berbuah tanaman menjadi mati. Pada tanaman tahunan lama fase juvenile menentukan umur berbunga
pertama. Fase juvenil bervariasi antara 1-75 tahun tergantung spesies dan kondisi lingkungan, umumnya
ditentukan oleh ukuran pohon dan umur. Fase juvenil mempunyai implikasi yang penting dalam
pemuliaan dan pengelolaan kebun buah atau benih. Pada tanaman buah-buahan diharapkan fase juvenil
yang pendek agar tanaman dapat segera berbuah sedangkan pada tanaman kehutanan diharapkan fase
juvenil yang panjang sehingga energi lebih diutamakan untuk pertumbuhan (produksi kayu) daripada
produksi bunga dan buah.
Beberapa Pengertian
Setiap makhluk hidup, memperlihatkan ciri-ciri kehidupan, yaitu antara lain mampu memperoleh
zat makanan, mampu merespon rangsangan dari luar, mampu mengedarkan zat-zat di dalam
tubuhnya, mampu mencerna makanan, melakukan respirasi, melaksanakan sintesis, serta mampu
tumbuh dan berkembang biak. Tanaman, sebagai salah satu makhluk hidup juga mempunyai
semua sifat tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan satu perubahan yang
terjadi dalam tubuh tanaman selama siklus hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
bukanlah peristiwa yang identik, tetapi merupakan dua proses yang sangat erat hubungannya.
P = f (L,G)
Pertumbuhan tanaman diawali dengan terjadinya zygote, terbentuknya embryo, diikuti dengan
pembelahan dan pengembangan sel, sampai terjadinya proses perkecambahan dari biji. Setelah
biji berkecambah, maka seterusnya tanaman akan tumbuh dan berkembang, pertumbuhan bibit
diikuti dengan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tanaman. Akhir dari siklus hidup
tanaman ditandai dengan senescence dan akhirnya tanaman akan mati.
Pertumbuhan tanaman pada dasarnya disebabkan oleh pembesaran dan pembelahan sel.
Perkembangan tanaman lebih dilihat dari proses pembentukan jaringan dan organ-organ tanaman
sehingga masing-masing individu tanaman mempunyai bentuk morfologinya yang khas.
Selama pertumbuhan dan perkembangannya tanaman akan membentuk bermacam-macam organ,
baik organ vegetatif maupun organ reproduktif. Secara lengkap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman meliputi berbagai tahapan, mulai tahap embryonis, tahap muda dari pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dilanjutkan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan organ-organ
reproduktif (bunga, buah dan biji, atau ubi/umbi), dan akan diakhiri dengan matinya tanaman..
Menurut Michurin, secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibagi dalam 4
(empat) fase, yaitu :
1 Fase Embryonis
2 Fase Muda (Juvenil/Vegetatif)
3 Fase Dewasa (Mature/Reproduktif/Generatif)
4 Fase Menua dan Aging (Senil/Senescence)
Fase Embryonis
Fase embryonis dimulai dari pembentukan zygote sampai terjadinya embryo, yang terjadi di
dalam bakal biji (ovule). Dari zygote diikuti dengan pembelahan sel, sesudah itu terjadi
pengembangan sel.
Fase embryonis tidak terlihat senyara nyata (tidak tergambar dalam kurve) dalam pertumbuhan
tanaman, karena berlangsungnya di dalam biji.
Dewasa ( Mature/Reproduktif//Generatif )
Ditunjukkan oleh tanda-tanda adanya transisi bertahap pada morfologi, laju tumbuh, dan
kapasitas pembungaan. Dimulainya pembentukan bagian-bagian bunga dan dihentikannya
pembentukan organ-organ vegetatif. Terjadi penghambatan (dan akhirnya penghentian) organ-
organ vegetatif karena assimilat terutama ditujukan bagi perkembangan organ-organ reproduksi.
Dalam hal ini baik tunas vegetatif maupun perakaran akan terhambat pertumbuhannya.
Teori-teori senescence
1. Mati karena kekurangan makanan
Kegiatan reproduksi tanaman (seperti pada waktu pembentukan dan perkembangan buah) akan
mengangkut zat-zat makanan dari bagian tanaman yang lain, sehingga menyebabkan terjadinya
senescence.
2. Kemunduran integritas bagian tanaman
Proses penuaan menyebabkan menurunnya kemampuan organ untuk mempertahankan zat-zat
yang terkandung di dalamnya dan juga menurunnya fungsi setiap organ.
3. Peracunan
Senescence terjadi akibat adanya peracunan.
Manfaat senescence
1 Mobilisasi zat-zat
2 Senescence daun yang tua
3 Sebagai alat adaptasi
Pada beberapa tanaman senescence bagian tanaman dimaksudkan untuk menghindari
kemungkinan buruk dari kondisi lingkungan
Kurva sigmoid adalah suatu kurva yang mencirikan pola pertumbuhan tanaman (Gardner et al., 2008).
