Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: /PRT/M/2009

TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 73 Peraturan Pemerintah


Nonor 20 tahun 2006 tentang Irigasi, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Pengelolaan Aset Irigasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004


tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4377);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia 2006
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4624);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005


tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 94 Tahun 2006;

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005


tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008


tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan
Umum;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 1/15


1. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan
air laut yang berada di darat.
2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
3. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
4. Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
5. Aset irigasi adalah investasi untuk menyelenggarakan irigasi yang berupa
jaringan irigasi dan pendukung pengelolaan irigasi.
6. Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
7. Jaringan Irigasi pemerintah adalah jaringan irigasi yang dikembangkan dengan
dana yang dimiliki oleh Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dan
dioperasikan oleh aparat pemerintah dengan tujuan peningkatan kesejahteraan
petani pemakai air.
8. Jaringan Irigasi milik Badan Usaha adalah jaringan irigasi yang dikembangkan
dan dioperasikan dengan dana yang dimiliki oleh Badan Usaha yang
diperuntukkan untuk daerah irigasi yang dimiliki sendiri atau dimiliki oleh
masyarakat dengan tujuan komersial.
9. Jaringan Irigasi milik Badan Sosial adalah jaringan irigasi yang dikembangkan
dan dioperasikan dengan dana yang dimiliki oleh Badan Sosial dengan tujuan
non komersial dan diperuntukkan bagi masyarakat umum.
10. Jaringan Irigasi milik Perkumpulan Petani Pemakai Air adalah jaringan irigasi
yang secara sah menjadi milik dan dioperasikan oleh Perkumpulan Petani
Pemakai Air untuk kepentingan anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air
sendiri.
11. Jaringan Irigasi milik Desa adalah jaringan irigasi yang dikembangkan secara
gotong royong oleh masyarakat desa dengan dibantu oleh perangkat desa dan
dioperasikan serta diperuntukkan bagi warga desa yang bersangkutan.
12. Jaringan Irigasi milik Perseorangan adalah jaringan irigasi yang
dikembangkan dengan dana yang dimiliki oleh perseorangan warga negara
Indonesia dan dioperasikan secara perseorangan untuk kepentingan komersial
dan diperuntukkan bagi daerah irigasi yang dimilikinya.
13. Jaringan Irigasi Tersier adalah jaringan irigasi menjadi bagian dari jaringan
utama yang dikembangkan dengan bantuan pemerintah untuk mengairi petak-
petak tersier dan dioperasikan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air.
14. Jaringan Irigasi Air Tanah adalah jaringan irigasi yang dikembangkan oleh
pemerintah dan kemudian dioperasikan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air
untuk kepentingan petani yang menjadi anggotanya.
15. Pendukung Pengelolaan Irigasi adalah kelembagaan pengelolaan irigasi,
sumber daya manusia, serta fasilitas-fasilitas pendukung seperti bangunan
kantor, telepon, rumah jaga, gudang peralatan, lahan, dan kendaraan.
16. Inventarisasi Aset Irigasi adalah kegiatan pengumpulan data dan registrasi
aset irigasi.
17. Pengelolaan Aset Irigasi adalah proses manajemen yang terstruktur untuk
perencanaan pemeliharaan dan pendanaan sistem irigasi guna mencapai

