Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan laju perkembangan zaman, kebutuhan akan barang dan jasa terus

meningkat. Selain itu persaingan dalam segala aspek kehidupan terutama di

bidang ekonomi pun juga tidak bisa terelakkan. Perkembangan dunia industri

dewasa ini membawa suatu perubahan terhadap perekonomian negara maupun

terhadap kesejahteraan pekerja. Inilah yang mendorong saya untuk mendirikan

sebuah usaha yang menghasilkan produk-produk berkualitas. Dalam bidang

kependudukan, jumlah penduduk Indonesia yang kian melesat juga menyebabkan

kebutuhan akan lapangan pekerjaan semakin bertambah banyak. Maka sangat

perlu adanya penciptaan lapangan kerja baru untuk menutupi kebutuhan tersebut.

Dunia industri yang dulu hanya menggunakan peralatan sederhana dalam

pekerjaanya, sekarang berkembang menggunakan peralatan modern. Penggunaan

peralatan yang modern di satu sisi akan memberi kemudahan terhadap proses

produksi dan produktivitas pekerja misalnya bengkel las yang akan memudahkan

seeorang untuk menciptakan kreasi indah untuk tinggal mereka.

1.2 Tujuan Usaha

Adapun tujuan dari pendirian perusahaan ini adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan lapangan kerja yang luas

2. Mempercantik dan memperindah pagar, atap rumah

3. Meningkatkan jiwa kemandirian dalam usaha

1
1.3 Manfaat Ekonomi

Manfaat ekonomi dalam pembuatan proposal usaha ini adalah untuk

menganalisa kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendirian usaha

maupun ketika menjalankan usaha tersebut. Manfaat ekonomi untuk pendirian

usaha adalah meningkatkan perekonomian Indonesia., menambah lapangan kerja

baru, memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bengkel dan Perbengkelan

2.1.1 Pengertian Bengkel

Bengkel adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan

untuk melakukan konstruksi atau manufaktur, dan/atau memperbaiki benda.

Sedangkan perbengkelan adalah pengetahuan dan keterampilan tentang peralatan

dan metode untuk membuat, membentuk, mengubah bentuk, merakit, ataupun

memperbaiki suatu benda menjadi bentuk yang baru atau kondisi yang lebih baik

secara manfaat maupun estetika. Perbengkelan merupakan sebuah ilmu yang telah

berkembang bahkan sebelum Revolusi Industri karena bengkel merupakan satu-

satunya tempat untuk membuat alat hingga berkembang industri manufaktur besar

dengan mesin uapnya. Dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia erat kaitannya

dengan jasa perbaikan kendaraan bermotor.

2.1.2 Klasifikasi Bengkel

Perbengkelan umumnya dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan

bahan yang dikonstruksi (batu, kayu, atau logam) dan pemanfaatannya (bengkel

alat dan mesin pertanian, bengkel kendaraan bermotor, bengkel industri, bengkel

kereta api, dan sebagainya). Menurut Depo (2010) Ada beberapa jenis dan status

bengkel yang dapat diterangkan sebagai berikut :

3
1. Bengkel bebas

Bengkel ini berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak memawakili merek tertentu

sehingga kebijakan-kebijakan dapat diambil sendiri sepanjang tidak merugikan

bengkel itu sendiri.

2. Bengkel perwakilan

Bengkel ini masih mirip dengan bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri sendiri

tapi

ada merek yang diwakilinya melalui surat penunjukan dari pemegang merek.

Kebijakan-kebijakan yang diambil disesuaikan dengan perusahaan yang

menunjuknya dan sekaligus masuk kedalam bagian dari layanan purna jual merek

yang bersangkutan. Jenis bengkel ini memungkinkan untuk menerima

kemudahan-kemudahan dari perusahaan yang menunjuknya. Kemudahan-

kemudahan tersebut bisa bersifat bantuan teknis.

3. Bengkel dealer

Bengkel ini merupakan bagian atau sub bagian operasional dari dealer atau

ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) sebagai unit layanan purna jual untuk

mendukung sistem pemasaran. Kebijakan-kebijakan yang dibuat sepenuhnya

tergantung dan tunduk kepada perusahaan/dealer yang bersangkutan.

2.1.3 Alat-alat Perbengkelan

Perkakas umum di dalam daftar berikut ini dipilih berdasar atasasumsi

seringnya digunakan di bengkel dan biasanya tersedia di pasaran. Walaupun ada

berbagai jenis perkakas di samping yang ada didaftar, perbaikan umum dapat

terpenuhi dengan perkakas yang ada pada daftar ini. Bengkel sebaiknya dilengkai

4
dengan perkakas yang diperlukan dengan mengacu pada daftar ini. Ingat bahwa

jenis dan

jumlah perkakas yang diperlukan akan berbeda dengan skala pelaksanaan

perbaikan dan banyaknya kendaraan yang diperbaiki, perkakasa pada bengkel

umumnya di ketegorikan berdasarkan fungsi kerjanya masing-masing (Permana,

2006).

