Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dunia
kesehatan juga ikut berkembang mengikuti kemajuan teknologi tersebut terutama
dalam hal perkembangan alat-alat kesehatan yang saat ini sudah banyak
digunakan pada rumah sakit atau lembaga-lembaga kesehatan yang ada di
indonesia. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan suatu pelayanan kesehatan
semakin meningkat seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan serta ditunjang dengan kemajuan industri di bidang
elektronika, semakin membantu para ahli medis untuk menciptakan serta
menemukan ide baru dalam hal pembuatan alat kesehatan yang lebih efisien dan
efektif sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat.
Salah satu contoh Peralatan laboratorium sebagai bagian dari peralatan
elektromedik juga ikut mengalami modernisasi, salah satunya adalah alat pengisi
obat. Alat ini banyak digunakan pada laboratorium-laboratorium klinik atau
Rumah Sakit.
Alat Pengisi Obat biasanya digunakan untuk mengisi obat yang berbentuk
tablet dan cair. Tetapi yang akan saya buat hanya pengisi obat cair saja. Rancang
bangun pesawat ini menggunakan sistem minimum mikrokontroller AT89S52,
karena sistem ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan sistem
digital maupun sistem analog. Kelebihan tersebut antara lain adalah dapat
mempersentasikan sinyal pada sistem digital dengan menggunakan dua bahasa
yaitu high dan low, sehingga sistem ini dapat dipakai untuk tujuan tertentu.
Kelebihan lainnya dari sistem digital adalah tingginya tingkat keakurasian yang
dapat langsung dibaca pada papan peraga.
Mengingat banyak kelebihan sistem minimum mikrokontroller AT89S52
tersebut, penulis tertarik untuk merancang dan membuat pesawat pengisi obat
dengan sistem minimum mikrokontroller dengan menggunakan pegaturan
settingan yang sesuai dengan keinginan kita.
Melihat besarnya manfaat dan kegunaan dari alat ini, maka penulis
mengangkat objek tersebut kedalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

PEMODELAN ALAT OTOMATISASI PENGISIAN OBAT

CAIR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52

1. 2 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi pokok-pokok masalah yang
hanya berkaitan dengan alat pengisi obat cair secara otomatis sesuai dengan
settingan yang diberikan yaitu 50 ml, 100ml, 150ml dan 200ml. agar tidak terjadi
kerancuan dan pelebaran masalah dalam penyajian karya tulis ini.

1. 3 Metode penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis melakukan langkakh-langkah
sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan, yaitu mencari dan mempelajari buku-buku dan literatur
yang berhubungan dengan alat yang dibuat.
b. Pembuatan modul.
c. Melakukan pengujian dan pendataan.
d. Melakukan analisa data dan membuat kesimpulan.

1. 4 Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut

2
1.4.1. Umum
Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik.

1.4.2. Khusus
a. Membuat modul alat pengisi obat cair serta membuat karya tulisnya sehingga
saling berhubungan.
b. Mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan selama belajar di
Politeknik Kesehatan Jakarta II.
c. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi siapa saja yang
membutuhkannya.

1. 5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami karya tulis ini maka penulis


menyajikan tulisan ini menjadi beberapa bab yaitu:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Memberikan gambaran secara singkat mengenai latar belakang,
tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan,
sistematika penulisan, dan definisi istilah.
BAB 2 : DASAR TEORI
Menjelaskan dan menerangkan dasar-dasar teori yang menunjang
pembahasan karya tulis ini sehingga pembaca akan tahu teori
teori dari masing masing komponen dan rangkaian rangkaian
yang digunakan oleh penulis dalam pembuatan modul tersebut.
BAB 3 : KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN
Akan menjelaskan dan menerangkan cara kerja pesawat secara
blok diagram dan menjelaskan bagian-bagian dari rangkaian
yang dibuat.

3
BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini penulis akan membahas hasil pengujian dengan


cara teori yang ada sehingga akan menghasilkan data yang tepat
antara teori dan hasil praktek.
BAB 5 : KESIMPULAN

Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan


modul rangkaian secara keseluruhan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4
BAB 2
DASAR TEORI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang gambaran umum mengenai
teori teori dasar pada masing- masing komponen sehingga pembaca akan mudah
dan mengerti tentang bagian bagian komponen yang diterapkan oleh penulis
sehingga akan lebih jelas dan mudah dipahami oleh setiap pembaca.

2.1 Gambaran Umum Pesawat Pengisi Obat Cair

Input Proses Output

Sensor Display
Sensor posisi
botol
Sensor obat
habis

Mikrokontroler Penggerak
AT89S52 botol
(motor
Tombol setting steper)
Up
Down
Next
Reset Motor
DC

Power Supply

Gambar 2.1 Gambaran umum pesawat pengisi obat

5
Pesawat pengisi obat cair ini merupakan pesawat yang digunakan untuk
mempermudah dalam pengisian jumlah obat cair sesuai dengan yang diinginkan
dengan tingkat keakurasian yang baik dan dengan waktu yang lebih singkat jika
dibandingkan dengan menghitung secara manual.
Pesawat pengisi obat cair biasanya digunakan oleh pabrik- pabrik yang
memproduksi obat dalam skala besar. Di pabrik obat, pesawat ini merupakan
bagian kecil atau subsistem dari sistem utama yaitu pesawat pembuat obat . Dalam
fungsinya pesawat ini bekerja untuk menghitung volume obat dan
menempatkannya kedalam botol secara otomatis sesuai yang diinginkan. Botol
yang sudah terisi obat kemudian dikemas dalam bermacam- macam bentuk.
Sistem pengisian obat pada pesawat pengisi obat yang digunakan oleh pabrik
pabrik pembuat obat biasanya masih menggunakan sistem mekanik yang
kompleks dan besar. Dikarenakan bentuk fisiknya yang cukup besar, alat ini
tergolong tidak portabel jika digunakan untuk apotik- apotik dan klinik klinik.
Namun pada aplikasi di apotik- apotik, Rumah Sakit, dibutuhkan pesawat
pengisian obat yang dapat bekerja mengisi obat hanya dalam skala kecil menurut
kebutuhan yang ada di apotik apotik dan Rumah Sakit. Pesawat pengisi obat di
apotik apotik umumnya menggunakan bahan dari logam berat pada casing dan
alas pesawat, dengan maksud untuk mengurangi atau meredam getaran yang
dihasilkan oleh motor selain bentuknya cukup besar sehingga bobot pesawat
menjadi berat.
Pesawat pengisi obat cair seperti yang diterangkan diatas merupakan gambaran
real pesawat yang terdapat di apotik apotik pada umumnya. Pesawat tersebut
menggunakan Motor DC untuk menghasilkan volume pompa dengan perpaduan
sitem mekanik yang baik sehingga menghasilkan sistem mekanik penggerak obat
yang diterapkan oleh pembuatnya. Sistem mekanik penggerak obat pada pesawat
tersebut menggunakan motor DC. Settingan yang tersedia pada pesawat tersebut
hanya untuk mensetting jumlah obat yang jatuh saja. Cara kerja kerja pengisi obat
pada pesawat ini adalah dengan mengatur lamanya motor DC bekerja. Karena
motor DC memiliki nilai flow rate tertentu, maka volume yang diinginkan bisa
diperoleh dengan formula:
Volume = Flow Rate X Waktu

6
Setelah volume obat yang diinginkan telah tercapai, dengan kata lain Motor
DC telah selesai bekerja posisi botol akan digeser yang kemudian pesawat akan
menunggu konvirmasi dari user atau operator untuk pengisian obat berikutnya.
Proses ini akan terus berulang sampai botol selanjutnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis bermaksud merancang dan
mengembangkan pesawat pengisi obat yang portabel dengan menggunakan sistem
mikrokontroller.

2.2 Ouptocoupler
Optocoupler disebut juga sebagai optoisolator yang tergandeng optik,
menggabungkan LED dengan fototransistor dalam satu kemasan. Optocoupler
mempunyai LED pada sisi inputanya atau masukannya.
Keuntungan dari optocoupler adalah pemisahan secara fisik antara inputan
dengan outputnya hubungan tersebut hanya seberkas cahaya. Disisi lain
optocoupler didefinisikan sebagai salah satu rangkaian yang terdiri sedikitnya satu
emitter yang berfungsi sebagai pemancar cahaya yang mengkopel secara optic
pada fototrasistor melalui medium atau ruang yang terisolasi. Emitter atau
pemancar cahaya dapat berupa LED, NEON, maupun lampu pijar. Detector dapat
berupa fototransistor, fotodioda, fototriac.

1A COL 3

2C E4

Gambar 2.2 Konvigurasi Ouptocoupler

7
Kelebihan dari Optocoupler adalah :
a. Keuntungan utama dari optocoupler adalah pemisahan secara fisik antara
rangkaian yang masuk dengan rangkaian yang keluar hanyalah seberkas
cahaya.
b. Memperoleh resistansi penyekat diantara dua rangkaian dalam ribuan mega
ohm.
c. Tidak mudah terpengaruh oleh guncangan dan getaran.