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 2/15


tingkat pelayanan yang ditetapkan dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi
dan pengguna jaringan irigasi dengan pembiayaan pengelolaan aset irigasi
seefisien mungkin.
18. Pangkalan Data Aset Irigasi adalah tempat penyimpanan data aset irigasi
yang terstruktur dalam bentuk digital dalam suatu perangkat komputer untuk
sewaktu-waktu dapat diakses.
19. Kode Aset adalah kode yang dimiliki setiap aset yang disusun secara
sistematik untuk memudahkan pencarian kembali dan menghindari duplikasi.
20. Pemutakhiran data adalah kegiatan untuk memperbaharui data yang
tersimpan di dalam basis data.
21. Validasi data adalah kegiatan untuk memeriksa kebenaran dari data.
22. Sistem Informasi Irigasi adalah kombinasi yang teratur yang terdiri dari
sumber daya manusia, perangkat keras, dan perangkat lunak, yang dapat
mengumpulkan data, mengolah data dan memberikan informasi mengenai
irigasi secara cepat dan akurat.
23. Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi adalah bagian dari sistem
informasi irigasi yang dapat dipergunakan untuk membantu penyelenggaraan
kegiatan pengelolaan aset irigasi.
24. Sistem Informasi Sumber Daya Air adalah kombinasi yang teratur yang
terdiri dari sumber daya manusia, perangkat keras, dan perangkat lunak, yang
dapat mengumpulkan data, mengolah data dan memberikan informasi
mengenai sumber daya air secara cepat dan akurat.
25. Modul adalah bagian dari sistem informasi yang mempunyai prosedur untuk
melaksanakan satu tugas tertentu, misalnya modul inventarisasi mempunyai
prosedur mulai pengumpulan data sampai kompilasi untuk kepentingan
tertentu..
26. Model adalah perangkat lunak yang dapat bersifat konseptual, matematis, atau
komputasi, misalnya model nilai aset yang hanya bisa menghitung nilai aset
dengan masukan-masukan tertentu.
27. Perencanaan pengelolaan aset irigasi adalah suatu proses perancangan
pengelolaan jaringan irigasi sebelum pelaksanaan pengelolaan dimulai yang
meliputi penelusuran jaringan irigasi, diskusi, desain, dan penyusunan
program.
28. Pelaksanaan pengelolaan aset irigasi adalah proses kegiatan yang bertujuan
untuk mewujudkan rencana pengelolaan aset irigasi.
29. Penelusuran jaringan adalah kegiatan pemeriksaan bersama dengan
Perkumpulan Petani Pemakai Air dari hulu sampai ke hilir untuk mengamati
kondisi dan fungsi jaringan irigasi dengan periode 1 tahunan pada saat
pengeringan dan awal musim hujan atau sesuai kebutuhan.
30. Tingkat pelayanan adalah ukuran kuantitatif yang dipergunakan untuk
merepresentasikan tinggi rendahnya aras pelayanan yang dapat diberikan oleh
suatu aset irigasi.
23. Kondisi aset irigasi adalah hasil penilaian yang didasarkan pada data/fakta
yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu untuk
memperoleh kondisi aset irigasi.
24. Fungsi aset irigasi adalah hasil penilaian yang didasarkan pada data/fakta
yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu untuk
memperoleh fungsi aset irigasi.
25. Nilai aset baru irigasi adalah hasil penilaian pada aset yang berbentuk fisik
yang didasarkan pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 3/15


menggunakan metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai ekuivalen aset
irigasi yang baru.
26. Pemeliharaan rutin adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi
jaringan yang dilaksanakan setiap waktu.
27. Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk mempertahankan kondisi dan
fungsi jaringan yang dilaksanakan secara berkala.
28. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
29. Pembaruan aset irigasi adalah kegiatan memperbaharui atau mengganti aset
yang semula telah ada dengan aset yang baru dengan fungsi yang sama.
30. Peningkatan aset irigasi adalah usaha untuk memperbesar kapasitas, dan atau
membuat lebih tinggi kualitas dari aset yang telah ada.
31. Penghapusan Aset Irigasi adalah penghilangan aset dari daftar karena
ditinjau dari nilai, umur dan fungsinya sudah tidak ekonomis lagi untuk tetap
memakainya
32. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi
jaringan irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap
jaringan dan fasilitas jeringan, baik yang diakibatkan oleh ulah manusia,
hewan, maupun proses alami.
33. Bangunan Waduk (Reservoir) adalah aset irigasi yang berupa suatu
bangunan yang berfungsi menampung air di musim hujan, serta memanfaatkan
air tersebut pada waktu tertentu untuk keperluan irigasi, air minum, air industri
dan sebagainya.
34. Bendungan (Dam) adalah aset irigasi yang berupa bangunan air yang dibuat
sebagai bagian dari bangunan waduk yang dilengkapi dengan fasilitas
bangunan pengambilan, bangunan pelimpah, serta perlengkapan lain untuk
mendukung pemanfaatan air di waduk dan instrumentasi keamanan
bendungan.
35. Bendung adalah aset irigasi yang berupa bangunan yang letaknya melintang
di sungai dengan fungsi utama menaikkan muka air sungai atau menjamin
elevasi minimum permukaan air sungai supaya air dapat dipergunakan untuk
mengairi sawah yang direncanakan atau untuk keperluan lain.
36. Bangunan Pengambilan Bebas adalah aset irigasi yang berupa bangunan
yang terletak di pinggir sungai dengan tugas menyadap/mengalirkan air dari
tepi sungai ke saluran pembawa dengan bebas tanpa dibendung.
37. Saluran Pembawa adalah aset irigasi yang berupa saluran yang berfungsi
untuk membawa air dari bangunan pengambilan/sumber air, untuk keperluan
irigasi, air minum, air industri dan sebagainya.
38. Saluran Drainase (Pembuang) adalah aset irigasi yang berupa saluran yang
berfungsi untuk membuang kelebihan air di sawah baik akibat hujan atau
kesalahan operasi, ke saluran yang lebih besar atau sungai atau langsung ke
laut.
39. Saluran Primer (Saluran Induk) Pembawa adalah aset irigasi yang berupa
saluran yang berawal dari bangunan pengambilan atau sumber air sampai ke
bangunan bagi yang membagi air ke saluran yang lebih kecil.
40. Saluran Sekunder Pembawa adalah aset irigasi yang berupa saluran yang
berawal dari bangunan bagi sampai bangunan terakhir dan berfungsi
membawa air ke saluran saluran tersier.
41. Ruas Saluran pada jaringan pembawa adalah satu unit aset irigasi yang
berupa bagian dari saluran yang dimulai dari bangunan utama dan berakhir di