1. Perkakas Pengikat (Turning Tools)

Defenisi sederhana yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, alat

pengikat adalah alat atau sarana untuk mengikat benda-benda seperti baut, sekrup,

mur, prna, pasak, ring, dan lain sebagainya agar tidak bergerak atau bergeser saat

diberi perlakuan (Daryanto, 2003). Menurut Daryanto (2003) alat-alat pengikat

banyak

digunakan sekarang ini merupakan hasil dari pabrik untuk sejumlah alasan yang

sangat penting. Alat pengikat juga mempermudah perbaikan suatau komponen

mesin atau konstruksi lainnya.

a. Baut, Sekrup, dan Mur

Baut, sekrup dan mur digunakan sebagai alat pengikat untuk sejumlah alat-

alat mesin. Baut biasanya digunakan pada lubang-lubang yang dibor melalui

bagian-bagian yang dikuatkan. Penggunaan baut ditahan dengan sebuat mur,

sedangkan pada sekrub merupakan sebuah batang metal yang panjang yang

mempunyai sebuah kepala dan sebuah bodi, kepala pada sekrup umumnya bersegi

enam atau empat, pada batang mur dan sekrup mempunyai rusuk ulir yang disebut

drad pada ujungnya, dan pada puncak disebut crest.

b. Ring Penahan

5
Sebuah ring datar ialah baja yang bundar dengan sebuah lubang yang

melalui pusat poros, jika ring tersebut dipasangkan di bawah kepala dari sebuah

baut, atau di bawah mur, maka plain washer member muatan yang lebih pada

suatu daerah yang lebih luas/besar dari pada kepala mur atau baut.

c. Paku

Paku merupakan alat pengikat yangbsangat berguna terdiri dari paku

keeling, pen, dari bahan lunak dengan sebuah kepala pada salah satu ujungnya,

pemasangannya dilakukan dengan cepat, permanen dan serbaguna. Kebanyakan

alat penguat menjadi tidak berguna tanpa suatu ketepatan, dengan alat yang akan

memudahkan pemasangan dan pembongkaran. pabrik besar guna membuat alat

untuk tujuan pekerjaan ini, alat-alat yang biasanya menghasilkan kerja yang baik

untuk mengutakan yaitu kunci kunci.

d. Kunci Ring

Kunci Ring memiliki ujung bulat (box) cocok untuk membuka atau

megunci kepala baut atau murk arena memberikan suatu cengkeraman yang lebih

kuat dari kunci pas yang ujungnya terbuka.

e. Kunci Kombinasi

Kunci komninasi yaitu kunci yang pada salsatu ujungnya terbuka dan yang

lainnya bulat, perkakas ini berfungsi lebih cepat untuk membuka atau memasang

baut dan mur. Kunci kombinasi mempunyai bentuk dan ketebalan yang berbede-

beda membuka baut pada ukuran diameter yang berbeda pula.

f. Kunci Inggris

Kunci Inggris ini telah dikenal dengan nama dagangnya bentuk sabit

digunakan untuk membuka baut dan mur yang mempunyai ukuran yang tidak

6
cocok jika dibuka dengan kunci lain. Sebuah kunci inggris yang dapat disetel

ukuran diameter kepalanya. Sehingga penggunaan pada bengkel tidak sulit untuk

melakukan suatu usaha pada penguatan pada benda yang dikengcangkan pada

baut tersebut.

2. Perkakas Pemindah (Driving Tools)

Palu adalah alat untuk memukul benda kerja. Penggunaan palu tergantung

pada kebutuhan. Palu sangat bervariasi jenis dan ukurannya, beberapa jenis palu

antara lain palu karet, palu kayu, palu plastic, plau tembaga, dan palu besi.

Masing-masig palu memiliki fungsi tersendiri, palu yang terbuat dari karet, kayu,

dan plastik biasanya digunakan untuk mengerjakan pekerjaan dimana permukaan

benda kerja yang dipukul harus dijaga agar jangan sampai rusak, sedang pada

pada palu tembaga dan besi digunakan untuk memukul logam-logam yang keras

(Maran, 2007).

3. Perkakas Pemotong (Cutting Tools)

Merupakan perkakas yang digunakan untuk memisahkan atau memindahkan

material-material dari suatu bahan. Menurut Maran dan Daryanto (2007 dan 1987)

umumnya menggunakan alat-alat seperti gergaji, pemahan (penggores), tang

potong, gunting, dan mesin-mesin pemotong lainnya.

a. Gergaji

Gergaji digunkan untuk memotong besi, kuningan, maupun baja, plat, dan

kayu sesuai dengan jenis gergajinya. Dilihat dari sisi potong gergaji, terdapat dua

jenis mata gergaji dengan satu sisi dan mata gergaji dengan dua sisi. Sedangkan

menurut bentuk gigi gergaji terbagi menjadi tipe lurus dan bentuk tipe silang

7
dengan besar sudut tiap gigi gergaji 50. Konstruksi sebuah gergaji terdiri dari

tangkai (rangaka atau sekang), mur, penyetel dan daun gergaji.

b. Penggores

Pada Pekerjaan memotong logam, penggoresan digunakan untuk membuat

tanda berupa garis pada permukaan logam yang hendak dipotong. Bagian

penggoresan yang sering rusak yaitu pada bagian ujungnya yang menjadi tumpul

jika sering digunakan.

c. Gunting

Pekerjaan pemotongan pelat logam yang berukuran tipis dapat dilakukan

dengan menggunakan gunting besi biasa, yang memiliki rahang potong datar,

sementara untuk memotong plat yang hasil potongannya berbentuk lingkaran

maka dibutuhkan gunting potong pembulat. Pada pemotongan plat yang

berukuran tebal maka menggunkan gunting tuas yang memiliki daya potong

tergantung pada tenaga tenaga yang diberikan oleh mekanik saat menggerakkan

handel gunting tuas tersebut.

d. Kikir

Kikir dipakai untuk meratakan atau menghaluskan permukaan atau sisi

benda kerja yang terbuat dari bahan logam. Kikir terbuat dari baja karbon dengan

bermacam-macam bentuk dan ukuran yang digunakan.

e. Pahat

Pahat merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk membentuk atau

memotong logam. Bagian yang paling penting pada pahat yaitu ujunga

pemotongnya. Karena dimaksudkan untuk memotong atau membentuk logam

maka mata pahat dibuat dari bahan baja karbon.