Dalam proses fotosintesis, karbondioksida dari udara direduksi menjadi karbon organik. Zat-zat
hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam bentuk anorganik dan digabungkan ke
dalam tanaman dan hasilnya. Hanya sejumlah kecil air diserap yang sebenarnya digabungkan ke
dalam tanaman. Pertumbuhan merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses total
yang mengubah bahan-bahan mentah ini secara kimia dan menambahkannya pada tanaman
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya
mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini
berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh.
Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh
laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua
(Srigandono, 1991).
Ketika buah dan biji masak, buah dan biji terlepas dari tumbuhan tempat buah dan biji ini telah
yang terpencar jauh dan luas sewaktu buah-buahan ini tumpah atau merekah terbuka. Jika buah-
buahan ini tidak merekah, buah-buahan inilah (bukan biji-bijinya) yang terpencar. Pada beberapa
kasus, struktur atau pola tingkah laku tumbuhan tertentu kemungkinan penyebaran buah-buahan
dan biji-bijian. Buah dan biji ini dapat juga tersebar oleh angin, air, hewan dan oleh manusia.
Jika keadaan memungkinkan, biji-biji ini akan berkecambah dan akan menimbulkan tumbuh-
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan berat kering dalam
suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata
pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran yang di ambil pada waktu t 1 dan t2 (Susilo,
1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali:
fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara
eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada
awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung
secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan
sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1992).
Kurva sigmoid adalah suatu fungsi pertumbuhan yang mencirikan pola pertumbuhan tanaman
sepanjang suatu generasi secara khas.[2] Kurva ini terbentuk oleh variabel berupa massa tanaman
(bobot kering), volume, luas daun, tinggi, atau penimbunan bahan kimia yang digambarkan
terhadap waktu menjadi suatu garis yang dapat ditarik dari data secara normal akan berbentuk
sigmoid yang menyerupai huruf S.[2] Kurva sigmoid berlaku bagi tumbuhan lengkap, untuk
bagian-bagiannya ataupun sel-selnya.[4] Pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai titik maksimum akhirnya laju tumbuh menurun.[4]
Pola pertumbuhan tersebut cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel
tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen.[4] Bentuk kurva sigmoid
untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat
variasi di lingkungan.[4] Ukuran akhir, rupa, dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor genetik dan lingkungan.[4]
Pada kurva sigmoid digambarkan garis generalisasi atau kurva ukuran (meliputi bobot, tinggi,
panjang, lebar, luas, dan isi), log ukuran, dan laju pertumbuhan, masing-masing digambarkan
terhadap waktu.[2] Fase-fase yang digambarkan dalam ukuran kurva tersebut meliputi : fase
eksponensial atau logaritmik (a), fase linear (b), fase eksponensial kelembaban (c), dan fase
mantap (d).[2] Laju pertumbuhan memuncak pada .[2]
Adapun detail proses yang terjadi pada masing-masing fase adalah sebagai berikut :[2]
fase eksponensial atau logaritmik (a), merupakan periode laju pertumbuhan eksponensial,
terjadi dalam selang waktu yang relatif pendek dalam tajuk tanaman
fase linear (b),merupakan kelanjutan selama periode yang relatif panjang dan selama fase
ini terjadi pertambahan bobot kering dengan laju yang konstan
fase mantap (d), merupakan fase pematangan fisiologis, yaitu penambahan bobot kering
seimbang dengan berkurangnya bobot kering.
Grafik hubungan antara panjang daun dengan waktu pengamatan (umur) daun.
Menurut Dwidjoseputro (1986), Pertumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian
tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dimana hal tersebut melalui proses
pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan (menurut batas diatas, yaitu pertambahan
ukuran) yang dirancukan dengan pembelahan sel dimeristem. Pembelahan sel itu sendiri
tidak menyebabkan pertambahan ukuran, namun produk pembelahan sel itulah yang
tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan. Ujung akar dan ujung tajuk (apeks) mempunyai
meristem Dan ada pula yang mengatakan bahwa Pertumbuhan merupakan kenaikan
dalam bahan tanaman, adalah proses total yang mengubah bahan-bahan mentah ini secara
kimia dan menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Tumbuhan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama masih dalam fase
hidup. Perkembangan tumbuhan sangat beragam, seperti halnya perkembangan pada
daun yang memiliki ragam bentuk. Pengembangan kearah luar terus terjadi melalui
pembelahan, baik periklinal maupun antiklinal, pada ujung primordial (aspek / ujung
distal). Lalu ketika daun kira – kira berukuran 1mm, aktifitas meristematik mulai terjadi
diseluruh bagian memanjangnya. Pada daun tumbuhan dikotil, sebagianbesar pembelahan
sel sudah lama berhenti sebelum daun berkembang penuh, sering kali ketika daun
mencapai kurang dari separuh ukuran akhirnya. Pada fase logaritmik, ukuran (V)
bertambah secara eksponensial sesuai dengan waktu (t), yang berarti laju pertumbuhan
awalnya berjalan lambat, tapi kemudian terus meningkat, pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama
beberapa waktu. Laju pertumbuhan yang konstan ditunjukan oleh kemiringan yang
konstan pada bagian atas tinggi kurva tanaman dan oleh bagian mendatar kurva laju
tumbuh di bagian bawah, dan pada fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang
tetap atau bahkan menurun saat pertumbuhan sudah mencapai kematangan konstan
(Dwidjoseputro. 1986).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa panjang daun
tanaman Jawer Kotok mengalami kenaikan, kenaikan mula-mula tidak begitu cepat, dari
rata-rata 2.6cm menjadi 3.1 cm, kemudian 3.5 cm lalu 4.5 cm, 5.3cm, hingga 7.5 cm dan
mencapai konstan pada 7.6 cm. Kenaikan ini menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu
ke waktu, dimana tanaman pada saat ini berada pada fase logaritmik. kurva
menunujukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti
bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus hingga
konstan. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Tiga fase utama biasanya
mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linear dan fase penuaan. Pada fase logaritmik,
laju pertumbuhan lambat pada awalnya tetapi kemudian meningkat terus, laju berbanding
lurus dengan ukuran organisme. Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara
konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan
sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Srigandono,1991).
