Anda di halaman 1dari 49

RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN

TUGU IBU THYPOID


Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/001 1 1/3
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus


disebabkan salmonella typhy

Diagnosa ditegakkan dengan adanya :


1. Gejala Klinis
Minggu I yaitu adanya nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi / diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk dan epitaksis. Pemeriksaan
fisik hanya didapatkan peningkatan suhu tubuh.
Minggu II yaitu demam, bradikardi relatif, lidah typhoid
(kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor)
PENGERTIAN
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan
berupa somnolent sampai koma.

2. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukopeni
atau leukositosis dan limfositosis relative
Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2-3
minggu memastikan diagnosis demam typhoid. Reaksi
widal tunggal dengan titer antibody O 1:320 atau titer
antibody H 1:640 menyokong diagnosis demam
typhoid pada pasien dengan gambaran klinis khas

Meningkatkan mutu pelayanan dokter


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

Pasien dengan thypoid fever ditangani oleh dokter penyakit


KEBIJAKAN
dalam.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU THYPOID
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/002 1 2/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKAIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Pelaksanaan Typhoid
1. Pemberian antibiotika
Kloramphenikol
dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg
diberikan selama demam sampai dengan 2 hari bebas
demam kemudian diturunkan menjadi 4 x 250 mg/kg BB
diberikan selama 5 hari kemudian.
Ampicillin/ amoksisilin
dosis 50 150 mg/kg BB diberikan selama 2 minggu
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung 400
mg sulfametoksazol 80 mg trimetoprim ) selama 2
minggu
PROSEDUR Sefalosporin generasi II dan III seperti :
Seftriakson 4 mg/hari selama 3 hari
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari

2. Istirahat dan perawatan profesional


Bedrest minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari, pasien dengan kesadaran menurun posisi
diubah mencegah terjadinya dekubitus dan pnemonia
hipostatik.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU THYPOID
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/003 1 3/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

3. Diet dan Therapi penunjang


Diet pertama bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien

Pengobatan :
PROSEDUR Kloramfenikol, tiamfenikol, Kotrimoksazol dan
Fluorokuinolon, Antibiotik yang nyaman : Penisillin
( Ampisilin, amoksilin ) dan sefalosforin ) yang aman pada
kehamilan
Pemberian vitamin dan mineral untuk mendukung keadaan
umum pasien

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU GASTRITIS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/004 1 1/2
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung, gambaran


yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti
berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa sedangkan hasil foto memperlihatkan iregulasi
mukosa.

Gastritis terbagi dua :


1. Gastritis Akut:
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebab nya
dengan tanda dan gejala yang khas
2. Gastritis kronik
PENGERTIAN Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor
dengan perjalanan klinis yang bervariasi .

Manifestasi Klinis .
Gastritis Akut : Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium
, mual, kembung, muntah, Perdarahan
saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, tanda-tanda anemia pasca
perdarahan .
Gastritis Kronis : Kebanyakan pasien tidak mempunyai
keluhan, sebagian kecil mengeluh nyari
uluhati, anoreksia, nausea

Meningkatkan mutu pelayanan medir


TUJUAN
Pedoman penatalaksaan

Pasien dengan penyakit gastritis ditangani oleh dokter


KEBIJAKAN
penyakit dalam.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU GASTRITIS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/005 1 2/2
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Penatalaksanaan :
Gastritis Akut:
Menghilangkan etiologinya, Diet lambung, dengan porsi
kecil dan sering. Obat obatan ditunjukkan untuk mengatur
sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor
pompa proton, antikolinergik, dan antasid.Juga ditujukan
PROSEDUR sebagai sitoprotektor, berupa suklalfat dan prostagladin.

Gastritis Kronis
Mengatasi dan menghindari penyebab , Pengobatan
empiris berupa antasid, antagonis H2, Jika Endoskopi dapat
dilakukan, dilakukan terapieradikasi kecuali jika hasil CLO,
kultur dan PA ketiganya negatifatau hasil serologi negatif.

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIABETES MELITUS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/006 1 1/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik


disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
miskroskop electron.

Diagnosa ditegakkan dengan adanya :


Gejala : Polifagia, Poliuria, Polidipsi, lemes, BB turun dan
gejala tambahan yaitu kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi (pada pria), pruritis vulva (pada wanita)
Pasien dikatakan sudah menderita Diabetes Melitus bila gula
darah sewaktu > 200 mg/dl, gula darah nuckter 126 mg/dl

Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok
PENGERTIAN dengan resiko tinggi untuk DM, yaitu kelompok usia dewasa
tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir
bayi > 4000 gr, riwayat DM pada kehamilan, dan
dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan
pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dengan tes
toleransi glukosa oral ( TTGO) standar

Pengolongan Diabetes Melitus


1. Diabetes tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus
ke defisiensi insulin absolut):
Autoimun
Idiopatik

2. Diabetes tipe 2 ( bervariasi mulai terutama dominan


resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insuli
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIABETES MELITUS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/007 1 2/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

3. Diabetes tipe lain


A. Defek genetik fungsi sel beta
Maturity Onset Diabetes Of the Young ( MODY)
123
DNA mitokondria
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis
Tumor / pankreatektomi
Pankreatopati fibrokalkulus

D. Endrokinopati: akromegali, sindrom Cushing,


PENGERTIAN
feokromositoma,dan hipertiroidisme
E. Karena obat / zat kimia
Vacor, pentamidin , asam nikotinat
Glucokortikoid, hormon tiroid
Tiazid, dilantin, inferferon alfa . dan lain lain

F. Infeksi : rubela kongenital,


G. Penyebab imunologi yang jarang: antibodi antiinsulin
H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM :
Sindrom Down , sindrom Klinefelter, sindrom Turner
dan lain lain

4. Diabetes Melitus Gestasional ( DMG )

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman pentalaksanaan

Pasien dengan Diabetes Melitus ditangani oleh dokter


KEBIJAKAN
penyakit dalam.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIABETES MELITUS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/008 1 3/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Prosedur Pengobatan :
1. Perencanaan Makan ( Meal Planing )
Komposisi karbohidrat ( 60-70 % ) komposisi lemak
(20-25% ) komposisi protein ( 10-15% ) jumlah
kandungan kolesterol < 300 gr/hari, jumlah kandungan
serat 25 gr/hari, konsumsi garam dibatasi bila terdapat
hipertensi, pemanis dapat digunakan
secukupnyaPerencanaan kasar :
Pasien kurus : 2.300 2.500 kkal
Pasien normal : 1.700 2.100 kkal
Psien gemuk : 1.300 1.500 kkal

2. Latihan Jasmani
PROSEDUR Latihan teratur 3-4 x/minggu selama 0,5 jam, latihan
yang bisa dijadikan pilihan : jalan kaki, jogging, renang,
bersepeda dan mendayung. Olahraga dilakukan setelah
makan

3. Pengobatan
- Pengobatan oral
Golongan Sulfonilurea
Tolbutamid, karbitamid, glikodiazin,
asetoheksamid, gliquidon.
Golongan Fenil Biquanid
Fenformin, buformin, metformin
Golongan inhibitor glukosidase
- Insulin

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU HEPATITIS AKUT
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/009 1 1/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Hepatitis akut adalah radang hati dengan gejala utama


berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati, biasanya
disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus hepatits B,
virus hepatitis C dan virus-virus lain.