8
f. Mesin Bubut

Mesin bubut mempunyai gerak utama berputar dan berfungsi sebagai

pengubah bentuk dan ukuran benda dengan jalan menyayat benda tersebut dengan

suatu pahat penyayat, posisi benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin dan

pahat diam bergerak ke kanan atau kekiri searah dengan sumbu mesin bubut

menyayat benda pekerjaan.

g. Mesin Gerinda

Mesin Gerinda pada dasarnya berguna untuk menggerinda permukaan

benda kerja sehingga rata dan halus, khusunya untuk mengasah pahat pemotongan

dari mesin-mesin perkakas.

h. Perkakas Pelubang (Boring Tools)

Mesin Bor adalah suatu alat pembuata lubang atau alur yang efesien,

sebagai pisau penyayat pada mesin bor ini dinamakan mata bor yang mempunyai

ukuran diameter yang bermacam-macam. Mesin bor termasuk perkakas dengan

gerak utama berputar fungsi pokok mesin ini adalah untuk melubangi benda kerja

dengan menggunakan mata pahat bor sebagai alatnya.

i. Perkakas Lainnya

Perkakas jenis ini, merupakan alat-alat yang membantu pekerjaan

perbengkelan lainnya, seperti alat tulis menulis dan meja perata yaitu meja yang

dipakai untuk kegiatan pengukuran, pembengkokan, pengelasan, dan sebagain

landasan paerkakas lainnya.

2.2 Bengkel Las dan Pengelasan

2.2.1 Deskripsi Umum Bengkel Las dan Pengelasan

9
Bengkel las merupakan bengkel yang masuk dalam kategoribengkel logam.

Bengkel las adalah sebuah bangunan yang menyediakan ruang dan peralatan

untuk melakukan pengelasan atau konstruksi penyambungan logam. Pengelasan

adalah kegiatan utama yang terjadi dalam bengkel las. Mengelas adalah

menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan tenaga

panas. Tenaga panas diperlukan untuk memanaskan bahan dasar yang akan

disambung dan kawat sebagai pengisi. Sehingga bisa didefinisikan pengelasan

adalah suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat

panas dengan atau tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari

metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum

atomatom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu

bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida.

Menurut penemuan-penemuan benda bersejarah, dapat diketahui bahwa

teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dari zaman prasejarah,

misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian timbal-timah,

menurut keterangan telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara

tahun 4000 sampai 3000 SM dan diduga sumber panas berasal dari pembakaran

kayu dan arang. Pada abad ke 19 teknologi pengelasan berkembang dengan pesat

karena telah dipergunakannya sumber energi listrik (Suharno, 2008).

Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada

sambungan logam paduan yang dilaksankan dalam keadaan, dijelaskan lebih

lanjut bahwa las adalah sesuatu proses dimana bahan dan jenis yang sama

digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan

kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Suharno, 2008).

10
2.2.2 Jenis dan Macam Sambungan Las

Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang

digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan

dalam hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasiaan tersebut

pada waktu ini

dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan cara kerja dan

klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las

dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya, sedangkan

klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las

listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih

terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut di atas akan terbaur.

Di antara kedua cara klasifikasi tersebut, kelihatannya klasifikasi

berdasarkan cara kerja lebih banyak digunakan, berdasarkan klasifikasi ini

pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu:

1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan

sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas

yang terbakar.

2. Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan dan

kemudian ditekan hingga menjadi satu.

3. Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan

dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.

Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.

Klasifikasi cara pengelasan dapat dilihat pada gambar.

11
Gambar 2.1 Klasifikasi Pengelasan

Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan terbagi menjadi dua antara lain

(Bintoro, 1999) :

1. Las Oksi Asetilen

Pengelasan dengan oxy-acetylene adalah proses pengelasan secara manual

dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai

mencair oleh nyala gas acetylene melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2

dengan atau tanpa logam pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan

tekanan

sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam. Pengelasan dengan gas dilakukan

dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2) sehingga

menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000oC) yang mampu mencairkan

logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan adalah

12
acetylene, propana atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las

oxy-acetylene atau dikenal dengan nama las karbit.

Nyala acetylene diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan acetylene

yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam

induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi. Oksigen

diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil

umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari

nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas

asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-

gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang

terjadi dalam

tabung asetilen adalah:

2C2H2 + 5O2 4CO2 + H2O

Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai

hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini

kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas

acetylene dapat diperoleh dari generator acetylene yang menghasilkan gas

acetylene dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam

tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak

boleh melebihi 100 KPa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung

acetylene diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian

diisi dengan gas acetylene. Tabung jenis ini mampu menampung gas acetylene

bertekanan sampai 1,7 MPa.

13
Nyala hasil p antara gas oksigen dan gas acetylene nya. Ada tiga macam

nyala api dalam las oxy-acetylene seperti ditunjukkan pada gambar di bawah:

a. Nyala acetylene lebih (Nyala karburasi)

Bila terlalu banyak perbandingan gas acetylene yang digunakan maka di

antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru

berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan

terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya

ditentukan oleh jumlah kelebihan acetylene. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam

pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam

bahan pengerasan permukaan non-ferous.

b. Nyala oksigen lebih (Nyala oksidasi)

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan

nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam

berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses

oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi

ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu

namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.

14
Gambar 2.3 Nyala Oksidasi

c. Nyala netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan acetylene sekitar

satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan

kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala

ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 o C

tercapai pada ujung nyala kerucut.