2.2.1 Dioda pemancar cahaya ( Light Emiting Dioda)


Pada dioda berprategangan maju elektron-elektron bebas melintas
persambungan dan jatuh ke dalam lubang (hole). Pada saat electron jatuh dari
tingkat energi yang lebih tinggi ke energi yang lebih rendah dengan memancarkan
energi. Pada dioda biasa energi ini keluar dalam bentuk panas, tetapi pada dioda
pemancar cahaya, energi tersebut memancar sebagai cahaya arus persamaan dioda
LED dapat dicari pada persamaan dibawah ini:
Vcc Vd
ILED = ..(II- 7)
RI
2 1

Gambar 2.3 Lambang Skematik LED

2.2.2 Phototransistor
Fototransistor adalah alat semikonduktor yang peka cahaya dan biasannya
disambung dalam konfigurasi emitter sekutu dengan basis terbuka dan cahaya
lewat melalui sebuah jendela dan bertemu pada sebuah sambungan kolektor basis.
Karena kawat penghubung basis terbuka, semua arus balik di perkuat ke dalam
basis transistor, output dari optocoupler dapat dicari dari persamaan berikut ini :

8
a. Output Optocoupler saat terhalang adalah :
Vcc = Vrc + Vo .(II- 8)
Vo = Vcc Vrc
= Vcc ( Ic Rc)
= Vcc (0 Rc)
Vo = Vcc
Ic diangap 0 karena kolektor tidak terhubung ke emiter atau saklar terbuka.
b.Output Optocoupler saat tidak terhalang cahaya adalah :
Vcc = Vrc + Vo = .........................(II-9)
Vo = Vcc Vrc
= Vcc ( Ic Rc)
Vo =0
Ic dianggap 1 karena kolektor terhubung ke emitter atau saklar tertutup

2.3 Transistor Sebagai Saklar


Dalam elektronika kita sering mendengar komponen transistor, transistor
adalah merupakan komponen aktif elektronika yang terbuat dari tiga lapisan
bahan semi konduktor jenis P dan N. Pada umumnya Germanium (Ge) dan
Silikon (Si) adalah bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan transistor.

+VCC

RC

+VBB

RB

Gambar 2.4 Transistor Sebagai Saklar

9
Ic

Ib > (s a t)
V cc
Rc s a tu ra s i
Ib = (s a t)
Q
Ib
c u t o ff
I b= 0
V ce
0 V cc

Gambar 2.5 Grafik output dari Transistor, keadaan cutoff dan keadaan jenuh

Transistor dalam elektronika sangat banyak kegunaannya, antara lain salah


satunya transistor sebagai saklar. Adapun maksud dari penggunaan transistor
sebagai saklar adalah mengoperasikan transistor pada salah satu keadaan, saturasi
dan titik sumbat (Cut Off). Jadi transistor sebagai saklar mempunyai dua kondisi
yang bergantian yaitu: Jika sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi, maka
transistor tersebut akan menjadi seperti saklar yang tertutup dari kolektor ke
emitor. Jika transistor dalam keadaan tersumbat (Cut Off) maka transistor seperti
saklar terbuka.
2.3.1 Transistor dalam kondisi terbuka
Pada saat transistor cut off, tidak ada arus bocor yang mengalir melalui beban
Rc kecuali arus bocor yang sangat kecil sehingga besarnya tegangan kolektor
emitor atau Vce adalah :
Vce = Vcc Iceo x Rc (II1)

Karena I ceo sangat kecil atau Iceo = 0 maka tegangan Vce menjadi :
Vce = Vcc.. (II2)

Sedangkan tegangan jatuh pada Rc sangat kecil sehingga dapat diabaikan.


Transistor sebagai saklar terbuka seperti pada gambar.
RC

IC
RB

VCE
VBE
VCC

VBB
VCE

Gambar 2.6 Transistor dalam kondisi terbuka

10
2.3.2 Transistor dalam kondisi tertutup
Bila transistor mendapat tegangan positif pada basisnya, maka transistor akan
menghantarkan arus, transistor akan menjadi saturasi maka arus basis atau Ib
mengalir atau menyebabkan arus mengalir dari kolektor (Ic) ke emitter (Ie)
melalui tahanan beban (Rc) sehingga tegangan antara kolektor dan emitor sama
dengan nol (Vce=O) dan tegangan jatuh pada beban Rc ditunjukkan pada
persamaan (II3) dan besarnya arus pada basis pada saat transistor saturasi
ditunjukkan pada persamaan (II 4).

Vcc = Ic x Rc (II3)
Arus yang mengalir pada kolektor (Ic) pada saat transistor saturasi adalah
Vcc
Ic = (II4)
Rc
Besar arus basisnya adalah :
Vbb Vbe
Ib = .. (II5)
Rb
Kemudian besarnya arus emitter (Ie) ditunjukkan dengan persamaan:
Ie = Ic + Ib (II6)

Transistor sebagai saklar tertutup seperti pada gambar dibawah ini.

RC

RB
VCE
VBE VCC

VBB

Gambar 2.7 Transistor dalam kondisi tertutup

11
2.3.3 Mengatur titik kerja transistor

Satu cara yang cukup baik dalam pengaturan titik kerja transistor adalah
dengan mengatur arus konstan pada Basis yang ada pada gambar 2.8 dibawah ini.
Rangkaian secara sederhana bisa diperlihatkan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Arus Konstan Transistor Pada Basis

Vb

RB RC

V
Cin
n Vout
Vint

Gambar 2.9 Pengaturan arus pada basis transistor.

Arus konstan bisa didapatkan dari sumber catu daya Vb melalui sebuah resistor
pembatas arus RB. Jika penguatan arus hFE diketahui, besarnya RB dapat

dihitung. Misalnya hFE transistor yang digunakan adalah sebesar 500, dan

12
kemampuan ICmaks sebesar 50mA, voltase Vb sebesar 12V dan titik kerja akan
diatur pada IC sebesar 25mA, maka:
IC
IB = = 0,05mA.
hFE
Untuk itu diperlukan resistivitas RB sebesar:
V RB 12V 0,7V
RB = = = 226 k
IB 0,05mA

2.4 IC 7442 Sebagai BCD


Decoder adalah suatu rangkaian digital yang digunakan untuk mengubah kode-
kode masukan ke kode-kode outout suatu sistem digital yang bekerja dengan kode
yang berbeda. Kombinasi bilangan biner BCD (Binary Code Desimal) dimasukan
keempat terminal masukan decoder. Keluaran decoder yang terdiri dari sepuluh
jalan keluar perlu dihubungkan ke indikator penampil. Setiap perubahan pada ke
empat masukan decoder akan menyebabkan salah satu keluarannya berfungsi.
Misalnya saja, decoder BCD keseven segment, artinya bahwa data-data biner 4 bit
yang masuk kedalam rangkaian tersebut akan diterjemahkan ke dalam bentuk
sinyal digital yang kelak akan menampilkan angka tertentu pada seven segment
yang sesuai dengan harga binernya.

2.4.1 Sistem binary code desimal ( BCD)


Sistem BCD digunakan untuk menampilkan digit desimal sebagai kode kode
biner 4 bit. Kode ini berguna untuk menampilkan angka numerik dari 0 sampai
dengan 9 seperti pada jam digital atau voltmeter. Untuk mengubah nilai BCD ke
biner, ubah tiap digit desimal ke 4 bit biner.
Tabel dibawah ini merupakan perbandingan sistem bilangan yang biasanya
digunakan dalam elektronika digital dan sistem komputer. Sebagai contoh,
pemrogramanrangkaian digital umumnya menggunakan sistem bilangan
heksadesimal dan dalam kehidupan sehari hari kita terbiasa menggunakan
sistem sistem bilangan desimal. Guna menjembatani berbagai operasi yang

13
menggunakan beberapa sistem bilangan, perlu dilakukan konversi bilangan dari
sistem bilangan satu ke sistem bilangan lainnya.

Tabel 2. 1 Perbandingan sistem digital dengan komputer


Desimal Biner Oktal Heksadesimal BCD

0 0000 0000 00 00 0000

1 0000 0001 01 01 0001

2 0000 0010 02 02 0010

3 0000 0011 03 03 0011

4 0000 0100 04 04 0100

5 0000 0101 05 05 0101

6 0000 0110 06 06 0110

7 0000 0111 07 07 0111

8 0000 1000 10 08 1000

9 0000 1001 11 09 1001

10 0000 1010 12 0A 1010

11 0000 1011 13 0B 1011

12 0000 1100 14 0C 1100

13 0000 1101 15 0D 1101

14 0000 1110 16 0E 1110

15 0000 1111 17 0F 1111

2.4.2 IC 7442 Sebagai BCD

Decoder merupakan suatu rangkaian logic yang berfungsi untuk mengubah


kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat secara visual dan dapat
dimengerti. IC 74LS42 adalah sebuah IC dekoder yang mengubah empat bit BCD

14
(binery code decimal) menjadi sinyal yang tampil ke seven segment atau display.
Pada IC 74LS42 khusus digunakan pada seven segmen common anoda karena
pada decoder jenis ini output yang dihasilkan berlogika low. Untuk dapat lebih
dimengerti maka dapat dilihat tabel kebenaran decoder dibawah ini
Tabel 2. 2 kebenaran IC decoder 74LS42
Fungsi Masukan Keluaran

A3 A2 A1 A0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 L L L L L H H H H H H H H H

1 L L L H H L H H H H H H H H

2 L L H L H H L H H H H H H H

3 L L H H H H H L H H H H H H

4 L H L L H H H H L H H H H H

5 L H L H H H H H H L H H H H

6 L H H L H H H H H H L H H H

7 L H H H H H H H H H H L H H

8 H L L L H H H H H H H H L H

9 H L L H H H H H H H H H H L

Dapat dilihat diatas, tampilan display sevent segmen sangat bergantung pada
inputan dari kode-kode biner yang masuk melalui inputan IC 74LS42 selain itu
juga perlu diperhatikan dalam pemasangan IC ini yaitu masukan pada IC diberi
logika high untuk mengaktifkan IC itu sendiri.