Diagnosa ditegakkan dengan adanya :


Gejala klinis :
1. Stadium pra ikterik berlangsung selama 4-7 hari,pasien
mengeluh sakit kepala,lemah, anoreksia, mual, muntah,
demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas, urine
menjadi coklat.
2. Stadium Ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu,
ikterus mula-mula terlihat pada sklera, kemudian pada kulit
seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tetapi pasien
masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja berwarna kelabu
PENGERTIAN atau kuning muda, hati membesar atau nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi) ikterus mereda ,
warna urin dan tinja menjadi normal lagi.

Pengolongan Hepatitis
1. Hepatitis inapperent, tidak ditemukan gejala hanya
diketahui bila dilakukan pemeriksaan faal hati
(peningkatan serum transaminase) dan biopsi menunjukkan
kelainan.
2. Hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-samar
umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Ditemukan
hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinuria, urin secara
maskroskopik berwarna I tua dan apabila dikocok akan
memperlihatkan busa warna kuning kehijauan.
3. Hepatitis akut ikterik paling sering ditemukan dalam
biasanya perjalanan jinak dan sembuh dalam waktu 8
minggu
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU HEPATITIS AKUT
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/010 1 2/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

4. Hepatitis Fulminan mempunyai prognosis jelek, kematian


biasanya terjadi dalam 7 10 hari sejak mulai sakit.
Terdapat gangguan neurologi, fetor hepatik dan muntah-
muntah yang persisten. Terdapat demam dan ikterus yang
menghebat dalam waktu singkat, hati mengecil, purpura
dan perdarahan saluran cerna.
5. Hepatitis persisten, tidak terdapat kemajuan dari periode
akut dan seluruh perjalanan penyakit penurunan bilirubin
dan transaminase terjadi perlahan-lahan, golongan ini
sembuh dalam waktu 1 2 tahun.
6. Hepatitis subakut/ submassive hepatic necrosis yang
perjalanan penyakitnya progesif, ditandai dengan obstruksi
dengan peninggian fosfatase alkali dan kolesterol dalam
serum, pasien sembuh dalam 12 bulan.
7. Hepatitis kolangestik ikterus hebat disertai pruritis
PENGERTIAN
berlangsung selama 4 minggu.

Pemeriksaan Penunjang :
1. Serum transaminase (SGPT, SGOT, Gama-GT, ChE
GLDH) meningkat
2. serum billirubin lebih dari 2,5 mg/100 ml. Dengan
peningkatan berkisar 5-20 mg%
3. Neutropenia dan limfopenia transient yang disusul dengan
limfositosis.
4. Fosfatase Alkali Meninggi disertai dengan peninggian
gama-GT

Rawat inap, bila keadaan umum lemah, susah makan karena


muntah-muntah dan test fungsi hati yang jelek billirubin total
> 7 mg.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU HEPATITIS AKUT
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/011 1 3/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Pencegahan
Terhadap virus hepatitis A
Penyebaran secara fekal-oral. Sanitasi yang sempurna,
PENGERTIAN kesehatan umum dan pembuangan tinja yang baik
Terhadap virus hepatitis B
Ditularkan melalui darah dan produk darah. Pencegahan
yang efektif dengan imunisasi hepatitis B

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

Pasien dengan hepatitits akut ditangani oleh dokter penyakit


KEBIJAKAN
dalam

Penatalaksanaan
1. Istirahat
2. Diet
Diberikan makanan cukup kalori ( 30-35 kalori/kg BB )
dengan protein cukup ( 1gr/kg BB ) pemberian lemak
sebenarnya tidak perlu dibatasi, berikan diet DH II III,
jika pasien mual, anoreksia atau muntah-muntah sebainya
PROSEDUR di infus.

3. Medikamentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunan bilirubin darah, kortikosteroid dapat digunakan
pada kolelitiasis, dimana trasaminase serum sudah
mendekati normal tetapi bilirubin masih tinggi
Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg
selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU HEPATITIS AKUT
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/012 1 4/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Memberikan obat-obat yang bersifat melindungi hati


Antibiotika tidak jelas kegunaannya
Jangan diberikan antiemetik, jika perlu sekali diberikan
PEROSEDUR
golongan fenotiazim
Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan
perdarahan

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU HEPATITIS KRONIS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/013 1 1/2
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Hepatitis kronis adalah suatu peradangan hati kronik yang


berlangsung terus menerus tanpa penyembuhan yang nyata
sedikitnya 6 bulan.

Diagnosa ditegakkan berdasarkan :


Jenis hepatitis kronik :
1. Hepatitis kronik persisten
Mempunyai tanda membengkaknya porta akibat
peradangan yang diserbuki sel mononukleas namun
sedikit fibrosis . batas antara parenchim dan daerah porta
tampak utuh dan tidak dijumpai nekrosis tepi
2. Hepatitis kronik lobular
atau sering disebut hepatitis akut memanjang karena
mengalami perjalanan lebih dari 3 bulan, tampak adannya
peradangan dan nekrosis dalam lobulus hati, namun tidak
ditemukan nekrosis tepi
PENGERTIAN 3. Hepatitis kronik aktif
secara histopatologis ditemukan daerah porta yang lebih
membesar akibat infiltrasi yang lebih berat oleh sel-sel
radang terutama limfosit dan sel plasma.
Sel radang menembus kedalam lobus hingga
menyebabkan erosi lapisan batas lobulus hati dan
menimbulkan nekrosis tepi.

Hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi sirosis


hepatic.

Pemeriksaan Penunjang
1. Billirubin meninggi, gama globulin sangat meninggi
dengan gambaran gamopati poliklonal
2. Serum transaminase meninggi
3. Pemeriksaan HbeAG dan HBV DNA positif
4. Masa Protrombin memanjang
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU HEPATITIS KRONIS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/014 1 2/2
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

Pasien dengan hepatitis kronik ditangani oleh dokter penyakit


KEBIJAKAN
dalam.