Gambar 2.4 Nyala Netral

Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala

acetylene berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk

mengelas baja. Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000 C dan di
o

tengah kerucut luar kira-kira 2500 C.


o

15
Pada posisi pengelasan dengan oxy-acetylene arah gerak pengelasan dan posisi

kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam

teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu:

a. Pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di

bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung

pembakar (brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod)

dimiringkan dengan sudut antara 30-40 dengan benda kerja. Kedudukan

ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 23 mm agar terjadi

panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala

diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

b. Pengelasan mendatar (horizontal)

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan

dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah,

untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander

terhadap benda kerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah

garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di

atas garis mendatar.

c. Pengelasan tegak (vertikal)

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas

atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat

sambungan yang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.

16
d. Pengelasan di atas kepala (over head)

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan

dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan

pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut

brander dimiringkan 10 dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi

berada di belakangnya bersudut 45-60.

e. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan

ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda

kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan.

Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak

membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

f. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke

kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang

tebalnya 4,5 mm ke atas.

Keuntungan dan kegunaan pengelasan oxy-acetylene sangat banyak, antara lain:

a. Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.

b. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik teknik

pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.

c. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di

bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.

17
d. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat

dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun

penyambungan.

2. Las listrik

Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan

mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda yang

akan disambung. Elektroda-elektroda yang dialiri listrik digunakan untuk

menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup. Penyambungan dua buah

logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan dengan busur

nyala listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada bidang-bidang

sentuhan akan menimbulkan panas dan berguna untuk mencairkan permukaan

yang akan disambung.

Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala busur

listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara ujung-ujung

elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat menentukan

terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin mudah terjadi

loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa tegangan yang

tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh manusia hanya mampu

menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain penggunaan arus dan tegangan

yang bisa membahayakan operator, nyala busur listrik juga memancarkan sinar

ultra violet

dan sinar infra merah yang berinteraksi sangat tinggi. Pancaran atau radiasi dari

sinar tersebut sangat membahayakan mata maupun kulit manusia (Bintoro, 1999).

18
Macam sambungan bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil

batang yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan

yang tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las.

Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan

kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan

sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi.

a. Sambungan Sebidang

Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung

plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan

utama jenis sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul

pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam. Bila digunakan bersama

dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove weld),

sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan

biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya

ialah ujung yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus

(diratakan atau dimiringkan) dan dipertemukan secara hatihati sebelum

dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan potongan yang akan

disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan

sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses

pengelasan dengan akurat.

b. Sambungan Lewatan

Sambungan lewatan pada merupakan jenis yang paling umum. Sambungan

ini mempunyai dua keuntungan utama:

19
1) Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak

memerlukan ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan

jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser untuk

mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk

penyesuaian panjang.

2) Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak

memerlukan persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala

(api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las sudut

sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di

lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya

dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang khusus.

Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya

dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau

dibuka kembali setelah dilas.

3) Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan

untuk menyambung plat yang tebalnya berlainan.

c. Sambungan Tegak

Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-

up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan

atau penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket).

Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus. Jenis

sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang yang

dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las

tumpul.

20
d. Sambungan Sudut

Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk

boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang

memikul momen puntir yang besar.

e. Sambungan Sisi

Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai

untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau

untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.

Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi

kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya

terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural dengan

lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi sambungan)

terbaik dalam setiap persoalan.

2.2.3 Kampuh Las

Untuk menghasilkan kualitas sambungan las yang baik, salah satu faktor yang

harus diperhatikan yaitu kampuh las. Kampuh las ini berguna untuk menampung

bahan pengisi agar lebih banyak yang merekat pada benda kerja, dengan demikian

kekuatan las akan terjamin.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis kampuh adalah:

1. Ketebalan benda kerja.

2. Jenis benda kerja.

3. Kekuatan yang diinginkan.

4. Posisi pengelasan.

21
Sebelum memulai proses pengelasan terlebih dahulu ditentukan jenis sambungan

las yang akan dipilih. Hal-hal yang harus diperhatikan bahwa sambungan yang

dibuat akan mampu menerima beban (beban statis, beban dinamis, atau

keduanya).

Dengan adanya beberapa kemungkinan pemberian beban sambungan las, maka

terdapat beberapa jenis sambungan las, yaitu sebagai berikut:

1. Kampuh V Tunggal

Sambungan V tunggal juga dapat dibuat tertutup dan terbuka. Sambungan ini

juga lebih kuat dari pada sambungan persegi, dan dapat dipakai untuk

menerima gaya tekan yang besar, serta lebih tahan terhadap kondisi beban

statis dan dinamis. Pada pelat dengan tebal 5 mm20 mm penetrasi dapat

dicapai 100%.

2. Kampuh Persegi

Sambungan ini dapat dibuat menjadi 2 kemungkinan, yaitu sambungan

tertutup dan sambungan terbuka. Sambungan ini kuat untuk beban statis tapi

tidak kuat untuk beban tekuk.

3. Kampuh V Ganda

Sambungan ini lebih kuat dari pada V tunggal, sangat baik untuk kondisi

beban statis dan dinamis serta dapat menjaga perubahan bentuk kelengkungan

sekecil mungkin. dipakai pada ketebalan 18 mm-30 mm.

4. Kampuh Tirus Tunggal

Sambungan ini digunakan untuk beban tekan yang besar. Sambungan ini

lebih baik dari sambungan persegi, tetapi tidak diperhatikan bahwa

22
sambungan yang dibuat akan mampu menerima beban (beban statis, beban

dinamis, atau keduanya).