2.5 IC 74LS247 BCD to decoder


Decoder adalah suatu rangkaian digital yang digunakan untuk mengubah kode-
kode masukan ke kode-kode outout suatu sistem digital yang bekerja dengan kode
yang berbeda. Kombinasi bilangan biner BCD (Binary Code Desimal) dimasukan
keempat terminal masukan decoder. Keluaran decoder yang terdiri dari sepuluh

15
jalan keluar perlu dihubungkan ke indikator penampil. Setiap perubahan pada ke
empat masukan decoder akan menyebabkan salah satu keluarannya berfungsi.
Misalnya saja, decoder BCD keseven segment, artinya bahwa data-data biner 4 bit
yang masuk kedalam rangkaian tersebut akan diterjemahkan ke dalam bentuk
sinyal digital yang kelak akan menampilkan angka tertentu pada seven segment
yang sesuai dengan harga binernya. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan
antara masukan dengan keluaran decoder dapat dilihat pada Gambar 2.11 Decoder
BCD to desimal :

Gambar 2.10 Decoder BCD ke Desimal

Keluaran sebuah decoder yang dilengkapi dengan indikator (misalnya LED)


untuk menampilkan saluran mana yang aktif. Apabila tidak terdapat sinyal
masukan maka indikator keluaran 0 yang diaktifkan. Gerbang NOT/inverter
dihubungkan ke tiap-tiap keluaran decoder sehingga sinyal keluarnnya berlogika
0. Berikut ini diperlihatkan rangkaian dasar dari decoder yang berupa diagram
logic dari komponen IC 74LS247.

16
Gambar 2.11 Rangkaian Dasar Decoder
(Diambil Dari Data Sheet Book)
Setiap kombinasi pada masukan decoder akan mengaktifkan suatu terminal
keluarannya. IC 74LS247 merupakan IC Decoder BCD yang dihubungkan pada
seven segment Common Anoda dengan jalan kolektor terbuka (open collector).
Tegangan decoder ini sebesar +5 Vdc. Tabel kebenaran dari IC 74LS247 di
tunjukkan pada tabel 2.4 :
Tabel 2.3 Tabel Kebenaran IC 74LS247

Fungsi Masukan Keluaran


Tampilan
Desimal 8 4 2 1 a b c d e f g

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1

2 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 2

3 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 3

4 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 4

17
Tabel 2.3 Tabel Kebenaran IC 74LS247 (lanjutan)
5 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 5

6 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 6

7 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7

8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8

9 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 9

2.6 Motor Stepper


Motor stepper banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang biasanya cukup
menggunakan torsi yang kecil, seperti untuk penggerak piringan disket atau
piringan CD. Dalam hal kecepatan, kecepatan motor stepper cukup cepat jika
dibandingkan dengan motor DC. Motor stepper merupakan motor DC yang tidak
memiliki komutator. Pada umumnya motor stepper hanya mempunyai kumparan
pada statornya sedangkan pada bagian rotornya merupakan permanen magnet.
Dengan model motor seperti ini maka motor stepper dapat diatur posisinya pada
posisi tertentu dan/atau berputar ke arah yang diinginkan, searah jarum jam atau
sebaliknya.
Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan pemberian
data pada komutatornya. Semakin cepat data yang diberikan maka motor stepper
akan semakin cepat pula berputarnya. Pada kebanyakan motor stepper
kecepatannya dapat diatur dalam daerah frekuensi audio dan akan menghasilkan
putaran yang cukup cepat.
Motor stepper jenis Bipolar paling sering di temui pada Disk Driver 5,
Stepper ini memiliki 6 kabel konfigurasinya seperti pada gambar 2.13 :

18
Comm A

Coil 1 Coil 2
Coil 3 Coil 4

Comm B

Gambar 2.13 Konfigurasi motor stepper


Motor ini mempunyai step tiap 30 dan mempunyai dua buah lilitan yang
didistribusikan berseberangan 180 di antara kutub pada stator. Sedangkan pada
rotornya menggunakan magnet permanen yang berbentuk silinder dengan
mempunyai 6 buah kutub, 3 kutub selatan dan 3 buah kutub utara. Sehingga
dengan konstruksi seperti ini maka jika dibutuhkan ke presisian dari motor stepper
yang lebih tinggi dibutuhkan pula kutub-kutub pada stator dan rotor yang semakin
banyak pula. Pada gambar 3, motor tersebut akan bergerak setiap step sebesar 30
dengan 4 bit urutan data (terdapat dua buah lilitan dengan tap, total lilitan menjadi
4 lilitan), Seperti pada tabel 2.5 :
Tabel 2.4 Kerja Motor stepper
Arah Common Coil 1 Coil 2 Coil 3 Coil 4
Kanan I = Vcc 0 1 1 1
1 0 1 1

1 1 0 1
1 1 1 0
Kiri I = Vcc 1 1 1 0
1 1 0 1

1 0 1 1
0 1 1 1

Ketelitian dari magnet permanen di rotor dapat sampai 1,8 untuk tiap stepnya.
Ketika arus mengalir melalui tap tengah pada lilitan pertama akan menyebabkan
kutub pada stator bagian atas menjadi kutub utara sedangkan kutub stator pada

19
bagian bawah menjadi kutub selatan. Kondisi akan menyebabkan rotor mendapat
gaya tarik menuju kutub-kutub ini. Dan ketika arus yang melalui lilitan 1
dihentikan dan lilitan 2 diberi arus maka rotor akan mengerak lagi menuju kutub-
kutub berikutnya.

2.7 Motor DC
Motor DC adalah suatu alat yang merubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Kemudian energi mekanik digunakan sebagai tenaga penggerak. Prinsip
kerja motor DC berdasarkan gaya lorentz, yaitu jika sepotong kawat penghantar
dialiri arus listrik dan ditempatkan dalam medan magnet, maka akan timbul garis
garis gaya yang arahnya tegak lurus dengan arah arus, hal ini sesuai dengan
persamaan:
F = B . I. L ..................................................................................(II- 15)
Dimana : F = Gaya Lorentz
B = Kuat Medan Magnet
I = Kuat Arus pada kawat penghantar
L = Panjang kawat penghantar
Pada lilitan kawat berada didalam medan magnet. Lilitan kawat ini dapat dapat
berputar dengan bebas. Lilitan ini disebut lilitan jangkar. Lilitan jangkar diberikan
arah arus listrik yang berasal dari sumber E, lewat sikat sikat arang. Sikat sikat
arang ini terhubung dengan sebuah cincin yang terbelah dua yang disebut
kolektor. Tujuannya adalah agar lilitan dapat berputar apabila dialiri arus listrik.
Dalam kawat yang berada dikanan, arus akan selalu mengalir dari depan
kebelakang. Dalam kawat yang dikiri, arus akan selalu mengalir dari depan
kebelakang. Kawat tersebut secara bergantian dan arah arusnya bolak balik.
Pembalikan arah arus itu terjadi pada saat arah lilitan kawat melintas pada posisi
vertikal. Dengan demikian kolektor bekerja sebagai penyearah mekanik.
Arah arus magnet yang timbul adalah dari kiri ke kanan. Setelah berputar 180
derajat arah arus akan berbalik, namun pada saat itu pun penghantar kawat
bertukar tempat.