Penatalaksanaan
Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis
kronik
Kortikosteroid
Prednisollon dosis 30 mg/hari, pada kasus berat dosis
dapat diteruskan sampai 6 bulan atau 1-2 tahun, kemudian
diturunkan bertahap menjadi 10-15 mg/hari dalam waktu
PROSEDUR
2-3 bulan
Interferon ( IFN )
Adalah proses selular stabil dalam asam yang diproduksi
oleh sel tubuh akibat rangsangan virus atau akibat induksi
beberapa microorganisme, asam nukleat, anti gen, mitogen
dan polimer sistetik. Interferon mempunyai efek virus,
imunomodulasi dan anti proliferatif.

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU SIROSIS HEPATIS
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/015 1 1/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Sirosis hepatis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh


adanya peradangan dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembeluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati
mengalami (fibrosis ) disertai parenchim hati yang
mengalami regenerasi.

Diagnosa ditegakkan setelah ditemukan manifestasi klinis


berupa :
1. Gejala-gejala gastro intestinal yang tidak khas seperti
anoreksia, mual, muntah dan diare
2. Demam, BB menurun, lekas lelah
3. Asites, hidrotoraks dan edema
4. Ikterus, urine berwarna lebih tua atau kecoklatan
5. Hepatomegali, bila telah lanjut hati mengecil karena
fibrosis
PENGERTIAN
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral di
dinding abdomen dan toraks, kaput medusa, wasir dan
varises oesofagus
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari
hiperestrogenisme yaitu:
impotensi, atropi testis, ginekomastia, hilangnya rambut
aksila dan pubis
amenore, hiperpigmentasi, areola mammae
spider navi dan eritema
hiperpigmentasi
8. Jari tabuh

Rawat Inap bila ada : Asites berat, Kesadaran menurun,


Ikterus, Hematemesis / melena, Infeksi sekunder, Peritonisis
bakterial spontan dan demam.

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU SIROSIS HEPATIS
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/016 1 2/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Pasien dengan serosis hepatik ditangani oleh dokter penyakit


KEBIJAKAN
dalam

Penanganan
1. Bedrest sampai ada perbaikan ikterus, asites dan demam
2. Diet rendah protein (diet hati III : protein 1gr/protein,
2.000mg) bila ada asites diberikan diet rendah garam II
(600-800 mg) atau III (1.000 2.000 mg. Bila proses
tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori ( 2.000 3.000 )
dan tinggi protein ( 80-125g/hari )
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik. Dengan obat-obatan
yang tidak hepatotoksik
4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian
asam amino esensial berantai cabang dan glukosa.
5. Roborantia, Vitamin B kompleks

Penanganan asites dan edema :


PROSEDUR 1. Bedrest dan diet rendah garam ( 200-500 mg/hari )
dibantu dengan pembatasan jumlah pemasukan cairan 1
liter atau kurang selama 24 jam.
2. Pemberian diuretik : spironolakton 50-100 mg/hari (awal)
dan ditingkatkan sampai 300 mg/hari atau kurang
3. Bila terjadi asites refrakter ( asites yang tidak dapat
dikendalikan dengan terapi medikamentosa dan intensif )
dilakukan terapi parasentesis yaitu infus albumin
sebanyak 6-8 gram untuk setiap liter cairan asites atau
dekstran 70%.
Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan
berat badan 1-2 kg/hari atau keseimbangan cairan
negative 600 800 ml/hari, cairan yang keluar terlalu
banyak dapat mencetuskan terjadinya ensefalopati
hepatik.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU SIROSIS HEPATIS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/017 1 3/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DEMAM BERDARAH DENGUE
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/018 1 1/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama pada


anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi. Uji tourniquet akan positif dengan/tanpa ruam disertai
beberapa atau semua gejala perdarahan.

Diagnosa ditegakkan setelah ditemukan :


Gejala petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena dan
epitaksis biasanya perdarahan timbul pada hari ke 4 dan ke 5
hati umunya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak
sesuai dengan berat penyakit

Kriteria diagnosa demam berdarah:


1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian
turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik,
seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala.
2. Manifestasi perdarahan :
PENGERTIAN
Uji Tourniquet positif
Petekia, purpura, ekimosis
Epistaksis, perdarahan gusi
Hematemesis, melena
3. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa ikterus
4. Dengan/ tanpa rejatan
5. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%

Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:


1. Derajat I ( ringan), terdapatdemam mendadak selama 2 7
hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi
perdarahan teringan yaitu uji turniket positif
2. Derajat II ( sedang) ditemukan pula perdarahan kulit dan
manifestasi perdarahan lain
3. Derajat III , ditemukan tanda tanda dini renjatan
4. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah
yang tak terukur
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DEMAM BERDARAH DENGUE
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/019 1 2/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Pemeriksaan Penunjang :
1. Drah Leukopenia pada hari ke 2 atau hari ke 3
Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan
memanjang. Pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia, SGOT,
serum glutamik piruvat transaminase (SGPT), ureum dan
pH darah meningkat, reverse alkhali menurun.
2. Urine ditemukan albuminuria ringan.
3. Sumsum tulang. Pada awal sakit biasanya hiposelular ,
kemudian menjadi hiperselluler pada hari ke 5 dengan
gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali
normal .
4. Uji serologi
Uji serologi memakai serum ganda yaitu serum diambil
PENGERTIAN pada masa akut dan konvalesen yaitu uji peningkatan
komplemen (PK), uji netralisasi (NT)dan Uji dengue
blot
Uji serologi memakai serum tungga yaitu uji dengue
blot yang mengukur abtibodi antidengue tanpa
memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang
mengukur hanya antibody antidengue dari kelas IgM.

Pencegahan
1. Pemberantasan mengunakan insektisida
2. Tanpa insektisida
Menguras bak mandi
Menutup tempat tempayan
Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng
bekas, botol-botol pecah dan benda-benda lain.
3. Isolasi penderita
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DEMAM BERDARAH DENGUE
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/020 1 3/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

KEBIJAKAN Pasien dengan DBD ditangani oleh dokter penyakit dalam

Pengobatan
1. Bedrest
2. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi
minimum 1,5 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan
gula atau sirop ) atau air tawar ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk
hiperpireksia dapat diberi kompres, antipireutik golongan
asetaminofen, eukinin atau dipiron dan jangan diberikan
asetosal karena bahaya perdarahan
4. Antibiotika diberikan bila terdapat kemungkinan
terjadinya infeksi sekunder

PROSEDUR Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:


1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12 48 jam
setelah renjatan dilatasi
2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan
pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 6 jam pada
hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan
dengan diguyur, seperti NaCL, Laktat Ringer yang
dipertahankan selama 12 48 jam setelah renjatan teratasi.
Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma atau
plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemasel
sejumlah 15 29 ml/kg berat badan dan dipertahankan
selama 12 48 jam setelah renjatan teratasi.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DEMAM BERDARAH DENGUE
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/021 1 4/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan


PROSEDUR
Ht maka diberi transfusi darah.

