Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TERAPI BEKAM DAN TERAPI

PIJAT REFLEKSI TERHADAP TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

OKTARINA ROHATAMI
NIM : J 210 131 012

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
2
3

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TERAPI BEKAM DAN TERAPI PIJAT


REFLEKSI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI
Oktarina Rohatami*, Arina Maliya**, Rina Ambarwati**

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang berkaitan


dengan penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan penyakit jantung
dan risiko terjadinya stroke. Banyak pengobatan non farmakologi yang telah
ditemukan untuk membantu menurunkan tekanan, antara lain terapi bekam dan
terapi pijat refleksi. Terapi bekam mampu memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh
darah dan memberikan efek vasodilatasi sehingga menurunkan tekanan darah
secara stabil, sedangkan terapi pijat refleksi mampu memberikan rangsangan yang
mampu memperlancar aliran darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pemberian terapi bekam dan terapi pijat refleksi terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi. Metode penelitian ini menggunakan pre
eksperiment design dengan rancangan two group pre-post test design. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 60 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30
orang untuk terapi bekam dan 30 orang untuk terapi pijat refleksi. Teknik analisa
data dengan paired sample t-test untuk menilai tekanan darah pre-post test dan uji
beda antara kelompok bekam dan pijat refleksi menggunakan independent sample
t-test. Dari hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan nilai p-value
0,018 maka Ho ditolak, terdapat perbedaan efektivitas untuk tekanan darah
sistole dan p-value 0,978 maka Ho diterima tidak ada perbedaan efektivitas untuk
tekanan darah diastole. Terdapat perbedaan efektivitas dalam menurunkan tekanan
darah sistole, tetapi tidak ada perbedaan efektivitas dalam menurunkan tekanan
darah diastole. Maka dapat disimpulkan bahwa terapi bekam lebih efektif
menurunkan tekanan darah sistole dibandingkan terapi pijat refleksi. Terapi
bakam dan terapi pijat refleksi baik digunakan untuk terapi alternatif dalam
mengontrol tekanan darah agar tetap stabil bagi penderita hipertensi.

Kata kunci : Terapi bekam, terapi pijat refleksi, tekanan darah


4

EFFECTIVENESS OF GIVING CUPPING THERAPY AND REFLEKXOLOGY


THERAPY FOR BLOOD PREASSURE IN PATIENTS OF HYPERTENSION

Oktarina Rohatami*, Arina Maliya**, Rina Ambarwati**

ABSTRACT

Hypertension is one of the non-communicable diseases that is related with


reduction number of patients life expectancy, increase in heart disease and the
risk of stroke. Many non-pharmacological treatments have been found to help
reduce the blood pressure, such as cupping therapy and reflexology therapy.
Cupping therapy is able to repair the microcirculation of blood vessels and
provide vasodilation effect which can reduce the blood preassure with stable.
Whereas reflexology therapy is able to provide a stimulus that is capable to make
blood circulate smoothly through the body. This research aim to determine the
effectiveness of cupping theraphy and reflexology theraphy related with blood
pressure in patients of hypertension. This research method uses pre-experiment
design with two design group pre-post test design. Total sample in this study was
60 respondents that divided into 2 groups with 30 persons for cupping therapy
and 30 persons for reflexology therapy. Data analysis techniques with paired
sample t-test to measure pre-post test blood preassure and difference test between
cupping and reflexology use independent sample t-test. From the result of
independent sample t-test statistic test showed that p-value 0,018 so Ho is
rejected, there are differences in effectiveness for systolic blood pressure and p-
value of 0,978, so Ho is accepted there is no difference in effectiveness for
diastolic blood pressure. There are differences in effectiveness of systolic blood
preassure reduction, but there was no difference in effectiveness of diastolic blood
pressure reduction. So it can be concluded that the cupping therapy more effective
than reflexology therapy in reducing blood preassure. Cupping therapy and
reflexology therapy uis good to be used in alternative therapies to controlling
blood pressure to keep stable in patients with hypertension.