20
2.8 Mikrokontroller AT 89S52
Mikrokontroler AT89S52 termasuk dalam keluarga MCS-51 yang diproduksi
oleh perusahaan elektronika Atmel.
Program pengendali mikrokontroler disusun dari kumpulan instruksi, Pada
dasarnya program dijalankan intruksi demi intruksi, artinya selesai menjalankan
satu intruksi mikrokontroler langsung menjalankan intruksi berikutnya, untuk
keperluan ini mikrokontroler dilengkapi dengan Program Counter yang mengatur
pengambilan intruksi secara berurutan. Meskipun demikian, program yang
kerjanya hanya berurutan saja tidak banyak artinya, untuk keperluan ini
mikrokontroler dilengkapi dengan intruksi-intruksi untuk mengatur alur program.
Spesifikasi umum yang dimiliki oleh mikrokontroller AT89S52 adalah sebagai
berikut :
a. 8 Kbyte reprogrammable flash memory (Internal).
b. RAM internal 256 byte.
c. Tegangan kerja sebesar 4-5 Volt.
d. 4 buah programmable port I/O, masing-masing terdiri dari delapan buah jalur
I/O.
e. Penulisan program menggunakan ISP(in system programming)

2.8.1 Memory
Memori pada dasarnya untuk mengingat atau menyimpan suatu informasi,
pada mikrokontroler AT 89S52 memiliki dua tipe memori, yang pertama yaitu:
data memori yang berfungsi untuk menyimpan data. Dan yang kedua memori
program untuk menyimpan program atau intruksi-intruksi yang akan dijalankan
oleh IC mikrokontroler.pada program memori juga memiliki dua alternatif
memori yang dapat dipakai yaitu internal dan eksternal, Pembacaan memori
program eksternal dilakukan dengan mengeset pin EA pada logika 0 (low) dan
pembacaan memori program internal pin EA diset pada logika 1 (high).

Tabel 2.5 Kapasitas Memori mikrokontroller seri AT89x

21
Tipe RAM Flash Memory

AT89S8252 256 byte 8 Kbyte

AT89C51/AT89S51 128 byte 4 Kbyte

AT89C52/AT89S52 256 byte 8 Kbyte

AT89C55 256 byte 20 Kbyte

AT89S53 256 byte 12 Kbyte

AT89S52 memiliki RAM internal sebesar 256 byte yang dapat digunakan untuk
menampung data-data yang diperlukan dalam pemrograman. RAM internal terdiri
atas Register Banks dengan 8 buah regsiter (R0-R9). Selain itu terdapat juga
memori lain, yaitu Special Function Register (Register Fungsi Khusus) yang
hanya bisa diakses dengan pengalamatan langsung. Register fungsi khusus
terletak pada 256 byte bagian atas memori internal.
Special Function Register (Register Fungsi Khusus) memiliki beberapa fungsi
penting antara lain :
a. Akumulator(ACC) yang digunakan sebagai register untuk penyimpanan data
sementara, dalam program instruksinya mengacu sebagai regsiter A.
b. Register B, merupakan register yang berfungsi untuk melayani operasi
perkalian dan pembagian.
c. PSW (Program Status Word), terdiri dari beberapa bit status yang berkaitan
dengan kondisi di CPU saat itu. Keadaan akumulator akan dikondisikan
melalui flag register yang terdiri dari carry flag, auxilary carry flag, over flow
flag, dua bit pemilih bank register, sebuah bit flag, dan dua bit flag yang bisa
didefinisikan sendiri oleh user.
d. Stack Pointer (Register SP), merupakan register 8 bit yang digunakan dalam
proses proses simpan dan ambil dari/ke Stack. Walaupun register ini bisa
menempati lokasi dimana saja dalam RAM, register SP akan selalu
diinisialisasikan ke 07H setelah adanya reset.

22
2.8.2 Clock
Peran clock bagi mikrokontroler sangatlah penting, tanpa ada pulsa clock maka
mikrokontroler tidak akan dapat menjalan kan seluruh intruksi atau program yang
kita inginkan.pulsa clock sangat berperan penting dalam menentukan kecepatan
dan sinkronisasi kerja central prosesing unit mikrokontroler.ic mikrokontroler AT
89S52 mempunyai dua pin (XTAL1 dan XTAL2) yang dapat dihubungkan pada
rangkaian pembangkit pulsa. Rangkaian pembangkit pulsa hanya membutuhkan
dua kapasitor dan sebuah kristal (pembangkit frekuensi).pada AT89S52 kristal
yang digunkan dapat berkisar antara 0-33MHZ.

2.8.3 Fungsi- fungsi pin


Mikrokontroller AT89S52 memiliki 40 kaki, 32 kaki diantaranya adalah kaki
untuk keperluan Port paralel. Terdapat 4 port parallel dimana satu port parallel
terdiri dari 8 kaki (pin) port-port ini biasa dikenal sebagai Port 0, Port 1, Port 2
dan Port 3. gambar II.12 merupakan susunan kaki-kaki mikrokontroller AT89S52.

Gambar 2.13 Susunan kaki-kaki mikrokontroller AT89S52

Fungsi-fungsi kaki-kaki (pin) tersebut adalah :


a. Pin 1 sampai 8 (Port 1) berfungsi sebagai port I/O biasa.
b. Pin 9 (Reset) sebagai masukan reset dimana pulsa transisi dari rendah ke tinggi
yang diumpankan ke pin ini akan mereset AT89S52 kembali menjalankan
program awal.

23
c. Pin 10 sampai 17 (port 3), port parallel 8 bit dua arah yang memiliki fungsi
pengganti yang meliputi TXD (Transmit Data), RDX (Receive Data),
INT0(interrupt 0), INT1 (interrupt 1), T0 (timer 0), T1 (timer 1), WR (write),
RD (read). Apabila fungsi-fungsi pengganti tersebut tidak digunakan maka pin-
pin ini dapat digunakan sebagai port I/O biasa.
d. Pin 18 (XTAL 1), merupakan pin masukan ke rangkaian osilator internal.
e. Pin 19 (XTAL 2), merupakan pin masukan ke rangkaian osilator internal, pin
ini dipakai bila digunakan osilator kristal.
f. Pin 20 (ground) sebagai ground/pentanahan. Pin ini dihubungkan ke ground.
g. Pin 21 sampai 28 (Port 2), dapat digunakan sebagai port I/O biasa dan
digunakan untuk mengirim byte alamat bila digunakan untuk mengakses
memori eksternal.
h. Pin 29 ( PSEN ), merupakan pengontrol yang digunakan untuk mengakses
program memori eksternal.
i. Pin 30 ( ALE ) digunakan untuk menahan alamat memori eksternal selama
proses pengambilan data.
j. Pin 31 ( EA ). Bila pin ini diberi logika tinggi (1) maka mikrokontroller akan
melaksanakan instruksi dari ROM internal. Bila diberi logika rendah (0) maka
mikrokontroller akan melaksanakan instruksi dari memori program eksternal.
k. Pin 32 sampai 39 (Port 0), dapat digunakan untuk memultiplek alamat memori
dengan data pada waktu mengakses memori eksternal. 40 (Vcc),sebagai supply
tegangan yang dihubungkan ke Vcc (+5 Volt)

2.9 Penampilan Tujuh Segment


Seven segment adalah display yang terbentuk dari tujuh kelompok (segment)
LED yang diatur sedemikian rupa sehingga membentuk angka-angka desimal dari
0 sampai 9 dan karakter heksadesimal A hingga G. Adapun sifat-sifat yang
dimiliki dari seven segment adalah sebagai berikut:
a. Tanggapan terhadap perubahan logika cepat.
b. Akan menyala pada tegangan rendah yang sesuai dengan masukan yang telah
disesuaikan.
c. Dengan mengkombinasikan segment-segment tersebut kita akan dapat

24
membentuk digit desimal.
Beberapa macam indikator yang digunakan sebagai penampil yaitu :
a. Seven Segment Diode
b. Liquid Crystal Display
c. Nixie Tube
d. Matrix Dot
Misalkan, untuk membentuk angka 3 maka segment a, b, c, d, dan g akan
menyala. Format tampilan seven segment dapat kita lihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.6 Format Display Seven Segment

Digit Seven Segment Yang Aktif

0 a b c d e f

1 b c

2 a b d e g

3 a b c d g

4 b c f g

5 a c d f g

6 c d e f g

7 a b c

8 a b c d e f g

9 a b c d f g

Seven segment dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :


a. Common Anoda
b. Common Katoda
Namun pada perancangan ini penulis hanya menggunakan seven segment tipe
Common Anoda saja. Pada seven segment common anoda, anoda dari masing-
masing segment di gabungkan dan dihubungkan ke Vcc. Seven segment tipe
common anoda memerlukan rangkaian driver yang menyediakan taraf rendah

25
untuk menyalakan sebuah seven segment. Pada saat taraf rendah diberikan ke
masukan segment maka segment akan dibias maju. Arus akan mengalir dari Vcc
ke segment dan selanjutnya menuju ke taraf rendah yang disediakan rangkaian
driver. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.14 Seven Segment Common Anoda

2.10 Gerbang Logika


Gerbang logika (logika gate) merupakan dasar pembentuk sistem digital.
Gerbang logika beroperasi dalam bilangan biner. Tegangan yang digunakan dalam
gerbang logika adalah tinggi (high) dan rendah (low). Untuk tegangan tinggi
berarti biner 1, sedangkan tegangan rendah berarti biner 0.
Gerbang logika memiliki tiga gerbang dasar yaitu gerbang AND, Gerbang OR,
gerbang NOT, dan terdapat pula gabungan gerbang dasar. Penulis hanya
membahas tentang gerbang NOT.
2.10.1 Gerbang NOT
Gerbang NOT atau inverter adalah pembalik yang mempunyai satu masukan
dan satu keluaran. Jika masukan sebuah inverter berlogika 1 maka keluarannya
akan berlogika 0. Sebaliknya jika masukan berlogika 0 maka keluarannya akan
berlogika 1. Fungsi gerbang NOT dapat diilusrtasikan pada gambar 2.15:

