Anda di halaman 1dari 5

Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan untuk mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan
menggunakan KOH dan NaOH serta mempelajari perbedaan sifat sabun dan deterjen. Sabun
adalah garam logam alkali dari asam-asam lemak , pada percobaan alkali yang dimaksud adalah
kalium (K) dan natrium (Na). Pada percobaan ini sabun kalium yang diperoleh berwujud cair,
dengan warna larutan kuning dan berbau menyengat.hasil dari percobaan ini sesuai dengan teori
bahwa sabun kalium bersifat lunak dan cair, serta mudah larut dalam air. Sedangkan warna
orange atau kuning yang terbentuk diperoleh karena kalium direaksikan dengan minyak kelapa
yang berwarna orange. Untuk percobaan pembuatan sabun natrium diperoleh hasil sabun natrium
berwujud padat, berwarna putih, dan tidak berbau menyengat. Hasil dari percobaan ini juga
sesuai dengan teori yang ada. Reaksi pembentukan sabun natrium dan kalium dapat dituliskan
sebagai berikut :
Pembentukan sabun natrium :
Dari reaksi-reaksi diatas dapat diketahui bahwa sabun mengandung terutama C16 dan C18,
namun dapat juga mengadung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah yang
dihasilkan dari reaksi suatu minyak atau lemak dengan alkali. Didalam percobaan ini, natrium
dan kalium yang menghasilkan gliserol dan sabun natrium atau sabun sabun kalium sebagai
produk utama. Dalam proses pembuatan sabun kalium dan natrium, diberi penambahan zat
yaitu KOH atau etanol 10%, NaCl dan aquades. Penambahan KOH dan dipanaskan serta sambil
diaduk. Fungsi dari KOH ini sebagai pelarut yang semakin lama semakin habis menguap, karena
titik didih etanol/KOH yang lebih rendah daripada minyak. Pemanasan dilakukan untuk
mempercepat reaksi, dengan kenaikan suhu maka energi kinetik akan semakin cepat sehingga
reaksi berlangsung lebih cepat. Setelah itu akan terbentuk sabun kalium. Hasil kesempuranaan
saponifikasi dapat dites dengan meneteskan hasil reaksi ke air biasa, jika semakin sedikit atau
tidak ada tetesan lemak didalam air, maka reaksi saponifikasi berlangsung sempurna. Pada saat
pemanasan diberi perlakuan pengadukan, hal ini bertujuan untuk pembentukan sabun yang
terbentuk terjadi secara sempurna homogen. Sabun kalium yang terbentuk, dibagi menjadi dua
dan salah satu hasilnya digunakan untuk pembuatan sabun natrium. Pembuatan sabun natrium
diberi penambahan NaCl jenuh dengan tujuan untuk memisahkan sabun dari produk sampingan
dari reaksi sebelumnya yaitu gliserol. Setelah itu akan terbentuk padatan setelah dilakukan
penyaringan menggunakan tissue. Padatan yang terbentuk ini merupakan sabun natrium.
Pada proses pembuatan sabun kalium, ke dalam 3 mL minyak dimasukkan KOH/Etanol 10%.
Penambahan Etanol disini berfungsi sebagai pelarut yang semakin lama semakin habis karena
menguap. Etanol dapat menguap dikarenakan etanol memiliki titik didih yang lebih rendah
daripada minyak, sehingga ketika dipanaskan memungkinkan Etanol akan menguap.
Ketika campuran minyak dan Etanol dipanaskan, maka akan terjadi kenaikan suhu di mana akan
mempercepat laju reaksi dikarenakan pemanasan akan membuat energi kinetic semakin cepat
sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Proses saponifikasi dikatakan telah berlangsung sempurna dengan cara menguji larutan ke
dalam air. Apabila ketika beberapa sampel larutan dimasukkan ke dalam air dan tidak terdapat
minyak/lemak pada air itu berarti saponifikasi telah berhasil. Hasil dari saponifikasi tersebut
berupa cairan kental berwarna kuning keputihan dan berbau menyengat. Hasil tersebut
kemudian ditambah aquades sehingga kini terbentuk sabun kalium yang memiliki wujud cair
kental.
Sedangkan dalam pembuatan sabun natrium, sebagian sabun kalium yang dihasilkan
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Penambahan larutan NaCl jenuh bertujuan untuk memisahkan
sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya, yaitu gliserol. Setelah itu dari proses
penyaringan campuran larutan tadi akan terbentuk sabun natrium yang memiliki wujud padat
dan berwarna putih.
Pada percobaan kedua yaitu analisis asam lemak dari sabun, sabun kalium diberi tambahan
larutan HCl pengasaman beberapa tetes. Penambahan larutan HCl pengasaman ini bertujuan
untuk membentuk suasana asam pada larutan. Keasaman larutan dapat diukur dengan
menggunakan kertas lakmus merah (kalau warna kertas lakmus merah tidak berubah (tetap
merah) berarti larutan sudah menjadi asam). Proses serupa juga dilakukan pada sabun natrium.
Perlakuan larutan sabun dengan HCl pengasaman akan menghasilkan campuran asam lemak