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU GAGAL GINJAL KRONIK
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/022 1 1/3
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang


bersifat persisten dan irreversible.

Diagnosa ditegakkan setelah ditemukan gangguan sistem


pada gagal ginjal kronik :
1. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, nausea dan vomitusyang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein dalam usus, foetor uremik
disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liuryang
diubah oleh bakteri dimulut menjadi ammonia,cegukan
(hiccup), gastritis erosif, ulkus 22oliti dan 22olitis uremik.
2. Kulit
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-
kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal dengan
ekskoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium
di pori-pori kulit, ekimosis akibat gangguan hematologik,
PENGERTIAN
urea kristalisasi urea pada keringat,.
3. Sistem hematologik
Anemia normokrom, normositer disebabkan oleh
berikut antara lain : berkurangnya produksi eritropoetin,
hemolisis, defesiensi besi/asam folat, perdarahan pada
saluran pencernaan dan kulit, fibrosis sumsum tulang
akibat hiperparatiroidisme sekunder
Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
Gangguan fungsi leukosit
4. Sistem saraf dan otot
penderita merasa pegal di tungkai bawah dan selalu
mengerakkan kakinya., rasa semutan dan seperti terbakar,
terutama di telapak kaki, ensepalopati metabolic seperti :
lemah, tak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor,
kejang-kejang dan miopati ( kelemahan dan hipotrpo otot-
otot terutama
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU GAGAL GINJAL KRONIK
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/023 1 2/3
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

5. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin-angiotensin-
aldosteron.
Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi
pericardial dan penyakit jantung koroner
Gangguan irama jantung
Edema akibat penimbunan cairan
6. Sistem Endokrin
PENGERTIAN Gangguan seksual, gangguan toleransi glukosa, gangguan
metabolisme lemak, gangguan metabolisme vitamin D
7. Gangguan sistem lain

Pemeriksaan yang menunjang kemungkinan adanya


suatu gagal ginjal yaitu :
LED meninggi, Anemia normositer normokrom, ureum
kreatinin meninggi, hiponatremia, hiperkalemia,
hipokalsemia, fosfatase lindi meninggi, hipoalbuminemia,
peninggian gula darah, hipertrigliseridemia, asidosis
metabolik.

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

Pasien dengan gagal ginjal kronik ditangani oleh dokter


KEBIJAKAN
penyakit dalam

Penanganan
PROSEDUR 1. Optimalisasi dan mempertahankan keseimbangan cairan
dan garam.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU GAGAL GINJAL KRONIK
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/024 1 3/3
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Furosemid dosis tinggi ( 250 1.000 mg/hari ) atau


deuretik loop ( bumetanid, asam etakrinat )untuk
mencegah kelebihan cairan.
2. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari ) dan tinggi kalori untuk
menghilangkan gejala anoreksia, nausea dari uremia.
Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam
3. Kontrol Hipertensi
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Mencegah hiperkalemia, hindari masukan kalium yang
besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium
Obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium
(penghambat ACE dan anti inflamasi nonsteroid)
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
PROSEDUR
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat
fosfat seperti aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau
kalsium karbonat (500-3000 mg) pada setiap makanan
Pemberian vitamin D.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Obat-obatan yang diturunkan dosisnya karena metabolik
toksik dan dikeluarkan oleh ginjal seperti : digoksin,
aminoglikosid, analgesik opiate, amfoterisin dan
alupurinol. Obat-obatan yang meningkatan katabolisme
dan ureum darah misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan
sitostatik.
8. Deteksi dan terapi komplikasi
9. Persiapkan dialisis dan program transplantasi

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DISPEPSIA
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/025 1 1/2
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang


terdiri dari rasa tidak enak/ sakit diperut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan.
Dispepsia terbagi dua yaitu
1. Dispepsia organik bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional atau
dispepsia non ulkus bila tidak terjadi penyebabnya

Diagnosa ditegakkan atas keluhan/gejala yang dominan


membagi dyspepsia menjadi tiga tipe sebagai berikut :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus
Nyeri epigastrium terlokalisasi
PENGERTIAN Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual, muntah
Upper abdominal bloating
Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia non spesifik
Tidak ada gejala seperti kedua diatas

Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Radiologi, OMD dengan kontras ganda
2. Pemeriksaan Endoskopi sebagai diagnostic dan terapeutik
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DISPEPSIA
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/026 1 2/2
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN Pedoman penatalaksanaan

Pasien dengan dyspepsia ditangani oleh dokter penyakit


KEBIJAKAN
dalam.

Pengobatan
1. Antasid 20 150 ml/hari
2. Antikolinergic
3. Antagonis reseptor H2
Simetidin dosis 3x200mg ditambah 200 mg sebelum
tidur selama 4 minggu
Roksatidin dosis 75 mg/hari malam hari selama 1
minggu
Ranitidin dosis 2x150 mg lanjutan 1x150 mg selama 4-
PROSEDUR
6 minggu lanjutan pada malam hari
4. Penghambat pompa asam mengatur sekresi asam lambung
Omeperazol dosis 1 x 20-50 mg/hari selama 1-2
minggu
Lansoprazol dosis 1 x 30 mg/hari selama 4 minggu
Pantoprazol dosis 1 x 40 mg/hari
Sitoprotektif
Golongan prokinetik
yaitu : sisaprid, domperidon dan metoklopramid

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIARE
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/027 1 1/4
Ditetapkan
TANGGAL TERBIT DIREKTUR
Prosedur Tetap 6 Agustus 2009
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Diare adalah defekasi dengan jumlah faches yang lebih


banyak dari biasanya ( normal 100-200 ml / jam ) dengan
feses berbentuk cairan atau setengah cair / setengah padat,
dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Infeksi merupakan penyebab tersering diare. Baik oleh
bakteri, parasit maupun virus.
Diare disebabkan oleh :
1. Pengurangan atau penghambatan ion-ion dan
Perangsangan / sekresi aktif ion-ion pada usus ( secretory
diarrhea)
2. Terdapat zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan
tekanan osmotik yang tinggi pada usus
3. Perubahan pergerakan dinding usus

Diagnosa ditegakkan setelah ditemukan :


PENGERTIAN Mencret, Muntah-muntah, Nyeri perut sampai kejang perut
demam dan diare, , Haus, Mata cekung, Lidah kering, Turgor
menurun, oliguri/ Asidosis metabolic, pernafasan lebih cepat
dan dalam ( pernafasan kusmaul), nadi cepat dan dalam.
Secara klinis diare karena infeksi dibagi menjadi dua
golongan, pertama , keloriform, dengan diare yang terutama
terdiri atas cairan saja , kedua ,disentriform, pada diare
didapatkan lendir kental dan kadang kadang darah .
Feses yang tidak berdarah dan diselingi masa konstipasi
menunjukkkan penyebab diare kemungkinan adalah sindrom
irritable colon.
Feses berbuih dengan banyak flatus menunjukkan proses
fermentasi karbohidrat yang tidak dapat diserap.
Feses yang bau busuk menunjukkan adanya pembusukan
asam amino yang tidak dapat diserap.
Faches yang banyak, pucat berlemak dan mengapung
menunjukkan steatorea
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIARE
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/028 1 2/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

KEBIJAKAN Pasien dengan diare ditangani oleh dokter penyakit dalam.

