Rencana)
I. Pendahuluan
Untuk menghitung intensitas curah hujan rata-rata diperlukan data curah hujan minimal harus
ada data curah hujan maksimum dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Untuk mengetahui nilai rata-rata curah hujan selama 10 tahun, maka dapat dicari
mengunakan rumus sebagai berikut:
b) Hitung luas daerah tangkapan Hujan (A)
c) Masukan nilai koefisien pengaliran/limpasan air (C)
d) Hitung debit rencana puncak (QP) dengan rumus rasional. Masukan semua nilai yang
sudah didapat diatas, yakni C, I, dan A dalam rumus rasional sebagai berikut untuk
mendapatkan nilai debit rencana.
QP = 0,278 x C x I x A
QP = Debit rencana/puncak
C = Coefisien pengaliran/limpasan air
I = Intensitas curah hujan ( mm/jam )
A = Luas daerah tangkapan hujan
QP = 0,278 x C x I x A
Masukan nilai C, I, A dalam rumus metode rasional lalu dikalikan :
A = 0,570250 km2
I = 3,10 mm/jam
C = 0,95
Maka QP = 0,278 x 0,95 x 3,10 mm/jam x 0,570250 km2
= 0,46 m3/dtk
Jadi debit rencana dengan periode ulang 5 tahun adalah 0,46 m3/detik.
III. Kesimpulan
Debit rencana bersifat probabilistik (mengandung unsur kemungkinan). Debit rencana
periode ulang 5 tahun (Q5) = 0,46 m3/detik, tidak berarti debit sebesar 0,46 m3/detik akan
terjadi secara periodik 1 kali dalam setiap 5 tahun. Dalam 5 tahun ada kemungkinan 1 kali
terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari 0,46 m 3/detik. Dalam 10 tahun ada
kemungkinan 2 kali terjadi debit yang besarnya sama atau lebih dari 0,46 m3/detik.
Debit rencana berguna dalam perencanaan dimensi saluran drainase. Perhitungan
debit rencana menjadi bagian yang sangat penting dalam perencanaan teknis dimensi saluran
drainase, karena nilai (besar-kecilnya) debit rencana akan menentukan besar kecilnya dimensi
saluran drainase. Dimensi hidrolis saluran yang lebih besar akan lebih aman dalam
mengalirkan debit tertentu, namun dimensi yang lebih besar akan berdampak pada
pembengkakan biaya. Sebaliknya dimensi hidrolis yang lebih kecil akan menjadi kurang
aman dalam mengalirkan debit tertentu. Muara dari perhitungan dari debit rencana adalah
mendapatkan dimensi hidrolis (kapasitas) yang ideal dan terbaik, terbaik dari segi teknis
maupun ekonomi. (*)
Sumber Pustaka :
Sebagai contoh kita pakai data pada pembahasan yang lalu tapi kita tambah dengan
menghitung periode hujan dengan periode ulanghujan (PUH) untuk periode 2 tahun, 5, 25,
50, dan 100 tahun lalu kita hitung curah hujannya dengan metode mononobe.
Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan tinggal ganti nilai t dengan nilai durasi waktu,
misalnya 5 menit atau sama dengan 0,08 jam dan ganti nilai R 24 pada masing-masing nilai
periode ulang hujan (PUH) tahun. Hitung durasi lainnya, maka hasilnya akan seperti yang
ada dalam tabel.
Berdasarkan persamaan tersebut selanjutnya dapat dihitung intensitas hujan untuk berbagai
durasi hujan seperti yang diperlihatkan dalam tabel :
Sumber :
Kamiana, I Made. 2001. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu. Yogyakarta
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap
satuan waktu. Besarnya intensitasnya berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis terhadap data
hujan baik secara statistik maupun empiris. Intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka
pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman. Data curah hujan jangka pendek ini
hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Di Indonesia alat ini
belum banyak, yang lebih banyak digunakan adalah pencatat hujan biasa yang mengukur hujan 24
jam atau disebut hujan harian.
Pertanyaannya, bagaimana kalau yang kita punya hanya data hujan harian yang diakumulasi
(bulanan)? Tentu ini bukan halangan bagi kita untuk tidak melakukan perhitungan intensitas hujan
untuk durasi waktu yang pendek (menit atau jam), karena intensitas hujan untuk durasi waktu yang
pendek dapat diestimasi menggunakan rumus Mononobe, seperti terlihat di bawah ini :
2/3
I = R24 (24)
__ ___
24 t
Dimana :
Sebagai bahan latihan penulis punya data curah hujan Abepura-Waena dari tahun 2001 s/d
2010, seperti terlampir pada tabel di bawah ini :
Tahun Jan Feb Mar Apr May Juni Juli Aug Sep Oct Nov Des
2001 47 196 280 204 132 148 39 132 30 135 172 201
2002 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71
2006 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86
2007 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168
2008 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177
2009 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269
yang kita akan olah bersama, sehingga bisa digunakan untuk menghitung intensitas hujan. Langkah-
langkah perhitungan intensitas hujan dan pembuatan grafik lengkungnya dijelaskan dalam beberapa
1) Jumlahkan data curah hujan bulanan sehingga didapat jumlah total curah hujan per tahun
Tahun Jan Feb Mar Apr Mey Juni July Aug Sep Oct Nov Des Total
2001 47 196 280 204 132 148 39 132 30 135 172 201 1716
2002 122 149 108 149 132 129 136 151 100 48 122 71 1417
2006 220 133 552 552 217 69 64 199 331 123 183 86 2729
2007 243 359 339 179 245 38 131 148 58 58 149 168 2115
2008 243 159 339 269 123 158 43 38 185 161 63 177 1958
2009 162 412 462 271 90 114 160 113 272 118 101 269 2544
2) Hitung intensitas hujan untuk beberapa durasi waktu menggunakan rumus Mononobe
2/3
I = R24 (24)
__ ___
24 t
Untuk nilai R24 untuk beberapa periode ulang kita ambil dari pembahasan sebelumnya
mengenai, Analisa Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Puncak Limpasan Permukaan Di
Wilayah Abepura.
