BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
satisfaction is an attitude people have about their jobs Kepuasan kerja adalah sikap seorang
Menurut Robbin dan Judge (2008:301), Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang
individu terhadap pekerjaan nya. seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan
menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaan nya sedangkan seseorang yang tidak puas
dengan pekerjaan nya akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan. Menurut
Luthans (2006:243), kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa
Menurut Moorhead dan Griffin (2013:71), kepuasan kerja adalah tingkat dimana orang
menemukan kepuasan atau pemenuhan dalam pekerjaan mereka. Hal yang sama dikemukakan
oleh Aziri, 2011, yang mengacu pada Davis et al, 1985, bahwa job satisfaction is closely
menggambarkan seseorang atas perasaan sikap senang atau tidak senang atau tidak puas
dalam bekerja. Menurut Findik et al, 2013, yang menguatkan pendapat Mullins (2005:700),
job satisfaction adalah suatu konsep yang kompleks dan berubah dari orang ke orang lainnya.
21
Menurut Nathania, dkk (2013), yang mengacu kepada konsep Spector (1985), job
satisfaction adalah perasaan senang yang dirasakan oleh karyawan terhadap berbagai aspek
Menurut Wibowo (2014), yang mengacu kepada konsep Davis (2002), kepuasan kerja
pekerjaan mereka. Masih menurut Wibowo (2014), yang mengacu pada konsep Handoko
(2000), kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyatakan kepuasan kerja adalah sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan
pekerjaan nya.
Secara singkat, kepiuasan kerja dapat dikatakan sebagai keadaan seseorang yang merasa
puas dan perasaan yang positif atas hasil dari penilaian pekerjaan nya atau aspek dan
pekerjaan nya.
Menurut Ivancevich & Matteson (2002), kepuasan kerja merupakan sikap yang
dimiliki oleh seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Terdapat tujuh aspek yang
1. Gaji (pay) adalah sejumlah upah yang diterima dan dirasakan adil. Pay berupa upah
maupun tunjangan. Tunjangan ada yang bersifat finansial seperti tunjangan hari tua
(pension), bonus, dan honor. Ada pula yang bersifat non finansial seperti program
rekreasi dan piknik bagi karyawan. Dalam kebanyakan hal, program tunjangan
2. Pekerjaan itu sendiri (work it self) adalah tugas-tugas pekerjaan yang dianggap
menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar serta bertanggung jawab untuk
bersangkutan. Kriteria yang sering digunakan untuk keputusan promosi adalah prestasi
dan senioritas.
didepan umum, pernyataan tentang pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik atau
perhatian khusus.
5. Rekan kerja (co-workers) adalah rekan-rekan kerja yang menjukkan sikap bersahabat
6. Kondisi kerja (working condition) adalah kondisi lingkungan kerja fisik yang nyaman
7. Rasa aman dalam bekerja (job security) adalah keyakinan individu bahwa posisi atau
jabatannya cukup aman, tidak ada rasa khawatir dan adanya harapan bahwa tidak ada
Menurut Hasibuan (2007) Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan harus diciptakan sebaik-
baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Sikap
ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati
dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan kerja
23
dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh
pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.
Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih
mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.
Robbins and Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive tentang
pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan tersebut. Senada dengan itu,
Noe, et. all (2006) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan yang menyenangkan
sebagai hasil dari persepsi bahwa pekerjaannya memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang
penting. Selanjutnya Kinicki and Kreitner (2005) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Definisi ini memberi
arti bahwa kepuasan kerja bukan suatu konsep tunggal. Lebih dari itu seseorang dapat secara
relative dipuaskan dengan satu aspek pekerjaannya dan dibuat tidak puas dengan satu atau
berbagai aspek. Dalam pandangan yang hampir sama, Nelson and Quick (2006) menyatakan
bahwa kepuasan kerja adalah suatu kondisi emosional yang positif dan menyenangkan
Kepuasan kerja memiliki beberapa dimensi. Ia dapat mewakili sikap menyeluruh atau
mengacu pada pekerjaan seseorang. Menurut Luthans (2006:243) terdapat 5 dimensi kepuasan
2. Gaji / Pendapatan
24
Persepsi para karyawan bahwa besarnya gaji yang mereka terima bersifat adil,
memenuhi kebutuhan hidup, dan segaris dengan pengharapan mereka. Adil yang
3. Promosi
Proses pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan yang lain yang lebih tinggi.
yang lebih besar, dan status sosial yang meningkat. Apabila promosi dibuat dengan
4. Supervisi/Pengawasan
Tugas pengawasan tidak dapat dipisahkan dengan fungsi kepemimpinan, yaitu usaha
5. Rekan Kerja
Menjalin hubungan baik dengan rekan kerja, saling bekerja sama antara rekan sekerja
atau kelompok kerja adalah sumber kepuasan kerja bagi pekerja secara individual.