Keywords : Cupping therapy, reflekxology therapy, blood preassure


5

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TERAPI BEKAM DAN TERAPI PIJAT


REFLEKSI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI
Oktarina Rohatami*, Arina Maliya**, Rina Ambarwati**

LATAR BELAKANG penderita hipertensi kurang patuh


Kondisi alam dan masyarakat meminum obat dan ini merupakan
yang sangat kompleks, menyebabkan alasan tersering kegagalan terapi
munculnyaberbagai masalah kesehatan. farmakologi (Harvey, 2013).
HasilRisetKesehatan Dasar (Riskesdas) Seiring dengan kemajuan
tahun 2007 menunjukkan bahwa telah teknologi banyak metode pengobatan
terjadi pergeseran penyebab kematian yang berkembang di dunia. Banyak
dari penyakit menular ke penyakit tidak pengobatan non farmakologi yang telah
menular. Salah satu penyakit tidak ditemukan untuk membantu menurun-
menular yang menjadi masalah ke- kan tekanan darah diantaranya tanaman
sehatan cukup dominan dinegara- tradisonal, akupunktur, akupressur,
negara maju dan berkembang adalah bekam, pijat refleksi, hipnoterapi, dan
penyakithipertensi.Hipertensi berkaitan lain-lain. Masyarakat kini mulai beralih
dengan penurunan usia harapan hidup pada pengobatan non farmakologi,
penderita,peningkatan penyakit jantung karena mengetahui efek samping dari
dan risiko terjadinya stroke penggunaan farmakologi yang dapat
(Wisudawan, 2012). merusak hati dan ginjal jika digunakan
Prevalensi kasus hipertensi di dalam jangka waktu yang lama.
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 Pengobatan non farmakologi yang
adalah 865.204 jiwa, pada tahun 2009 sering dipilih oleh penderita hipertensi
adalah 698.816 jiwa, pada tahun 2010 adalah terapi bekam dan pijat refleksi
adalah 562.117 jiwa dan pada tahun (Kamaluddin, 2010).
2011 menjadi 634.860 jiwa. Kasus Terapi bekam sudah dikenal dan
tertinggi penyakit tidak menular tahun dikembangkan diberbagai negara di
2012 pada kelompok penyakit jantung dunia. Bekam berefek terhadap
dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi dengan memperbaiki mikro-
hipertensi, yaitu sebanyak 554.771 sirkulasi pembuluh darah dan memberi-
kasus (67,57%) (Dinas Kesehatan kan efek vasodilatasi sehingga tekanan
Provinsi Jawa Tengah, 2012). darah turun secara stabil, dan
Hipertensi merupakan penyakit menenangkan sistem saraf simpatik.
yang tergolong tidak dapat disembuh- Efek pada sistem saraf simpatik ini
kan, sehingga penderita membutuhkan menstimulasi sekresi enzim yang
perawatan untuk mengendalikan berperan sebagai sistem angiotensin
tekanan darah. Secara umum renin. Setelah sistem ini tenang dan
pengobatan hipertensi dapat dilakukan aktivitasnya berkurang maka tekanan
dengan dua cara yaitu secara darah akan turun (Sharaf, 2012). Terapi
farmakologi dan non farmakologi. pijat refleksi dapat menurunkan
Melakukan terapi dengan farmakologi tekanan darah sistolik dan diastolik,
penderita harus minum obat secara menurunkan kadar hormon stress
rutin, hal ini menyebabkan penderita cortisol, dan memberikan efek
menjadi bosan sehingga menjadikan relaksasi bagi otot-otot yang tegang
6

