Anda di halaman 1dari 4

Komplikasi

Komplikasi lokal

1.Flebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah
insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang
vena, dan pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan
jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya,
ukuran dan tempat kanula dimasukkan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan
masuknya mikroorganisme saat penusukan).

Intervensi :

Menghentikan IV dan memasang pada daerah lain. Tinggikan ekstremitas. Memberikan kompres
hangat dan basah di tempat yang terkena. Pencegahan : Gunakan tehnik aseptik selama
pemasangan. Menggunakan ukuran kateter dan jarum yang sesuai dengan vena.
Mempertimbangkan komposisi cairan dan medikasi ketika memilih area insersi.
Mengobservasi tempat insersi akan adanya kemungkinan komplikasi apapun setiap jam
Menempatkan kateter atau jarum dengan baik. Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika
mungkin

2.Infiltrasi
Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi
ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor
(disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan penurunan
kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada
tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk
memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat
pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran
vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi.
Intervensi:
Menghentikan infus (infus IV seharusnya dimulai di tempat baru atau proksimal dari infiltrasi jika
ekstremitas yang sama digunakan). Meninggikan ekstremitas klien untuk mengurangi
ketidaknyamanan (meningkatkan drainase vena dan membantu mengurangi edema)
Pemberian kompres hangat (meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri). Pencegahan:
Mengobservasi daerah pemasangan infus secara kontinyu. Penggunaan kanula yang sesuai dengan
vena. Minta klien untuk melaporkan jika ada nyeri dan bengkak pada area pemasangan infus

3.Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi
vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal:
phenytoin, vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)
Intervensi:
Turunkan aliran infus.

Pencegahan:
Encerkan obat sebelum diberikan. Jika terapi obat yang menyebabkan iritasi direncanakan dalam
jangka waktu lama, sarankan dokter untuk memasang central IV.

4.Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area insersi. Hal ini
disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar
vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter
dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada tempat
penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.

Intervensi:
Melepaskan jarum atau kateter dan memberikan tekanan dengan kasa steril
Memberikan kantong es selama 24 jam ke tempat penusukan dan kemudian memberikan kompres
hangat untuk meningkatkan absorpsi darah. Mengkaji tempat penusukan. Memulai lagi uintuk
memasang pada ekstremitas lain jika diindikasikan.

Pencegahan:
Memasukkan jarum secara hati-hati. Lepaskan torniket segera setelah insersi berhasil

5.Tromboflebitis
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik
tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di
sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman
dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.
Intervensi:
Menghentikan IV. Memberikan kompres hangat. Meninggikan ekstremitas. Memulai jalur IV di
ekstremitas yang berlawanan. Pencegahan: Menghindarkan trauma pada vena pada saat IV
dimasukkan. Mengobservasi area insersi tiap jam. Mengecek tambahan pengobatan untuk
kompabilitas
6.Trombosis
Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti.
Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
Intervensi:
Menghentikan IV. Memberikan kompres hangat. Perhatikan terapi IV yang diberikan (terutama yang
berhubungan dengan infeksi, karena thrombus akan memberikan lingkungan yang istimewa/baik
untuk pertumbuhan bakteri). Pencegahan: Menggunakan tehnik yang tepat untuk mengurangi injuri
pada vena.

7.Occlusion
Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik darah
di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh
gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
Intervensi:
Bilas dengan injeksi cairan, jangan dipaksa jika tidak sukses. Pencegahan:
Pemeliharaan aliran IV. Minta pasien untuk menekuk sikunya ketika berjalan (mengurangi risiko aliran
darah balik). Lakukan pembilasan segera setelah pemberian obat

8.Spasme vena : Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran
berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian
darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan
aliran yang terlalu cepat.

Intervensi:
Berikan kompres hangat di sekitar area insersi. Turunkan kecepatan aliran
Pencegahan: Apabila akan memasukkan darah (missal PRC), buat hangat terlebih dahuilu.