Pengobatan :
1. Rehidrasi
Oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, dektrose 5%
Jumlah cairan : Jumlah cairan yang diberikan sesuai
dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Jadwal pemberian cariran
2. Anti spasmodik , Antikolinergik( antagonis stimulus
kolinergik pada reseptor muskarinik)
3. Obat anti diare
a. Obat anti motilitas dan sekresi usus
Loperamid ( Imodium ) : 4 mg peroral (dosis awal)
PROSEDUR dengan dosis maksimal 16 mg/hari
Difenoksilat : 4 x 5 mg (2 tablet)
Kodein fosfat : 15 60 mg tiap 6 jam
b. Oktreotid
c. Obat antidiare yang mengeraskan feses dan absorbsi
zat toksik :
Arang/charcoal aktif (norit) : 1-2 tablet, diulang
sesuai kebutuhan
Campuran kaolin dan morfin (mengandung 700
mikrogram /10 ml anhydrous morphine)
4. Antiemetik (metoklopropamid, proklorprazin, domperon)
5. Vitamin dan mineral yaitu vitamin B12, asam folat,
vitamin A, vitamin K, preparat besi, zinc, dan lain-lain.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIARE
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/029 1 3/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

6. Obat ekstrak enzim pancreas


7. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan
mengikat asam empedu
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi
anion usus

2. Kausal
pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi.

Etiologi Obat Dosis Jangka Waktu


Shigella sp Ampisillin 2x1g 5-7 hari
Kotrimoksazol 2x2 tab idem
PROSEDUR Siprofloksasin 2x500mg idem
Tetrasiklin 4x500mg idem

H. jejuni Eritromisin 4x250-500mg idem


salmonelosis Siprofloksasin 2x500mg 5 hari
Kloramfenikol 4x500mg 14 hari
Peflasin 1x400mg 7 hari
Siprofloksasin 2x500mg 7 hari

C. difficile Vankomisin 4x125mg 7-10 hari


Metronidazol 3-4 x1,5-2g Idem
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU DIARE
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/030 1 4/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

ETEC Trimetopin 3x200mg 3 hari


Siprofloksasin 1x500mg idem
Kotrimoksazol 2x2 tab idem
Tuberkulosis Rifampisin 10mg/kb BB
Pirazinamid 20-40 g/kg BB
Etambutol 15-25 mg/kg BB
Streptomisin 15 mg/kg BB min. 9
Jamur Nistatin 3x500.000 U bln
Protozoa Kuinakrin 3x100 mg 2-3 mg
PROSEDUR Metronidazol 1x2 g 7 hari
3x400mg 3-5 hari
E.histolytica Metronidazol 3x800mg 7 hari
Cacing Pirantel 10-22 mg/kg BB 7 hari
ascaris pamoat (dosis tunggal max 3 hari
1g )
idem
Cacing Idem idem
tambang
Trichuris Mebendazol 2x100mg 3 hari
trichiura

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU FLU BURUNG ( AVIAN INFLUENZA )
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/031 1 1/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Penyakit menular yang disebabkan oleh Virus influenza yang


ditularkan oleh unggas.

Masa inkubasi 3 hari ( rentang antara 2-4 hari )

Manifestasi klinis:
Sistem respiratorik
Ringan hingga berat. Mulai dari asimtomatik, selesma
ringan sampai berat, pneumonia, dan banyak yang
berakhir dengan ARDS. Perjalanan penyakit berlangsung
sangat progresif dan fatal. Angka mortalitas sekitar 50%
Secara umum sama denga gejala Influenza like
illness(ILI ) dengan trias ILI: demam tinggi >380 C,
gejala respiratorik ( batuk, pilek ), dan gejala sistemik
inveksi virus ( sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia,
PENGERTIAN malaise).
Sistem gastrointestinal: diare
Lain lain: Konjungtivitis

Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
- Leukopenia
- Limfopenia
- Trombositopenia
- Peningkatan nilai ureum dan kreatinin

Radiologis:
- Foto Rontgen dada: kelainan radiologist berlangsung
sangat progressif.
- Tidak ada gambaran khas. Dapat berupa infiltrat
bilateral luas, infiltrate difus, imfiltrat multifokal,
infiltrat tersebar, kolaps lobus
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU FLU BURUNG ( AVIAN INFLUENZA)
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/032 1 2/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Pemeriksaan defenitif:
Di Indonesia hanya dapat dilakukan di laboratorium
Balitbangkes Depkes RI dan laboratorium NAMRU.
Pemeriksaan defenitif masih perlu konfirmasi ke
laboratorium WHO di Hongkong
Pemeriksaan definitif meliputi:
Biakan Virus
PCR
Immunofluoresensi
Uji serologi

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaa

KEBIJAKAN Pasien dengan flu burung dirujuk ke RS Rujukan flu burung

Penatalaksanaan :
Setiap pasien yang diduga menderita flu burung langsung
diberikan dan dipakaikan masker
Setiap pasien yang diduga menderita flu burung deperiksa
pemcitraan dada, pemeriksaan swab hidung.
PROSEDUR
Pasien yang memerlukan rawat inap langsung dikirim ke
ICU atau rawat isolasi
Setiap kasus flu burung, baik kasus suspect. Probable,
atau confirmed, diberikan obat antivirus oseltamivir
( Tamiflu )
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU FLU BURUNG ( AVIAN INFLUENZA)
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/033 1 3/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

dengan dosis untuk anak, yaitu:


- BB < 15 kg, diberikan 2 x 30 mg/hari
- BB 15 - 23 kg, diberikan 2 x 45 mg/hari
- BB 23 - 40 kg, diberikan 2 x 60 mg/hari
- BB > 40 kg, diberikan 2 x 75 mg/hari
- Anak > 13 tahun, diberikan 2 x 75 mg/hari
Pengobatan lain bersifat simtomatik, yaitu obat untuk
panas, batuk, pilek, dsb
Bila pasien memerlukan, dapat diberikan oksigen
Pemeriksan ulang berupa pencitraan dada dan
pemeriksaan darah dilakukan 1 minggu kemudian,
kecuali bila dibutuhkan lebih cepat.
Bila sudah diizinkan pulang pasien dibekali surat
keterangan yang menyatakan keadaan terakhir pasien saat
dipulangkan.
PROSEDUR Surat keterangan dibuat rangkap tiga, yaitu untuk
lingkungan ( RT), sekolah (bila pasien sudah bersekolah )
dan untuk pasien sendiri
Setelah pulang pasien dianjurkan control ke poliklinik
anak 1 minggu kemudian.