sehingga tekanan darah akan turun dan 60 responden yang diperoleh melalui
mampu memberikan rangsangan yang kuota sampling selama 30 hari, sampel
mampu memperlancar aliran darah dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 30
(Wahyuni, 2014). responden untuk kelompok bekam dan
Berdasarkan hasil wawancara 30 responden untuk kelompok pijat
dengan 5 orang yang melakukan terapi refleksi. Teknik pengambilan sampel
bekam di Rumah Bekam dengan metode accidental sampling
Karangmalang, 4 orang mengatakan (Notoatmodjo, 2010). Dengan kriteria
pusing berkurang dan badan terasa inklusi penderita hipertensi, bersedia
lebih segar setelah bekam, rata-rata menjadi menjadi responden, usia 36-65
tekanan darah sistolik sebelum terapi tahun, pasien hipertensi dengan
bekam 157 mmHg, sesudah terapi 139 tekanan darah 140/90 mmHg. Teknik
mmHg dan tekanan darah diastolik analisa data yang digunakan adalah
sebelum terapi 92 mmHg, sesudah Paired Sample t-test dan Independent
terapi 87 mmHg. Sedangkan 5 orang Sample t-test (Dahlan, 2011).
yang melakukan terapi pijat refleksi di
HASIL PENELITIAN DAN
Rumah Husada Karangmalang, 5 orang
PEMBAHASAN
mengatakan setelah pijat badannya
terasa lebih rileks dan pusing Penelitian ini dilakukan di
berkurang, dengan rata-rata tekanan wilayah kerja Puskesmas
darah sistolik sebelum terapi 159 Karangmalang yaitu di Rumah bekam
mmHg, sesudah terapi 143 mmHg dan untuk terapi bekam dan Rumah husada
tekanan darah diastolik sebelum terapi untuk terapi pijat refleksi, tujuan
91 mmHg, sesudah terapi 84 mmHg. penelitian untuk mengetahui perbedaan
Melihat fenomena banyaknya efektivitas terapi bekam dan terapi pijat
terapi non farmakologi yang dapat refleksi terhadap tekanan darah pada
digunakan untuk menurunkan tekanan penderita hipertensi
darah dan masing-masing terapi Karakteristik Responden
memiliki kekurangan dan kelebihan.
Maka tujuan dari penelitian ini adalah Tabel 1. Karakteristik responden
untuk membandingkan efektivitas berdasarkan jenis kelamin dan
usia
terapi bekam dan terapi pijat refleksi Karakteristik Kelompok Kelompok
terhadap tekanan darah pada penderita Bekam Pijat
hipertensi. Refleksi
% %
METODE PENELITIAN Jenis Kelamin
Jenis penelitian yang digunakan Laki-laki 19 31,67 17 28,33
adalah Pre Eksperiment Design, Perempuan 11 18,33 13 21,67
rancangan yang digunakan Two Group Total 30 50 30 50
Pre-Posttest Design (Sugiyono, 2013). Usia
Populasi dalam penelitian ini adalah 45 tahun 4 6,67 3 5
seluruh penderita hipertensi yang 46-55 tahun 14 23,33 12 20
melakukan terapi di Rumah Bekam dan
Rumah Husada, Kecamatan 56 tahun 12 20 15 25
Karangmalang, Kabupaten Sragen.
Total 30 50 30 50
Sampel dalam penelitian ini berjumlah
7

Tabel 1 diperoleh distribusi jenis Tabel 3 diperoleh hasil uji


kelamin pada kedua kelompok lebih paired sample t-test pada kelompok
banyak pada laki-laki. Usia responden bekam nilai p-value = 0,001 < 0,05,
pada kelompok bekam lebih banyak hal ini menunjukkan Ho ditolak,
pada rentang usia 46-55 tahun yaitu sehingga dapat disimpulkan bahwa
23,33% sedangkan untuk kelompok ada perbedaan rata-rata tekanan
pijat refleksi pada usia 56 tahun yaitu darah diastole pre dan post test pada
25%. kelompok terapi bekam.
Hasil Analisis Bivariat 3. Uji beda rata-rata tekanan darah
sistole pre dan post test kelompok
1. Uji beda rata-rata tekanan darah pijat refleksi
sistole pre dan post test kelompok Untuk mengetahui nilai rata-
bekam rata tekanan darah sistole pre dan
Nilai rata-rata tekanan darah post pada kelompok pijat refleksi
sistole pre dan post test pada menggunakan uji paired sample t-
kelompok bekam, menggunakan uji test ditampilkan pada tabel 4.
paired sample t-test ditampilkan Tabel 4 Hasil uji beda rata-rata tekanan
dalam tabel 2. darah sistole pre dan post
Tabel 2 Hasil uji beda rata-rata tekanan test kelompok pijat refleksi
sistole pre dan post test Kel. Rata-rata T P
kelompok bakam Pre Post
Kel. Rata-rata t p Pijat 172,93 163,00 9,086 0,001
Pre Post
Bekam 168,87 152,97 18,586 0,001 Tabel 4 diperoleh hasil uji
paired sample t-test pada kelompok
Tabel 2 diperoleh hasil uji bekam nilai p-value = 0,001 < 0,05,
paired sample t-test pada kelompok hal ini menunjukkan Ho ditolak,
bekam nilai p-value = 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hal ini menunjukkan Ho ditolak, ada perbedaan rata-rata tekanan
sehingga dapat disimpulkan bahwa darah sistole pre dan post test pada
ada perbedaan rata-rata tekanan kelompok terapi pijat refleksi.
darah sistole pre dan post test pada 4. Uji beda rata-rata tekanan darah
kelompok terapi bekam. distole pre dan post test kelompok
2. Uji beda rata-rata tekanan darah pijat refleksi
diastole pre dan post test kelompok Nilai tekanan darah diastole
bekam pre dan post test pada kelompok
Nilai rata-rata tekanan darah pijat refleksi, dapat dilihat pada
diastole pre dan post pada kelompok tabel 5.
bekam ditampilkan dalam tabel 3. Tabel 5 Hasil uji beda rata-rata tekanan
Tabel 3 Hasil uji beda rata-rata tekanan darah diastole pretest dan
darah diastole pre dan post posttest kelompok pijat
test kelompok bakam refleksi
Kel. Rata-rata T p Kel. Rata-rata t p
Pre Post
Pre Post
Pijat 94,53 89,20 6,791 0,001
Bekam 95,53 89,17 10,753 0,001
Tabel 5 diperoleh hasil uji
paired sample t-test pada kelompok
8