9.Reaksi vasovagal : Kondisi ini digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin,
berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah.. Reaksi vasovagal bisa disebabkan
oleh nyeri atau kecemasan

Intervensi:
Turunkan kepala tempat tidur. Anjurkan klien untuk nafas dalam. Cek tanda-tanda vital (vital sign)
Pencegahan: Siapkan klien ketika akan mendapatkan terapi, sehingga bisa mengurangi kecemasan
yang dialami. Gunakan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri (untuk klien yang tidak tahan terhadap
nyeri)

10.Kerusakan syaraf, tendon dan ligament : Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa,
dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi
ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar
syaraf, tendon dan ligament.

Intervensi:
Hentikan pemasangan infus. Pencegahan: Hindarkan pengulangan insersi pada tempat yang sama
Hindarkan memberikan penekanan yang berlebihan ketika mencari lokasi vena

Komplikasi sistemik.

1.Septikemia/bakteremia
Adanya susbtansi pirogenik baik dalam larutan infus atau alat pemberian dapat mencetuskan reaksi
demam dan septikemia. Perawat dapat melihat kenaikan suhu tubuh secara mendadak segera
setelah infus dimulai, sakit punggung, sakit kepala, peningkatan nadi dan frekuensi pernafasan, mual
dan muntah, diare, demam dan menggigil, malaise umum, dan jika parah bisa terjadi kollaps
vaskuler. Penyebab septikemi adalah kontaminasi pada produk IV, kelalaian tehnik aseptik. Septikemi
terutama terjadi pada klien yang mengalami penurunan imun.
Intervensi:
Monitor tanda vital. Lakukan kultur kateter IV, selang atau larutan yang dicurigai.
Berikan medikasi jika diresepkan. Pencegahan: Gunakan tehnik steril pada saat pemasangan
Gantilah tempat insersi, dan cairan, sesuai ketentuan yang berlaku

2.Reaksi alergi
Kondisi ini ditandai dengan gatal, hidung dan mata berair, bronkospasme, wheezing, urtikaria, edema
pada area insersi, reaksi anafilaktik (kemerahan, cemas, dingin, gatal, palpitasi, paresthesia,
wheezing, kejang dan kardiak arrest). Kondisi ini bisa disebabkan oleh allergen, misal karena
medikasi.
Intervensi : Jika reaksi terjadi, segera hentikan infus. Pelihara jalan nafas. Berikan antihistamin
steroid, antiinflamatori dan antipiretik jika diresepkan. Jika diresepkan berikan epinefrin
Jika diresepkan berikan kortison. Pencegahan: Monitor pasien setiap 15 menit setelah mendapat
terapi obat baru. Kaji riwayat alergi klien

3.Overload sirkulasi

Membebani sistem sirkulasi dengan cairan intravena yang berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan sianosis. Tanda dan gejala
tambahan termasuk batuk dan kelopak mata yang membengkak. Penyebab yang mungkin termasuk
adalah infus larutan IV yang terlalu cepat atau penyakit hati, jantung dan ginjal. Hal ini juga mungkin
bisa terjadi pada pasien dengan gangguan jantung yang disebut denga kelebihan beban sirkulasi.
Intervensi:
Tinggikan kepala tempat tidur. Pantau tanda-tanda vital setiap 30 menit sampai 1 jam sekali
Jika diperlukan berikan oksigen. Mengkaji bunyi nafas. Jika diresepkan berikan furosemid
Pencegahan: Sering memantau tanda-tanda vital. Menggunakan pompa IV untuk menginfus
Melakukan pemantauan secara cermat terhadap semua infus

4.Embolisme udara

Emboli udara paling sering berkaitan dengan kanulasi vena-vena sentral. Manifestasi klinis emboli
udara adalah dipsnea dan sianosis, hipotensi, nadi yang lemah dan cepat, hilangnya kesadaran, nyeri
dada, bahu, dan punggung bawah.

Intervensi : Klem atau hentikan infus. Membaringkan pasien miring ke kiri dalaam posisi
Trendelenburg. Mengkaji tanda-tanda vital dan bunyi nafas. Memberikan oksigen
Pencegahan: Pastikan sepanjang selang IV telah bebas dari udara, baru memulai menyambungkan
infus. Pastikan semua konektor tersambung dengan baik

Anda mungkin juga menyukai