26
Gambar 2.15 Rangkaian eqivalen gerbang NOT
A adalah saklar dan R adalah relay dengan kontaktor NC. Jika saklar
tertutup (on / logika 1), maka relay akan bekerja mengakibatkan lampu mati.
Sebaliknya jika saklar terbuka ( off / logika 0), maka relay tidak bekerja
mengakibatkan lampu menyala. Simbol dan tabel kebenaran gerbang NOT adalah
sebagai berikut:

5 6

NOT

Gambar 2.16 Simbol gerbang NOT

Ungkapan Booelan untuk fungsi NOT adalah:


Y =
Tabel 2.7 Kebenaran gerbang NOT
A Y
1 0
0 1

2.11 Relay
Relay adalah sebuah saklar elektrik yang terbuka dan tertutupnya dikendalikan
oleh rangkain listrik lain. Pada bentuk aslinya, relay terdiri dari Coil (lilitan) dan
kontaktor. Saklar digerakan oleh sebuah elektromagnet untuk dapat membuka dan
menutup kontaktor. Relay pertama kali ditemukan oleh Joseph Henry pada tahun
1835. Keunggulan dari relay adalah:
a. Mampu mengendalikan daya yang lebih besar dari pengendali relay tersebut

27
b. Antara pengendali dengan output relay terisolasi dengan baik.
Pada umumnya, relay memiliki 3 tipe kontaktor, yaitu:
a. Normally Open (NO). Adalah posisi kontaktor dimana pada saat relay tidak
aktif, kontaktornya dalam keadaan terbuka. Dan pada saat relay aktif, posisi
kontaktornya berubah menjadi tertutup.
b. Normally Close (NC). Adalah posisi kontaktor dimana pada saat relay tidak
aktif, kontaktornya dalam posisi tertutup. Dan pada saat relay aktif,
kontaktornya berubah posisi menjadi terbuka.
c. Change Over (CO). adalah kombinasi antara Normally Open (NO) dengan
Normally Close (NC) dengan satu (1) terminal Common.

Gambar 2.17 Bentuk Fisik Relay dan simbol relay

2.11.1 Prinsip kerja Relay


Ketika sebuah arus mengalir melalui lilitan/kumparan, inti kumparan akan
menjadi magnet karena pengaruh dari gaya gerak magnet yang terjadi pada
kumparan, sehingga kontaktor yang terbuat dari bahan logam magnetik akan
bergerak dan membuat kontaktor tersebut terhubung dengan kontaktor lain.
Ketika arus hilang dari kumparan, gaya gerak magnet juga hilang dan posisi
kontaktor kembali pada posisi semula. Posisi kontaktor diatur sedemikian rupa
sehingga medan magnet dapat membuat posisinya menjadi Normally Close dan
Normally Open.
Jika kumparan relay dioperasikan menggunakan arus DC, maka dibutuhkan
sebuah diode yang dipasang parallel dengan kumparan tersebut dengan posisi
reverse terhadap arus DC, ini dibutuhkan untuk menghilangkan arus balik yang
sangat tinggi (spike) saat relay berubah status dari aktif menjadi tidak aktif.

28
2.12 IC 74194 Sebagai Register Geser
U2
74LS194
CP D3
D2
S1 D1
S0 D0
DSR Q3
DSL Q2
Q1
MR Q0
Gambar 2.18 IC 74LS194

Register adalah kumpulan dari elemen-elemen memori flip-flop yang bekerja


sama sebagai suatu unit. Fungsi dari register adalah menyimpan data biner, jenis
lain dari register geser yaitu dapat mengubah data yang tersimpan dengan
menggeser bit-bitnya kekiri atau kekanan, yang biasa disebut dengan register
geser. Rangkaian dasar register ditunjukkan pada gambar 2.19

Gambar 2.19 (a) Rangkian Dasar Register Geser Kiri. (b) Rangkian Register Geser Kanan

Register geser ini disusun dengan merangkaikan flip-flop satu sama lain.
Data yang dimasukkan dapat digeser kekiri maupun kekanan. Data biner yang
dimasukkan dapat dipindahkan atau digeser kekiri atau kekanan.
Pergeseran register ini disusun sesuai dengan sinyal yang diberikan dari
pengendalinya. Jika pada pengendali right diberikan kondisi tinggi, maka register
akan bergeser kekanan. Dan jika pengendali left yang diberikan kondisi tinggi,
maka register akan bergeser kekiri, semua data dipindahkan kearah satu bit lebih
tinggi.

29
BAB 3
KEGIATAN PENELITIAN TERAPAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai perencanaan
alat pengisi obat cair. Dalam perencanaan ini penulis terlebih dahulu melakukan
perencanaan terhadap alat yang akan dibuat. Perencanaan tersebut meliputi
perencanaan dan pembuatan rangkaian elektronik,serta perencanaan dan
pembuatan mekanik.

3.1 Perencanaan Spesifikasi Teknis Alat


Berdasarkan alat yang akan dibuat diperlukan suatu perencanaan
spesifikasi teknis dari alat yang akan dibuat.
Spesifikasi Teknis :
Nama Alat : Pesawat Pengisi Obat Cair
Supply Tegangan AC : 220 Volt / 50 Hz
Supply Tegangan DC : +12 Volt dan +5 Volt
Fuse : 3 Ampere
Tombol Settingan Obat : 50ml,100ml,150ml,dan 200ml
Display : Settingan ml dan posisi botol
Panjang/Lebar/tinggi : 40cm/20cm/13cm
3.3.1 SOP Pengoperasian Alat :
1) Isilah obat cair pada wadah obat yang telah tersedia
2) Hubungkan kabel power ke jala-jala PLN
3) Tekan tombol power pada posisi ON
4) Tekan push botton ON/OFF
5) Motor Stepper bekerja sampai posisi botol terdeteksi oleh sensor botol
6) Tekan tombol Up untuk menaikkan pemilihan settingan 50ml, 100ml,
150ml dan 200ml
7) Tekan tombol Down untuk menurunkan pemilihan settingan 200ml,
150ml, 100ml dan 50ml

30
8) Setelah melakukan pemilihan settingan sesuai yang dibutuhkan, lalu tekan
tombol Next untuk melakukan pengisian
9) Setelah selesai melakukan pengisian obat sesuai dengan settingan obat
Cair, Tekan tombol Reset
10) Buzzer bunyi apabila obat yang tersedia pada wadah obat telah habis

31
3.2 Perencanaan Diagram Blok Alat Pengisi Obat Cair

Mikrokontroller Display
Sensor AT89s52
Posisi
botol
Penggerak
botol(motor
Stepper)
Sensor
Obat
Habis Motor
DC

Tombol
Setting
Alarm

Power Supply

Gambar 3.1 Blok Diagram Rangkaian

Gambar 3.1 memperlihatkan diagram blok rangkaian pengisi obat cair. Agar
mempermudah pengertian sistem secara keseluruhan maka penulis membagi
rangkaian menjadi beberapa blok rangkaian, masing masing blok rangkaian
akan dijelaskan sebagai berikut :

3.2.1 Blok mikrokontroller AT 89S52


Pada blok terdapat mikrokontroller AT 89S52 yang berfungsi sebagai sistem
pengendali utama dari semua proses kerja alat ini

32
3.2.2 Blok tombol setting
Blok rangkaian setting yang terdapat pada modul yang penulis buat adalah
hanya menggunakan push button merupakan rangkaian awal yang akan
memberikan sinyal yang berupa nilai data data sebagai acuan bagi sistem
pengendali utama dalam penentuan jumlah obat yang akan diisikan kedalam botol
botol yang telah disediakan sesuai dengan setingan.

3.2.3 Blok display


Merupakan rangkaian peraga berupa seven segment dan led indikator yang
dikendalikan langsung oleh CPU. Blok display ini berfungsi menampilkan data
data yang berasal dari CPU sehingga operator dapat dengan mudah mengamati
keadaan jumlah obat yang masuk ke botol.

3.2.4 Blok sensor


Blok sensor ini terdiri dari dua rangkaian sensor yang berfungsi sebagai
pendeteksi obat habis dan sebagai pendeteksi posisi botol agar tepat pada posisi
siap diisi oleh obat.

3.2.5 Blok motor DC


Blok Motor DC ini merupakan blok rangkaian yang kompleks karena pada blok
ini berfungsi sangat penting karena untuk memompa obat cair sehingga obat cair
akan tersalur kedalam botol obat sehingga obat akan masuk kedalam botol obat
dengan rapi tanpa tercecer kemana- mana

3.2.6 Blok motor stepper


Blok ini terdiri rangkaian motor yang berfungsi sebagai penggerak mekanik
botol,sehingga blok rangkaian ini sangat vital pada pesawat pengisi obat cair ini.

