Mendefinisikan kehamilan remaja sebagai suatu masalah
sosial masyarakat, bukan masalah sosial dalam masyarakat, dapat meberikan penyelesaian
yang lebih komprehensif. Ada moralisme yang meluas dalam masyarakat Amerika, yang
memandang aktivitas seksual remaja sebagai suatu tidak dapat diterima. Seks di luar nikah,
terlepas dari usia individu, tidak dapat diterima oleh banyak individu. Berbagai opinin
muncul tenteang apakah issu utama pada kehamilan remaja diakibatkan kurangnya akses
untuk memperoleh kontrak sepsi atau merupakan sala satu akibat aktivitas seksual pra
menikah yang tidak seharusnya. Beberapa orang khawatir bahwa pemberian pendidikan
seks dan penyediaan kontrasepsi mengijikan atau mendorong aktivitas seksual.
Seksualitas adalah komponen indentitas personal individu yang tidak terpisahkan dan
berkembangan dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak sama
dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologi, psikologi personal, dan
lingungan. Fungsi biologis. Mengacu pada kemampuan pada individu untuk memberi dan
menerima kenikmatan bereproduksi. Indentitas dan konsep diri seksual psikologis
mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas, seperti citra diri,
indetifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran masculin atau
femenin. Nilai

Anda mungkin juga menyukai