Anda di halaman 1dari 16

Pengaru Terapi obat asam mefenamat terhadap nyeri sendi

TUGAS FARMASI

Oleh :

Anwar pratama putra

13700211

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SURABAYA

2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam mefenamat merupakan salah satu obat pilihan untuk analgesik,antiflamasi

(Wilmana,1995). Obat ini diindikasikan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang,

dismenore (Anonim, 2000). Asam mefenamat mempunyai efek samping terhadap saluran

cerna antara lain: dispepsia, iritasi mukosa lambung dan diare (Wilmana, 1995). Efek

samping tersebut dapat diatasi dengan membuat asam mefenamat dalam sediaan

supositoria. Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan

cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, di mana akan melebur, melunak

atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel, 1989).

Keberhasilan pembangunan merupakan cita- cita suatu bangsa yang terlihat dari

peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup

(AHH). Namun peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi

epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan

karena penyakit degeratif (Kemenkes RI, 2013). Salah satu penyakit yang sering dialami

lansia adalah penyakit yang berhubungan dengan nyeri sendi. Di Amerika sekitar 37 juta

penduduk menderita peyakit sendi, yang berarti 1 dari 7 orang Amerika menderita

penyakit sendi. Pada kelompok umur >55 tahun, penderita gangguan sendi lebih banyak

pada perempuan dan kebanyakan sakit sendi bentuk oateoarthritis (Yatim F, 2006).

Secara umum prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi sebesar 30,3%. Pada

usia 45-55 prevalensinya sebesar 46,3%, usia 55-64 sebesar 56,4%, usia 65-74 sebesar

62,9% dan usia lebih 75 sebesar 65,4% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Depkes RI, 2008). Data dari Riskesdas (2007) bahwa jumlah penduduk di provinsi

2
Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 23,1% yang mengalami penyakit sendi yang

didiagnosa oleh tenaga kesehatan dan 34,2% yang mengalami penyakit sendi yang

didiagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala. Sedangkan jumlah penyakit sendi

yang diderita oleh lansia yaitu pada umur 55- 64 tahun berjumlah 28,5% dengan

diagnosa oleh tenaga kesehatan dan 56,4% dengan diagnosa tenaga kesehatan atau

dengan gejala, pada umur 65-75 tahun berjumlah 33,5% dengan diagnosa oleh tenaga

kesehatan dan 62,9% dengan diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala, pada

umur 75+ tahun berjumlah 35,1% dengan diagnosa oleh tenaga kesehatan dan 65,4%

dengan diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala

B. Rumusan Masalah

Bagaimana terapi obat asam mefenamat teradap nyeri sendi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi obat asam mefenamat

teradap nyeri sendi.

Tujuan Khusus

1. Mengetahui terapi obat aam mefenamat

2. Menganalisis terapi obat asam mefenamat terhadap nyeri sendi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Memberikan informasi khususnya di bidang farmasi mengenai terapi obat aam

mefenamat terhadap nyeri sendi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat untuk masyarakat;Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa terapi

obat asam mefenamat terhadap nyeri sendi dan dapat digunakan sebagai terapi.

3
BAB II

isi

A. Asam mefenamat

2.1.Sifat fisiko kimia dan rumus kimia obat

a.sifat fisiko kimia

serbuk hablur,putih atau hampir putih;melebur pada suhu kurang lebih 230

disertai peruraian.larut dalam larutan alkali hidrosida;agak sukar larut dalam

kloroform;ukar larut dalam etanol;prakti tidak larut dalam air(ditjen POM 1995).

b.rumus kimia

obat ini memiliki rumus molekul C15H15NO2 dan berat molekul 241,29

2.2.Farmokologi umum

a. Golongan obat

Asam mefenamat adalah salah satu obat dari golongan AINS (Anti Inflamasi

Non Steroid) yang merupakan turunan dari asam Nphenylanthranilic.Asam

mefenamat bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga

konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu (Gilman, et al., 1996).

4
b. mekanisme kerja

Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi.

Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat

dan juga kerja perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan

menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Goodman, 2007).

c. Dosis

1. Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg

kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.

2. Dismenore. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi

ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.

3. Menoragia. Dosis : 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi

dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

d. Sediaan

Sediaan asam mefenamat dapat dijumpai dalam bentuk kapsul dan kaplet yang

mengandung 250 mg dan 500 mg.

2.3.Farmokodinamik

Asam mefenamat bekerja dengan membloking aktivitas dari suatu enzim dalam

tubuh yang dinamakan siklooginase.siklooginase adalah enzim yang berperan pada

beberapa proses produksi subtansi kimia dalam tubuh,salah satunya adalah

prosstagladin.prostagladin diproduksi dalam meresspon kerusakan/adanya luka atau

penyakit lain yang mengakibatkan raa nyeri,pembengkakan dan

5
peradangan.prostagladin(PG) sebenarnya bukan sebagai mediator radang,lebih tepat

dikatakan modulator dari reaki radang.ebagai penyebab radang,PG bekerja lemah,

berpotensi kuat setelah berkombinasi dengan mediator atau subtani lain yang

dibebaskan secara lokal autokoid seperti hitamin,serotonin,PG lain dan

leukotrien.protagladin paling sensibel pada reseptor rasa sakit di daerah perifer.

Prostagladin merupakan vasodilatator potensial,dilatasi terjadi pada

arteriol,prekapiler,pembulu darah fingter dan postkapiler venula.walaupun PG

merupakan vasodilatator potensial tetapi bukan sebagai vasodilatator univeral.selain

PG dari alur sikooksigenase juga dihasilkan tromboksan.trombokan A2

berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi pembebasan platelet

(arumming 2010).

2.4. Farmokokinetik

Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan

diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui

Universitas Sumatera Utara hati diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke

tempat kerjanya. konsentrasi puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam

2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan

dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. dan 20% obat ini

ditemukan dalam feses sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi

(Goodman, 2007). Biasanya, makin panjang waktu paruh AINS makin lama masa

kerja AINS. Sebaiknya suatu AINS bekerja lama kalau perlu lebih dari 24 jam

sehingga barangkali cukup diberikan satu kali dalam satu minggu. Salah satu

derivate oxicam (meloxicam) memiliki waktu paruh sekitar 20 jam, membuat

sediaan ini layak untuk diberikan sekali sehari (Davies & Skjodt, 1999). Namun di

sisi lain makin panjang waktu paruh AINS (misalnya t piroxicam = 50 jam atau

6
lebih dari 2 hari 2 malam ) makin mudah terjadi akumulasi (penumpukan) AINS di

dalam tubuh penderita. Apa bila AINS tersebut diberikan lebih sering, sudah tentu

sebagai akibatnya makin mudah terjadi efek toksik AINS dengan segala resiko.

2.5 Toksisitas

Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia,

diare, sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

Pada orang lanjut usia efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek

samping lain yang berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan

bronkokonstriksi dan anemia hemolitik juga pernah dilaporkan(Wilmana dan

Gan, 2007). Asam mefenamat tidak boleh dipakai selama lebih dari 1 minggu dan

sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak yang usianya di bawah 14 tahun

(Munaf,1994).asam mefenamat Dimetabolisme oleh CYP2C9 ke 3'-hidroksimetil

asam mefenamat; oksidasi lebih lanjut menjadi asam 3'-carboxymefenamic dapat

terjadi.Asam mefenamat dan metabolitnya juga adalah glucuronidated. Rute

eliminasi Diekskresikan dalam urin (52%) terutama sebagai konjugat asam

glukuronat obat dan metabolitnya dan kotoran (<20%).