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan Jawer Kotok . jika digambarkan
dalam grafik akan membentuk kurva sigmoid (bentuk S). Kurva ini menggambarkan baik
pertumbuhan daun, dalam bentuk sigmoid. dimana menyatakan pertumbuhan tanaman
mula-mula lambat, kemudian berangsur-berangsur menjadi lebih cepat sampai tercapai
suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik
dalam waktu tertentu akan terbentuk kurva sigmoid yang bentuk nya menyerupai S
(Tjitrosomo,1991).
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan berat kering
dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi praktis,
rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran yang di ambil pada waktu t 1
dan t2 (Susilo, 1991) Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa Fase logaritmik, yaitu
dimana ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti
bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus.
Pada fase linear, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan
oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan
mulai menua (Salisbury dan Ross 1992).
Laju asimiliasi bersih ( net assimilation rate, NAR).NAR ini paling tinggi nilainya pada
saat tumbuhan masih kecil dan sebgian besar daunnya terkena sinar matahari langsung.
Dalam tajuk yang NAR nya tinggi, daun yang muda (pucuk daun) pada puncak pohon
mnyerap radiasi paling banyak, memiliki laju asimilasi CO2 yang tinggi dan
mentranslokasikan sejumlah besar hasil asimilasi ke bagian tumbuhan yang lain.
Sebaliknya, daun-daun yang lebih tua pada dasat tajuk dan terlindung memiliki laju
asimilasi CO2 yang rendah dan memberikan sedikit hasil asimilasi kepada bagian
tumbuhan yang lain( Franklin P. Gardner et all,1991).
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4,
dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan
kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi
kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang,
kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3. Tanaman C3 dan C4
dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari
proses assimilasi. Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan
substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal
Assimilasi, juga dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi
( fotorespirasi adalah respirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan
hasil samping, yang terjadi pada siang hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil
dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat
dan assimilasi akan bertambah besar.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat
mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal
ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-
sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke sel-sel "bundle sheath"
(sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP
terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat
kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat rendah,
PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi fotosintesis terhadap CO2 di
bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit
dengan meningkatnya CO2 Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih
beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan.
Contoh tanaman C3 antara lain : kedele, kacang tanah, kentang, dll
Contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum dan tebu.
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3,
C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah
panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada
kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti padi,
gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
Tanaman pangan yang tumbuh di daerah tropis, terutama gandum, akan mengalami penurunan
hasil yang nyata dengan adanya kenaikan sedikit suhu karena saat ini gandum dibudidayakan
pada kondisi suhu toleransi maksimum. Negara berkembang akan berada pada posisi sulit untuk
mempertahankan kecukupan pangan.
Tumbuhan C4 - tumbuhan yang didapati mempunyai 4-karbon asid organik seperti oxalacetate,
malate, dan aspartate.
Tumbuhan C3 - tumbuahn yang didapati mempunyai sebatian 3-karbon yang stabil hasil
daripada fotosintessis.. RuBP
merupakan penerima karbon diperingkat permulaan.
Tumbuhan CAM - Crassulacean Acid Metabolism. - tumbuh di kawasan gurun, dan mengambil
CO2 di atmosfera dan
membentuk sebatian 4-karbon juga. Sifatnya berbeza kerana stomata tumbuhan ini terbuka
diwaktu malam dan tutup waktu siang. Keadaan ini boleh menghalang air hilang diwaktu siang
melalui stomata. CO2 diserap waktu malam dam ditukarkan kepada sebatian 4-karbon asid
organik (malate). Diwaktu siang peroses fotosintesis seperti biasa.
Tanaman C3
Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali terbentuk
setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3, 3-fosfogliserat. Kebanyakan tumbuhan yang
menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3.
Padi, gandum, dan kedelai merupakan contoh-contoh tumbuhan C3 yang penting dalam
pertanian.
