REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: /PRT/M/2009
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP PENGATURAN
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
(1). Pedoman ini disusun dengan maksud sebagai acuan bagi Pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa, masyarakat
petani pemakai air, dan pengelola jaringan irigasi lainnya dalam melaksanakan
pengelolaan aset irigasi
(2). Pedoman ini disusun dengan tujuan agar para pengelola irigasi mampu
melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan.
Pasal 3
Lingkup pedoman ini meliputi pengelolaan aset irigasi permukaan dan irigasi air
tanah.
BAB III
Pasal 4
Kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi
Pengelolaan aset irigasi dilaksanakan melalui kegiatan:
a.inventarisasi aset irigasi;
b. perencanaan pengelolaan aset irigasi;
c.pelaksanaan pengelolaan aset irigasi;
d. evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi; dan
e.pemutakhiran data aset irigasi.
Pasal 5
Inventarisasi
(1) Inventarisasi aset irigasi meliputi kegiatan pengumpulan data dan registrasi
aset irigasi.
(2) Inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pada jaringan irigasi permukaan, jaringan irigasi tersier, jaringan irigasi air
tanah, dan aset pendukung pengelolaan irigasi yang langsung berkaitan dengan
operasi dan pemeliharaan atas aset jaringan irigasi..
(3) Inventarisasi aset irigasi pada jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditujukan untuk mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan
fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan air, nilai aset, dan areal
Pasal 6
Rencana Pengelolaan Aset Irigasi
(1) Penyusunan Rencana Pengelolaan Aset Irigasi meliputi kegiatan analisis data
hasil inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan
perumusan rencana tindak lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset
irigasi sesuai tingkat layanan yang diharapkan.
(2) Penyusunan rencana pengelolaan Aset Irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan pada setiap daerah irigasi.
(3) Rencana pengelolaan aset irigasi disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun.
(4) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi rencana pengelolaan aset jaringan irigasi dan rencana pengelolaan
aset pendukung pengelolaan irigasi.
(5) Rencana pengelolaan aset jaringan irigasi sebagaimana dimaksud ayat (4)
meliputi:
a. rencana pembaharuan atau penggantian aset;
b. rencana pemeliharaan aset;
c. rencana peningkatan aset;
d. rencana pengamanan aset;
e. rencana penghapusan aset; dan / atau
f. proyeksi kebutuhan dana untuk rencana sebagaimana dimaksud pada huruf
a sampai dengan e.
(6) Rencana pengelolaan aset pendukung pengelolaan irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi :
a. rencana pembentukan dan pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai
Air sesuai dengan kebutuhan;
b. rencana pengembangan kelembagaan pengelolaan irigasi yang berada
di lapangan yang meliputi kepengamatan dan kemantrian/kejuruan;
c. rencana pemberdayaan dan pengaturan kembali penempatan tenaga-
tanaga pengelola jaringan irigasi yang berada di lapangan;
d. rencana pembangunan, peningkatan, perbaikan, pembaruan, dan / atau
penghapusan bangunan-bangunan kantor, rumah jaga dan bangunan
lainnya yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan jaringan irigasi;
e. rencana penambahan, perbaikan, penggantian, dan / atau penghapusan
(7) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
direncanakan secara rinci untuk jangka waktu 5 (lima) tahun pertama.
(8) Dalam hal daerah irigasi baru dibangun setelah Peraturan Menteri ini
ditetapkan, rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf b sampai dengan e direncanakan secara rinci untuk jangka waktu 5
(lima) tahun pertama.
(9) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagainama dimaksud pada ayat (3) disusun
dan ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali.
Pasal 7
(1) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1) mulai dilakukan setelah berfungsinya jaringan irigasi sebagian atau
seluruhnya.
(2) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi dilakukan secara terpadu,
transparan, dan akuntabel dengan melibatkan semua pemakai air irigasi dan
pengguna jaringan irigasi.
(3) Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau Perkumpulan Petani Pemakai Air,
menyusun rencana pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya
secara berkelanjutan.
(4) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6
dilaksanakan berdasarkan Pedoman Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi pada
lampiran ........ Peraturan Menteri ini.