Dengan adanya beberapa kemungkinan pemberian beban sambungan las, maka

terdapat beberapa jenis sambungan las, yaitu sebagai berikut:

1. Kampuh V Tunggal

Sambungan V tunggal juga dapat dibuat tertutup dan terbuka. Sambungan ini

juga lebih kuat dari pada sambungan persegi, dan dapat dipakai untuk

menerima gaya tekan yang besar, serta lebih tahan terhadap kondisi beban

statis dan dinamis. Pada pelat dengan tebal 5 mm20 mm penetrasi dapat

dicapai 100%.

2. Kampuh Persegi

Sambungan ini dapat dibuat menjadi 2 kemungkinan, yaitu sambungan

tertutup dan sambungan terbuka. Sambungan ini kuat untuk beban statis tapi

tidak kuat untuk beban tekuk.

3. Kampuh V Ganda

Sambungan ini lebih kuat dari pada V tunggal, sangat baik untuk kondisi

beban statis dan dinamis serta dapat menjaga perubahan bentuk kelengkungan

sekecil mungkin. dipakai pada ketebalan 18 mm-30 mm.

4. Kampuh Tirus Tunggal

Sambungan ini digunakan untuk beban tekan yang besar. Sambungan ini

lebih baik dari sambungan persegi, tetapi tidak lebih baik dari pada

sambungan V. Letaknya disarankan terbuka dan dipakai pada ketebalan pelat

6 mm-20 mm.

5. Kampuh U Tunggal

23
Kampuh U tunggal dapat dibuat tertutup dan terbuka. Sambungan ini lebih

kuat menerima beban statis dan diperlukan untuk sambungan berkualitas

tinggi. Dipakai pada ketebalan 12 mm-25 mm.

6. Kampuh U Ganda

Sambungan U ganda dapat jg dibuat secara tertutup dan terbuka, sambungan

ini lebih kuat menerima beban statis maupun dinamis dengan ketebalan pelat

12 mm-25 mm dapat dicapai penetrasi 100%.

7. Kampuh J Ganda

Sambungan J ganda digunakan untuk keperluan yang sama dengan

sambungan V ganda, tetapi tidak lebih baik untuk menerima beban tekan.

Sambungan ini dapat dibuat secara tertutup ataupun terbuka.

Gambar 2.5 Jenis sambungan las


(Sumber: Harsono Wiryosumarto, 2000)

24
2.2.4 Cacat Pada Las

Jenis cacat pada permukaan las diantaranya adalah:

1. Lubang Jarum (Pin Hole)

Sebab: Terbentuk gas di dalam bahan las sewaktu pengelasan akibat kandungan

belerang dalam bahan. Akibat: Kemungkinan bocor di lokasi cacat.

Penanggulangan: Gouging 100% di lokasi cacat dan perbaiki sesuai WPS asli.

Cacat lubang jarum ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.6 Lubang Jarum


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

2. Percikan Las (Spatter)

Sebab: Elektrode lembab, kampuh kotor, angin kencang, lapisan galvanisir,

ampere capping terlalu tinggi. Akibat: Tampak jelek, mengalami karat permukaan.

Penanggulangan: Cukup dibersihkan dengan pahat. Pembersih dengan gerinda

tidak boleh mengingat akan memakan bahan induk. Cacat percikan las

ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.7 Percikan las

25
(Sumber : Sri Widharto, 2007)

3. Retak (Crack)

Sebab: Tegangan di dalam material, penggetasan pada bahan dan daerah terimbas

panas, karat tegangan, bahan tidak cocok dengan kawat las, pengelasan tanpa

perlakuan panas yang benar. Akibat: Fatal. Penanggulangan: Diselidiki dulu

sebabnya, setelah diketahui baru ujung-ujung retak dibor dan bagian retak

digouging (dikikis) 100% kemudian diisi dengan bahan yang cocok sesuai dengan

WPS. Jika sebabnya adalah ketidakcocokan materil atau retak berada di luar

kampuh, maka seluruh sambungan las berikut bahannya diganti. Cacat retak

ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.8 Retak


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

4. Keropos (Porosity)

Sebab: Lingkungan las lembab atau basah, kampuh kotor, angin berhembus

dipermukaan las, lapisan galvanis, salah jenis arus, salah jenis polaritas, ampere

capping terlalu besar. Akibat: Melemahkan sambungan, tampak buruk, mengawali

karat permukaan. Penanggulangan: Cacat digerinda hingga hilang kemudian dilas

isi sesuai WPS. Cacat keropos ditunjukkan pada gambar.

26
Gambar 2.9 Keropos
(Sumber : Sri Widharto, 2007)

5. Muka Cekung (Concavity)

Sebab: Tukang las terlalu cepat selesai, amper capping terlalu tinggi, kecepatan las

capping terlalu tinggi, elektroda terlalu kecil, bukaan sudut kampuh terlalu besar.

Akibat: Melemahkan sambungan, mengawali karat permukaan, dapat terjadi

keretakan akibat tegangan geser. Penanggulangan: Cukup di sempurnakan bentuk

capping dan sedikit penguat (reinforcement). Cacat muka cekung ditunjukkan

pada gambar.