Kondisi lingkungan yang mendorong fotorespirasi ialah hari yang panas, kering, dan
terik-kondisi yang menyebabkan stomata tertutup. Kondisi ini menyebabkan CO2 tidak bisa
masuk dan O2 tidak bisa keluar sehingga terjadi fotorespirasi.Dalam spesies tumbuhan tertentu,
ada cara lain fiksasi karbon yang meminimumkan fotorespirasi. Dua adaptasi fotosintetik yang
paling penting ini ialah fotosintesis C4 dan CAM
Dalam fotosintesis C3 berbeda dengan C4,pada C3 karbon dioxida masuk ke siklus calvin
secara langsung. Struktur kloroplas pada tanaman C3 homogen. Tanaman C3 mempunyai suatu peran
penting dalam metabolisme, tanaman C3 mempunyai kemampuan fotorespirasi yang rendah karena
mereka tidak memerlukan energi untuk fiksasi sebelumnya. Tanaman C3 dapat kehilangan 20 %
carbon dalam siklus calvin karena radiasi, tanaman ini termasuk salah satu group phylogenik. Konsep
dasar reaksi gelap fotosintesis siklus Calvin (C3) adalah sebagai berikut: CO 2 diikat oleh RUDP
untuk selanjutnya dirubah menjadi senyawa organik C6 yang tidak stabil yang pada akhirnya dirubah
menjadi glukosa dengan menggunakan 18ATP dan 12 NADPH.Siklus ini terjadi dalam kloroplas
pada bagian stroma.Untuk menghasilkan satu molekul glukosa diperlukan 6 siklus C3.
Naungan
_ Merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas cahaya yang terlalu
tinggi.
_ Pemberian naungan dilakukan pada budidaya tanaman yang umumnya termasuk
kelompok C3 maupun dalam fase pembibitan
_ Pada fase bibit, semua jenis tanaman tidak tahan IC penuh, butuh 30-40%, diatasi
dengan naungan
_ Pada tanaman kelompok C3, naungan tidak hanya diperlukan pada fase bibit saja,
tetapi sepanjang siklus hidup tanaman
_ Meskipun dengan semakin dewasa umur tanaman, intensitas naungan semakin
dikurangi
_ Naungan selain diperlukan untuk mengurangi intensitas cahaya yang sampai ke
tanaman pokok, juga dimanfaatkan sebagai salah satu metode pengendalian
gulma
_ Di bawah penaung, bersih dari gulma terutama rumputan
_ Semakin jauh dari penaung, gulma mulai tumbuh semakin cepat
_ Titik kompensasi gulma rumputan dapat ditentukan sama dengan IC pada batas
mulai ada pertumbuhan gulma
_ Tumbuhan tumbuh ditempat dg IC lebih tinggi dari titik kompensasi (sebelum
tercapai titik jenuh), hasil fotosintesis cukup untuk respirasi dan sisanya untuk
pertumbuhan
Dampak pemberian naungan terhadap iklim mikro
_ Mengurangi IC di sekitar sebesar 30-40%
_ Mengurangi aliran udara disekitar tajuk
_ Kelembaban udara disekitar tajuk lebih stabil (60-70%)
_ Mengurangi laju evapotranspirasi
_ Terjadi keseimbangan antara ketersediaan air dengan tingkat transpirasi tanaman
Tumbuhan tipe C3 memproduksi sedikit makanan apabila stomatanya tertutup pada hari
yang panas dan kering. Tingkat CO2 yang menurun dalam daun akan mengurangi bahan ke
siklus Calvin. Yang membuat tambah parah, rubisko ini dapat menerima O 2 sebagai pengganti
CO2 . Karena konsentrasi O2 melebihi konsentrasi CO2 dalam ruang udara daun, rubisko
menambahkan O2 pada siklus Calvin dan bukannya CO2 . Produknya terurai, dan satu potong,
senyawa berkarbon 2 dikirim keluar dari kloroplas. Mitokondria dan peroksisom kemudian
memecah molekul berkarbon 2 menjadi CO2 . Proses ini yang disebut Fotorespirasi. Akan
tetapi tidak seperti respirasi sel, fotorespirasi tidak menghasilkan ATP. Dan tidak seperti
fotosintesis, fotorespirasi tidak menghasilkan makanan, tapi menurunkan keluaran fotosintesis
dengan menyedot bahan organic dari siklus Calvin.
Tahapan siklus Calvin pada tanaman C3;
Fase 1: fiksasi karbon, Siklus calvin memasukkan setiap molekul CO 2dengan menautkannya
pada gula berkarbon 5 yang dinamai ribose bifosfat(RuBP). Enzim yang mengkatalis langkah ini
adalah rubisko.produknya adalah intermediet berkarbon 6 yang demikian tidak stabil hinggga
terurai separuhnya untuk membentuk 2 molekul 3-fosfogliserat.
FaseII: reduksi, setiap molekul3-fosfogliserat menerima gugus fosfat baru. Suatau enzim
mentransfer gugus fosfat dari ATP membentuk 1,3-bifosfogliserat sebagai produknya.