(5) Penyusunan Rencana Pengelolaan Aset Irigasi dilakukan dilakukan sesuai dengan
Pedoman Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi oleh instansi pemerintah yang
membidangi pengelolaan jaringan irigasi.
Pasal 8
Pasal 9
Evaluasi
(1) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dilakukan setiap akhir tahun
Pasal 10
Pemutakhiran Data
(1) Pemutakhiran data aset irigasi dilakukan dengan maksud untuk menjaga
keakuratan data aset irigasi di masing-masing kewenangan.
(2) Pemutakhiran data aset irigasi dilaksanakan pada setiap akhir tahun.
(3) Pelaksanaan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari kegiatan-kegiatan :
a. memperbaharui data inventarisasi aset irigasi yang menyangkut : jenis,
jumlah, kondisi, fungsi, dan nilai sekarang dari aset;
b. memperbaharui data inventarisasi yang menyangkut ketersediaan air,
dan luas panen;
c. memperbaharui data inventarisasi yang menyangkut perubahan areal
layanan yang disebabkan oleh penurunan fungsi jaringan, penurunan
ketersediaan air di sumber, dan alih fungsi dari areal layanan;
d. memperbaharui data aset pendukung pengelolaan irigasi yang meliputi
jumlah Perkumpulan Petani Pemakai Air, jumlah personil dan
kualifikasi pengelola jaringan irigasi, jumlah bangunan gedung dan
peralatan operasi dan pemeliharaan yang masih laik pakai dan yang
tidak laik pakai, dan jumlah luas lahan-lahan yang bersangkutan
dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi;
e. menerbitkan buku tahunan aset irigasi nasional.
(4) Pelaksanaan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diselenggarakan berdasarkan pedoman kegiatan masing-masing oleh aparat
pemerintah yang menangani irigasi.
Pasal 12
Komponen SIPAI
(1) SIPAI terdiri dari dua komponen penting, yaitu yang berupa :
a. Perangkat keras yang terdiri dari komputer beserta perlengkapannya,
GPS, dan kamera digital; dan
b. perangkat lunak yang berupa program-progrm komputer.
(2) Pangkalan data SIPAI merupakan salah satu komponen perlengkapan SIPAI
sebagai tempat penyimpanan data digital di dalam komputer yang dikelola
secara intersif yang sewaktu-waktu dapat diakses untuk mengambil data dan
memprosesnya hingga menjadi informasi yang mempunyai daya guna.
(3) Data yang tersimpan dalam pangkalan data SIPAI terbuka untuk diakses oleh
instansi lain dan masyarakat umum yang memerlukan;
(4) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di
kantor-kantor Direktorat Jenderal yang menangani bidang-bidang irigasi,
pertanian, pembinaan pembangunan daerah, sesuai dengan kepentingannya.
(5) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di daerah
dikembangkan di masing-masing kantor Unit Pelaksana Teknis dari Pemerintah
bilamana ada. Dalam hal di daerah Pemerintah belum mempunyai Unit
Pelaksana Teknis, data hasil inventarisasi ditampung di pangkalan data SIPAI
yang ada kantor-kantor Direktorat Jenderal yang bersangkutan
(6) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di
kantor-kantor Pemerintah Provinsi sesuai dengan kepentingannya.
(7) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di
kantor-kantor Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kepentingannya.
(8) Pengembangan pangkalan data SIPAI pada jaringan irigasi yang dimiliki oleh
Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Desa, dan
Perseorangan di masing-masing kantor yang bersangkutan tergantung dari
kebutuhan dan kemampuan masing-masing.
Pasal 13
Komunikasi data antar pangkalan data dilaksanakan atas dasar kepentingan masing-
masing dan dapat memanfaatkan jaringan internet, atau media lain yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Pasal 14
Pengembangan SIPAI sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12 merupakan
subsistem informasi sumber daya air.
BAB V
TANGGUNG JAWAB
Pasal 16
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah
Pasal 17
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Provinsi
Pasal 18
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 19
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Milik Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani
Pemakai Air, Pemerintah Desa, dan Perseorangan
(1) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan bertanggung jawab terhadap pengelolaan aset irigasi
pada daerah irigasi yang menjadi kewenangannya.