Hubungan yang terjalin dengan baik dalam kelompok kerja dapat dilihat dalam
memberikan dukungan, nasihat, atau saran, sikap saling tolong menolong antara
sesama rekan kerja sehingga membuat suasana dalam bekerja lebih menyenangkan.
25
variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan, dan ukuran
organisasi perusahaan.
1. Turnover
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover karyawan yang rendah.
Sedangkan karyawan karyawan yang kurang puas biasanya turnover nya lebih tinggi.
Pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadiran nya tinggi, mereka sering
tidak hadir bekerja dengan alasan yang tidak logis dan subyektif
3. Umur
Ada kecenderungan pegawai yang lebih tua merasa lebih puas dari pada pegawai yang
berumur lebih muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang lebih tua lebih
usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerja nya, sehingga
apabila antara harapan dan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan
4. Tingkat pekerjaan
Pekerjaan yang meduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih puas
dari pada pegawai yang menduduki pekerjaan yang lebih rendah. Pegawai yang
tingkat pekerjaan lebih tinggi menujukan kemampuan kerja yang baik dan aktif dalam
5. Ukuran organisasi
26
Ukuran organisasi dapat mempengaruhi kepuasan pegawai. Hal ini karena besar
pegawai.
Spector dalam Watson (2007) mengungkapkan bahwa terdapat 9 aspek kepuasan kerja
yaitu :
1. Gaji (pay)
Gaji merupakan suatu imbalan yang diterima seorang manajer sebagai imbalan atas
semua hal yang mereka lakukan kepada perusahaan. Pendistribusian gaji yang adil
kepada manajer serta persepsi gaji yang sesuai dengan input (masukan) yang diberikan
manajer akan meningkatkan kepuasan kerja (Spector, Dwyer & Jex, 1988). Adapun
besarnya gaji yang diterima tidak sesuai berkorelasi dengan kepuasan kerja manajer
(Robbins, 2003).
manajer oleh perusahaan, yang bertujuan untuk naik pangkat dalam pekerjaan nya.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang akan lebih puas apabila kesempatan untuk
promosi diberikan kepadanya sesuai dengan apa yang telah ia lakukan untuk
seperti tunjangan kesehatan dan tunjangan rekreasi. Penelitian dari McKenna (200)
menunjukkan bahwa seseorang akan lebih puas menerima tunjangan tambahan apabila
27
tunjangan tersebut sudah sepantasnya ia terima karena sesuai dengan apa yang telah ia
4. Atasan (supervisor)
Aspek ini mengukur sejauh mana manajer puas dengan gaya kepemimpinan atasan
nya. Menurut McKenna (2000) kepuasan kerja manajer dapat ditentukan oleh gaya
Penghargaan dari perusahaan adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan sebagai
tanda penghargaan atas segala sesuatu yang telah manajer berikan pada perusahaan,
yang meliputi bonus tahunan, kenaikan gaji, atau kenaikan pangkat. Apabila perushaan
memberikan penghargaan yang sesuai dengan prestasi atau hasil kerja manajer,
manajer tersebut akan lebih puas terhadap pekerjaan nya (Carlson & Frone,1992).
Peraturan dan prosedur kerja berkaitan dengan sistem birokrasi tempat manajer
bekerja. Apabila perusahaan mempunyai peraturan yang terlalu rumit maka manajer
cenderung merasa tidak puas apabila sistem birokrasi perusahaan dinilai mudah tidak
Rekan kerja merupakan orang orang yang berada di dalam satu lingkungan kerja
dengan manajer yang bersangkutan. Manajer dapat mempunyai kepuasan kerja yang
tinggi apabila ia mendapatkan rekan kerja yang mendukung dan menyenangkan, serta
Sifat pekerjaan yang dimaksud mencakup deskripsi kerja/variasi tugas, peran di dalam
pekerjaan, dan jadwal kerja. Manajer mempunyai kepuasan kerja yang tinggi apabila
sifat pekerjaan yang dimiliki sekarang sesuai dengan harapan nya (Kasper, Meyer, &
Scmidt,2004).