Selanjutnya sepasang electron disumbangkan oleh NADPH untuk mereduksi 1,3-bifosfogliserat
menjadi G3P. G3P ini berbentuk gula berkarbon 3. Hasilnya terdapat 18 karbon karbohidrat ,
1molekulnya keluar dan digunakan oleh tumbuhan dan 5 yang lain didaur ulang untuk
meregenerasi 3 molekul RuBP
FaseIII: Regenerasi RuBP, Dalam suatu rangkaian reaksi yang rumity, rangkan karbon yang
terdiri atas 5 molekul G3P disusun ulang oleh langkah terakhir siklus Calvin menjadi 3 molekul
RuBP. Untuk menyelesaikan ini, siklus ini menghabiskan 3 molekul ATP . RuBP ini siap
menerima CO2 kembali
CO2
RuBP 3-fosfogliserat
6molekul G3P
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak
dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya
assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang
terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer
ke sel-sel “bundle sheath” (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian
pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath
ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi
sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga
reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi
tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2
Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari
tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan.
Tanaman C4
Tumbuhan C4 dinamakan demikian karena tumbuhan itu mendahului siklus Calvin yang
menghasilkan asam berkarbon -4 sebagai hasil pertama fiksasi CO 2 dan yang memfiksasi
CO2 menjadi APG di sebut spesies C3, sebagian spesies C4 adalah monokotil (tebu, jagung,
dll)Reaksi dimana CO2 dikonfersi menjadi asam malat atau asam aspartat adalah melalui
penggabugannya dengan fosfoeolpiruvat (PEP) untuk membentuk oksaloasetat dan Pi. Enzim
PEP-karboksilase ditemukan pada setiap sel tumbuhan yang hidup dan enzim ini yang berperan
dalam memacu fiksasi CO2 pada tumbuhan C4. enzim PEP-karboksilase terkandung dalam
jumlah yang banyak pada daun tumbuhan C4, pada daun tumbuhan C-3 dan pada akar, buah-buah
dan sel – sel tanpa klorofil lainnya ditemukan suqatu isozim dari PEP-karboksilase. Reaksi untuk
mengkonversi oksaloasetat menjadi malat dirangsang oleh enzim malat dehidrogenase dengan
kebutuhan elektronnya disediakan oleh NHDPH. Oksaleasetat harus masuk kedalam kloroplas
untuk direduksi menjadi malat.
Pembentukkan aspartat dari malat terjadi didalam sitosol dan membutuhkan asam amino lain
sebagai sumber gugus aminonya. Proses ini disebut transaminasi.
Pada tumbuihan C-4 terdapat pembagian tugas antara 2 jenis sel fotosintetik, yakni :
1. sel mesofil
Sel seludang berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat disekitar berkas
pembuluh. Diantara seludang-berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel mesofil yang
tersusun agak longgar. Siklus calvin didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organic
dalam mesofil.
Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpirufat (PEP) untuk membentuk
produk berkarbon empat yaitu oksaloasetat, Enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada
PEP. Karbondioksida difiksasi dalam sel mesofil oleh enzim PEP karboksilase. Senyawa
berkarbon-empat-malat, dalam hal ini menyalurkan atom CO2 kedalam sel seludang-berkas
pembuluh, melalui plasmodesmata. Dalam sel seludang –berkas pembuluh, senyawa berkarbon
empat melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang kedalam materi organic oleh robisco dan siklus
Calvin.
Dengan cara ini, fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan meningkatkan produksi gula.
Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas dengan cahaya matahari yang banyak, dan
dilingkungan seperti inilah tumbuhan C4 sering muncul dan tumbuh subur.
No Sifat-sifat C3 C4
1 Jalur utama fiksasi CO2 C3 C3 + C 4
2 Hasil pertama fiksasi CO2 PGA Oksaloasetat
3 Molekul penerima CO2 RuBP PEP
4 Enzim pada fiksasi CO2 RuBP karboksilase PEP karboksilase
5 O2 sebagai penghambat fotosintesis ya tidak
6 fotorespirasi tinggi rendah
7 Fotosintesis maksimum 10 – 40 ppm 30 – 90 ppm
8 Suhu opt. Fotosintesa 15 – 30 oC 30 – 45 oC
9 Kebutuhan cahaya untuk fotosintesis 10 –40 % chy. Mthr. Pnh Cahaya matahari penuh
10 Reaksi stomata thd CO2 Kurang peka Lebih peka
Tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), dan tumbuhan tertentu lain tidak
mengikat karbon dioksida secara langsung. Pada tumbuhan ini senyawa pertama yang terbentuk
setelah jangka waktu pelaksanaan fotosintesis yang sangat pendek, bukanlah senyawa 3-C asam
fosfogliserat (PGA), melainkan senyawa 4-C asam oksaloasetat (OAA). Metode alternatif fiksasi
karbon dioksida untuk fotosintesis ini disebut jalur Hatch-Slack. Tumbuhan yang menggunakan jalur
ini disebut tumbuhan C4 atau tumbuhan 4 karbon.
Sintasis C4 diawali fiksasi CO2 oleh enzim karboksilase PEP ke PEP (fosfenol piruvat)
di khloroplast jaringan mesofil. Produk fiksasi CO2 adalah oksaloasetat yaitu asam berkarbon
empat:
PEP + CO2 oksaloasetat
Pada suhu 45C atau lebih tinggi,tumbuhan dengan sintesis C4 menghasilkan enam kali
lebih banyak glukosa daripada tumbuhan C3 pada lingkungan yang kekurangan air dan nutrisi
yang terbatas.