Gambar 2.10 Muka Cekung


(Sumber : Sri Widharto, 2007)
6. Longsor Pinggir (Undercut)

Sebab: Suhu metal terlalu tinggi, ampere capping terlalu tinggi. Akibat:

Melemahkan sambungan, mengawali karat permukaan. Penanggulangan: Cukup

diisi dengan stringer saja. Undercut yang tajam seperti takik, dilarang (harus

segera diperbaiki) karena dapat menyebabkan keretakan notch. Cacat longsor

pinggir ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.11 Longsor Pinggir


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

27
7. Penguat berlebihan (Excessive Reinforcement)

Sebab: Elektrode terlalu rapat, kecepatan capping terlalu rendah, ampere capping

terlalu rendah, suhu metal terlalu dingin. Akibat: Diragukan fusi dan kekuatannya,

perlu diuji ultrasonik proba sudut (angle probe), jika ternyata fusi tidak ada,

seluruh

sambungan diapkir. Penanggulangan: Gounging 100% dan dilas ulang sesuai

WPS.

Welder diperingatkan. Cacat penguat berlebihan ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.12 Penguat belebihan


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

8. Jalur Terlalu Lebar (Wide Bead)

Sebab: Mungkin telah terjadi manipulasi mutu las. Akibat: Jika terbukti, seluruh

material diapkir. Cacat jalur terlalu lebar ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.13 Jalur terlalu lebar


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

28
9. Tinggi Rendah (High Low)

Sebab: Penyetelan tidak benar. Akibat: Sambungan diapkir. Penanggulangan:

Gouging 100%, disetel dan dilas ulang sesuai WPS. Welder diperingatkan. Cacat

tinggi rendah ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.14 Tinggi rendah


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

10. Lapis Dingin (Cold Lap)

Sebab: Suhu metel terlalu dingin, ampere capping terlalu rendah, ayunan (sway)

tidak tetap (consistent). Akibat: Terjadi fusi tidak sempurna dipermukaan dan

mungkin juga di dalam. Karenanya mutu las dipertanyakan. Penanggulangan:

Bongkar keseluruhan jalur las untuk kemudian dibuat kampuh lagi dan dilas ulang

sesuai WPS. Cacat lapis dingin ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.15 Lapis dingin


(Sumber : Sri Widharto, 2007)

29
BAB 3

DESKRIPSI USAHA

3.1 Nama dan Alamat Perusahaan

1. Nama perusahaan : CV. FARILA


2. Alamat perusahaan : Jalan gayungan timur 2 no 15 Surabaya
3.2 Nama dan Alamat Penanggng Jawab
1. Penanggung jawab : Faris Baihaqi
2. Alamat : Jalan gayungan timur 2 no 15 Surabaya

3.3 Bentuk Perusahaan

Usaha las listrik yang mencakup pembuatan pagar, tralis, atap, dan lain-lain.

3.4 Peluang Usaha

1. Kekuatan Pendukung Usaha (Strength)

a. Kompetensi dalam teknik pemesinan.

b. Jenis usaha telah dikuasai dengan baik.

c. Mempunyai pengalaman dalam pengelolaan usaha.

d. Mampu mengelola / manajemen keuangan yang baik.

2. Kelemahan yang membatasi/menghambat usaha (Weakness)

a. Modal usaha investasi yang dimiliki belum cukup.

b. Tempat tinggal masih ikut dengan orang tua.

30
c. Manajemen organisasi kurang menguasai.

3. Peluang Usaha (Opportunity)

a. Banyaknya pemilik kendaraan bermotor.

b. Masih sedikit alat pembantu pekerjaan yang sederhana dan efisien.

c. Produk jarang yang diproduksi oleh perusahaah lain.

d. Produk sejenis harganya sangat tinggi dan kurang praktis.

4. Pengancam Usaha (Treath)

a. Adanya pesaing dalam bidang usaha yang sama.

b. Rumah tempat produksi kurang strategis sehingga menambah biaya

distribusi.

3.5 Gagasan Bisnis dan Pasar

1. Deskripsi Tentang Ide Usaha

a. Kebutuhan konsumen

Sesuai dengan prinsip ekonomi bahwa kebutuhan manusia sangat tidak

terbatas, sedangkan alat pemenuhan kebutuhan sangat terbatas adanya. Oleh

karena itu saya berusaha untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan konsumen

terutama pemenuhan kebutuhan di bidang teknik pemesinan. Akhirnya saya

dapat memperoleh data produk-produk yang dibutukan konsumen antara lain :

1) Pengaman bagi tempat tinggal mereka sekaligus hiasan.

2) Jasa perbaikan alat-alat produksi atau komponen kendaraan bermotor

maupun yang tidak bermotor.

3) Alat untuk mengurangi bahaya emisi gas buang kendaraan.

b. Konsumen

31
Aspek tempat tinggal dan gaya hidup masyarakat menjadi factor penentu

dalam pemilihan konsumen. Sebenarnya tidak ada pilihan dalam mencari

konsumen, namun produk akan bermanfaat bagi mereka yang benar-benar

membutuhkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan terhadap konsumen

yang benar-benar membutuhkan. Dari pengamatan saya bahwa konsumen yang

benar-benar membutuhkan di antaranya :

1) Pemilik kendaraan bermotor.

2) Lembaga pendidikan dan perkantoran.

3) Masyarakat umum

c. Jenis produk

Jenis-jenis produk yang akan saya produksi antara lain :

1) Alat anti emisi bahan bakar sederhana,

2) Pagar, teralis dan perlengkapan lainnya,

3) Jasa perbaikan dan perawatan alat / komponen kendaraan,

d. Metode penyampaian produk kepada konsumen

Dalam hal penyampaian produk kepada konsumen, ada beberapa macam

cara yang akan saya tempuh, diantaranya :

1) Mendirikan bengkel produksi dan kios pribadi di dekat pemukiman atau

jalan umum yang tidak mengganggu.

2) Memasang plakat perusahaan di depan lingkungan usaha,

3) Mendistribusikan produk ke daerah-daerah yang membutuhkan,

4) Menerima pesanan sesuai kebutuhan konsumen.