Apabila komunikasi dalam perusahaan lancar dan tidak mengalami masalah, maka
manajer akan merasa puas terhadap pekerjaan nya. akan tetapi, jika komunikasi dalam
Kepuasan kerja sangat berdampak sekali pada organisasi, menurut Greenberg dan Baron
(2003), akibat atau efek ketidakpuasan kerja difokuskan pada 2 variabel yaitu employee
withdrawal (absenteeism dan turnover) dan job performance (kinerja kerja). Hal senada pun
diungkapkan oleh Robbins (2001) bahwa para peneliti telah melakukan penelitian dan
menemukan dampak dari kepuasan bekerja yaitu pada produktifitas karyawan (productivity),
dalam jangka waktu yang pendek. Penelitian menunjukkan semakin sedikit orang yang puas
akan pekerjaan nya maka semakin besar mereka untuk tidak hadir (absen) bekerja. Robbins
(2001) mengutip McShane (1984) pada artikel, Job Satisfaction and Absenteeism : A Meta-
kepuasan dan ketidakhadiran, tetapi hubungan bersifat moderat. Karyawan yang merasa tidak
29
suka akan pekerjaan nya lebih cenderung untuk tidak masuk bekerja. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti pembayaran gaji yang tidak sesuai, pujian, pengakuan dan
penghargaan sebagai imbalan yang tidak pernah ada. Robbins (2001) meyakini dengan pasti
negatif.
Turnover merupakan salah satu juga bentuk reaksi ketidakpuasan yang bersifa
permanen, yaitu keluar dari pekerjaan nya. Menurut Robbins (2001) kepuasan selalu
berhubungan terbalik dengan turnover (pergantian) dan memiliki tingkat korelasi yang lebih
kuat dibandingkan dengan ketidakhadiran. Beberapa faktor yang membuat orang mengambil
sebuah keputusan untuk meninggalkan pekerjaan, diantaranya kondisi pasar tenaga kerja,
harapan mengenai peluang alternatif pekerjaan, dan lama masa jabatan dengan organisasi.
Greenberg dan Baron (2003) menambahkan faktor lainn nya meliputi hubungan individu,
pekerjaan nya dan keadaan ekonomi. Bukti bukti menunjukkan bahwa hubungan kepuasan
dan turnover adalah kinerja di tingkatan karyawan. Secara khusus, tingkatan dari kepuasan
kurang penting dalam memprediksikan turnover untuk keunggulan kinerja, karena pada
mendapatkan bayaran, pujian, pengakuan, peluang, promosi dan sebagainya. Beberapa upaya
dilakukan oleh organisasi untuk mempertahankan mereka. Mungkin akan ada tekanan halus
Banyak orang mempercayai bahwa pekerja yang senang adalah pekerja yang
produktif. Robbins (2001) mengatakan bahwa pekerja yang senang belum tentu ia pekerja
yang produktif. Greenberg dan Baron (2003) mengatakan banyak penelitian menemukan
hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja sangat rendah, dikarenakan oleh sedikit sekali
ruang untuk melakukan perubahan kinerja karena dibatasi oleh pekerjaan yang diterima, dan
30
sebenarnya tidak ada hubungan secara langsung antara kepuasan kerja dan kinerja.
Beberapa dampak yang dapat muncul dari kepuasan kerja karyawan adalah:
Pada kondisi tertentu kita dapat beranggapan bahwa kepuasan dan produktivitas
berhubungan secara positif, tapi hal ini tidak dapat berguna untuk semua situasi. Lawler &
Porter (1967 dalam Lilly M. Berry) mengemukakan dua kondisi penting, yaitu
performance harus dirasakan sebagai alar dalam memperoleh reward dan reward harus
dirasakan adil. Setelah dilakukan penelitian, didapat hasil bahwa korelasi antara tingkat
performance dan kepuasan menjadi positif ketika subjek diberi reward secara tepat dan
menjadi negative jika reward secara tidak tepat. Pada level individual dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang cukup antara performance dan kepuasan. Yang menarik adalah
bahwa tingkat organisasi ditemukan bukti baru atas kepuasan kerja. Jika kepuasan kerja
dan produktivitas diambil dari perusahaan secara keseluruhan (tidak pada level
individual), didapat hasil bahwa perusahaan dengan karyawan yanglebih puas cenderung
lebih efektif daripada perusahaan dengan karyawan yang kurang puas (Stephen P.