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 4/15


bangunan utama berikutnya.
42. Bangunan Utama pada jaringan pembawa adalah aset irigasi yang berupa
bangunan yang berfungsi membagi air dari saluran yang satu ke saluran yang
lain.
43. Bangunan Pelengkap adalah aset irigasi yang berupa bangunan pada jaringan
pembawa yang berfungsi bukan untuk membagi air dari saluran dan oleh
karenanya tidak mempunyai pengaruh terhadap debit air di saluran.
44. Jalur Penelusuran adalah rute perjalanan survei inventarisasi aset irigasi
yang untuk jaringan pembawa dimulai dari hulu saluran ke arah hilir.

BAB II
RUANG LINGKUP PENGATURAN
Pasal 2
Maksud dan Tujuan

(1). Pedoman ini disusun dengan maksud sebagai acuan bagi Pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa, masyarakat
petani pemakai air, dan pengelola jaringan irigasi lainnya dalam melaksanakan
pengelolaan aset irigasi
(2). Pedoman ini disusun dengan tujuan agar para pengelola irigasi mampu
melaksanakan pengelolaan aset irigasi secara efektif dan efisien serta
berkelanjutan.

Pasal 3

Lingkup pedoman ini meliputi pengelolaan aset irigasi permukaan dan irigasi air
tanah.

BAB III
Pasal 4
Kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi
Pengelolaan aset irigasi dilaksanakan melalui kegiatan:
a.inventarisasi aset irigasi;
b. perencanaan pengelolaan aset irigasi;
c.pelaksanaan pengelolaan aset irigasi;
d. evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi; dan
e.pemutakhiran data aset irigasi.

Pasal 5
Inventarisasi

(1) Inventarisasi aset irigasi meliputi kegiatan pengumpulan data dan registrasi
aset irigasi.
(2) Inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pada jaringan irigasi permukaan, jaringan irigasi tersier, jaringan irigasi air
tanah, dan aset pendukung pengelolaan irigasi yang langsung berkaitan dengan
operasi dan pemeliharaan atas aset jaringan irigasi..
(3) Inventarisasi aset irigasi pada jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditujukan untuk mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan
fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan air, nilai aset, dan areal

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 5/15


pelayanan pada setiap daerah irigasi dalam rangka keberlanjutan sistem irigasi
pada setiap daerah irigasi.
(4) Inventarisasi aset irigasi pada pendukung pengelolaan aset irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) data jumlah, spesifikasi, kondisi, dan fungsi
pendukung pengelolaan aset irigasi pada setiap daerah irigasi.
(5) Inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mulai dilakukan
setelah aset irigasi selesai dibangun atau dikembangkan.
(6) Berdasarkan inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disusun laporan inventarisasi aset irigasi pada setiap akhir tahun yang
bersangkutan.
(7) Inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan penyusunan
Laporan Inventarisasi Aset Irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilaksanakan berdasarkan Pedoman Inventarisasi pada lampiran ........
Peraturan Menteri ini.