Gangguan pembekuan darah Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa

penghambatn COX-1 akan berakibat terjadinya penurunan produksi tromboxan,

yang diikuti dengan perpanjangan waktu pembekuan darah kemudahan terjadinya

perdarahan. AINS konvensional (diklofenak dan piroksikam) meskipun diberikan

dalam bentuk salep (gel) tetap mampu meningkatkan kejadian efek samping pada

pembekuan darah. Penghambat COX-2 celecoxib, nimesulid dan lainnya secara

eksperimental tidak mengganggu pembekuan darah. Namun sampai saat ini baru

Crofford dkk (2000) yang melaporkan temuan mereka adanya trombosis pada

penderita yang diobati dengan celecoxib. Bersamaan dengan meningkatnya proses

7
vasokonstriksi, peningkatan pembekuan darah akibat makin bebasnya jalur COX-1

dalam mensintesis tromboxan akan mempermudah terjadinya serangan jantung

pada pemakai AINS dengan penghambatan COX-2 yang sangat selektif.

Umumnya semua sediaan AINS akan berikatan kuat dengan protein plasma.

Hal ini akan memberikan dampak tertentu dalam hal interaksinya dengan obat-

obatan lain yang membutuhkan albumin sebagai protein plasma (Lelo, 2001).

Interaksi obat antara AINS dengan beraneka ragam jenis obat selalu memberikan

efek yang tak menguntungkan pada penderita misalnya penggabungan AINS

dengan ACE-inhibitor dapat mengundang terjadinya sinkop. Sementara interaksi

AINS terhadap penyakit penyerta juga dapat berakibat fatal, misalnya penggunaan

AINS pada penderita payah jantung (Lelo, 2001).

2.6 Penulisan Resep dan Dosis

Asam mefenamat digunakan sebagai analgetik, sebagai antiinflamasi kurang

efektif dibanding aspirin. Karena efek toksiknya maka tidak dianjurkan untuk

diberikan pada anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil dan pemberian tidk lebih

dari 7 hari. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Asam

mefenamat mencapai kadar puncak dalam plasma dalam 2 4 jam setelah

penggunaan dosis tunggal. Rata-rata 50% dari dosis asam mefenamat

diekskresikan di urin, umumnya sebagai metabolit terkonjugasi 3- hidroksi metil

dan metabolit 3- karboksil. Sejumlah 20% asam mefenamat ditemukan di feses,

umumnya sebagai metabolit tak terkonjugasi 3- karboksil (Gilman, et al., 1996).

8
Gambar 1. Asam mefenamat 500 mg Gambar 2. Asam mefenamat 250 mg

A. Contoh Penulisan Resep Asam Mefenamat

dr. Anwar pratama putra


13700211
Jl. Dukuh Kupang 26 no. 4
___________________________________________________________________

Surabaya, 01 januari 2017

R/ tab. Asam mefenamar 500 mg NO. IX(SEMBILAN)

S. 3.dd 1 tab.

ttd

TTD

Pro : Tn. galih


Alamat : Jl. Dukuh Kupang timur no. 8

9
BAB III

PEMBAHASAN

Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi memberikan adanya

segmentasi pada rangka manusia dan memberikan kemungkinan variasi pergerakan di antara

segmen-segmen serta kemungkinan variasi pertumbuhan (Brunner & Sudarth, 2002). Nyeri

sendi adalah suatu akibat yang diberikan tubuh karena pengapuran atau akibat penyakit lain.

Kebanyakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tidak hanya

berkhasiat sebagai analgetik saja, tetapi juga mempunyai khasiat sebagai antipiretik dan anti

inflamasi. Analgetik adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit tanpa

menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas dan

Antiinflamasi adalah obat yang merangsang atau menyebabkan pelepasan mediator inflamasi

yang dapat menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan gangguan

fungsi organ (Anwar, 1973)

AINS yang mampu menghambat sintesis mediator nyeri prostaglandin mempunyai

struktur kimia yang heterogen dan berbeda di dalam farmakodinamiknya. Oleh karena itu

berbagai cara telah diterapkan untuk mengelompokkan AINS, apakah menurut 1). struktur

kimia, 2). tingkat keasaman dan 3). ketersediaan awalnya (prodrug atau bukan) dan sekarang

berdasarkan selektivitas hambatannya pada COX-1 dan COX-2, apakah selektif COX-1

inhibitor, non-selektif COX inhibitor, preferentially selektif COX-2 inhibitor dan sangat

