PENDAHULUAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinnim dari penyakit ini adalah kudis, the itch,
gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei
tersebut, kutu tersebut memasuki
kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan
oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter
dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak
pernah membuat jalur yang bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan
makalah mata kuliah Keperawatan Sistem Integumen dengan judul Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Scabies.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi Scabies
2. Untuk mengetahui etiologi Scabies
3. Untuk mengetahui klasifikasi Scabies
4. Untuk mengetahui epidemiologi Scabies
5. Untuk megetahui cara penularan Scabies
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Scabies
7. Untuk mengetahui patofisiologi Scabies
8. Untuk mengetahui pathway Scabies
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Scabies
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan Scabies
11. Untuk mengetahui prognosis Scabies
12. Untuk mengetahui pencegahan Scabies
13. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Scabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s. Scabies merupakan penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda ,
kelas Arachnida, ordoAckarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var
homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-
biri oleh S. scabiei var ovis. (Adhi Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular
dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei. (Isa Marufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi kuman
parasitik (Sarcoptes scabiei)yang mudah menular manusia ke manusia, dari hewan ke manusia
atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal Sarcoptes scabeitersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh
sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa,
selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit
yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari longlegs dan tangan, siku, pergelangan
tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan,
kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering
berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik.
Penularan penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak langsung, karenanya tak
heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di
asrama, di pesantren.
Gejala Klinis.
B. Etiologi
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu
sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda,
kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes
scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya
pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya
yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki,
2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali
oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir
sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan
4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah
menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah
meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina
dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian
kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena
seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.
C. Pengklasifikasian Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S,
2005) :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa
papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih
bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa,
distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti
scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah
anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah
dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada
dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak
dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki
yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies biasa, rasa gatal pada penderita
skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau
yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi
imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi
di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua
yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
(Harahap. M, 2000).
D. Epidemiologi
Faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi yang
rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan),
kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi (Djuanda, 2010).
E. Cara Penularan
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara
penularannya adalah:
F. Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruh anggota
keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung
menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum
komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa
dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul
likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
G. Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan
kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Djuanda, 2010).
Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,
menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan
urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan
kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
H. Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel.
Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup
dan lihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan, caranya ; jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisa tipis
dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE
I. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari. Semua
pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu
direndam dengan air panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk
tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara
waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum meningkatkan kebersihan
lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya. Beberapa syarat pengobatan
yang harus diperhatikan:
1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
2. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk
menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut
harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan
orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat
pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena
toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada
gejala, diulangi seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada
50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6. Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di
area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
J. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat
menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hiegene), maka penyakit ini memberikan
prognosis yang baik (Djuanda, 2010).
K. Pencegahan
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
b. Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada
malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan
akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan
pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit : Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari,
dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
j. Pola koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi
malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat khususnya pada malam
hari.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
6. Resiko infeksi dengan factor risiko:
a. Jaringan kulit rusak
b. Prosedur infasif
Dx 2: Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat khususnya pada malam
hari.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan tidur klien tidak terganggu
kriteria hasil :
1. Mata klien tidak bengkak lagi.
2. Klien tidak sering terbangun di malam hari.
3. Klien tidak pucat.
Intervensi:
1. Kaji tidur klien
2. Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetic.
4. Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari.
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan.
6. Berikan minum hangat (susu) jika perlu.
7. Berikan musik klasik sebagai pengantar tidur
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei
tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan
oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter
dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di
belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari
betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak
pernah membuat jalur yang bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
DAFTAR PUSTAKA
Defka. 2010. Asuhan Keperawatan Skabies. (http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/06/asuhan-
keperawatan-skabies/, diakses tanggal 11 Desember 2015).
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek Eds.. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Nenk. 2009. Skabies (http://www.lenterabiru.com/2009/09/skabies.htm, diakses tanggal 11 Desember
2015).
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.