33
3.2.7 Blok alarm
Rangkaian ini merupakan pemberi peringatan secara audio yang akan menyala
pada saat penampung di tempat obat telah habis.

3.3 Perencanaan Prinsip Kerja Alat.


Pada pertama kali setelah menghubungkan saklar dengan PLN alat dihidupkan
dengan menekan saklar utama maka akan mengaktifkan CPU dengan tampilan
pada seven segment 1234 yang mengaktifkan LED indikator dan buzzer , setelah
itu motor steper aktif untuk mencari posisi agar botol tepat dibawah corong
jatuhnya obat dan sensor akan menghentikan botol yang dihentikan oleh CPU.
Tampilan display akan 50 ml.
CPU akan menampilkan mode setting obat dengan settingan yang diinginkan.
Disini operator sangat berperan untuk menentukan jumlah obat yang diinginkan
untuk mengisi kedalam botol dengan cara menekan Push Button Up. Setelah
operator selesai menentukan settingan obat yang diinginkan maka CPU akan
menunggu perintah selanjutnya yaitu operator harus menekan tombol next yang
menandakan bahwa motor bekerja dan menjatuhkan obat ke dalam botol.
Maka motor DC akan bekerja sebagai pompa yaitu dengan cara memompa
obat yang ada pada tempat obat sehingga obat bisa jatuh dan masuk kedalam botol
yang sudah tersedia dibawah dan siap menerima obat yang jatuh. Pada saat obat
jatuh maka sensor akan bekerja dan memberikan sinyal obat ke CPU ketika obat
melewati sensor maka secara otomatis pengisian obat dimulai dengan adanya
pengisian tersebut maka settingan yang telah ditentukan dan tertera di tampilan
display. Setelah obat habis maka CPU akan berhenti sejenak tetapi masih
menyimpan memory hingga menunggu obat selanjutnya, setelah obat diisikan
kembali maka CPU akan bekerja kembali sampai batas yang telah ditentukan
settingan obat yang telah disetting sebelumnya. pada saat didalam wadah
penampung obat telah habis tetapi pengisian belum selesai maka CPU akan
mengaktifkan buzzer, dan buzzer akan bunyi selama obat belum ditambahkan
kedalam penampungnya, tetapi setelah obat ditambahkan maka buzzer akan
secara otomatis mati. Setelah selesai mengisi botol pertama dan pengisian botol
pertama selesai maka CPU akan bekerja mengaktifkan motor DC yaitu aktifnya

34
motor DC kerjanya shutter agar obat selanjutnya masuk ketempat yang telah
tersedia. Pada saat itu juga motor steper akan bekerja menggerakkan posisi botol
sampai mengenai pada posisi yang tepat setelah tepat pada posisinya maka CPU
akan bekerja dengan mengaktifkan sensor botol sehingga pada saat yang telah
tepat di tengah- tengah sensor maka stepper akan berhenti dan selanjutnya motor
DC akan bekerja kembali dan shutter akan membuka kembali sehingga pengisian
obat dilanjutkan kembali dan display akan bekerja kembali sampai tepat dengan
display setting yang telah ditentukan.
Setelah semua proses pengisian telah selesai kemudian CPU akan
mengaktifkan buzzer yang berarti pengisian telah selesai. Kemudian CPU akan
menginisiasi register register yang digunakan dalam proses pengisian Setelah itu
alat dapat digunakan kembali dalam pengisian selanjutnya.

3.4 Karakteristik Motor DC


Motor DC sebagai Pompa yang digunakan pada alat pengisian obat ini
menggunakan pompa wiver mobil dengan tegangan 12 V.

3.4.1 Hasil uji coba motor DC


Tabel 3.1 kerja motor DC
Setting Volume (ml) Hasil Sebenarnya (ml)
50 mililiter 48 mililiter
100 mililiter 97 mililiter
150 mililiter 147 mililiter
200 mililiter 197 mililiter

35
3.5 Perencanaan Perangkat Keras
Setelah mengetahui cara kerja pesawat secara diagram blok maka rangkaian
dalam setiap blok haruslah direncanakan satu persatu telebih dahulu pembuatan
pesawat pengisi obat cair.

3.5.1 Perencanaan rangkaian kontrol ( Mikrokontroller) dan


realisasi
Sistem pengendali atau pengontrol utama pada modul yang penulis buat
menggunakan single chip mikrokomputer buatan ATMEL atau yang biasa disebut
dengan mikrokontroler, yaitu tipe AT89s52 dan mempunyai spesifikasi :

a. Kompatibel dengan produk mikrokontroler MCS-51 lainnya.


b. Tahan hingga 1000 kali pengisian program melalui ISP (In System
Programming).
c. Beroperasi antara 4 5,5 Volt.
d. Frekwensi kristal antara 0 33 Mhz.
e. 256x8 bit Internal RAM
f. 32 Jalur Input/Output
g. Tiga buah timer/counter 16 bit
h. Delapan sumber interrupt.
i. Memiliki dua buah Data Pointer
CPU merupakan pemegang peranan yang sangat penting karena akan
mengendalikan jalannya keseluruhan proses kerja dan sistem kerja alat. Sumber
kerja yang digunakan oleh kontroller ini berasal dari kristal 12 MHz. Dalam
aplikasinya CPU akan mendapat sinyal sinyal masukan dan sinyal sinyal
keluaran pada port portnya.
CPU akan mengeluarkan sinyal untuk mengendalikan sinyal untuk
mengendalikan rangkaian display, motor dan alarm. Untuk mengendalikan
rangkaian rangkaian display dikeluarkan pada ( port 0.0 0.7). Pada ( port 3.5)
merupakan pengendali motor DC, dan ( port 3.7) merupakan pengendali alarm.
Sedangkan pada inputan atau masukan pada rangkaian mikrokontroller ini antara

36
lain rangkaian sensor, setting. Pada port yang digunakan yaitu untuk rangkaian
sensor kita menggunakan 2 port yitu pada ( port 3.1 ) merupakan masukan dari
rangkaian pengendali sensor botol, pada ( port 3.0 ) merupakan pengendali
rangkaian sensor obat habis, pada port settingan digunakan 3 port ( port 1.0 1.2).

5V

J1

AT89S52
P1.0 P0.0 BCD to 7segment
Tombol Setting P1.1 P0.1
P1.2 P0.3
ke LED P1.3 P0.2 DISPLAY
P1.4 P0.4 BCD to Desimal
P1.5 P0.5
P1.6 P0.6
P1.7 P0.7
Sensor Obat
P3.0 P2.7
P3.1 P2.6 stepper
Sensor Botol
P3.2 P2.5
P3.3 P2.4
P3.4 P2.3
Buzzer P3.5 P2.2
P3.6 P2.1
P3.7 P2.0
5V RST

12MHz RST EA/VPP


XTAL1 ALE/PROG
XTAL2 PSEN
+

C5 33pF GND VCC


10uF

R4
10k

Gambar 3. 2 Rangkaian Mikrokontroller AT 89s52

Adapun keluaran dari IC mikrokontroller AT89s52 adalah sebagai berikut :


a. Port 0.0 port 0.7 adalah untuk keluaran IC BCD to Dekoder Dan BCD to
Seven Segment.( Untuk display menggunakan 8 Port)
b. Port 1.0 Port 1.3 untuk ke tombol setting ( Untuk tombol setting
menggunakan 3 Port)
c. Port 1.5 Port 1.7 adalah untuk mengisi data kedalam IC mikrokontroller
melalui ISP.(hanya dipakai 3 Port)
d. Port 1.3 untuk Indikator Led ( Untuk Led indicator menggunakan 1 Port)

37
e. Port 3.0 Port 3.1 untuk rangkaian sensor (Untuk sensor hanya menggunakan
2 Port)
f. Port 3.5 untuk ke motor DC ( Hanya menggunakan1 Port untuk Motor DC)
g. Port 3.7 untuk ke buzzer (Untuk Buzzer hanya memakai 1 Port)

3.5.2 Perencanaan rangkaian indikator Led

Display indikator Led dirancang untuk menampilkan secara visual mode-mode


yang akan dioperasikan oleh operator dimana pada saat tombol start
ditekan,proses pengisian selesai dan obat habis. Untuk rangkaiannya sebagai
berikut :
5V

R5
1k

D2
LED0

P1.3

Gambar 3.3 Rangkaian Indikator Led

3.5.3 Perencanaan rangkaian buzzer

Display Buzer dirancang untuk menampilkan secara visual mode mode yang
akan diopersikan oleh operator,pada saat indikator start ditekan, serta alarm yang
aktif saat terjadi obat habis dan pada saat botol sudah terisi cairan sesuai settingan.
Untuk rangkaiannya adalah sebagai berikut :
5V

10k
Q1
PNP P3.7
1k

+ -
BZR

Gambar 3. 4 Rangkaian Buzzer

38
3.5.4 Rangkaian penggerak motor steper
Motor stepper penulis gunakan karena supaya mudah dalam pengaturan
putaran motor sehingga mekanik penyalur obat dari satu botol ke botol lain.
Motor stepper akan berhenti tepat pada saat tidak ada pemberian pulsa lagi,
sehingga tidak ada gerak gerak putar lebih yang akan mengakibatkan botol tidak
tepat pada posisinya.oleh karena sinyal keluaran dari CPU tidak dapat
menyediakan arus dan tegangan yang cukup yang dibutuhkan motor stepper,
untuk itu penulis menggunakan perantara dengan menggunakan 8 transistor.
motor stepper yang digunakan pada modul yang dibuat adalah motor stepper 4 bit
sehingga memerlukandua buah sumber pulsa yang berasal dari tiga buah port.