2. Deskripsi Tentang Pasar

a. Area geografis daerah pemasaran

32
1) Daerah Perkotaan dan Industri

2) Masyarakat umum

b. Kota tempat pemasaran produk

1) Daerah Surabaya

2) Daerah Sidoarjo

c. Pasar yang akan dimasuki

1) 60% untuk Alat Anti Emisi

2) 30% untuk Pagar, Teralis, dll

3) 30% untuk Jasa Perawatan Alat

d. Pesaing

1) Menggunakan manajemen mutu produk ISO 9001.

2) Harga produk lebih rendah.

e. Pangsa pasar untuk produk usaha baru : 55%

3.6 Rencana Marketing Untuk Promosi

1. Promosi Awal

Sebagai awal berdiri saya merencanakan untuk memasang plakat badan usaha.

Selain itu juga mengadakan acara-acara seperti upacara pembukaan, pameran, dan

kegiatan kemasyarakatan guna menarik konsumen sekaligus sebagai ajang

pengenalan usaha dan produk usaha kepada konsumen secara langsung. Untuk

memperoleh jangkauan konsumen yang lebih luas akan menggunakan media

periklanan. Namun tidak akan terlalu berlebihan karena baru awal-awal berdiri.

Biarkan konsumen mengetahui dari sisi kelebihan usaha bukan dari sisi iklannya

yang mewah.

Rencana Biaya Promosi :

33
Pendirian Plakat dan Poster Rp. 301.500

Media Periklanan Rp. 3.000.000

Acara Pembukaan Usaha Rp. 6.000.000+

Jumlah Rp. 9.301.500

3.7 Bentuk Badan Usaha

Bentuk dari badan uasaha akan menjadi Persekutuan Komanditer /

Comanditaire Venootscaap (CV). Alasan penentuan bentuk badan usaha ini

adalah

badan usaha yang berbentuk Persekutuan Komenditer atau CV memiliki banyak

kelebihan. Di antaranya :

1. Biaya pendirian badan usaha tidak terlalu tinggi,

2. Memiliki kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal usaha,

3. Lebih kuat kedudukannya di dalam hukum,

4. Penanggung jawab badan usaha tidak bertumpu kepada satu orang namun

bersama-sama semua pemiliknya,

5. Adanya sekutu aktif dan sekutu pasif yang memberikan peran masing-masing

yaitu :

a. Sekutu Aktif

1) Mengelola usaha dan bertanggung jawab atas kelangsungan usaha,

2) Menangani setiap permintaan produksi dari pelanggan

3) Bertanggung jawab mengenai karyawan yang bekerja

b. Sekutu Pasif

1) Memberikan tambahan modal dan ikut dalam kepemilikan usaha,

34
2) Tidak ikut campur tangan dalam pengelolaan usaha namun berhak

atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dan kelangsungan usaha.

3.8 Rencana Marketing Produk

Tabel 3.1 Rencana Marketing Produk

Nama barang Spesifikasi Kemasan Pelayana purna


atau jasa (ukuran, warna, penjualan
kualitas)
Alat Anti Emisi Ukuran dan Plastik dan Pembersihan
warna sesuai Boks, warna berkala (tiap 5-8
dengan pesanan Plastik tembus bulan sekali)
konsumen, pandang, dan bebas biaya pada
Kualitas baik warna boks 3x pelayanan
dengan masa hitam dengan pertama dan
penggunaan disertai selanjutnya
mencapai + 3 keterangan diskon 20 %
Tahun. produk

Padar, Teralis, Ukuran sesuai


Dll dengan pesanan
konsumen,
Warna ada
beberapa macam
yaitu tembaga,
emas, perak,
hijau dan baja
murni (hitam),
namun
konsumen juga
boleh meminta
warna sesuai
seleranya jika
memang ada,
Warna dasar
putih dan hitam.
Kualitas baik
dengan masa

35
pemakaian
mencapai > 10
tahun

Jasa perbaikan Kualitas sesuai Servis tanpa


dan perawatan standar. biaya jika terjadi
kerusakan yang
sesuai
pesyaratan /
karena kesalahan
yang dilakukan
pihak pemberi
jasa selama
bukan karena
salah
penggunaan
yang dilakukan
konsumen.

3.9 Rencana Marketing Lokasi Usaha

1. Lokasi Usaha

a. Deskripsi Tentang Lokasi Usaha

Lokasi usaha yang baik yaitu apabila mempu mendukung kegiatan

produksi, distribusi, promosi, dan tenaga kerja. Selain itu yang menjadi

pertimbangan adalah daerah asal. Jadi mendirikan usaha tidak semata

-mata muntuk mencari keuntungan namun juga memajukan

perekonomian masyarakat daerah sendiri. Oleh karena itu saya

menentukan menentukan lokasi usaha di :

1) Daerah Surabaya

2) Daerah sidoarjo

b. Alasan Penentuan Lokasi Usaha

Daerah surabaya dan sidoarjo karena merupakan daerah asal saya, usaha

sejenis masih sangat jarang sehingga peluangnya cukup tinggi.

36
2. Cara Mencapai Konsumen

a. Perorang

b. Pengecer

c. Grosir atau distributor

3. Alasan Penentuan Jalur Distribusi

a. Grosir/Distributor

Karena mampu mendistribusikan produk dengan jangkauan wilayah

yang luas.

b. Lain-Lain : Kios Pribadi

Untuk memenuhi permintaan konsumen yang dekat dengan lokasi usaha

sekaligus ajang pameran produk.