selektif COX-2 inhibiotr. Khasiat suatu AINS sangat ditentukan kemampuannya menghambat

sintesis prostaglandin melalui hambatan aktivitas COX. Dari penelitian Duffy dkk (2003)

diketahui bahwa kadar PGE2 penderita rematik di plasma berkurang setelah pemberian

diklofenak (dari 28.15 +/- 2.86 ng/mL menjadi 0.85 +/- 2.86 ng/mL setelah 4 jam pemberian)

dan nimesulide (dari 24.45 +/- 2.71 ng/mL menjadi 1.74 +/- 2.71 ng/ mL setelah 2 jam

10
pemberian) dan di cairan sinovium berkurang setelah pemberian diklofenak dan nimesulide

(dari 319 +/- 89 pg/mL menjadi 235 +/- 72 pg/mL setelah 4 jam pemberian) bahkan pada

pemakaian jangka lama kadar PGE2 di cairan sinovium dapat turun menjadi 61 +/- 24 pg/

mL. Aspirin dan meloxicam juga mampu menurunkan kadar prostaglandin di darah dan

cairan sinovium (Jones dkk, 2002). Dari berbagai uji klinik pada penderita osteoarthritis

ditunjukkan bahwa AINS baik yang non-selektif (naproxen) maupun selektif menghambat

aktivitas COX-2 (celecoxib) berkhasiat dalam mengurangi nyeri rematik (Bensen dkk, 1999).

Hasil temuan yang sama dilaporkan antara rofecoxib dan ibuprofen (Ehrich dkk, 1999) serta

diclofenac (Cannon dkk, 2000). Simon dkk (1999) mengkaji khasiat anti-nyeri celecoxib dan

naproxen pada penderita rheumatoid arthritis. Kelompok peneliti ini menemukan bahwa

kedua AINS ini efektif dalam menanggulangi nyeri dan inflamasi pada penderita rheumatoid

arthritis. Namun, kelihatannya makin lebih selektif suatu AINS menghambat COX-1 makin

berkurang khasiatnya sebagai antiinflamasi, dan sebaliknya dengan sediaan yang makin lebih

selektif menghambat COX-2. Penggunaan AINS sebagai sediaan analgetika tunggal akan

menunjukkan efek mengatap (ceiling effect). Niederberger dkk (2001) menunjukkan

kejadiaan tersebut pada celecoxib, dimana dengan dosis 800 mg per-hari memberikan khasiat

analgetik yang tidak lebih besar daripada dosis optimum yang dianjurkan (200 mg), malah

lebih rendah daripada dosis 200 mg per-hari. Oleh karena semua AINS menunjukkan efek

mengatap (ceiling effect) yang akan membatasi khasiatnya pada penanggulangan nyeri

rematik yang makin meningkat parah, sehingga penggunaan dosis yang lebih besar dari yang

semestinya tidak dianjurkan.

AINS sebagai antinyeri paling bermanfaat bila nyeri disertai dengan adanya proses

inflamasi. Secara farmakologis, AINS yang diinginkan sebagai antinyeri rematik adalah

sediaan yang sudah terbukti,salah satunya obat yeng tergolong AINS aalah asam mefenamat.

11
Dalam pengobatan radang sendi yang merupakan organ sasaran AINS adalam

membran sinovium. Tangkapan ion AINS (yang umumnya bersifat asam lemah) di

lingkungan intraseluler yang lebih alkalis akan memacu ambilannya di sendi yang mengalami

peradangan. Hal ini jelas akan memberikan nilai tambah dalam khasiat klinis suatu AINS

(Borenstein, 1995). Borenstein (1995) berhasil memantau keberadaan AINS yang bersifat

asam lemah (naproxen, oxaprozin dan piraoxicam) di sinovium. Berdasarkan telusuran

kepustakaan yang telah dilakukan, sangat terbatas ragam AINS yang terbukti mampu

merembes ke sinovium, diantaranya diclofenac (Blagbrough dkk,1992; Gallacchi &

Marcolongo, 1993 ; Davies & Anderson, 1997), ibuprofen (Blagbrough dkk,1992),

ketoprofen (Barbanoj dkk, 2001; Audeval-Gerard dkk, 2000), meloxicam (Davies &

Anderson, 1997) dan naproxen (Blagbrough dkk,1992). Cukup banyak sediaan AINS yang

diberikan secara topikal dalam penanggulangan nyeri inflamasi sendi. Beberapa sediaan