KET:
Virus flu burung ( avian influenza, AI ) dapat bertahan
hidup dalam air selama 4 hari pada suhu 220C dan
hingga >30 hari pada suhu 00C.
Dalam feces unggas, virus AI dapat bertahan hidup
hingga 32 hari, Feses unggas merupakan materi yang
berperan penting dalam penyebaran dan penularan virus
AI.
Virus AI sangat labil dan mudah bermutasi sehingga
dapat terbentuk subtipe baru yang lebih virulen dan
patogen.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU FLU BURUNG ( AVIAN INFLUENZA)
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/034 1 4/4
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Secara alami, penjamu ( host ) dari virus AI adalah


unggas liar, Mereka secara musiman melakukan migrasi
PROSEDUR antar daerah, antar negara, bahkan antar banua.
Virus AI pada unggas liar biasanya tidak menyebabkan
sakit, apalagi kematian.

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENCEGAHAN PENULARAN HIV/ AIDS
TUGU IBU DARI IBU KE ANAK
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/035 1 1/1
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Usaha pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS dari ibu ke


PENGERTIAN
anak saat persalinan di Rumah Sakit.

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

Setiap pasien persalinan dengan HIV/AIDS ditangani oleh


KEBIJAKAN
dokter kandungan

Tatalaksana Pencegahan Penularan HIV pada bayi:


Tindakan tidak diperbolehkan karena meningkatkan resiko
penularan HIV dari ibu ke bayi adalah tindakan obstetric
invasive yang tidak perlu dan dapat menjadi jalur penularan
HIV, seperti:
1. Episiotomi secara rutin
2. Ekstraksi vacuum
PROSEDUR 3. Ekstraksi Canum
4. Memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap.
5. Terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam.
6. Memantau analisa gas darah janin selama persalinan
dimana sampel darahdiambil dari kulit kepala janin.
7. Bagi ibu yang HIV positif, sebaiknya tidak menyusui
bayinya karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke
bayi, terlebih apabila payudara lecet, atau radang payudara.

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PROTEKSI DIRI SAAT PERTOLONGAN
TUGU IBU KELAHIRAN DENGAN HIV/AIDS
Jl. Raya Bogor KM 29 NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis Depok 002/S1P1/036 1 1/2
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Proteksi diri saat pertolongan kelahiran dengan HIV/AIDS


PENGERTIAN adalah usaha pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS saat
menolong persalinan.

Meningkatkan mutu pelayanan medis


TUJUAN
Pedoman penatalaksanaan

Setiap petugas harus mengerti/ menerapkan universal


KEBIJAKAN precautions.

Tatalaksana pajanan di tempat kerja:


Bila terkena tusukan jarum suntik atau luka iris segera
dicuci dengan sabun dan air mengalir.
Percikan pada mukosa hidung, mulut, atau kulit segera
dibilas dengan guyuran air.
Mata diirigasi dengan air bersih, larutan garam fisiologis
atau air steril.
Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut seperti
kebanyakan tindakan reflekuntuk menghisap darah.
Keselamatan petugas adalah hal yang sangat penting dan
kecelakaan kerja sperti perlukaan harus dicegah.
Setiap pajanan harus dicatat dan dilaporkan kepada
PROSEDUR
berwenang dan diperlukansebagai keadaan darurat. Dalam
hal ini biasanya Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial
(PIN) atau Panitia Keselamatan dan Kesehatah Kerja (K3).
Imunisasi Hepatitis B diberikan kepada semua staf yang
dalam tugasnyamempunyai resiko terjadinya perlukaan
oleh alat tajam.

Untuk pajanan yangdicurigai dari pasien HIV maka dapat


mengacu alaur dibawah ini yang terdiri dari 4 tahap sbb:
1) Langkah 1: Menentukan kode pajanan (KP)
2) Langkah 2: Menentukan kode status HIV (KS)
RUMAH SAKIT PROTEKSI DIRI SAAT PERTOLONGAN
TUGU IBU KELAHIRAN DENGAN HIV/AIDS
Jl. Raya Bogor KM 29
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/037 1 2/2
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

3) Langkah 3: Menentukan Pengobatan Profilaksis Paska


Pajanan dank ode status HIV dari sumber
4) Langkah 4: Melakukan tes HIV pada petugas yang
terpajan segera setelah terpajan, 3 bulan, 6
bulan, paska pajanan untuk mengetahui
apakah tertular infeksi HIV

Saat melakukan tindakan memakai:


PROSEDUR
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tidakan.
2. Memakai sarung tangan panjang
3. Masker.
4. Kaca mata/ kaca mata Gogle
5. Topi
6. Celemek
7. Gaun
8. Sepatu Both/ Pelindung.

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/038 1 1/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Infeksi human immunodeficiency virus (HIV)

Manifestasi klinis
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya
sendiri (sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi
oportlunistik, atau kanker yang terkait dengan AIDS.
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap
berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD.

Infeksi Retroviral Akut


Frekuensi gejala infeksi retroviral akut sekitar 50-90%.
Gambaran klinis menunjukan demam pembesaran kelenjar,
hepatosplenomegali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti
morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leucopenia, limfosit
atipik. Sebagaian pasien mengalami gangguan neurology
PENGERTIAN seperti meningitis aseptic, sindrom Guillain Barre, atau
psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa
pengobatan.

Masa Asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukan gejala, tetapi dapat
terjadi limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi
bertahap, disebut juga masa jendela (window period)
Kandidosis vagina, sariawan, herpes zoster, leukoplakia, ITP,
dan tuberculosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related
Complelex (ARC)

Masa gejala lanjut


Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya
tahan yang lanjut ini menyebabkan resiko tinggi terjadinya
infeksi oportunistik berat atau keganasan
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor
( AIDS )
KM 29
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis
002/S1P1/039 1 2/11
Depok
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Tabel Hubungan jumlah CD4 dan penyulit pada AIDS

Demam Gullairi Barre


Mialgia Pati demielinisasi
Sindrom Trombositopenia Tinea
Atralgia Neuro idiopatik
Adenopati
Malaise Sindrome Helter Dermatitis
Rash Polio mielitis seboroik Contagoisum
Meningo Bellpalsi Gingivitis
Sindrom sogren Warts, moluscum

Tuberculosis
Herpes zoster
Sinusitis
PENGERTIAN Kriptosporid
Kandidosis oral iosis
Hairy leukoplakia
PCP
Sarcoma Kaposi Toxo
Limfoma (NHL) Kriptokok
Neoplasma
intraepi talial MAC
servikal CMV
Primary CNS NHL

10 minggu 5 tahun 10 tahun

Diagnosis
Seperti penyakit lain, diagnosis AIDS atau HIV ditegakkan melalui
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang.