Ditemukan bahwa jika kepuasan dan produktifitas data digabungkan untuk sebuah
karyawan yang puas cenderung lebih efektif daripada yang memiliki sedikit karyawan
yang tidak puas. (Robbins, 2007) Menurut Robbins (2007) pekerja yang bahagia atau
Manajer perusahaan sangat khawatir dengan perilaku penarikan diri pada karyawan
karena membutuhkan biaya yang tinggi. Ketika karyawan absen dari pekerjaannya,
karyawan tidak melakukan proses produksi dan perusahaan tetap harus membayar
karyawan untuk waktu yang mereka ambil sendiri untuk lembur. Serta ketika karyawan
berhenti dari pekerjaannya, perusahaan harus mengganti dengan karyawan baru (merekrut
karyawan baru) dan melakukan training terlebih dahulu. Terdapat asumsi bahwa
ketidakpuasan kerja merupakan petunjuk penarikan diri dari pekerjaan. Karyawan yang
tidak puas lebih senang absen atau berhenti dari karyawan yang puas. Namun, porter dan
Streers (1973 dalam Lilly M. Berry) mengatakan bahwa absenteeism adalah tingkah laku
yang spontan dan mungkin tidak berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Di sisi lain,
keluarnya karyawan dari pekerjaannya merupakan hal yang serius dan lebih merefleksikan
ketidakpuasan kerja.
Absenteeism (Ketidakhadiran)
Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa hubungan antara kepuasan dan
absenteeism tidak terlalu kuat. Scott dan Taylor (1985 dalam Lilly M. Berry) mengatakan
bahwa hubungan yang kuat dapat dilihat jika frekuensi dan durasi karyawan absen
dievaluasi dari segi kepuasan kerja. Mereka menemukan bahwa seringnya absen akan
lebih kuat hubungannya pada kepuasan kerja secara keseluruhan, kepuasan dengan rekan
kerja (co-worker) dan kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri (work it self). Pada padangan
lain, Hacket (1989 dalam Lilly M. Berry) mengatakan bahwa karyawan yang tidak puas
dengan pekerjaan itu sendiri (work it self) akan absen lebih sering dan karyawan yang
tidak puas dengan pekerjaannya secara keseluruhan akan absen lebih lama. Hacket juga
menemukan perantara yang menarik, yaitu jenis kelamin karyawan. Ketidakpuasan yang
ditunjukkan dengan ketidakhadiran lebih sering terjadi pada wanita. Karena ada perbedaan
gender pada pengalaman kerja, bagaimanapun, tingkat ketidakhadiran yang besar pada
32
wanita dapat merupakan hasil dari ketidakpuasan dengan pekerjaan itu sendiri (work
itself). Dari penelitian yang dilakukan pada pria dan wanita, ditemukan bahwa
ketidakpuasan ditunjukkan berbeda pada pria dan wanita. Wanita cenderung lebih banyak
menarik diri dari perusahaan dengan cara absen (Lilly M. Berry, 1998: 196).
Turnover memiliki harga yang tinggi yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan
bekerja kurang baik yang berhenti dengan karyawan yang akan bekerja dengan baik.
perusahaan karena karyawan yang bekerja dengan baik berhenti. Dalam analisis pada
sebuah penelitian, ditemukan hubungan yang negative antara turnover dan performance.
Hal ini dikarenakan turnover lebih banyak terjadi pada karyawan yang bekerja dengan
kurang baik. Faktor lain seperti komitmen pada perusahaan juga memberikan pengaruh
terhadap intensitas terjadinya turnover. Ketika seseorang karyawan merasa puas dan
berkomitmen, maka ia akan lebih memilih untuk tetap berada dalam perusahaan.