5 Tahun 2395,37
10 Tahun 2777,66
25 Tahun 3291,58
50 Tahun 3622,70
Selanjutnya kita akan hitung intensitas hujan rencana dengan periode ulang 5 tahun, 10 tahun, 25
tahun, 50 tahun dengan rumus Mononobe, untuk beberapa durasi waktu hujan, yakni 5 menit, 10,
15, 20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, 1440 menit. (ingat sebelum dimasukan ke dalam rumus
Data R24 sudah ada dan durasi waktu sudah ditetapkan, apalagi yang kita tunggu ? Mari kita hitung
Intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 5 Tahun dengan R24 = 2395,37 mm/24 jam
__ ___
24 0,08
= 4,352, 67 mm/jam
-) Untuk 10 menit (0,16 jam)
2/3
I = 2395,37 (24)
__ ___
24 0,16
= 2742,01 mm/jam
__ ___
24 0,25
= 2092,54 mm/jam
Untuk perhitungan durasi waktu lainnya, lakukan dengan cara yang sama seperti durasi 5 menit, 10
Untuk perhitungan intensitas Hujan Rencana Periode Ulang 10, 25, 50 untuk beberapa durasi waktu
dilakukan sama seperti cara yang sudah dijelaskan. Hasil perhitungan secara lengkap dilampirkan
Dari hasil perhitungan kita buat grafik lengkung intensitas hujan yang menyatakan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan. Data dalam tabel kita akan konversi ke dalam bentuk grafik.
4) Kesimpulan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap
satuan waktu. Sedangkan durasi hujan adalah lama kejadian hujan. Besarnya intensitas hujan itu
berbeda-beda, tergantung dari lamanya hujan (durasi) dan frekuensi kejadiannya. Data hubungan
Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan dalam
tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan
berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
Untuk perhitungan intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe :
keterangan :
I : intensitas hujan (mm/jam)
R24 : curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam)
t : lama hujan (jam)
Contoh perhitungan:
Diketahui curah hujan rencana (R) sebesar 123.160 mm pada kala ulang 2
tahun, dengan lama hujan (t) adalah 1 jam. maka perhitungan Intensitas adalah sebagai
berikut:
Dengan mengubah variabel t untuk masing-masing curah hujan (R24) untuk periode
ulang 2 tahun, R24 = 152,805 mm/jam untuk periode ulang 5 tahun dan R24 = 171,080
mm/jam untuk periode ulang 10 tahun, maka hasilnya adalah sebagai berikut berikut :
hubungan antara intensitas dan waktu lama hujan dapat dilihat pada grafik berikut:
Cara perhitungan sumur resapan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perhitungan
dalam perencanaan drainase. Hanya saja, pada perencanaan sumur resapan yang
diperhitungkan adalah besarnya volume air yang meresap bukan debit air yang dialirkan
sebagaimana pada perencanaan drainase. konsep dasarnya adalah volume sumur
resapan harus dapat menampung besarnya volume air yang akan diresapkan.
Volume andil banjir atau volume air yang akan diresapkan digunakan Rumus :
Volume sumur resapan harus dapat menampung volume air hujan yang
diresapkan. Jika karena kondisi tertentu volume sumur resapan tidak dapat
menampung maka perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah sumur
resapan.
Diameter atau lebar lubang sumur minimal 80 cm. Hal ini dimaksudkan agar
orang dapat masuk kedalamnya. Sedangkan maksimal lebar atau diameternya
adalah 1,4 m.
Kedalaman sumur resapan maksimal hingga satu meter diatas muka air tanah.
Lokasi pembuatan sumur resapan juga harus memperhatikan tata letak atau kondisi
disekitarnya.
Jarak minimum sumur resapan terhadap sumur sumber air bersih adalah 3 m.
Sedangkan jarak terhadap bidang resapan atau sumur resapan lainnya adalah 5
m.
Sumur resapan juga hanya dapat digunakan pada kondisi tanah dengan nilai
permeabilitas tanah tanah > 2,0 cm/jam.