Perbedaan tumbuhan C3 dan C4 adalah cara kedua tumbuhan memfiksasi CO2. Pada
tumbuhan C3,CO2 hanya difiksasi RuBP leh karboksilase RuBP. Karboksilase RuBP hanya
bekerja apabila CO2 jumlahnya berlimpah. Tetapi pada sintesis C4,enzim karboksilase PEP
memfiksasi CO2 pada akseptor karbon lain yaitu PEP. Karboksilase PEP memiliki daya ikat
yang lebih tinggi terhadap CO2 daripada karboksilase RuBP. Oleh karena itu,tingkat CO2
menjadi sangat rendah pada tumbuhan C4,jauh lebih rendah daripada konsentrasi udara normal
dan CO2 masih dapat terfiksasi ke PEP oleh enzim karboksilase PEP. Sistem perangkap C4
bekerja pada konsentrasi CO2 yang jauh lebih rendah.
Tumbuhan C4 teramat khusus teradaptasi pada habitat dengan suhu siang yang
tinggi,kelembaban tanah yang rendah,dan sinar matahari yang terik.Daun tumbuhan C4 memiliki
cirri-ciri khusus yang disebut anatomy kranz. Daun tersebut mengandung mesofil dan berkas sel
selubung. Kedua jenis sel tersebut mengandung khoroplast. Berkas sel selubung pada tanaman
C3 dan CAM tidak mengandung khloroplat.
TANAMAN CAM
Berbeda dengan gerakan stomata yang lazim, stomata tumbuhan CAM membuka pada malam hari,
tetapi menutup pada siang hari. Pada malam hari jika kondisi udara kurang menguntungkan untuk
transpirasi, stomata tumbuhan CAM membuka, karbon dioksida berdifusi ke dalam daun dan diikat
oleh sistem PEP karboksilase untuk membentuk OAA dan malat. Malat lalu dipindahkan dari
sitoplasma ke vakuola tengah sel-sel mesofil dan di sana asam ini terkumpul dalam jumlah besar.
Sepanjang siang hari stomata menutup, karena itu berkuranglah kehilangan airnya, dan malat serta
asam organik lain yang terkumpul didekarboksilasi agar ada persediaan karon dioksida yang
langsung akan diikat oleh sel melalui daur Calvin. Beberapa spesies tumbuhan mempunyai sifat
yang berbeda dengan kebanyakan tumbuhan lainnya, yakni Tumbuhan ini membuka stomatanya
pada malam hari dan menutupnya pada siang hari. Kelompok tumbuhan ini umumnya adalah
tumbuhan jenis sukulen yang tumbuh da daerah kering. Dengan menutup stomata pada siang hari
membantu tumbuhan ini menghemat air, dapat mengurangi laju transpirasinya, sehingga lebih
mampu beradaptasi pada daerah kering tersebut.Selama malam hari, ketika stomata tumbuhan itu
terbuka, tumbuhan ii mengambil CO2 dan memasukkannya kedalam berbagai asam organic. Cara
fiksasi karbon ini disebut metabolisme asam krasulase,atau crassulacean acid metabolism
(CAM).
Dinamakan demikian karena metabolisme ini pertama kali diteliti pada tumbuhan dari famili
crassulaceae. Termasuk golongan CAM adalah Crassulaceae, Cactaceae, Bromeliaceae,
Liliaceae, Agaveceae, Ananas comosus, dan Oncidium lanceanum.
Jalur CAM serupa dengan jalur C4 dalam hal karbon dioksida terlebih dahulu dimasukkan
kedalam senyawa organic intermediet sebelum karbon dioksida ini memasuki siklus Calvin.
Perbedaannya ialah bahwa pada tumbuhan C4, kedua langkah ini terjadi pada ruang yang
terpisah. Langkah ini terpisahkan pada dua jenis sel. Pada tumbuhan CAM, kedua langkah
dipisahkan untuk sementara. Fiksasi karbon terjadi pada malam hari, dan siklus calvin
berlangsung selama siang hari.
1. Spesis C4 pada am mempunyai kadar fotosistesis yang lebih tinggi daripada C 3, lebih-lebih
lagi dalam keadaan intensiti cahaya yang tinggi.
2. Enzim PEP carboxylase (dalam C4) mempunyai daya mengambil CO2 yang lebih berbanding
dengan enzim RuBP carboxylase (dalam C3). Ini bermakna Tumbuhan C4 beroperasi lebih
efisien dalam keadaan kepekatan CO2 yang rendah.
3. Tumbuhan C4 mungkin menggunakan lebih tenaga daripada C3 untuk mengikat molekul CO2.
4. Spesis C4 juga mempunyai enzim RuBP carboxylase, tetapi arasnya rendah berbanding
dengan spesis C3 (lebih kurang 10%). Sebaliknya, spesis C3 didapati tidak mempunyai enzim
PEP carboxylase.