Kepuasan kerja dan komitmen pada perusahaan terlihat sama baik pada pria dan wanita
ketika mereka membuat keputusan untuk keluar atau tetap berada dalam perusahaan (Lilly
Menurut Robbins (2007) kepuasan kerja karyawan dapat membuat kepuasan konsumen
meningkat. Karena pada pelayanan organisasi, retensi dan pembelotan pelanggan sangat
tergantung pada bagaimana karyawan berurusan dengan konsumen. Karyawan yang puas
2.1.3. Kebutuhan
33
Kebutuhan merupakan salah satu faktor yang penting yang tidak terlepad dari
kehidupan manusia. Untuk itu setiap manusia akan selalu mengupayakan pemenuhan
tentu saja memiliki kebutuhan yang bervariasi, hal ini dikarenakan adanya perbedaan jenis
Gibson & Ivancevich (2002) mengatakan bahwa kebutuhan adalah kekurangan yang
dirasakan seseorang pada suatu tertentu. Berdasarkan definisi ini, dapat disimpulkan bahwa
kebutuhan merupakan suatu keadaan kekurangan pada diri individu baik secara fisiologis
menimbulkan ketegangan dalam diri individu dan ia akan berusaha untuk mengatasinya
Maslow (didalam Gibson & Ivancevich, 2002) menyatakan bahwa kebutuhan tersusun
dalam suatu hirarki. Tingkat paling rendah adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang meliputi : rasa lapar, rasa haus, kebutuhan
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan yang melitputi : kebutuhan akan keamanan dan
3. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan yang meliputi : kasih saying, rasa memiliki dan
4. Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan yang meliputi : harga diri internal seperti
menghormati diri sendiri, otonomi dan usaha untuk mecapai hasil. Harga diri eksternal
Manusia akan memenuhi kebutuhan yang lebih pokok sebelum mengarahkan perilaku
Kebutuhan order tinggi : adalah kebutuhan yang dipenuhi secara internal yaitu
Kebutuhan order rendah : adalah kebutuhan yang dipenuhi secara internal yaitu
Kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam kepemimpinan.
Kepemimpinan partisipasi memberikan kepuasan kerja bagi karyawan, karena karyawan ikut
karyawan merupakan kunci pendorong moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan
Menurut Robbins dan Judge (2009) ada 21 faktor yang berhubungan dengan kepuasan
kerja yaitu otonomi dan kebebasan, karir benefit, kesempatan untuk maju, kesempatan
karyawan, hubungan dengan atasan langsung, pekerjaan itu sendiri, keberagaman pekerjaan.
Luthans (2005) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja. Hal-hal utama dengan mengingat dimensi-dimensi paling penting yaitu gaji, pekerjaan
itu sendiri, promosi, pengawasan, kelompok kerja dan kondisi kerja. Selanjutnya Nelson and
Quick (2006) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5 dimensi spesifik dari
pekerjaan yaitu gaji, pekerjaan itu sendiri, kesempatan promosi, supervisi dan rekan kerja.
Byars and Rue (2005), menyatakan bahwa sistem reward organisasi sering mempunyai
dampak signifikan pada tingkat kepuasan kerja karyawan. Disamping dampak langsung, cara
reward extrinsik diberikan dapat mempengaruhi reward intrinsik (dan kepuasan) dari
penerima. Sebagai contoh jika tiap orang menerima peningkatan gaji 5 persen adalah sulit
untuk mendapatkan penyelesaian reward. Namun demikian jika kenaikan gaji dikaitkan
langsung dengan kinerja, seorang karyawan yang menerima peningkatan gaji yang besar
akan lebih mungkin mengalami perasaan penyelesaian dan kepuasan. Ada lima komponen
Komponen lain mencakup kondisi pikiran karyawan tentang pekerjaan itu sendiri dan
kehidupan secara umum. Sikap seorang karyawan terhadap pekerjaan mungkin positif atau
negative. Kesehatan, usia, tingkat aspirasi, status sosial, kegiatan sosial dan politik dapat
Menurut Kreitner dan Kinicki (2005) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang
diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar daripada
apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya diperkirakan individu akan puas
3) Value attainment (pencapaian nilai). Gagasan value attainment adalah bahwa kepuasan
merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang
penting.