AINS diklofenak (Davies & Anderson, 1997), ketoprofen (Audeval-Gerard dkk, 2000) dan

meloxicam (Davies & Skjodt, 1999) ternyata mampu merembes ke dalam kulit dan sampai ke

sinovium. Secara farmakologis sediaan AINS seperti inilah yang diharapkan akan

memberikan khasiat antinyeri rematik yang nyata.

Mula kerja obat biasanya berkaitan dengan kecepatan penyerapan obat, makin

cepat kadar puncak obat tercapai makin dini efek AINS muncul. Diklofenak bila diberikan

peroral akan diserap dengan cepat dan sempurna (Davies & Anderson, 1997) akan

memberikan mula kerja yang segera. Contoh sediaan AINS lain yang juga cepat

penyerapannya adalah asam mefenamat, ibuprofen, ketoprofen, nimesulide dan lainnya.

Selain itu, kerja suatu AINS sangat dipengaruhi oleh distribusinya ke cairan sinovium.

Diklofenak yang terdistribusi ke cairan sinovium menunjukkan hubungan konsentrasi-efek

diklofenak (Davies & Anderson, 1997). Suatu hal yang perlu menjadi catatan bahwa

distribusi AINS ke cairan sinovium akan meningkat pada fase inflamasi.

12
BAB IV

KESIMPULAN

Keluhan rasa sakit merupakan salah alasan dokter dalam pemberian analgetika,

Salah satu analgetika pilihan adalah AINS. Namun, tiap AINS memiliki kekhasan

farmakokinetik (ikatan protein dan waktu paruh) dan farmakodinamik (potensi dan efek

samping), yang merupakan pertimbangan farmakologi sebelum peresepannya. Selama khasiat

sediaan dengan selektivitas penghambatan COX-2 tidak lebih superior dibandingkan AINS

yang ada, secara farmakologi menggunakan AINS yang cepat diabsorpsi akan memberikan

efek lebih dini, dan sediaan dengan waktu paruh yang pendek akan terhindar dari

kemungkinan akumulasi obat dan dengan demikian akan memberikan tingkat keamanan yang

lebih baik. Pada kenyataannya, tidak satupun AINS dengan selektivitas penghambat COX-2

bebas dari efek samping pada saluran cerna dan berbagai efek samping lainnya diluar saluran

cerna, misalnya pada sistem kardiovaskuler. Pertimbangan farmakologi dalam pemilihan

AINS sebagai antinyeri rematik secara rasional adalah 1) AINS terdistribusi ke sinovium, 2)

mula kerja AINS segera (dini), 3) masa kerja AINS lama (panjang), 4) bahan aktif AINS

bukan rasemik, 5) bahan aktif AINS bukan prodrug, 6) efek samping AINS minimal, 7)

memberikan interaksi yang minimal dan 8) dengan mekanisme kerja multifactor.

sungguh sukar untuk menentukan analgetika AINS tetapi lumrah kita ketahui yang

sering digunakan adalah asam mefenamat mana yang paling berkhasiat pada penderita. Tiap

AINS memiliki kekhasan farmakokinetik (ikatan protein dan waktu paruh) dan

farmakodinamik (potensi dan efek samping), yang merupakan pertimbangan farmakologi

sebelum peresepannya. Selama khasiat sediaan dengan selektivitas penghambatan COX-2

tidak lebih superior dibandingkan AINS yang ada, secara farmakologi menggunakan AINS

yang cepat diabsorpsi akan memberikan efek lebih dini, dan sediaan dengan waktu paruh

13
yang pendek akan terhindar dari kemungkinan akumulasi obat dan dengan demikian akan

memberikan tingkat keamanan yang lebih baik. AINS dengan selektivitas penghambatan