5. Perbezaan anatomi:-
a. Spesis C4 mempunyai kloroplas dalam sel-sel berkas upih (vascular sheath cells), manakala
spesis C3 tiada.
b. Dalam spesis C4, kloroplas dalam sel-sel berkas upih berbeza dengan spesis C3. Ia
mempunyai satu membran luar dengan tiada grana. Kloroplas dalam sel-sel mesofil adalah sama
seperti yang terdapat dalam spesis C3.
6. Perbezaan dalam adaptasi untuk C3 dan C4 dan berbeza mekanisma pengikatan CO2.
Spesis C3 - adaptasi kepada kawasan sejuk, lembab ke panas, dan keadaan yang lembab.
Spesis C4 - adaptasi kepada kewasan panas, keadaan kering dan lembab.
7. Dalam spesis C4 kurang berlaku "photorespiration" (respirasi waktu siang), jadi penghasilan
bahan kering atau fotosintatnya tidak akan terjejas sepertimana berlaku dalam spesis C3.
Photorespiration ini boleh dikira sebagai "counterproductive" kepada penambahan bahan kering
dalam tumbuhan.
Effect of high temperature Stimulates net C02 uptake Inhibits net CO2 uptake
*From R. G. S. Bidwell, Plant Physiology, New York: Macmillan, 1974.
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan
CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan
kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi
kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang,
kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3.
Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan produk awal
yang dihasilkan dari proses assimilasi.
Pada tanaman C3, enzim yang menyatukan CO2 dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk
pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) dalam proses awal assimilasi, juga dapat
mengikat O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi ( fotorespirasi adalah
respirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan hasil samping, yang
terjadi pada siang hari) . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi
antara CO2 dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan
assimilasi akan bertambah besar.
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak
dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya
assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang
terletak di bawah sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer
ke sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan phloem) dimana kemudian
pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath
ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi
sangat kecil and G sangat rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga
reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju assimilasi
tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2
Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih beruntung dari
tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan.
Pertunasan merupakan fungsi dari faktir internal (genetik) dan eksternal (lingkungan). Sebagai
grower mungkin faktor internal dapat dianggap sebagai uncontrollable. Namun ada beberapa faktor
internal yang dapat diakali dengan pemberian hormon. Dimana menurut Teori yang umum berlaku,
selama masih dalam pengaruh “apical dominance”,tunas samping tidak akan tumbuh (Thari wie, 2008)
seperti yang telah dikemukakan di atas. Secara umum, tanaman akan tumbuh terus ke atas, untuk
tanaman adenium dapat mencapai ± 2 meter, bahkan beberapa jenis bisa lebih tinggi lagi.
Pertumbuhan keatas akan terjadi selama pucuk tunas atas masih ada. Adanya pucuk ini menyebabkan
pertumbuhan tunas samping terhambat (disebut sebagai dominansi apical). Agar tanaman dapat
tumbuh lebih rimbun dan membentuk banyak cabang samping, maka tunas atas harus
dipotong(Anonim, 2008).
Adenium mempunyai gen pengatur dominansi pucuk (dad = decreased apical dominan).
Munculnya cabang ada dibawah kendali hormon auksin yang terdapat di pucuk (apical dominance).
Dimana Pertumbuhan pucuk, pada umumnya memerlukan zat pengatur tumbuh dalam media. Tahapan
pertumbuhan dan tipe pertumbuhan, menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
dibutuhkan. Auksin yang biasanya dipergunakan dalam kultur pucuk, adalah IAA, NAA dan IBA. Menurut
Franklin P. Gardner et all (1991).
Pada batang tanaman umumnya sebagian besar kuncup apical memberi pengaruh yang
menghambat kuncup terhadap kuncup samping dengan mencegah / menghambat perkembangannya,
begitu juga dengan tanaman Adenium. Produksi kuncup tambahan yang tidak berkembang mengandung
pertahanan pasif, karena bila kuncup apical rusak atau dimakan hewan atau patah karena badai, kuncup
samping akan tumbuh dan menjadi tajuk utama Dengan memotong bagian pemanjangan pada koleptil
atau batang dikotil, kemudian menumbuhkannya dengan menambahkan auksin, yaitu berupa groowton.
maka perkembangan kuncup samping dan arah pertumbuhan yang tegak akan terhambat. Pada
tumbuhan yang dipetik ujung atasnya (yang memiliki kuncup tumbuh) terjadi penambahan konsentrasi
IAA yang lebih tinggi dari kuncup yang sedang tumbuh (tumbuhan pada ujung atas tetap tumbuh)
sehingga kuncup samping terpacu perrtumbuhannya diikuti peningkatan jumlah dan konsentrasi IAA
dikuncup tersebut(akmala-akmal, 2009).
Hasil pengamatan adalah, tumbuh tunas lateral pada minggu ke-4. Hal tersebut karena, Menurut
Leopold A.C (1949), auksin memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan pucuk, hanya saja
cahaya dapat berpengaruh pada pertumbuhan batang atau pucuk. Dalam gelap, terjadi etiolasi
hebat( pemanjangan ruas) dan mirip dengan pemanjangan ruas mesokotil. Ruas tanaman yang ternaung
seperti pada tegakan yang rapat, lebih terentang/lebih panjang. Pengaruh penaungan itu dianggap
disebabkan oleh peningkatan auksin, yang mulai bekerja secara sinergis dengan GA. Secara teoritis,
perusakan auksin karena cahaya lebih sedikit pada tegakan yang ternaung karena penyinaran kuat
menurunkan auksin (Gardner P.Franklin et all, 1991).