4) Equity (keadilan). Dalam model ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi
dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari
persepsi orang bahwa perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih
37
lainnya.
tampak puas terhadap variasi lingkungan kerja, sedangkan lainnya kelihatan tidak puas.
Model ini didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat
pribadi dan faktor genetik. Model menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti
penting untuk menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik lingkungan pekerjaan.
Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang terhadap
Terdapat hubungan yang positif antara usia dan kepuasan kerja. Pekerja yang berusia
lanjut akan lebih puas terhadap pekerjaannya daripada pekerja yang berusia lebih muda
(Rhodes, 1983 dan Lilly M. Berry). Buku ini menunjukkan bahwa orang yang merasa
dirinya memiliki lebih sedikit alternatif pekerjaan lain akan lebih puas terhadap
pekerjaannya. Salah satu alasannya mungkin bahwa nilai-nilai dari pekerja yang berusia
lanjut telah berubah selama mereka bekerja dan berpengaruh untuk bekerja di tempat lain
Pekerja yang berusia lebih lanjut pun akan semakin puas terhadap tingkat
pekerjaannya karena telah terjado perkembangan selama mereka bekerja. Sebagian besar
perkembangan pekerjaan terdiri dari tiga tingkat, yaitu: tingkat awal dimana pekerjaan
baru berkembang, tingkat pertengahan dimana pekerjaan mulai maju dan tingkat akhir
dimana pekerjaan dipertahankan. Terdapat asumsi bahwa kebutuhan, harapan, dan nilai
akan berubah ketika individu bergerak melalui tiga tingkatan pekerjaan tersebut.
Pekerjaan itu sendiri akan lebih memuaskan secara instrinsik pada tingkat akhir dan hal ini
38
mungkin menjadi alasan mengapa individu akan menjadi lebih puas dengan
b. Pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan tingkat pekerjaan dan bayaran yang lebih tinggi yang
bekerja sebagai buruh. Hal ini disebabkan karena kurang tersedianya pekerjaan pada
tingkat yang lebih tinggi. Akibatnya banyak pekerjaan yang sesungguhnya tidak
memerlukan pendidikan yang tinggi, tapi dilakukan oleh orang-orang lulusan perguruan
karyawan yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi diberi tugas yang lebih berarti dan
lebih sering dilibatkan dalam tugas-tugas tersebut dibandingkan dengan karyawan yang
memiliki pendidikan yang lebih rendah. Ketidakpuasan juga lebih mungkin dirasakan jika
nilai-nlai instrinsik dalam bekerja banyak yang tidak tercapai, seperti tingkat pekerjaan
c. Jenis Kelamin
Fakta-fakta menunjukkan bahwa wanita memperoleh gaji atau upah yang lebih sedikit
daripada pria dan juga wania lebih sedikit mendapatkan kesempatan promosi. Perbedaan
inilah yang menyebabkan kesempatan bekerja pada wanita lebih terbatas daripada pria.
Inilah alasan mengapa wanita akan merasa kurang puas terhadap pekerjaannya. Jika
pekerja wanita tidak berharap banyak, mana mungkin kepuasan mereka menjadi tinggi
Penjelasan lain mengatakan bahwa pria dan wanita sama-sama puas terhadap
pekerjaannya karena mereka memiliki value (nilai) yang berbeda. Pria dan wanita berbeda
39
dalam apa yang mereka anggap penting dalam bekerja. Value pada pria adalah self-
direction atau kemandirian dalam bekerja dan extrinsic rewards (seperti gaji dan promosi),
sedangkan value pada wanita adalah pekerjaan yang menarik dan social rewards (seperti
rekan kerja yang baik dari hubungan yang baik denga supervisor).
Sikap adalah suatu organisasi yang relatif menetap dari proses-proses motivasi, emosi,
persepsi, dan kognisi, yang tertuju pada beberapa aspek tertentu di lingkungan. (Krech,
Sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil dan menetap untuk bertingkah laku atau
bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang, obyek, institusi, pendapat atau peristiwa. (J.P.
Gagne (1974) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (internalstate)
yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, danperistiwa.