Pasal 6
Rencana Pengelolaan Aset Irigasi

(1) Penyusunan Rencana Pengelolaan Aset Irigasi meliputi kegiatan analisis data
hasil inventarisasi aset irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan
perumusan rencana tindak lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset
irigasi sesuai tingkat layanan yang diharapkan.
(2) Penyusunan rencana pengelolaan Aset Irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan pada setiap daerah irigasi.
(3) Rencana pengelolaan aset irigasi disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh)
tahun.
(4) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi rencana pengelolaan aset jaringan irigasi dan rencana pengelolaan
aset pendukung pengelolaan irigasi.
(5) Rencana pengelolaan aset jaringan irigasi sebagaimana dimaksud ayat (4)
meliputi:
a. rencana pembaharuan atau penggantian aset;
b. rencana pemeliharaan aset;
c. rencana peningkatan aset;
d. rencana pengamanan aset;
e. rencana penghapusan aset; dan / atau
f. proyeksi kebutuhan dana untuk rencana sebagaimana dimaksud pada huruf
a sampai dengan e.
(6) Rencana pengelolaan aset pendukung pengelolaan irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi :
a. rencana pembentukan dan pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai
Air sesuai dengan kebutuhan;
b. rencana pengembangan kelembagaan pengelolaan irigasi yang berada
di lapangan yang meliputi kepengamatan dan kemantrian/kejuruan;
c. rencana pemberdayaan dan pengaturan kembali penempatan tenaga-
tanaga pengelola jaringan irigasi yang berada di lapangan;
d. rencana pembangunan, peningkatan, perbaikan, pembaruan, dan / atau
penghapusan bangunan-bangunan kantor, rumah jaga dan bangunan
lainnya yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan jaringan irigasi;
e. rencana penambahan, perbaikan, penggantian, dan / atau penghapusan

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 6/15


peralatan dan perlengkapan yang ada sesuai dengan kebutuhan untuk
mencapai target tingkat pelayanan yang ditetapkan; dan
f. rencana pengamanan fisik, penyelesaian permasalahan, pengamanan
dokumen pendukung penguasaan lahan / tanah, dan / atau sertifikasi,
sebagai aset pendukung pengelolaan irigasi.

(7) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
direncanakan secara rinci untuk jangka waktu 5 (lima) tahun pertama.

(8) Dalam hal daerah irigasi baru dibangun setelah Peraturan Menteri ini
ditetapkan, rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf b sampai dengan e direncanakan secara rinci untuk jangka waktu 5
(lima) tahun pertama.

(9) Rencana pengelolaan aset irigasi sebagainama dimaksud pada ayat (3) disusun
dan ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali.

Pasal 7

(1) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1) mulai dilakukan setelah berfungsinya jaringan irigasi sebagian atau
seluruhnya.
(2) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi dilakukan secara terpadu,
transparan, dan akuntabel dengan melibatkan semua pemakai air irigasi dan
pengguna jaringan irigasi.
(3) Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau Perkumpulan Petani Pemakai Air,
menyusun rencana pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung jawabnya
secara berkelanjutan.
(4) Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6
dilaksanakan berdasarkan Pedoman Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi pada
lampiran ........ Peraturan Menteri ini.
(5) Penyusunan Rencana Pengelolaan Aset Irigasi dilakukan dilakukan sesuai dengan
Pedoman Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi oleh instansi pemerintah yang
membidangi pengelolaan jaringan irigasi.

Pasal 8

(1) Rencana pengelolaan aset irigasi berisi:


a. tingkat pelayanan yang akan dicapai sebagai sasaran pengelolaan aset
irigasi;
b. identifikasi kegiatan pengelolaan aset irigasi;
c.peningkatan aset-aset pendukung pengelolaan aset irigasi;
d. prioritas pelaksanaan kegiatan pengelolaan aset; dan
e. perkiraan biaya pengelolaan yang diperlukan.

(2) Tingkat pelayanan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1


huruf a diukur atas dasar luas intensitas tanam padi dari
daerah irigasi yang direncanakan.