Pada percobaan analisis asam lemak dari sabun, padatan sabun kalium dan sabun natrium diuji kelarutannya dalam
aseton. Setelah ditambahkan aseton 2 ml ditambahkan HCl dengan tujuan memberikan suasana asam pada larutan
dimana keasaman diukur dengan menggunakan kertas lakmus. Reaksi sabun kalium dengan HCl adalah sebagai
berikut:

K + HCl KCl
Dan reaksi antara sabun natrium dengan HCl:
Na + HCl NaCl
Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat polar. Campuran asam lemak dari sabun kalium dan
natrium dapat larut dalam asetons esuai asas like dissolve like, yaitu senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran
akan saling melarutkan. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa sabun kalium lebih cepat larut dalam aseton daripada
sabun natrium, hal ini dikarenakan K yang lebih mudah lepas daripada Na. Sehingga sabun kalium akan lebih
cepat larut. Sabun natrium juga dapat larut dalam aseton, karena minyak memiliki rantai karbon yang panjang dan
bersifat nonpolar. Sehingga sesuai asas like dissolve like minyak tidak dapat larut dalam aseton yang bersifat polar.

Untuk percobaan analisis lemak dari sabun diperoleh hasil bahwa sabun kalium lebih
larut dalam aseton dibandingkan sabun, sedangkan minyak juga larut di dalam aseton.
Namun, dalam teori mengatakan bahwa sabun kalium dan sabun natrium larut dalam
aseton, sedangkan minyak tidak larut dalam asetonPada percobaan ini diberi perlakuan
kontrol pH menggunakan kertas lakmus. Dimana pH yang dikehendaki adalah bersifat
asam. Suasana asam terjadi karena adanya penambahan HCl yang berfungsi sebagai
pemutus ikatan dan membentuk asam berupa gumpalan padatan yang akan dianalisir
kelarutannya terhadap aseton. Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat polar.
Campuran asam lemak dari sabun kalium dan natrium dapat larut dalam aseton sesuai
dengan asas like dissolve like, yaitu senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran akan
saling melarutkan. Pada percobaan diperoleh bahwa sabun kalium lebih cepat larut dalam
aseton daripada sabun natrium, karena K+ lebih mudah lepas dibandingkan Na+. Sehingga
sabun kalium akan lebih cepat larut, sabun natrium juga dapat larut dalam aseton.
Minyak tidak dapat larut dalam aseton karena minnyak memiliki rantai karbon yang
panjang yang bersifat nonpolar. Dalam penambahan HCL terhadap sabun kalium dan
natrium, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi sabun kalium dengan HCl
ADA DI BUKU