bekam nilai p-value = 0,001 < 0,05, perbedaannya tidak begitu


hal ini menunjukkan Ho ditolak, bermakna.
sehingga dapat disimpulkan bahwa PEMBAHASAN
ada perbedaan rata-rata tekanan
1. Karakteristik responden
darah diastole pre dan post test pada Berdasarkan jenis kelamin
kelompok terapi pijat refleksi. responden pada penderita hipertensi
5. Efektivitas pemberian terapi yang melakukan terapi di Rumah
bekam dan terapi pijat refleksi bekam dan Rumah husada diperoleh
terhadap tekanan darah sistole hasil bahwa responden laki-laki
Tabel 6 Hasil uji beda rata-rata tekanan lebih banyak dari responden
darah sistole post test perempuan pada kedua kelompok
kelompok bekam dan pijat yaitu sebanyak 36 orang (60%) dan
refleksi perempuan 24 orang (40%).
Post test Mean t p
Laki-laki lebih rentan terkena
Bekam 152,97 -2,440 0,018
hipertensi karena laki-laki tidak
Pijat 163,00 memiliki hormon estrogen
sedangkan perempuan akan lebih
Berdasarkan tabel 6 diperoleh rentan menderita hipertensi ketika
nilai p = 0,018 < 0,05, hal ini sudah menopause. Setelah
menunjukkan bahwa Ho ditolak, perempuan memasuki masa
sehingga dapat disimpulkan bahwa menopouse maka akan mulai
terdapat perbedaan efektivitas kehilangan sedikit demi sedikit
pemberian terapi bekam dan terapi hormon estrogen. Fungsi dari
pijat refleksi terhadap tekanan darah hormon estrogen sebagai pelindung
sistole. Perbedaan rata-rata kedua jantung dan pembuluh darah dengan
kelompok yaitu -10,033 maka dapat meningkatkan kadar High Density
disimpulkan bahwa terapi bekam Lipoprotein (HDL) yang betugas
lebih efektif dalam menurunkan sebagai pelindung pembuluh darah
tekanan darah sistole. dari aterosklerosis (Sylvia & Price,
6. Efektivitas pemberian terapi 2006).
bekam dan terapi pijat refleksi Saat siklus menstruasi,
terhadap tekanan darah diastole tekanan darah akan turun ini terjadi
Tabel 7 Hasil uji beda rata-rata tekanan ketika fase ovulasi dimana kadar
darah diastole post test estrogen dalam tubuh meningkat.
kelompok bekam dan pijat Setelah wanita menopouse maka
refleksi tidak akan terjadi fase tersebut,
Post test Mean t p sehingga tekanan darah tidak
Bekam 89,17 -0,028 0,978 menurun dan justru cenderung
Pijat 89,20 meningkat (Burns dan Korach,
2012).
Berdasarkan tabel 7 diperoleh
Timio dan Verdeechia (2005)
nilai p = 0,978 < 0,05, hal ini
menyatakan bahwa dengan
menunjukkan bahwa Ho diterima,
bertambahnya usia maka arteri akan
sehingga dapat disimpulkan bahwa
kehilangan elastisitasnya, sehingga
terjadi penurunan tekanan darah
volume darah yang mengalir tidak
diastole pada kedua terapi namun
lancar. Bertambahnya usia juga
9