5V
+V
330

U1 V3
12V
74LS194 +V
CP D3 D313 M1
D2
S1 D1 1
BC550 A
BC550 S0 D0 2
DSR Q3 D313
DSL Q2
Q1 3
MR Q0 B
BC550 4
BC 550
D313
Q8
BC550

J1 GND Q2
D313
BC550
12V
5V

Gambar 3. 5 Rangkaian Penggerak Motor Stepper

3.5.5 Motor DC
Disini penulis menggunakan Motor DC untuk memudahkan penyaluran cairan
menuju botol obat yang telah tersedia sehingga cairan bisa masuk kedalam botol
dengan sempurna, penulis memberikan input tegangan pada motor DC ini adalah

39
12V karena Motor DC ini hanya bisa dijalankan menggunakan tegangan 12V
karena spesifikasi motor DC ini menggunakan 12V.
+12V

RLY M2
NO
NC

Q13
P3.5 NPN

Gambar 3. 6 Rangkaian Motor DC

3.5.6 Perencanaan rangkaian sensor


Pada modul pesawat pengisi obat ini penulis merencanakan dua buah sensor
yaitu sensor obat dan sensor botol dimana kedua buah sensor itu akan memiliki
tugas yang hampir sama.

3.5.6.1 Rangkaian sensor obat habis


Rangkaian sensor obat ini direncanakan untuk mengetahui persediaan obat
yang tersedia pada botol penampung sehingga operator akan mengetahui bahwa
persediaan obat pada botol cadangan masih ada atau sudah habis, jika pada botol
penampung obat telah habis maka operator harus segera mengisi obat ke botol
penampung tersebut.

Tabel 3. 2 Rencana Output Sensor Obat Habis


Kondisi Obat Output

Mendeteksi 0

Tidak Mendeteksi 1

40
5V

R11
1k
R12 Sensor Obat Habis
100k

P3.0

Gambar 3. 7 Rangkaian Sensor Obat habis

3.5.6.2 Sensor botol


Sensor botol pada modul ini direncanakan untuk mencari posisi botol yang
tepat dengan memberikan sinyal aktif low ke CPU. Rangkaian sensor botol
hampir mirip dengan rangkaian sensor obat habis dengan menggunakan sensor
cahaya phototransistor. Sensor phototransistor mendeteksi adanya posisi botol,
maka phototransistor dalam keadaan (ON), phototransistor dalam keadaan cutoff
(OFF), jika belum menerima adanya posisi botol. Sinyal keluaran dari bagian
kolektor akan inverter agar dapat menghasilkan pulsa low kemudian diinputkan ke
CPU.

Tabel 3. 3 Rencana Output Sensor Botol


Kondisi Obat Output

Mendeteksi 0

Tidak Mendeteksi 1

41
5V

R11
1k
R12 Sensor Botol
100k

P3.1

Gambar 3. 8 Rangkaian sensor posisi botol

3.5.7 Perencanaan rangkaian display


Pada rangkaian display angka desimal dirancang agar dapat menampilkan dua
buah mode tampilan, yaitu tiga digit untuk tampilan jumlah settingan ( 050- 200).
dan satu digit untuk tampilan posisi botol (1-4).
Agar menghemat penggunaan port keluaran dari CPU, maka penulis
menggunakan sistem multipleks port parallel (scanning display) dengan dibantu
oleh IC TTL berupa dekoder yang akan merubah sinyal BCD menjadi bilangan
desimal diaplikasikan pada seven segment dan transistor PNP sebagai saklar
untuk menyalakan seven segment secara bergantian. Untuk mengaktifkan empat
buah transistor yang berjenis PNP tersebut, maka penulis akan menggunakan IC
74LS42 yang nantinya akan mendapatkan sinyal dari CPU sehingga akan
mengaktifkan seven segment secara bergantian. Seven segment akan aktif dan
mati secara bergantian, tetapi karena frekuensi aktif dan matinya seven segment
sangat tinggi maka perbedaannya tidak terlihat oleh mata langsung.
Tabel 3.4 Rencana Output Display Angka Desimal
Masukan
Output Dari IC
Keluaran Keterangan
(P0.4-P0.7) 74LS42
A B C D
(00) 0 1 1 1 7 segmen digit 3 Data Puluhan Botol
(01) 1 0 1 1 7 segment digit2 Data Satuan Botol
(10) 1 1 0 1 7 segmen digit 1 Data Puluhan Obat
(11) 1 1 1 0 7 segment digit 0 Data Puluhan Obat

42
Sinyal BCD yang berasal dari port (0.0 0.3 ) akan dirubah oleh decoder
74LS42 menjadi bilangan desimal pada tampilan seven segment, sedangkan
output dari (port 0.4 0.7) akan diinputkan ke IC 74LS42 sebagai pengkodean
atau demultiplekser yang akan mengendalikan hidup atau matinya setiap digit
seven segment secara bergantian.

5V

5V BC640
5V 5V
BC640

BC640 BC640
U10
1k V+ V+ V+
A0 0 V+
A1 1
A2 2 DISP1
A3 3
4
5 abcdefg. abcdefg. abcdefg.
abcdefg.
6
7 1k
8
9
74LS42
P0.0

R13
RBO 1k

a
b
c
d
e
f
g
74LS247
P0.7
U11
RBI
LT

A0
A1
A2
A3

Gambar 3.9 rangkaian display

43
3.5.8 Flow chart

START

INISIALISASI

TAMPILKAN DISPLAY 1234

B AKTIFKAN MOTOR STEPER

TIDAK
DETEKSI SENSOR
BOTOL = LOW ?

YA

STEPER OFF

DETEKSI TOMBOL

YA TIDAK
TIDAK
UP = LOW? DOWN = LOW?

YA YA

NAIKAN NILAI KURANGI NILAI


VOLUME VOLUME

SIMPAN
DIREGISTER

UPDATE
DISPLAY

TIDAK
TOMBOL
START= LOW?

YA

44
A

R5= NILAI VOLUME / KONSTANTA FLOW

INISIALISASI TIMER 0

ISI NILAI TIMER DENGAN DATA


PADA R5

AKTIFKAN PUMP

TIDAK
TIMER HABIS ?

YA

MATIKAN PUMP

3.5.8.1 Penjelasan flow chart


a. Start : awal sebelum program bekerja.
b. Inisialisasi : persiapan awal.
c. Tampilkan Display : menampilkan angka desimal pada sevent segment.
d. Aktifkan motor steper : motor steper bekerja.
e. Deteksi sensor botol : jika botol tepat pada titik sensor maka sensor tertutup
sehingga sensor low, jika tidak maka akan kembali mengaktifkan motor steper
dan sampai menemukan titik obat
f. Apabila ya maka steper akan berhenti.
g. Jika tepat dan steper berhenti maka botol terdeteksi.
h. Selanjutnya, settingan tombol yang mendapatkan perintah.
i. Jika tombol up atau tombol down tidak ditekan maka sensor akan terus
mendeteksi botol yang telah tepat pada sensor.
j. Jika up ditekan maka nilai akan bertambah, tetapi jika down ditekan maka nilai
akan berkurang.

45
k. Dan nilai dari salah satu tombol yang ditekan akan disimpan diregister.
l. Setelah data telah tersimpan diregister maka selanjutnya akan mengupdate
display.
m. Setelah display menampilkan angka yang telah kita setting maka tombol start
menanyakan, jika tidak ditekan maka perintah akan mengembalikan ke
pendeteksian tombol, tetapi jika tombol start ditekan maka akan menghitung
hasil dari pembagian nilai volume yang telah disetting dan nilai konstanta flow.
n. Inisialisasi timer 0 : persiapan awal untuk timer 0.
o. Isi nilai timer dengan data pada nilai R5. R5 adalah hasil dari pembagian nilai
volume dengan konstanta flow.
p. Setelah R5 telah terisi maka pompa akan bekeja.
q. Timer habis atau belum, jika belum maka akan mengembalikan perintah ke
Motor DC agar terus memompa cairan sampai waktu selesai, jika timer telah
selesai maka Motor DC akan mati dan kembali mengaktifkan motor steper.