Masih banyak lagi definisi sikap yang lain, sebenarnya agak berlainan, akan tetapikeragaman
yang berbeda.Namun demikian, jika dicermati hampir semua batasan sikap memiliki
kesamaan padang,bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal atau keadaan yang masih
ada dalam darimanusia. Keadaan internal tersebut berupa keyakinan yang diperoleh dari
Menurut Ahmadi (2007:151), Sikap adalah kesiapan merespon yang bersifat positif
atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten. Pendapat ini memberikan gambaran
bahwa Sikap merupakan reaksi mengenai objek atau situasi yang relatif stagnan yang disertai
dengan adanya perasaan tertentu dan memberi dasar pada orang tersebut untuk
40
membuat respon atau perilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya. Sedangkan menurut
Secord dan Backman dalam Azwar (2005:5) bahwa Sikap adalah keteraturan tertentu dalam
hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
Sikap (attitude) menurut Purwanto (2000:141) merupakan suatu cara bereaksi terhadap
suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu
perangsang atau situasi yang dihadapinya. Dalam hal ini, Sikap merupakan penentuan
penting dalam tingkah laku manusia untuk bereaksi. Oleh karena itu, orang yang
memiliki Sikap positif terhadap suatu objek atau situasi tertentu ia akan memperlihatkan
kesukaaan atau kesenangan (like), sebaliknya orang yang memiliki Sikap negatif ia akan
Sementara itu menurut D. Krech dan RS. Crutchfield yang dikutip oleh Ahmadi
(2007:159) Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, persepsi atau pengamatan
atas suatu aspek dari kehidupan individu. Pendapat ini mempertegas hubungan
antara Sikap dengan motivasi maupun persepsi. Hubungan ini dapat berlangsung dua arah
atau saling mempengaruhi. Sikap dapat dipengaruhi oleh motivasi dan persepsi seseorang
terhadap suatu objek atau keadaan tertentu atau sebaliknya motivasi dan persepsi seseorang
dipengaruhi oleh Sikap seseorang terhadap suatu objek atau keadaan tertentu.
Thurstone (1946) Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif
yang berhubungan dengan objek psikologi (simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide,
dan sebagainya).
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap. Ketiga komponen
itu adalah komponen kognitif, afektif dan konatif dengan uraian sebagai berikut:
mengacu kepada proses berpikir, dengan penekanan pada rasionalitas dan logika. Elemen
penting dari kognisi adalah kepercayaan yang bersifat penilaian yang dilakukan
seseorang. Kepercayaan evaluatif yang dimanifestasikan sebagai kesan yang baik atau
rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang
sikap.Misalnya ramah, hangat, agresif, tidak ramah atau apatis.Beberapa tindakan dapat
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain: arah, intensitas, keluasan, konsistensi
dan spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986). Karakteristik dan arah menunjukkan
bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau
menolak terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas menunjukkan bahwa sikap memiliki
derajat kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan
sikap menunjuk pada cakupan luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan
sikapnya secara spontan. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk
bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang
saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
1. Fungsi Utilitarian
42
hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar
apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. Jika seseorang menyukai
suatu produk apakah dia akan mengembangkan sebuah sikap positif terhadap produk
tersebut.
manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan merek produk itu
mempertahankan ego.
4. Fungsi Pengetahuan
Melalui sikap yang ditunjukkan akan dapat diketahui bahwa dirinya memiliki
pengetahuan yang cukup, yang banyak atau tidak tahu sama sekali mengenai objek
kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan
kebutuhannya.
antara lain:
1. Pengalaman pribadi
43
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
emosional.
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
konsumennya.
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pembaga pendidikan dan lembaga
6. Faktor emosional
44
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan karyawan terhadap suatu
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan
sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak
diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai
objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan
ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula
berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra
terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu
skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak
favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak
semua positif dan tidak semua negatif, yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak
1. Skala Thurstone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari
yang sangat unfavourable hingga sangat favourable terhadap suatu objek sikap.
Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah
45
skala.
2. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Seperti halnya
skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval
4. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak;
berupa interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Dalam skala Guttman hanya
terdapat dua interval. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ingin ditanyakan.
5. Unobstrusive Measures
Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek
Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh
responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan
fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
46
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap (Wawan, A dan Dewi M,
2010), yaitu:
2. Situasi pengukuran
4. Penyelenggaraan pengukuran