mempengaruhi metabolisme rata-rata tekanan darah diastole pada


kalsium, sehingga banyak kalsium kelompok bekam antara sebelum
ikut beredar dalam darah dan darah dan sesudah diberikan terapi dengan
menjadi lebih kental. Hal ini yang nilai p = 0,001.
menyebabkan peningkatan tekanan Penurunan tekanan darah
darah pada usia lanjut. dalam terapi bekam dikarenakan
Dengan bertambahnya usia oleh efek dari terapi bekam yaitu
maka arteri akan kehilanggan menenangkan sistem saraf simpatik
elastisitasnya sehingga aliran darah serta menstimulasi sekresi enzim
tidak lancar dan tekanan darah yang berperan sebagai angiotensin
meningkat. Meskipun hipertensi renin. Setelah sistem saraf simpatis
dapat terjadi pada semua usia, tenang maka tekanan darah akan
namun paling sering terjadi pada turun, selain itu juga dipengaruhi
usia diatas 40 tahun. Peningkatan oleh terkendalinya hormon
tekanan darah seiring dengan aldosteron dan turunnya volume
bertambahnya usia dipengaruhi oleh darah yang mengalir di dalam
tekanan arterial yang meningkat, pembuluh darah (Sharaf, 2012).
terjadinya regurgitasi aorta dan Hasil penelitian ini
proses degeneratif yang sering menyatakan bahwa terapi bekam
terjadi pada usia tua (Anggara dan efektif dalam menurunkan tekanan
Nanang, 2013). darah sistole dan diastole, maka
2. Uji rata-rata tekanan darah pre penderita hipertensi dapat
dan post test kelompok bekam menggunakan terapi alternatif ini
Berdasarkan hasil penelitian untuk mengontrol tekanan darah
rata-rata tekanan darah sistole agar stabil. Menurut Yasin (2005)
pretest pada kelompok bekam bekam mampu memicu pengeluaran
adalah 168,87 mmHg dan terjadi beberapa zat seperti serotinin,
penurunan rata-rata tekanan darah histamin, bradikinin, slow reactio
sistole posttest yaitu menjadi 152,97 substance (SRS) yang menyebabkan
mmHg, terdapat selisih 15,90 dilatasi kapiler dan artiriol. Hal ini
mmHg berarti terjadi penurunan menyebabkan perbaikan mikro-
sebesar 9,42%. Berdasarkan uji sirkulasi pembuluh darah dan
statistik paired sample t-test menimbulkan efek relaksasi
mnunjukan bahwa ada penurunan sehingga tekanan darah turun secara
rata-rata tekanan darah sistole stabil.
kelompok bekam antara sebelum 3. Uji beda rata-rata tekanan darah
dan sesudah diberikan terapi dengan pre dan post test kelompok pijat
nilai p = 0,001. Rata-rata tekanan refleksi
darah diastole pretest sebesar 95,53 Berdasarkan hasil penelitian
mmHg dan rata-rata tekanan darah rata-rata tekanan darah sistole
diastole posttest menjadi 89,17 pretest pada kelompok pijat refleksi
mmHg, selisih antara pretest dan menunjukkan 172,93 mmHg dan
posttest sebesar 6,36 mmHg rata-rata tekanan darah sistole
penurunan sebesar 6,66%. posttest menjadi 163,00 mmHg,
Berdasarkan uji statistik terdapat penurunan dengan selisih
menunjukkan adanya penurunan 9,93 mmHg atau sebesar 5,74%.
10

Berdasarkan uji statistik paired Menurut Widyaningrum (2013)


sample t-test pada kelompok pijat menyebutkan bahwa terapi pijat
refleksi mengalami penurunan refleksi memberikan rangsangan
tekanan darah sistole sebelum dan bioelektrik apabila titik saraf zona
sesudah diberikan terapi dengan refleksi diberi pijatan sehingga
nilai p = 0,001. Rata-rata tekanan simpul saraf pembuluh darah
diastole pretest menunjukkan 94,53 terbuka. Saat pemijatan maka timbul
mmHg dan rata-rata tekanan darah rasa nyeri, maka tubuh mengeluar-
posttest sebesar 89,20 mmHg, kan zat morfin yang menimbulkan
sehingga terjadi penurunan tekanan perasaan rileks.
darah diastole sebesar 5,33 mmHg Relaksasi merupakan tindakan
atau 5,64%. Dari uji statistik juga yang wajib diberikan pada penderita
didapatkan hasil bahwa terjadi hipertensi sebagai terapi anti-
penurunan tekanan darah diastole hipertensi non farmakologi.
antara sebelum dan sesudah Penyebab naiknya tekanan darah
diberikan terapi pijat refleksi dengan bisa karena kekakuan pada dinding
nilai p = 0,001. arteri, volume darah meningkat, atau
Penurunan tekanan darah viscositas darah meningkat.
dengan terapi pijat refleksi Pembuluh darah yang rileks akan
dikarenakan relaksasi yang menyebabkan terjadinya vaso-
dihasilkan oleh stimulasi taktil di dilatasi pada pembuluh darah
jaringan tubuh. Pijat refleksi sehingga mengakibatkan tekanan
menurunkan produksi kortisol darah akan turun. Beberapa cara
dengan meningkatkan sekresi dapat dilakukan agar tubuh menjadi
corticotropin dari HPA. Setelah rileks antara lain seperti terapi
tubuh rileks maka otak musik klasik, yoga, teknik napas
mengeluarkan serotonin yang dalam, dan terapi massase
berperan dalam perubahan fisiologis (Muttaqin, 2009).
pada tubuh yaitu menyebabkan 4. Efektivitas pemberian terapi
dilatasi pembuluh darah kapiler dan bekam dan terapi pijat refleksi
arteriol sehingga mikrosirkulasi terhadap tekanan darah
pembuluh darah membaik. Efek Uji beda rata-rata setelah
membaiknya mikrosirkulasi dilakukan terapi menunjukkan
pembuluh darah yaitu terjadi tekanan darah sistole dan diastole
relaksasi pada otot-otot yang kaku mengalami penurunan pada
serta akibat vasodilatasi pada kelompok bekam dan pijat refleksi.
pembuluh darah akan menurunkan Untuk membedakan terapi mana
tekanan darah secara stabil (Guyton yang efektif menurunkan tekanan
& Hall, 2007). darah maka menggunakan uji
Hasil penelitian yang independent sample t-test. Hasil uji
dilakukan menunjukkan bahwa statistic menunjukkan rata-rata
terapi pijat refleksi mampu tekanan darah sistole posttest bekam
menurunkan tekanan darah sistole 152,97 mmHg dan untuk pijat
dan diastole, terbukti dengan adanya refleksi 163,00 mmHg. Nilai uji
penurunan tekanan darah setelah statistic menunjukkan nilai p =
dilakukan terapi pijat refleksi. 0,018 dan nilai perbedaan rata-rata
11

kedua kelompok yaitu -10,033, dari kedua terapi hanya terjadi pada
sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan darah sistole, hal ini
terdapat perbedaan efektivitas diakibatkan karena untuk menurun-
pemberian terapi bekam dan terapi kan tekanan darah terapi bekam
pijat refleksi, dan terapi bekam lebih akan memperbaiki mikrosirkulasi
efektif dalam menurunkan tekanan darah mulai dari pembuluh darah
sistole. Untuk tekanan darah diastole yang besar terlebih dahulu, sehingga
rata-rata tekanan darah post test pembuluh darah besar akan elastis
bekam 89,17 mmHg dan untuk pijat kembali dan tekanan darah sistole
refleksi 89,20 mmHg. Nilai uji akan mengalami penurunan lebih
statistic p = 0,978 maka dapat cepat. Saat jantung berkontraksi
disimpulkan untuk tekanan darah untuk memompa darah maka terapi
diastole tidak terdapat perbedaan bekam juga berefek untuk menurun-
efektivitas antara kedua terapi. Pada kan volume darah yang beredar di
posttest tekanan darah diastole pembuluh darah. Pada tekanan darah
terdapat perbedaan penurunan, diastole kerja terapi bekam terlihat
namun perbedaannya tidak terlalu lebih lama karena tekanan diastole
bermakna. terjadi ketika jantung berelaksasi
Peningkatan tekanan darah dan darah dikirim kembali ke
seiring dengan bertambahnya usia jantung melalui pembuluh darah
sering dialami oleh orang-orang vena yang sifatnya kurang elastis
yang berusia lanjut. Peningkatan (Rony, Setiawan dan Sari, 2009;
tekanan darah pada usia lanjut Sharaf, 2012).
umumnya terjadi akibat fungsi Berdasarkan penelitian yang
organ pada sistem kardiovaskular. saya lakukan maka didapatkan hasil
Perubahan struktural dan fungsional bahwa terdapat perbedaan
dari sistem pembuluh darah seperti efektivitas dalam menurunkan
aterosklerosis, hilangnya elastisitas, tekanan darah sistole dan tidak ada
sehingga aorta dan arteri besar perbedaan efektivitas dalam
menurun kemampuannya dalam menurunkan tekanan darah diastole.
mengakomodasi volume darah yang Hasil uji statistic menunjukkan
dipompa oleh jantung (Smeltzer & terapi bekam lebih efektif
Bare, 2005). menurunkan tekanan darah sistole.
Mekanisme terapi bekam Pada tekanan darah diastole antara
dalam menurunkan tekanan darah kedua terapi mengalami penurunan,
melalui pelepasan zat nitrit oksida namun perbedaannya tidak terlalu
yang menyebabkan terjadinya bermakna.
dilatasi pada pembuluh darah, Lebih efektifnya terapi bekam
menjadikan pembuluh darah lebih dikarenakan terapi bekam
kuat dan elastis, mengendalikan merangsang titik-titik saraf di tubuh
hormon aldosteron sehingga volume dan menyebabkan pergerakan aliran
darah yang mengalir di pembuluh darah tidak seperti terapi pijat
darah menurun dan hasil akhirnya refleksi yang hanya merangsang
tekanan darah menurun secara titik saraf di tubuh. Selain itu terapi
stabil. Dari hasil penelitian bekam juga mensekresi zat nitrit
menunjukkan perbedaan keefektifan oksida (NO) yang memperluas
12

pembuluh darah sehingga tekanan sehari-hari agar hasil penelitian


darah turun (Fikri, Nursalam & Eka, lebih signifikan. Dapat juga
2012). dilakukan penelitian pada
responden dengan nyeri atau
SIMPULAN DAN SARAN
diabetes melitus.
A. Simpulan
1. Terdapat perbedaan tekanan DAFTAR PUSTAKA
darah penderita hipertensi
sebelum dan sesudah mendapat Anggara, Febby H D dan Nanang
terapi bekam, terjadi penurunan Prayitno. (2013). Faktor-faktor
tekanan darah setelah terapi yang berhubungan dengan
bekam. tekanan darah di puskesmas
2. Terdapat perbedaan tekanan telaga murni, cikarang barat
darah penderita hipertensi
tahun 2012. Jurnal Ilmiah
sebelum dan sesudah mendapat
terapi pijat refleksi, terjadi Kesehatan, 5 (1); Januari 2013.
penurunan tekanan darah setelah Diakses tanggal 28 Februari
terapi pijat refleksi. 2015.
3. Terapi bekam lebih efektif
daripada terapi pijat refleksi Burns, K. A., & Korach, K. S. (2012).
dalam menurunkan tekanan darah Estrogen receptors and human
sistole, untuk tekanan darah disease: An update. Archives of
diastole terapi bekam dan terapi Toxicology.Archiv Fr
pijat refleksi berpengaruh
Toxikologie, 86(10), 1491-504.
menurunkan tekanan darah
namun perbedaannya tidak terlalu doi:http://dx.doi.org/10.1007/s0
bermakna. 0204-012-0868-5. Diakses
B. Saran tanggal 8 Maret 2015.
1. Bagi profesi keperawatan, dapat
dijadikan referensi dan dapat Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik
digunakan untuk memberikan untuk kedokteran dan
terapi komplementer yang efektif kesehatan. Jakarta : Salemba
dan tentu saja relatif lebih murah
Medika.
bagi penderita hipertensi dalam
mengontrol tekanan darah.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2012).
2. Bagi institusi pendidikan, dapat
dijadikan salah satu referensi Buku Profil Kesehatan Provinsi
dalam pembelajaran mengenai Jawa Tengah Tahun 2012.
terapi komplementer untuk http://www.depkes.go.id/downl
mengontrol tekanan darah pada oads/PROFIL_KES_PROVINS
penderita hipertensi. I_2012/13_Profil_Kes.Prov.Jaw
3. Bagi peneliti selanjutnya, aTengah_2012.pdf.
penelitian ini dapat dikembang-
kan lebih lanjut dengan mem- Fikri, Zahid., Nursalam, & Eka
perhatikan faktor konsumsi
Misbahatul M. (2012).
makanan dan kebiasaan hidup
Penurunan kadar kolesterol
13