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 7/15


Pasal 9
Pelaksanaan Pengelolaan Aset Irigasi

(1) Pengelolaan aset irigasi dilakukan berdasarkan rencana pengelolaan aset


irigasi sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat (1).
(2) Pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui kegiatan fisik dan nonfisik.
(3) Pelaksanaan kegiatan fisik bertujuan untuk memperbaharui, memelihara,
meningkatkan, memperluas, dan mengamankan aset jaringan.
(4) Pelaksanaan kegiatan nonfisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan
untuk mengoperasikan jaringan irigasi serta memberdayakan, menambah
jumlah, meningkatkan kemampuan, mengganti, memperbaiki, dan/atau
mengamankan aset-aset pendukung pengelolaan irigasi.
(5) Setiap akhir tahun kalender disusun laporan pelaksanaan pengelolaan aset
irigasi yang terdiri dari berbagai laporan kegiatan sebagaimana disebutkan
pada ayat (3) dan (4) yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pelaksana
kegiatan.
(6) Laporan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) disusun oleh unit pelaksana teknis yang membidangi sumber daya air,
dinas provinsi atau dinas kabupaten / kota yang membidangi pengelolaan
jaringan irigasi sesuai kewenangannya
(7) Laporan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud ayat (6)
disampaikan kepada :
a. Direktur Jenderal yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
mengelola jaringan irigasi;
b. gubernur untuk daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah
provinsi; atau
c. bupati/walikota untuk daerah irigasi yang menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota.
(8) Laporan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud ayat (5)
disusun oleh badan usaha, badan sosial, perseorangan atau perkumpulan petani
pemakai air untuk daerah irigasi yang menjadi tanggung jawabnya.
(9) Laporan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud ayat (8)
dilaporkan kepada :
a. Unit pelaksana teknis yang membidangi sumber daya air untuk daerah
irigasi yang berada pada wilayah sungai kewenangan Pemerintah;
b. dinas provinsi yang membidangi sumber daya air untuk daerah irigasi
yang berada pada wilayah sungai kewenangan pemerintah provinsi;
atau
c. dinas kabupaten / kota yang membidangi sumber daya air untuk daerah
irigasi yang berada pada wilayah sungai kewenangan pemerintah
kabupaten/kota.

Pasal 9
Evaluasi

(1) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi dilakukan setiap akhir tahun

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 8/15


kalender dan 5 tahun sekali.
(2) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang dilakukan setiap akhir
tahun kalender sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) untuk :
a. mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan pengelolaan aset irigasi
yang meliputi capaian tingkat pelayanan, kelambatan, hambatan atau
penyimpangan; dan
b. merumuskan masukan untuk pengelolaan aset irigasi tahun berikutnya.
(3) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan laporan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
(4) Hasil evaluasi pelaksanaan rencana pengelolaan aset irigasi dan pelaksanaan
kegiatan pengelolaan aset irigasi sebagai mana dimaksud ada ayat (3) disusun
dalam satu laporan oleh unit pelaksanaan teknis yang membidangi sumber
daya air, dinas provinsi atau dinas kabupaten/kota yang membidangi
pengelolaan jaringan irigasi sesuai kewenangannya.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan masukan bagi
pelaksanaan pengelolaan aset irigasi tahun berikutnya.
(6) Evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang dilakukan setiap 5 (lima)
tahun sekali sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) sebagai masukan
dalam penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi berikutnya.
(7) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
berdasarkan lampiran ........ Peraturan Menteri ini.

Pasal 10
Pemutakhiran Data

(1) Pemutakhiran data aset irigasi dilakukan dengan maksud untuk menjaga
keakuratan data aset irigasi di masing-masing kewenangan.
(2) Pemutakhiran data aset irigasi dilaksanakan pada setiap akhir tahun.
(3) Pelaksanaan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari kegiatan-kegiatan :
a. memperbaharui data inventarisasi aset irigasi yang menyangkut : jenis,
jumlah, kondisi, fungsi, dan nilai sekarang dari aset;
b. memperbaharui data inventarisasi yang menyangkut ketersediaan air,
dan luas panen;
c. memperbaharui data inventarisasi yang menyangkut perubahan areal
layanan yang disebabkan oleh penurunan fungsi jaringan, penurunan
ketersediaan air di sumber, dan alih fungsi dari areal layanan;
d. memperbaharui data aset pendukung pengelolaan irigasi yang meliputi
jumlah Perkumpulan Petani Pemakai Air, jumlah personil dan
kualifikasi pengelola jaringan irigasi, jumlah bangunan gedung dan
peralatan operasi dan pemeliharaan yang masih laik pakai dan yang
tidak laik pakai, dan jumlah luas lahan-lahan yang bersangkutan
dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi;
e. menerbitkan buku tahunan aset irigasi nasional.
(4) Pelaksanaan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diselenggarakan berdasarkan pedoman kegiatan masing-masing oleh aparat
pemerintah yang menangani irigasi.

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 9/15


BAB IV
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN ASET IRIGASI
( SIPAI )
Pasal 11
Tujuan

Sistem Informasi Pengelolaan Aset Irigasi (SIPAI) dikembangkan dengan tujuan


untuk efisiensi, akuntabilitas, dan keterbukaan pelaksanaan pengelolaan aset irigasi.