Selain itu, Peranan suhu juga ikut berperan dalam tumbuhnya tunas lateral. Dimana suhu
sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi
dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman.
Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, semakin tinggi suhu dalam batas tertentu maka reaksi
makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim (Paras, 2009).
Penyataannya yaitu “Perbedaan antara hormon dan ZPT ialah, hormon dihasilkan secara alami
(alamiah) baik itu dari tumbuhan ataupun dari hewan. Sementara ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) adalah Zat
yang dihasilkan secara buatan (sintetis) dengan campur tangan manusia ataupun melalui rekayasa dan
biasanya ZPT ini berhubungan dengan kimia".
Hormon tanaman dapat diartikan luas, yaitu mampu mendorong ataupun yang menghambat
pertumbuhan.Pada kadar rendah tertentu hormon akan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada
kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni, bahkan mematikan tanaman.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil. Hormon
tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan
lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat
tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi.
Pada umumnya dikenal lima kelompok hormon tumbuhan: auksin, sitokinin, giberelin, etilen,
dan inhibitor. Namun demikian menurut perkembangan riset terbaru ditemukan molekul aktif yang
termasuk hormon dari golongan polyamines seperti putrescine, spermine dan spermidine. Dari sudut
pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Konsentrasi yang sangat rendah dari hormon tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat
memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan
dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.
Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon
yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau
jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada
tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi
sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diawali dari konsep hormon. Hormon tanaman atau
fitohormon adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi
proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi
dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata,
translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman.
Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan industri kimia banyak ditemukan senyawa-
senyawa yang mempunyai fisiologis serupa dengan hormon tanaman. Senyawa ini dikenal dengan nama
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).
Batasan tentang zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik
yang tidak termasuk hara (nutrient), yang mempunyai 2 fungsi yaitu menstimulir dan menghambat atau
secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan fitohormon adalah
senyawa organik yang bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintetis pada bagian tertentu,
yang umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman yang menghasilkan suatu tanggapan secara
biokimia, fisiologis dan morfologis.
Ada sembilan auksin, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang
dihasilkan secara alami dan telah diekstraksi orang[1]. ZPT sintetik ada yang memiliki fungsi
sama dengan ZPT alami, meskipun memiliki struktur kimia yang berbeda. Dalam praktiknya,
seringkali ZPT sintetik (buatan manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk
kepentingan usaha tani daripada ekstraksi ZPT alami.
Auksin
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti)
pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu kisaran konsentrasi.
Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-
beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin
sintetik (dibuat oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-
klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh
lebih tinggi.
Fungsi auksin ialah merangsang perpanjangan sel, merangsang aktivitas kambium, merangsang
pembekokan batang, merangsang pantenokarpi, dan merangsang dominasi apikal[butuh rujukan].
Sitokinin
Golongan sitokinin (bahasa Inggris: cytokinin), sesuai namanya, merangsang atau terlibat dalam
pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait pembelahan sel"). Senyawa dari golongan ini yang
pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak pertama kali dari cairan sperma ikan hering,
namun kemudian diketahui ditemukan pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang
menemukan pula zeatin, yang diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga
diketahui merupakan komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan
mendorong pembelahan sel[2]. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.
Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan
purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin)
(PBA).
Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan diberi nama
dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang ditemukan memiliki
efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3 merupakan substansi yang diketahui
menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang terserang fungi Gibberella fujikuroi.
Etilena
Etilena atau etena merupakan satu-satunya zat pengatur tumbuh yang berwujud gas pada suhu
dan tekanan ruangan (ambien). Selain itu, etilena tidak memiliki variasi bentuk yang lain. Peran
senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang
hanya tahu dari praktik tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan tindakan
menaikkan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah.
Pengarbitan adalah tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara
sebagian akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi etilena.
Berbagai substansi dibuat orang sebagai senyawa pembentuk etilena, seperti ethephon (asam 2-
kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH).
Senyawa BOH dapat pula memicu pembentukan bunga pada nanas.
Kalium nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, namun belum diketahui secara pasti
hubungannya dengan perangsangan pembentukan etilena secara endogen.
Asam absisat
Asam absisat atau ABA merupakan kelompok fitohormon yang terkait dengan dormansi dan
perontokan daun (senescense). ABA selanjutnya dapat diproses menjadi bentuk turunan tidak
aktif yang disebut sebagai ABA metabolit. ABA sering dikelompokkan sebagai hormon inhibitor
karena perannya yang kerap terkait dengan penundaan proses.
Inhibitor sintetik
Manfaat
Pemahaman terhadap fitohormon atau hormon pada tumbuhan ini pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki pengaruh
yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup
pengamanan hasil (seperti penggunaan Cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya
dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi
etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa
contohnya.