46
BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

Pada suatu alat perlu dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang dibuat
dapat berfungsi sesuai yang telah direncanakan. Sebelum melakukan pengujian,
penulis terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam melakukan uji fungsi, alat dan bahan tersebuat antara lain adalah:

4.1 Persiapan Alat Dan Bahan


Sebelum pembuatan modul yang akan dijadikan sebagai bahan pendataan pada
penulisan karya tulis ilmiah ini, terlebih dahulu dipersiapkan bahan- bahan dan
alat- alat yang diperlukan.
Selain dari itu juga penulis mempelajari buku- buku dari study pustaka yang
berhubungan dengan rangkaian yang akan dijadikan modul, mempelajari
rangkaian dan pembahasannya serta pembuatan layout rangkaian pesawat pengisi
obat dan menentukan titik pengukurannya untuk mempermudah pendataan.
Alat dan perlengkapan yang dipakai dalam rangkaian pengisi obat ini adalah
sebagai berikut:
Power Suply
Seperangkat modul pesawat pengisi obat cair.
Tool set.
Multimeter

4.2 Metode Pendataan


Setelah semua persiapan alat dan bahan telah siap, kemudian modul telah
selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah menentukan Test Poin (TP) pada
modul dengan tujuan mempermudah penganalisaan. Adapun TP tersebut adalah
sebagai berikut:

47
4.2.1 TP1
Menguji keluaran rangkaian display mulai dari keluaran sinyal dari
mikrokontroller IC mikro AT89s52 sampai keluaran decoder dari IC 7442 dan IC
74247.

4.2.2 TP2
Pada Test Point kedua ini penulis ingin mengetahui sinyal keluaran dari sensor
botol, pada saat botol tepat keposisi dan pada saat botol belum menyentuh sensor
pada port 3.1, sehingga penulis akan mengetahui sinyal keluarannya high atau low
yaitu 1 atau 0.

4.2.3 TP3
Pada Test Point ini penulis menguji pada titik keluaran dari IC mikro pada port
3.5 sinyal keluaran motor DC pada saat kerja dan pada tombol setting kemudian
membandingkan jumlah volume yang telah disetting dan membandingkan hasil
settingan tesebut dengan gelas ukur.

4.3 Proses pengujian


Dikarenakan pada alat yang penulis buat menggunakan dua pilihan yaitu:
menggunakan otomatis dan manual(unlimitid) maka penulis melakukan dua kali
proses pengujian. dalam proses pengukuran waktu yang menggunakan seting
timer penulis menggunakan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pastikan pesawat sudah mendapatkan tegangan PLN (cek kabel )
b. Menekan tombol power untuk mengaktifkan pesawat dari tegangan PLN.
c. Menekan tombol On untuk mengaktifkan pesawat
d. Menekan tombol seting volume (tombol UP untuk menaikkan settingan dan
tombol DOWN untuk menurunkan settingan obat) .
e. Tekan tombol Next untuk pengisian obat.
f. Bandingkan settingan dengan gelas ukur.

48
4.4 Hasil Dari Uji Fungsi
Pada poin ini penulis akan mencoba menjelaskan dan mencatat hasil- hasil dan
nilai nilai yang telah diujicobakan sehingga penulis akan tahu tingkat keakurasian
dan nilai-nilai yang tertera pada praktek dan teori sehingga akan terlihat
kerancuan dan tingkat keakurasian dari alat yang penulis buat.

4.4.1 Menghitung tingkat keakurasian


Hasil dari pengujian perbandingan antara volume yang ditentukan untuk
mengisi ke dalam botol dengan gelas ukur, dimana hasil pengujian dapat dilihat
pada tabel 4.1
Tabel 4.1Perbandingan volume yang ditentukan dengan gelas ukur

SETTING PENGUKURAN KE : Rata-


NO
VOLUME 1 2 3 rata
1 50 mililiter 50 mililiter 50 mililiter 50 mililiter 50%
2 100 mililiter 95 mililiter 98 mililiter 99 mililiter 97%
3 150 mililiter 130 mililiter 148 mililiter 148 mililter 142%
4 200 mililiter 175 mililiter 185 mililiter 185 mililiter 182%

Dari tabel diatas dapat dihitung persentase keakurasian dari setiap pengujian
per 50 ml yaitu:
Persentase Keakurasian :
volume yang diukur(rata - rata)
keakurasian = x100%
settingan volume
settingan 50 ml yaitu:
50
x100%
keakurasian = 50
= 100%
settingan 100 ml, yaitu:
97
keakurasian = x100% = 97%
100

49
settingan 150ml, yaitu :
142
keakurasian = x100% = 95%
150

settingan 200ml, yaitu :


182
keakurasian = x100% = 91%
200

Jadi rata- rata tingkat keakurasiannya adalah :

100 + 97 + 95 + 91
= 96%
4

Kesimpulannya :

Pompa yang saya gunakan kurang stabil sehingga volume yang


dihasilkan kurang tepat sesuai dengan settingan.

4.4.2 Test poin 1 truth table display (metode scaning)

Tabel 4. 2 Display Volume angka 50 ml


DISPLAY PORT 0 DEKODER 74247 DEKODER 7442
D C B A D C B A
050 30 H 0 0 0 0 0 0 1 1

050 25 H 0 1 0 1 0 0 1 0
050 10 H 0 0 0 0 0 0 0 1

Tabel 4. 3 Display Volume angka 100 ml


DISPLAY PORT 0 DEKODER 74247 DEKODER 7442
D C B A D C B A
100 31 H 0 0 0 1 0 0 1 1

100 20 H 0 0 0 0 0 0 1 0
100 10 H 0 0 0 0 0 0 0 1

50
Tabel 4. 4 Display Volume angka 150 ml
DISPLAY PORT 0 DEKODER 74247 DEKODER 7442
D C B A D C B A
150 31 H 0 0 0 1 0 0 1 1

150 25 H 0 1 0 1 0 0 1 0
150 10 H 0 0 0 0 0 0 0 1

Tabel 4. 5 Display Volume angka 200 ml


DISPLAY PORT 0 DEKODER 74247 DEKODER 7442
D C B A D C B A
200 32 H 0 0 1 0 0 0 1 1

200 20 H 0 0 0 0 0 0 1 0
200 10 H 0 0 0 0 0 0 0 1

4.4.3 Test point 2 ( TP2)


Tabel 4.6 Sensor botol
Posisi Port 3.1
Botol Bergerak 1 ( High)
Botol tepat 0 ( low)
pada posisi

51
4.4.4 Test point 3
Tabel 4.7 Motor DC
Settingan dan Kondisi Port 3.5 Relay Motor DC
Motor DC
Motor Dc tdk aktif 0 (low) Off Off = 0V
Motor DC 50 ml 1 (High) On On=12 V
Motor DC 100 ml 1 (High) On On=12 V
Motor DC 150 ml 1 (High) On On=12 V
Motor DC 200 ml 1 (High) On On=12 V

52
BAB 5
KESIMPULAN

Proses dalam pembuatan modul Alat pengisi obat cair, mulai dari tahap studi
pustaka, studi lapangan dan dilanjutkan dengan proses pembuatan alat yang
meliputi tahap perencanaan hardware dan software yang dikontrol mikrokontroller
AT89S52, serta melakukan pengujian dan analisa, maka didapat beberapa
kesimpulan.

Setelah melalui berbagai proses dalam pembuatan modul alat pengisi obat
cair, penulis menemukan berbagai kendala yang memungkinkan ketidak
optimalan fungsi pesawat, seperti sedikit buku buku panduan, kurangnya
informasi terakhir tentang teknologi pesawat pengisi obat cair dan lain
sebagainya.
Kesimpulan yang dapat penulis tarik dari hasil pengujian pada semua bagian
pesawat kemudian membandingkannya dengan kerja alat yang diinginkan sesuai
pada bagian perencanaan adalah :
a. Alat dapat bekerja mengisi obat dan menampilkan di display sesuai dengan
settingan obat antara 50-200 ml dan seluruh rangkaian display, alarm, LED
indikator dan rangkaian lainnya yang berada pada satu kesatuan modul ini
berfungsi sesuai dengan yang kita harapkan dalam perencanaan.
b. Alat pengisi obat cair dengan menggunakan mikrokontroller lebih efisisen
dalam pembuatannya dan mudah dalam pengaplikasiannya dikarenakan
sebagian besar dari proses kerja alat ini dikendalikan oleh single chip
mikrokontroller.
c. Sistem mekanik yang baik dan efisien mutlak diperlukan demi kesempurnaan
alat ini sehingga dapat mengeluarkan obat secara teratur yang pada akhirnya
akan mendapatkan tingkat keakurasian yang tinggi.
d. Secara umum modul alat pengisi obat cair yang telah dibuat berfungsi
sesuai dengan yang direncanakan dan dapat bekerja dengan baik.

53
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Richard, Dipl, Phys.Dasar Elektronika. Andi. Yogyakarta, 2003


Mismail, Budiono. Dasar Dasar Rangkaian Logika Digital. ITB, Bandung,
1998.
Rijono, Yon, Drs. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Andi , Yogyakarta, 1997.
Wasito S. Vademekum Elektronika. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2004.
http://en.wikipedia.org/Motor DC
http://en.wikipedia.org/Motor stepper
http://www.manufacturers.com.tw/showroom

54
L A M P I R A N

55

Anda mungkin juga menyukai