Pasal 12
Komponen SIPAI

(1) SIPAI terdiri dari dua komponen penting, yaitu yang berupa :
a. Perangkat keras yang terdiri dari komputer beserta perlengkapannya,
GPS, dan kamera digital; dan
b. perangkat lunak yang berupa program-progrm komputer.
(2) Pangkalan data SIPAI merupakan salah satu komponen perlengkapan SIPAI
sebagai tempat penyimpanan data digital di dalam komputer yang dikelola
secara intersif yang sewaktu-waktu dapat diakses untuk mengambil data dan
memprosesnya hingga menjadi informasi yang mempunyai daya guna.
(3) Data yang tersimpan dalam pangkalan data SIPAI terbuka untuk diakses oleh
instansi lain dan masyarakat umum yang memerlukan;
(4) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di
kantor-kantor Direktorat Jenderal yang menangani bidang-bidang irigasi,
pertanian, pembinaan pembangunan daerah, sesuai dengan kepentingannya.
(5) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di daerah
dikembangkan di masing-masing kantor Unit Pelaksana Teknis dari Pemerintah
bilamana ada. Dalam hal di daerah Pemerintah belum mempunyai Unit
Pelaksana Teknis, data hasil inventarisasi ditampung di pangkalan data SIPAI
yang ada kantor-kantor Direktorat Jenderal yang bersangkutan
(6) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di
kantor-kantor Pemerintah Provinsi sesuai dengan kepentingannya.
(7) Pangkalan data SIPAI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikembangkan di
kantor-kantor Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kepentingannya.
(8) Pengembangan pangkalan data SIPAI pada jaringan irigasi yang dimiliki oleh
Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Desa, dan
Perseorangan di masing-masing kantor yang bersangkutan tergantung dari
kebutuhan dan kemampuan masing-masing.

Pasal 13

Komunikasi data antar pangkalan data dilaksanakan atas dasar kepentingan masing-
masing dan dapat memanfaatkan jaringan internet, atau media lain yang sesuai dengan
kebutuhannya.

Pasal 14

Pengembangan SIPAI sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12 merupakan
subsistem informasi sumber daya air.

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 10/15


Pasal 15

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota membuka selebar-


lebarnya bagi Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Desa,
dan masyarakat pada umumnya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna
pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang diperlukan.

BAB V
TANGGUNG JAWAB
Pasal 16
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah

(1) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan aset irigasi


pada daerah irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah.
(2) Pemerintah menyediakan dana pengelolaan irigasi atas dasar rencana
pengelolaan aset irigasi di masing-masing daerah irigasi yang telah
mendapatkan pengesahan oleh instansi yang berwenang.
(3) Dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan aset irigasi Pemerintah
berkoordinasi dengan Komisi Irigasi Antarprovinsi, atau komisi irigasi
provinsi, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
(4) Dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengelolaan
aset irigasi Pemerintah dapat menugaskan kepada pihak ketiga atau
dilaksanakan secara swakelola dengan mengikut sertakan Perkumpulan
Petani Pemakai Air memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah
Provinsi.
(5) Menteri sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi pelaksanaan
pengelolaan aset irigasi setiap tahun.
(6) Pemerintah melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi yang
dilakukan sendiri dan atas hasil kompilasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi.
(7) Pemerintah melakukan pemutakhiran data aset irigasi sesuai kewenangannya
setiap tahun dengan memanfaatkan sejauh mungkin SIPAI.

Pasal 17
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Provinsi

(1) Pemerintah Provinsi bertanggung jawab terhadap pengelolaan Aset Irigasi


pada daerah irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
Provinsi.
(2) Pemerintah Provinsi menyediakan dana pengelolaan irigasi atas dasar rencana
pengelolaan aset irigasi di masing-masing daerah irigasi yang telah
mendapatkan pengesahan oleh instansi yang berwenang.
(3) Dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan aset irigasi pemerintah
provinsi berkoordinasi dengan komisi irigasi provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
(4) Dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengelolaan

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 11/15


aset irigasi pemerintah provinsi dapat menugaskan kepada pihak ketiga atau
dilaksanakan secara swakelola dengan mengikut sertakan Perkumpulan Petani
Pemakai Air atau memberikan tugas pembantuan kepada pemerintah
kabupaten/kota.
(5) Gubernur sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi pelaksanaan
pengelolaan aset irigasi setiap tahun.
(6) Pemerintah Provinsi melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset irigasi
yang dilakukan sendiri dan atas hasil kompilasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.
(7) Pemerintah Provinsi melakukan pemutakhiran data aset irigasi sesuai
kewenangannya setiap tahun dengan memanfaatkan sejauh mungkin SIPAI.