Pada percobaan sifat sabun dan detergen, minyak kelapa sawit dioleskan pada tiga gelas arloji dan
dibersihkan masing-masing dengan menggunakan tiga tetes larutan sabun natrium, tiga tetes sabun kalium, dan tiga
tetes larutan sabun detergen dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membersihkan atau mengikat lemak pada
masing-masing sabun. Dari hasil percobaan diketahui bahwa sabun kalium dapat mengikat lemak dalam jumlah
yang sedikit. Pada sabun natrium dapat mengikat lemak namun lebih sedikit dari sabun kalium. Fenomena di
mana sabun kalium dapat melarutkan minyak/lemak lebih banyak dari sabun natrium
disebabkan karena sabun kalium merupakan sabun cair sementara sabun natrium merupakan
sabun padatan, sehingga akan memiliki kemampuan melarutkan lemak lebih tinggi
dibandingkan dengan sabun natrium.
Sedangkan minyak yang dibersihkan menggunakan sabun deterjen memiliki tingkat kebersihan
yang paling tinngi karena sabun deterjen memiliki kemampuan mengikat lemak paling tinggi.
Hal ini disebabkan deterjen memiliki sifat dapat mengemulsi lemak secara sempurna, yaitu
bagian nonpolar dari ujung-ujung hidrokarbon pada deterjen megelilingi tetesan minyak secara
merata, sehingga deterjen dapat mengemulsikan lemak. Suatu molekul sabun mengandung
suatu rantai hidrokarbon yang panjang dengan pada bagian ujung terdapat ion. Bagian
hidrokarbon ini bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan ujung ion yang
satunya bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena itulah secara keseluruhan sabun tidak
sepenuhnya larut dalam air. Namun, sabun mudah tersuspensi dalam ir karena
membentuk misel (micelles), yakni segerombol mlekul sabun yang rantai hidrokarbonnya
mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kemampuan sabun yaitu dapat mengemulsi kotoran yang mengandung minyak/lemak sehingga
dapat dibungan dengan cara pembilasan. Kemampuan ini disebabkan leh dua sifat sabun.
Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non polar. Kedua, ujung
anion mlekul sabun yang tertarik pada air, ditolak leh ujung anion molekul-molekul sabun yang
menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antar tetes-tetes sabun minyak,
maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.

Pada percobaan efek ion sadah (kemampuan sebagai surfaktan) penggojokan yang dilakukan memiliki
tujuan agar pencampuran berjalan sempurna dan tercampur secara merata. Dalam hal ini percobaan dilakukan untuk
mengetahui kemampuan sabun dalam air sadah, yaitu air yang mengandung kation divalent Ca, Mg, dan Fe,
yang dapat membentuk endapan.
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada larutan CaCl, MgCl, dan FeCl dan air kran yang ditambahkan
pada sabun kalium dan sabun natrium, semuanya terbentuk endapan-endapan. Sedangkan pada sabun detergen tidak
ditemukan adanya endapan. Hal ini membuktikan bahwa sabun detergen dapat bekerja secara efektif dalam air sadah
dengan bukti bahwa tidak ditemukannya endapan pada sabun detergen saat direaksikan dengan air sadah. Pada
sabun kalium dan natrium adanya kation divalent Ca, Mg, Fe akan membentuk endapan denagn anion
karboksilat dari sabun.
Reaksi-reaksi dari detergen dengan kation divalent sebagai berikut:
Detergen dengan Ca
2ROSONa + Ca (ROSO)Ca + 2Na
Detergen dengan Mg
2ROSONa + Mg (ROSO)Mg + 2Na
Detergen dengan Fe
2ROSONa + Fe (ROSO)Fe + 2Na
Reaksi sabun kalium dengan Ca
2RCOOK + Ca (RCOO)Ca + 2K
Reaksi sabun kalium dengan Mg
2RCOOK + Mg (RCOO)Mg + 2K
Reaksi sabun kalium dengan Fe
2RCOOK Fe (RCOO)Fe + 2K
Reaksi sabun natrium dengan Ca
2RCOONa + Ca (RCOO)Ca + 2Na
Reaksi sabun natrium dengan Mg
2RCOONa + Mg (RCOO)Mg + 2Na
Reaksi sabun natrium dengan Fe
2RCOONa + Fe (RCOO)Fe + 2Na

V. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Proses saponifikasi harus dilakukan oleh senyawa alkali, yaitu KOH untuk sabun kalium dan NaOH untu sabun
natrium.
2. Detergen memiliki kemampuan membersihkan minyak dan kotoran tanpa dipengaruhioleh tingkat kesadahan air,
sedangkan sabun tidak dapat bekerja pada air sadah.
Fessenden, R. J. 1998. Organic Chemistry. Brooks/Cole Publishing
Company, Pacific Grove, United State.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2010. Kimia Organik Dasar. UGM Press,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai