Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL TERAPI HIPEROSMOLAR PADA CEDERA OTAK

TRAUMATIKA

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Matah Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Ns, Priyanto M. Kep.,Sp .Kep. MB

Disusun oleh :

Thalia Florencia Da C. Cabral (010115A127)

PROGRAMA STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Jl. Gedongsongo, Candirejo, Ungaran Kab. Semarang 50513

2017
ANALISIS JURNAL

1. Judul Jurnal
Terapi Hiperosmolar pada Cedera Otak Traumatika
2. Identitas Jurnal
Departemen Anestesiologi & Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran–RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung, **)Departemen Anestesiologi &
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada–RSUP Dr. Sardjito-
Yogyakarta, ***)Departemen Anestesiologi & Reanimasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga–RSUD. Dr. Soetomo-Surabaya.
3. Pembahasan
Hipertensi intrakranial dan edema serebral adalah manifestasi utama cedera otak
berat yang dapat diakibatkan bermacam sebab termasuk trauma kepala, stroke
iskemik, perdarahan intraserebral, perdarahan subarahnoid akibat pecahnya
aneurisma, infeksi, dan neoplasma.
Hal terpenting dari pegobatan medis termasuk mengontrol ventilasi, osmoterapi,
mempertahankan homeostasis otak, fungsi tubuh, dan sedasi. Osmoterapi adalah
faktor penting pada penatalaksanaan trauma.
1) Berdasarkan Berbagai Penelitian mengenai Perbandingan Efek Pemberian
Manitol dengan NaCl Hipertonik pada Peningkatan Tekanan Intrakranial
Akibat Cedera Kepala.
Skor GOS lebih baik pada kelompok NaCl hipertonis Francony dkk.
2009 RCT 20 Tidak spesifik Harutjunyan dkk. 2005 RCT 32 Angka survival
59%., pada kelompok NaCl hipertonik, 40% pada kelompok manitol Vialet
dkk. 2003 RCT 20 Tidak terdapat perbedaan tingkat mortalitas merupakan
perkembangan status neurologis pada hari ke-90 Yildizdas dkk. 2006
Retrospektif, crossover 67 Tingkat mortalitas dan durasi periode koma lebih
rendah pada kelompok NaCl hipertonik dibanding kelompok manitol
2) Kesimpulan
Manitol dan NaCl hipertonik sebagai obat terapi hiperosmolar dalam
penatalaksanaan pasien trauma kepala masih menjadi pilihan. Namun dalam
penelitian RCT menunjukkan bahwa pemberian NaCl hipertonik lebih efektif
dalam menurunkan tekanan intrakranial
ANALISIS SINTESA

1. Diagnosa Medis
a) Cidera Otak ( Ringan, Sedang, Berat )
2. Tindakan Keperawatan
a) Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
b) Stabilisasi Sistem Kardiorespirasi ( Airway, Breathing, Circulation )
c) Berikan oksigenasi
d) Awasi Tekanan Darah
e) Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
f) Atasi shcok
g) Awasi kemunginan munculnya kejang
h) Survey sekunder (pemeriksaan status general terdiri dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik seluruh organ)
i) Pemeriksaan neurologis
3. Dasar Patologis
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan
gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan
permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala
primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi
dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari
cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural
hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura
hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan
subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam
jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi
karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi
jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).

Anda mungkin juga menyukai