dengan terapi bekam. Journal of Riset Kesehatan Dasar. (2013).


Nurse Community. Volume 3, Riskesdas 2013.
No. 6. Diakses tanggal 2 Maret http://www.depkes.go.id/downl
2015. oads/riskesdas2013/Hasil_20Ri
skesdas_202013.pdf.
Guyton & Hall. (2007). Buku ajar
fisiologi kedokteran. Edisi II. Ronny; Setiawan; dan Sari Fatimah.
Jakarta : EGC. (2009). Fisiologi
kardiovaskular: berbasis
Harvey, Richard A. & Pamela C. masalah keperawatan. Jakarta :
Champe. (2013). Farmakologi EGC.
ulasan bergambar. Jakarta :
EGC. Sharaf, A. R. (2012). Penyakit dan
Terapi Bekamnya : Dasar-
Kamaluddin, Ridwan. (2010). dasar Ilmiah Terapi Bekam.
Pertimbangan Dan Alasan Surakarta : Thibbia.
Pasien Hipertensi Menjalani
Terapi Alternatif Komplementer Smeltzer and Bare. (2005). Buku ajar
Bekam Di Kabupaten keperawatan medikal bedah,
Banyumas. Jurnal Keperawatan Edisi 8, Volume 2. Jakarta :
Soedirman. Volume 5, No. 2. EGC.
Diakses tanggal 2 Desember
2013. Sugiyono. (2013). Statistika untuk
penelitian. Bandung : PT.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku ajar Alfabeta.
asuhan keperawatan klien
dengan gangguan sistem Timio, M., & Verdeechia, P. (205).
kardiovaskuler dan hematologi. Blood pressure changer over 20
Jakarta : Salemba Medika. years in nuns in secluded order.
Journal Hypertension in
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Elderly, 4 (1), 60-63. Diakses
penelitian kesehatan edisi tanggal 28 Februari 2015.
revisi. Jakarta : PT. Rineka
Cipta. Widyaningrum, Herlina. (2013). Pijat
refleksi dan 6 terapi alternatif
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, lainnya. Yogyakarta : Media
McCarty L. (2006). Pressindo.
Patofisiologi : konsepklinis
proses-proses penyakit. Edisi 1. Wisudawan, Agus A. W., Prasojo
Volume 6. Jakarta : EGC. Pribadi, & Puspita Septi D.
(2012). Gambaran Penggunaan
Antihipertensi Di Poliklinik
14

Penyakit Dalam RSUD Tidar


Kota Magelang Periode Januari-
Juni 2012. Magelang :
Universitas Muhammadiyah
Magelang.

Yasin, S.A. (2005). Bekam sunnahnabi


dan mukjizat medis. Solo : Al-
Qowam.

Mahasiswa S1 Prodi Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Jl. Ahmad Yani No. 1 Surakarta
** Dosen Prodi Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan UMS
Jl. Ahmad Yani No. 1 Surakarta
** Dosen Prodi Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan UMS
Jl. Ahmad Yani No. 1 Surakarta

Anda mungkin juga menyukai