Pasal 18
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota

(1) Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pengelolaan Aset


Irigasi pada daerah irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab
pemerintah kabupaten/kota.
(2) Pemerintah kabupaten/kota menyediakan dana pengelolaan irigasi atas dasar
rencana pengelolaan aset irigasi di masing-masing daerah irigasi yang telah
mendapatkan pengesahan oleh instansi yang berwenang.
(3) Dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan aset irigasi pemerintah
kabupaten/kota berkoordinasi dengan komisi irigasi kabupaten/kota.
(4) Dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka pengelolaan
aset irigasi pemerintah kabupaten/kota dapat menugaskan kepada pihak ketiga
atau dilaksanakan secara swakelola dan dapat mengikut sertakan Perkumpulan
Petani Pemakai Ai.
(5) Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan evaluasi
pelaksanaan pengelolaan aset irigasi setiap tahun.
(6) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset
irigasi yang dilakukan sendiri dan atas hasil kompilasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa.
(7) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pemutakhiran data aset irigasi sesuai
kewenangannya setiap tahun dengan memanfaatkan sejauh mungkin SIPAI.

Pasal 19
Pengelolaan Aset Irigasi
pada Daerah Irigasi Milik Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani
Pemakai Air, Pemerintah Desa, dan Perseorangan

(1) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan bertanggung jawab terhadap pengelolaan aset irigasi
pada daerah irigasi yang menjadi kewenangannya.
(2) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan membantu inventarisasi aset irigasi yang diprakarsai
oleh pemerintah.
(3) Apabila Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air,
Pemerintah Desa, dan Perseorangan melaksanakan perencanaan pengelolaan

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 12/15


aset irigasi yang menjadi wewenang dan tanggungnya, Badan Usaha, Badan
Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah Desa, dan Perseorangan
berkoordinasi dengan:
a. komisi Irigasi Antarprovinsi yang bersangkutan
bilamana luas daerah irigasinya lebih dari 3000 ha atau daerah irigasi
lintas provinsi atau lintas negara,
b. komisi Irigasi Provinsi yang bersangkutan bilamana
luas daerah irigasinya antara 1000 ha sampai dengan 3000 ha atau daerah
irigasi lintas Kabupaten/Kota,
c. komisi Irigasi Kabupaten yang bersangkutan bilamana
luas daerah irigasinya kurang dari 1000 ha.
(4) Dalam melaksanakan pengelolaan aset irigasi Badan Usaha, Badan Sosial,
Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah Desa, dan Perseorangan
memberikan data aset irigasi dan hasil pengelolaan yang dikelolanya kepada
Pemerintah Daerah yang membawahi lokasi jaringan irigasinya setiap tahun.
(5) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan membantu Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dalam
melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang menjadi
tanggung jawabnya secara berkelanjutan.
(6) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi aset
irigasi yang menjadi tanggung jawabnya.
(7) Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, Pemerintah
Desa, dan Perseorangan melakukan pemutakhiran data aset irigasi sesuai
tanggung jawabnya setiap tahun dengan memanfaatkan sejauh mungkin SIPAI.

Pasal 20
Pengelolaan Aset Irigasi pada Jaringan Irigasi Tersier

(1) Penyelenggaraan PAI untuk jaringan irigasi tersier yang jaringan utamanya
menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, menjadi tanggung jawab Perkumpulan Petani Pemakai Air.
(2) Perkumpulan Petani Pemakai Air membantu terselenggarakannya inventarisasi
aset irigasi yang diprakarsai pemerintah pada setiap tahun.
(3) Data hasil inventarisasi aset jaringan irigasi tersier disimpan di pangkalan data
SIPAI pada instansi yang membawahi jaringan irigasi utamanya.
(4) Pangkalan data SIPAI yang menyimpan hasil inventarisasi aset jaringan irigasi
tersier terbuka untuk diakses oleh instansi lain dan masyarakat umum yang
memerlukan.
(5) Hasil pengelolaan aset irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
kepada instansi pemerintah sesuai kewenangannya.
(6) Penyelenggaraan pengelolaan aset irigasi pada jaringan tersier disinkronkan
dengan pengelolaan aset irigasi pada jaringan utamanya.
(7) Penyelenggaraan pengelolaan aset irigasi pada jaringan tersier oleh perkumpulan
atau masyarakat petani pemakai air disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuannya.
(8) Pemerintah dapat membantu penyelenggaraan PAI pada jaringan irigasi tersier
bilamana diperlukan.
(9) Perkumpulan Petani Pemakai Air membantu Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota
dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang menjadi