Pada masa jendela, bila beruntung kita mungkin mengenal


manifestasi sindroma retroviral akut. Pemeriksaan antibody HIV
pada masa ini masih negative sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) atau biakan virus.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/040 1 3/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Indikasi tes antibody HIV adalah kecurigaan kemungkinan


resiko penularan seperti melakukan hubungan sek yang tak
aman, pecandu narkotika suntikan, pasien penyakit menular
seksual (PMS), pasien hemofilia (yang sering mendapat
infuse factor pembekuan sebelum tahun 1985),tusukan jarum
yang telah digunakan pada orang yang telah terinfeksi HIV,
serta bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV. Tes ini bisa
dilakukan pada masa tanpa gejala (asimtomatik). Meski tes
ini dapat dilakukan di laboratorium yang mempunyai fasilitas
sederhana sebaiknya kita mengirim bahan ke laboratorium
yang telah berpengalaman.
Pada fase AIDS, manifestasi klinis dapat berupa demam,
sariawan, penurunan berat badan, batuk kronik, diare kronik,
pembesaran kelenjar limfe, serta kelainan kulit. Anamnesis
tentang perilaku yang beresiko amat penting, tetapi sering
kali baru dapat dilakukan bila hubungan dokter pasien telah
PENGERTIAN
terbina baik. Berdasarkan kecurigaan klinis, maka dokter
dapat melakukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
Pemeriksaan penunjang yang sederhana, murah, dan murah
dilakukan adalah pemeriksaan anti HIV.
Diagnosis infeksi HIV berdasarkan kemungkinan
penularan dan pemeriksaan antibody HIV positif (telah
dikonfirmasi dengan tes westrem Blot). Diagnosis AIDS
didasarkan adanya Oportunistik atau kanker terkait yang telah
ditetapkan dan antibody HIV positif. Pada revisi kreteria
keadaan yang berhubungan AIDS tahun 1993, ditambahkan
jumlah CD4 dibawah 200 sebagai salah satu kreteria
sehingga, bila jumlah CD4 telah dibawah 200 digolongkan
dalam dalam AIDS.
Revisi kreteria menurut Centers for Diasease Control
(CDC) Amerika Serikat tahun 1993 untuk keadaan yang
berhubungan dengan HIV.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/041 1 4/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Kandidiasis bronkus, trakea, paru


Kandidosis esophagus
Kanker serviks infasif
Koksidioidomikosis diseminata atau ekstrapulmonal
Kriptokokosis ekstrapulmonal
Kriptosporidiosis diseminata atau ekstrapulmonal
Kriptosporidiosis intestinal kronik (> 1 bulan)
Infeksi sitomegalovirus dengan (kecuali di hati, limpa,
atau kelenjar getah bening)
Rinitis sitomegalovirus dengan gangguan penglihatan.
Ensefalopati yang terkait HIV
Herpes simpleks, ulkus kronik (> 1 bulan) atau bronchitis,
pneumonia atau esofaringitis.
Histoplasmosis diseminata atau ekstrapulmonal.
PENGERTIAN Isosporiasis intestinal kronik (> 1 bulan)
Sarkoma Kaposi
Limfoma burkit (atau terminology yang sesuai)
Limfoma immunoblastik (atau terminology yang sesuai)
Limfoma primer pada otak.
Mycobacterium avium komplek atau M. Kansasii ,
diseminata atau ekstrapulmonal.
Micobacterium tuberculosis, pulmoner atau
ekstrapulmonal.
Pneumonia Pneumocytis cranii
Pneumonia rekurens.
Leukoensefalopati multifokal progresif.
Septicemia salmonella rekurens.
Ensefalitis toksoplasma
Wasting syndrome yang terkait HIV
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


002/S1P1/042 1 5/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Definisi Kasus AIDS untuk surveilans


Seorang dewasa dianggap menderita AIDS bila menunjukan
tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai
dengan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang
berkaitan dengan 1 gejala minor, dan gejala-gejala ini bukan
disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan
dengan infeksi HIV, atau ditemukan sarcoma Kaposi atau
pneumonia yang mengancam jliwa yang berulang.

Gejala Mayor
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
Demam berkepanjangan labih dari 1 bulan.
Penurunan kesadaran dan gangguan neurology.
Demensia/ ensefalopati HIV
PENGERTIAN
Gejala Minor
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata yang gatal
Herpes zoster berkurang
Kandidosis orofaring
Herpes simpleks kronik progresif
Limfawdenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Langkah-langkah Diagnosa
1. Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker
yang terkait dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku beresiko yang memungkinkan
penularan.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


002/S1P1/043 1 6/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi


oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan
kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosit
total, antibiotic HIV dan pemeriksaan Rontgen.

Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan


pemeriksaan jumlah CD4 protein purified derivative (PPD),
serologi sitomegalovirus, serologi PMS. Hepatitis, dan pap
smear
Sedangkan pada pemerikasaan follow up diperiksa
jumlah CD. Bila > 500 maka pemeriksaan diulangi tiap 6
bulan. Sedangkan bila jumlah 200-500 maka diulangi tiap 3-6
bulan, dan bila < 200 diberikan profilaksis pneumonia
pneumocitis carinii. Pemeriksaan profilaksis INH tidak
tergantung pada jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk
mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan
memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD 4
(mikroskop fluresnsi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS
dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

Meningkatkan muru pelayanan medis


TUJUAN Pedoman penatalaksanaan

KEBIJAKAN Setiap pasien yang HIV/ AIDS dirujuk ke RS Rujukan.