3.10 Organisasi dan Staff

1. Staff yang dibutuhkan

Tabel 3.2 Spesifikasi staff

Nama jabatan Tugas Tanggung jawab Kualifikasi


Pemimpin Memimpin Bertanggung Lulusan sarjana
kegiatan usaha jawab atas Teknik dengan
kelancaran kompetensi
produksi, tinggi, mampu
dampak berorganisasi,
lingkungan dan mampu
sosial melakukan
negosiasi

Bagian Mengatur Mengusahakan Lulusan sarjana


keuangan keuangan pendapatan akuntansi.
perusahaan modal, Menguasai Ms
melakukan word dan excell
pencatatan
keuangan

37
perusahaan dan
melaporkn
dalam setiap
rapat bulanan
Administrasi Melakukan Menangani Lulusan
pencatatan calon pegawai SMK/S1,
administrasi baru, mengurus mampu
karyawan dan pajak menyusun surat
perusahaan perusahaan dan resmi dan
surat penting perpajakan,
menguasai Ms
Word dan Ms
Excell
Teknisi Melakukan Bertanggung Lulusan STM
kegiatan jawab akan jurusan teknik
produksi tempat produksi pemesinan,
dan hasil yang elektro atau
dicapainya otomotif
Keamanan Menjaga Menjaga Lulusan SMA
keamana daerah keutuhan sederajat
produksi kekayaan
perusahaan

3.11 Sistem Upah

Untuk upah premi saya anggarkan premi maksimal yang mampu diperoleh

oleh karyawan. Gaji Kerja dihitung berdasarkan upah per hari yang dapat

terkumpul selama satu bulan. Satu bulan tidak dihitung 30 hari namun 25 hari

produksi dan 1 hari untuk perawatan alat.

Tabel 3.3 Sistem upah

Tugas Jumlah personil Upah


Pemimpin 1 orang Rp 1.300.000
Keuangan 1 orang Rp 1.105.000
Administrasi 1 orang Rp 1.105.000
Teknisi 6 orang Rp 975.000
Keamanan 1 orang Rp 875.000
Jumlah 10 orang Rp 5.360.000

3.12 Rencana Modal dan Pembiayaan Usaha

1. Sumber Modal

38
a. Simpanan Pribadi : Rp. 39.147.500

b. Modal Mitra : Rp. 20.000.000

c. Modal Asing : Rp. 10.000.000 +

Jumlah : Rp. 69.147.500

2. Penggunaan

a. Biaya sewa gedung : Rp. 8.000.000

b. Mesin produksi : Rp. 14.000.000

c. Peralatan : Rp. 6.000.000 +

Jumlah : Rp. 28.000.000

3. Modal Kerja

Modal Rutin Tiap Bulan Dalam 1 Tahun

a. Gaji 10 orang pegawai: Rp. 122.460.000

b. Upah premi maks. : Rp. 24.492.000

c. Konsumsi : Rp. 62.400.000

d. Produksi : Rp. 96.000.000

e. Listrik dan air : Rp. 30.000.000

f. Transportasi : Rp. 6.000.000

g. Perawatan alat : Rp. 1.200.000

Modal Khusus / Periodik

a. Seragam : Rp. 1.000.000

b. Bunga Bank : Rp. 2.300.000

c. Promosi : Rp. 9.301.500 +

Jumlah : Rp 355.152.000

39
4. Rencana Penjualan

a. Alat Anti Emisi : 300 X Rp. 90.000 = Rp. 27.000.000

b. Pagar, Teralis, Dll : 1200 X Rp. 350.000 = Rp. 420.000.000

c. Perawatan Alat : 300 X Rp. 50.000 = Rp. 15.000.000

Jumlah Penjualan Rp. 462.000.000

Jumlah Biaya (1 Tahun) Rp. 383.152.000 -

Laba Kotor Rp. 78.848.000

Lapisan Pajak

a. Lapisan I 10% X Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000

b. Lapisan II 15% X Rp. 28.848.000 = Rp. 4.327.200+

Total Lapisan Pajak Rp. 9.327.200

Laba Bersih Rp 69.520.800

40
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Untuk menjalankan usaha ini pada tahap awal dibutuhkan 10 orang tenaga

kerja yang diambil dari anggota keluarga dan bekerjasama dengan teman yang

bertujuan untuk efektifitas dan efisien. Dengan demikian CV. Farila dilihat dari

segi analisis finansial dan pemasaran memenuhi standar kelayakan usaha.

4.2 Saran

Usaha ini diharapkan dapat menjadi salah satu jalan dalam memperindah dan

memberikan kenyamanan yang dapat dijadikan pandangan bagi pengusaha

lainnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Bintoro, A. 1999. Dasar Dasar Pekerjaan Las. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta.

Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation

Program. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Daryanto.1987. :Mesin Perkakas Bengkel. PT Rineka Cipta : Jakarta

Depo.2010.http://www.google.co.id,urlsa=t&rct=j&q=Penggolongan+pe

rkakas+bengkel+berdasarkan+fungsi+kerjanya.pdf&source=web&cd=7&ved=

0CEkQFjAG&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fd.

diakses pada 8 November 2016.

Maran, Zevy D. 2007. Peralatan Bengkel Otomotif. CV Andi Ofset :

Yogyakarta.

S, Widharto, 2007. Menuju Juru Las Tingkat Dunia, cetakan pertama.

Pradnya Pramita: Jakarta.

Suharno, 2008. Prinsip-Prinsip Teknologi dan Metalurgi Pengelasan

Logam. UNS Press. Surakarta.

42
Wiryosumarto dan Okumura. T, 2004. Teknologi Pengelasan Logam. Penerbit

PT

43

Anda mungkin juga menyukai