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 13/15


tanggung jawabnya secara berkelanjutan.
(10) Perkumpulan Petani Pemakai Air melakukan pemutakhiran data aset irigasi
sesuai tanggung jawabnya setiap tahun dengan memanfaatkan sejauh mungkin
SIPAI.

Pasal 21
Pengelolaan Aset di Jaringan Irigasi Air Tanah

(1) Penyelenggaraan PAI untuk jaringan irigasi air tanah, menjadi tanggung jawab
Perkumpulan Petani Pemakai Air yang bersangkutan.
(2) Hasil inventarisasi jaringan irigasi air tanah disimpan di pangkalan data SIPAI
pada instansi yang berwenang.
(3) Pangkalan data SIPAI yang menyimpan hasil inventarisasi aset jaringan irigasi air
tanah terbuka untuk diakses oleh instansi lain dan masyarakat umum sesuai
kebutuhan.
(4) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah melaksanakan inventarisasi aset
jaringan irigasi air tanah pada setiap tahun.
(5) Pemerintah dapat memberikan bantuan dalam penyelenggaraan PAI pada jaringan
irigasi air tanah.
(6) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dalam rangka pengelolaan aset irigasi
dengan bimbingan dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang membawahi lokasi
jaringan air tanah yang bersangkutan.
(7) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah membantu Bupati/Walikota dalam
melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi yang menjadi tanggung
jawabnya secara berkelanjutan.
(8) Perkumpulan Petani Pemakai Air air tanah melakukan pemutakhiran data aset
irigasi sesuai tanggung jawabnya setiap tahun dengan memanfaatkan SIPAI.

BAB VI
ORGANISASI PELAKSANAAN
Pasal 22

Para pemegang kewenangan atas daerah irigasi membemtuk satuan tugas yang khusus
menangani pelaksanaan pengelolaan aset irigasi sesuai dengan Pedoman sebagaimana
terlampir pada peraturan ini dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi
masing-masing.

BAB VII
PENDANAAN
Pasal 23

(1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa,


Badan Usaha, Badan Sosial, Perkumpulan Petani Pemakai Air, dan Perseorangan
yang telah membuat dan mengesahkan rencana pengelolaan aset irigasi untuk
jangka 5 tahunan, menyediakan dana yang diperlukan untuk pelaksanaannya
sesuai yang direncanakan.
(2) Pengalokasian dana operasi dan pemeliharaan dari Pemerintah untuk pemerintah
daerah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku hanya didasarkan atas
rencana pengelolaan aset irigasi 5 tahunan yang telah disahkan oleh masing-

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 14/15


masing pemegang kewenangan.
(3) Penyaluran dana dilakukan setiap tahun anggaran sesuai dengan kebutuhan pada
tahun yang bersangkutan.

BAB VI
PEDOMAN
Pasal 24

Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Aset Irigasi mengacu pada Pedoman


Penyelenggaraan Pengelolaan Aset Irigasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 25

(1) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi secara nasional dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum.
(2) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi di wilayah administrasi pemerintah
provinsi dilakukan oleh Dinas yang membidangi irigasi dari pemerintah provinsi
bekerja sama dengan Dinas yang membidangi irigasi dari pemerintah
kabupaten/kota.
(3) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi di tingkat tersier dan jaringan air
tanah dilakukan oleh dinas yang membidangi irigasi dan dinas yang membidangi
pertanian.
(4) Pembinaan kegiatan pengelolaan aset irigasi untuk badan usaha, badan sosial,
perkumpulan petani pemakai air, desa, dan perseorangan dilakukan oleh dinas
yang membidangi irigasi di tempat daerah irigasi yang bersangkutan sesuai
dengan kewenangannya.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan disebarluaskan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk diketahui dan dilaksanakan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal............
MENTERI PEKERJAAN UMUM

DJOKO KIRMANTO

PERMEN PU TTG PEDOMAN PAI 15/15

Anda mungkin juga menyukai