Penatalaksanaan:
PROSEDUR
Pencegahan infeksi oportunistik yang direkomendasikan:
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


002/S1P1/044 1 7/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Infeksi Indikasi Obat profilaksis


oportunistik
PPD > 5mm INH 300 mg/hari +
Penderita dengan 50 mg Vit B6/ hari,
riwayat PPD atau INH 900 mg
positif tanpa 2x/ mg + 50 mg Vit
Tuberculosis kemoprofilaksis. B6/ hari sedikitnya
Resiko kontak selama 1 tahun.
dengan penderita
TB aktif.
Pneumonia P. Pernah PCP TMP-SMX 1 DS?
carinii Belum pernah Hari seumur hidup
PROSEDUR PCP dengan CD4
< 200.
FUO atau trush
Toksoplasmosis CD4 , 100 + IgG TPM-SMX 1 DS/ h
M. avium komplek CD4 < 150 Klaritromisin 2 x 500
mg

Vaksin pneumokokkus
Pneumonia Semua pasien 0,5 mg im
Sterptokokkus
varisella Terpapar varisella VZIG 625 U IM hari
atau herpes zoster. setelah paparan.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/045 1 8/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Pengobatan infeksi oportunistik dan kanker terkait HIV


Infeksi oportunistik/ Pengobatan
kanker

Tuberculosis Sesuai dengan panduan


pengobatan TB

Kandidas mulut Nistatin 500.000 U/ hr dikumur


Kandidas oessopagus Flukonazol 100 mg/ hr
Kandidas sistemik Mikonazol 200 mg intravena
Kandidas vagina atau krim 2% seminggu
Aspergilosis Amfoterisin B1-1.4 mg/ kgBB
atau itrakonazol 2 x 200 mg

M. avium komplek Klaritromisisin 2x500mg+2 dari:


Ethmbutol 15mg/kgBB/hr
Rifabutin 300 mg/hr
Siprofloksasin 2x500-750 mg.
PROSEDUR Pneumonia P. carinii TM-SMX 2xDS selama 21 hari
dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan
Toksoplasma ensefalitis Primitamin 100-200mg loading
dose, dilanjutkan 50-100 mg/hr
oral+ asam folat 10 mg/hr +
sulfadiazin 4-8 gr/hr selama 6
minggu, klindamisin 900-
1200mg tiap 6 jam ditambah
pirimetamin dan asamfolat.

CMV Gansiklovir 2x 100 mg iv selama


12-21 hari atau Foscarmet 60
mg iv tiap 8 jam 14-21 hari.
Retinitis CMV Gansiklovir implant untuk 6-8
bulan.
Herpes Simpleks Aksiklovir 5x800 mg sedikitnya
seminggu (sampai sembuh)
Herpes zoster Asiklovir 5 x800 mg sedikitnya 7
hari.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/046 1 9/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Ampoterisin B 0,5-1 mg/kgBB


Kriptokokosis sampai total dosis 0,7-1 mg/kgBB

Histoplasmosis Ampoterisis B 0,5-1 mg/kgBB iv/


hr selama 1-2 minggu, atau
itrakonazol 3x 200 mg, tiga hari
dan dilanjutkan 2x200 mg.

Koksidioidomikosis Ampoterisis B 0,5-1 mg/kgBB iv/


hari selama 8 minggu
Salmonella septicemia Siprofloksasin2x500mg2-4minggu
Sarkoma Kaposi
Local Vinblastin intralesi (0,01-0,02
mg/lesi)/ 2 miggu
Sistemik Kemoterapi (Adriamisin,
Bleomisin, vinkristin/ vinblastin)

PROSEDUR Limfoma malignum Kemoterapi+ radiasi (pada


limfoma diSSP)

Jenis obat anti retroviral


Golongan Dosis Efek Samping monitoring
I. Inhibitor reverse transcriptase
Zidovudin 500 mg/hr, 5x Nyeri kepala, Darah
(AZT) 100 mg atau lemah, intoleransi lengkap/ 3
Retrovir 100-200 mg/hr, saluran cerna, bulan.
Avirzid dosis min 3 x insomnia, anemia, LFT/ 3-6
100 mg, dosis netropenia, bulan.
dimensia HIV penekanan
1000-1200 sumsum tulang,
mg/hr, dosis tergantung dosisi
pencegahan miopati,
penularan peningkatan enzim
periatal: dsosis CPK, hepatitis,
pasca paparan kardiomiopati,
HIV: pada perubahan warna
gagal ginjal. kuku.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya
( AIDS )
Bogor KM 29
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
Cimanggis
002/S1P1/047 1 10/11
Depok
Ditetapkan
Prosedur Tetap DIREKTUR
TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT
DALAM Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Didanosin 2x 125 mg Neuropati perifer, Amylase 1-2


(ddl) pankreatitis, bulan sekali
Videx hiperurisemia, Pemeriksaan
Hepatitis, kemerahan neurologik/
bulan.

Stavudin 2x 30 mg Neuropati perifer, Pem


(d4T) pankreatitis, neurologik/bln,
zerit hepatitis, kemerahan. Amylase /bln

Lemivudin 2x 150 mg Sakit kepala, nausea,


(3TC) dikurangi diare, nyeri abdomen,
pada gagal diare.
ginjal

PROSEDUR Jenis obat anti retroviral

Golongan Disis Efek samping Monitor


II. Inhibitor enzim protease
Saquinovir 3 x 200 mg Intoleransi salluran cerna,
Avirase nyeri abdomen, diare
Indinavir 3 x 800 mg Peningkatan bilirubin,
Crixivan nefrolithiaisis, peningkatan
transaminase.

Ritonavir 2 x 600 mg Intoleransi saluran cerna,


Norvir parestesia sekitar mulut,
peningkatan kolesterol dan
trigliserida.

Penatalaksanaan infeksi HIV/AIDS meliputi penatalaksanaan fisik,


psikologis dan sosial.
RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN
TUGU IBU ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROM
Jl. Raya Bogor KM 29
( AIDS )
Cimanggis Depok
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
002/S1P1/048 1 11/11
Ditetapkan
DIREKTUR
Prosedur Tetap TANGGAL TERBIT
Pelayanan Medis
PENYAKIT DALAM
Dr. Peppy R. Firaidie, MM

Penatalaksanaan medik terdiri atas:


1. Pengobatan suportif
Nutrisi dan vitamin yang cukup
Bekerja
Pandangan hidup yang positif
Hobi
Dukungan fisikologis
Dukungan sosial
2. Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan
kanker
3. Pengobatan anti retroviral

Saat memulai pengobatan


PROSEDUR Asimtomatik, CD4 > 500 tapi RNA HIV (viral load) tinggi
(lebih dari 30.000 kopi/ ml)
Asimtomatik, CD4 > 350 (boleh tunda bila CD4> 350 dan
viral load rendah < 10.000
Infeksi HIV dengan gejala

Sekarang lyang dianut adalah pengobatan kombinasi dengan


kombinasi 3 obat, terdiri dari dua inhibitor reverse
transcriptase dan satu inhibitor enzim protease. Monoterapi
(ddl atau d4T) hanya dipertimbangkan bila pengobatan
kombinasi tidak dapat dilakukan atau pasien telah
menggunakan monoterapi dalam waktu yang lama dan hasil
klinis maupun pemantauan laboratorium tetap baik (CD4
baik).

Komite Medis
UNIT TERKAIT KSM
Instalasi

Anda mungkin juga menyukai