COX-2 yang sangat nyata hanya digunakan pada penderita dengan rawan terhadap kejadian

efek samping pada saluran cerna. Tidak dapat dipungkiri obat-obat AINS walaupun memiliki

efek samping yang tidak diinginkan, namun masih sangat dibutuhkan untuk mengurangi rasa

nyeri, demam dan inflamasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat

ini, yaitu pemberian dosis yang rendah untuk mengetahui efektifitas obat dan dapatnya obat

tersebut ditolerir oleh individu. Apabila penderita kesulitan tidur akibat nyeri atau kaku

kuduk pagi hari,maka dosis tunggal besar diberi pada malam hari. Efek samping obat dapat

timbul pada minggu pertama pemberian obat. Apabila penderita tidak merasakan

kenyamanan dengan pemberian salah satu AINS, dapat diganti dengan AINS lainnya. Hindari

pemberian obat dengan kombinasi lebih dari satu AINS, sebab manfaatnya tidak akan

meningkat bahkan efek sampingnya bertambah. Penggunaan obat AINS sebaiknyadiberikan

jika memang betul-betul diperlukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fitri astuti, 2008, PENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGLIKOL 1000

DAN POLIETILENGLIKOL 6000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN ASAM

MEFENAMAT PADA SEDIAAN SUPOSITORIA, FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh

Farida Ibrahim, Edisi Keempat, UI-Press, Jakarta, 41, 353-376.

Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta

Yatim, F. (2006). Penyakit tulang dan persendian arthritis atau arthralgia, Jakarta : Pustaka

populer obor

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Depkes RI. (2008). Riset kesehatan dasar

(Riskesdas) 2007, Laporan Nasional 2007

Gilman A.G., Hardman J.G., Limbird L.E. 1996. Dasar Farmakologi Terapi.

Penerjemah : Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Edisi X. Jakarta : EGC Hal. 1735-1737

Anwar, J. dan Yahya, M. L., 1973, Farmakologi I, Penerbit: Farmakologi Fakultas

Kedokteran USU, Medan.

Davies NM, Skjodt NM.Clinical pharmacokinetics of meloxicam. A cyclooxygenase-

2 preferential nonsteroidal anti-inflammatory drug. Clin Pharmacokinet. 36(2):115-26,1999.

15
Wilmana, P.F., dan Gan, S.G., 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik AntiInflamasi

Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Gan, S.G., Editor. Farmakologi dan

Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru, 230- 240.

Munaf, S., 1994, Catatan Kuliah Farmakologi, EGC Press, Hal. 178

Crofford LJ, Oates JC, McCune WJ, et al. Thrombosis in patients with connective

tissue diseases treated with specific cyclooxygenase 2 inhibitors. A report of four cases.

Arthritis Rheum 43(8):1891-6,2000

Lelo A.: Pertimbangan yang muncul dari OAINS yang digunakan. Dalam, Naskah

Lengkap Temu Ilmiah Rematologi 2001. (eds. Setyohadi B, Kasjmir YI), Ikatan Reumatologi

Indonesia, Jakarta, pp:96-9,2001

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8

volume 2. Jakarta

Anwar, J. dan Yahya, M. L., 1973, Farmakologi I, Penerbit: Farmakologi Fakultas

Kedokteran USU, Medan, Hal. 70, 79.

Davies NM, Anderson KE. Clinical pharmacokinetics of diclofenac. Therapeutic

insights and pitfalls. Clin Pharmacokinet. 33(3):184-213,1997.

Davies NM, Skjodt NM.Clinical pharmacokinetics of meloxicam. A cyclooxygenase-

2 preferential nonsteroidal anti-inflammatory drug. Clin Pharmacokinet. 36(2):115-26,1999.

Aznan Lelo D. S. Hidaya, 2004, Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid Yang

Rasional Pada Penanggulangan Nyeri Rematik, Fakultas Kedokteran Bagian Farmakologi

dan Terapeutik Universitas Sumatera Utara

16

Anda mungkin juga menyukai