(2) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan membantu inventarisasi aset irigasi yang diprakarsai
oleh pemerintah.
(3) Apabila Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air,
Pemerintah Desa, dan Perseorangan melaksanakan perencanaan pengelolaan
Pasal 20
Pengelolaan Aset Irigasi pada Jaringan Irigasi Tersier
(1) Penyelenggaraan PAI untuk jaringan irigasi tersier yang jaringan utamanya
menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, menjadi tanggung jawab Perkumpulan Petani Pemakai Air.
(2) Perkumpulan Petani Pemakai Air membantu terselenggarakannya inventarisasi
aset irigasi yang diprakarsai pemerintah pada setiap tahun.
(3) Data hasil inventarisasi aset jaringan irigasi tersier disimpan di pangkalan data
SIPAI pada instansi yang membawahi jaringan irigasi utamanya.
(4) Pangkalan data SIPAI yang menyimpan hasil inventarisasi aset jaringan irigasi
tersier terbuka untuk diakses oleh instansi lain dan masyarakat umum yang
memerlukan.
(5) Hasil pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada instansi pemerintah sesuai kewenangannya.
(6) Penyelenggaraan pengelolaan aset irigasi pada jaringan tersier disinkronkan
dengan pengelolaan aset irigasi pada jaringan utamanya.
(7) Penyelenggaraan pengelolaan aset irigasi pada jaringan tersier oleh perkumpulan
atau masyarakat petani pemakai air disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuannya.
(8) Pemerintah dapat membantu penyelenggaraan PAI pada jaringan irigasi tersier
bilamana diperlukan.
(9) Perkumpulan Petani Pemakai Air membantu Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota
dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang menjadi
Pasal 21
Pengelolaan Aset di Jaringan Irigasi Air Tanah
(1) Penyelenggaraan PAI untuk jaringan irigasi air tanah, menjadi tanggung jawab
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang bersangkutan.
(2) Hasil inventarisasi jaringan irigasi air tanah disimpan di pangkalan data SIPAI
pada instansi yang berwenang.
(3) Pangkalan data SIPAI yang menyimpan hasil inventarisasi aset jaringan irigasi air
tanah terbuka untuk diakses oleh instansi lain dan masyarakat umum sesuai
kebutuhan.
(4) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah melaksanakan inventarisasi aset
jaringan irigasi air tanah pada setiap tahun.
(5) Pemerintah dapat memberikan bantuan dalam penyelenggaraan PAI pada jaringan
irigasi air tanah.
(6) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dalam rangka pengelolaan aset irigasi
dengan bimbingan dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang membawahi lokasi
jaringan air tanah yang bersangkutan.
(7) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah membantu Bupati/Walikota dalam
melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung
jawabnya secara berkelanjutan.
(8) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah melakukan pemutakhiran data aset
irigasi sesuai tanggung jawabnya setiap tahun dengan memanfaatkan SIPAI.
BAB VI
ORGANISASI PELAKSANAAN
Pasal 22
Para pemegang kewenangan atas daerah irigasi membemtuk satuan tugas yang khusus
menangani pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sesuai dengan Pedoman sebagaimana
terlampir pada peraturan ini dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi
masing-masing.
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 23
BAB VI
PEDOMAN
Pasal 24
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 25
(1) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi secara nasional dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum.
(2) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi di wilayah administrasi pemerintah
provinsi dilakukan oleh Dinas yang membidangi irigasi dari pemerintah provinsi
bekerja sama dengan Dinas yang membidangi irigasi dari pemerintah
kabupaten/kota.
(3) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi di tingkat tersier dan jaringan air
tanah dilakukan oleh dinas yang membidangi irigasi dan dinas yang membidangi
pertanian.
(4) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi untuk badan usaha, badan sosial,
perkumpulan petani pemakai air, desa, dan perseorangan dilakukan oleh dinas
yang membidangi irigasi di tempat daerah irigasi yang bersangkutan sesuai
dengan kewenangannya.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan disebarluaskan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal............
MENTERI PEKERJAAN UMUM
DJOKO KIRMANTO