Anda di halaman 1dari 3

EFISIENSI KERTAS SEBAGAI MANIFESTASI REBOISASI NON-TANAM

Oleh : Miatu Saadah

Gejala penyakit paru-paru dunia saat ini terdiagnosa mencapai tingkat kritis. Pasalnya
hutan telah berdivergensi sebagai sumber ekonomi industri. Padahal telah banyak
pengetahuan tentang pentingnya hutan bagi ketahanan siklus ekosistem kehidupan di dunia.

Kita mungkin telah populer dengan jargon-jargon, gerakan-gerakan yang menentang


dengan penebangan pohon hutan. Alasannya tidak lain adalah karena telah banyak kontribusi
hutan untuk kehidupan dunia hingga hutan layak mendapat gelar paru-paru dunia. Karena
sejatinya hutan berperan penting sebagai respirasi dunia.

Sangat disayangkan kesadaran masyarakat tentang merusak hutan hanya sebatas


penebangan liar, ladang berpindah, dan perusakan-perusakan lain bersifat konkrit. Tanpa
melihat bahwasannya setiap sisi kehidupannya tidak lepas dari manifestasi produk hasil dari
pengolahan pohon. Salah satunya kertas, yang telah menjadi sahabat dalam kehidupan
masyarakat, terutama dalam kalangan kaum pendidikan.

Kenyataannya di tahun 2017 menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI)
Industri bubur kertas (pulp) dan kertas Indonesia diproyeksi tumbuh 3-4% per tahun seiring
peningkatan ekspor. Dalam waktu dekat, kapasitas nasional terpasang industri kertas akan
meningkat menjadi 10,43 juta ton/tahun melalui tambahan kapasitas sebesar 2,5 juta ton pulp
per tahun dari PT OKI di Sumatera Selatan yang berproduksi secara komersial mulai Februari
2017. Memang hal ini akan memberiakan sumbangan positif penambahan devisa Negara.
Namun dampak bagi kesehatan hutan justru yang akan menjadi imbas dari keganasan
ekonomi dunia.

Konsepsi masyarakat tentang kertas yang telah dimiliki adalah hak sepenuhnya
menggunakan nilai guna kertas tersebut. Hal yang terjadi adalah menghambur-hamburkan
kertas karena merasa mampu membeli, mengingat harga kertas sendiri sangat murah. Dan
dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Padahal polutan sampah kertas tidak dapat
menukar daya guna ketika masih dalam bentuk pohon. Memang penguraian kertas tidak
menjadikan pencemaran yang bersifat urgen. Namun, penguraian kertas sendiri rata-rata
dapat terurai kurang lebih satu tahun. Juga untuk reboisasi pengembalian menjadikan sebuah
pohon yang produktif membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Pengaruh kertas bahkan telah menjadi kebutuhan primer pada sebagian besar kaum
intelektual di Indonesia. Meskipun seiring perkembangan zaman, media pendidikan berbasis
elektronik telah memberikan kemudahan mengakses pengetahuan, tidak bisa dinafikkan
pengetahuan berbasis buku masih banyak diminati. Karena lebih efektif dan efisien untuk
media pendidikan, serta juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media elektronik.

Menurut Nur Amalia Kurniawati, kampus merupakan penghasil limbah kertas yang
paling banyak. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan kertas pada seluruh kegiatan
mahasiswa dari penyusunan laporan maupun tugas akhirnya dalam bentuk hard copy (print-
out). Kurang lebih untuk sekali skripsi itu minimal 200 lembar dengan konten skripsi yang
sedikit. Selain itu berkaitan dengan aturan batas tepi / margin yang disusun dengan aturan 4,
4, 3, 3, yaitu batas atas samping kiri sebanyak 4 cm dan batas bawah samping kanan 3 cm,
akan menyita banyak ruangan pada selembar kertas tersebut. Berlanjut dengan penulisan pada
karya ilmiah yang disusun dengan menggunakan spasi ganda,

Penggunaan kertas dalam lingkup satu kampus khusunya mahasiswa S1/D3 yang
kisarannya sekitar 4800 orang. Jika rata-rata mahasiswa S1/D3 menulis karya ilmiah
sebanyak 100 lembar dan digandakan 5x hasilnya, dalam setahun mereka menghasilkan
2.400.000 lembar kertas. Itu baru mahasiswa S1/D3, ditambah dengan mahasiswa S2 dan S3.
Belum lagi ditambah dengan makalah setiap harinya, dan kebutuhan administrasi lain. Jika kertas
yang digunakan berasal dari pohon, satu pohon menghasilkan 15 rim kertas / tahun. Maka,
untuk memenuhi tugas mahasiswa satu kampus/Universitas, membutuhkan pohon sebanyak 854
buah / tahun. Dikalkulasikan dalam lingkup daerah, atau bahkan nasional, akan memberikan dampak
besar bagi kebutuhan kertas di lingkup yang luas.

Langkah kecil yang dapat dilakukan terutama pada kalangan kaum pendidikan
adalah, dengan melakukan efisiensi kertas. Misalnya, jika tidak bisa mengubah sistem atau
aturan terkait tata letak tulisan. Maka dengan memanfaatkan kertas sisa/tidak terpakai dengan
me-reuse kertas yang sekiranya dapat digunakan kembali. Namun juga bukan sesuatu yang
lumrah jika diterapkan pada yang bukan ranahnya. Maka dari itu perlu adanya kesepakatan
dengan sistem pembuat aturan. Misalnya seperti yang telah diterapkan jurusan Kehutanan di
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yaitu dengan menggunakan sistem reuse kertas pada
pembuatan tugas dan laporannya. Setiap tugas/laporan diwajibkan memakai kertas bekas
yang berada dibaliknya. Hal ini dapat dijadikan opsi penghematan kertas yang dapat
megurangi kebutuhan kertas yang semakin meraksasa.
Dapat pula penggunaan media copy makalah sejumlah siswa, disiasati dengan
penggantian gerakan wajib menulis. Ketika presentasi audience tidak dilengkapi dengan
pemberian materi namun diharuskan menulis atau hanya pemberian berupa softcopy.
Setidaknya hal ini akan meminimalisir penggunaan kertas. Jika semua sistem menggunakan
hal ini secara tidak langsung akan menekan penggunaan kertas. Kertas digunakan hanya pada
buku catatan. Kelebihan dari sistem ini juga pada aspek perhatian audience terhadap
presenter.

Perlu ditekankan bahwasannya membangun kesadaran masyarakat tidaklah mudah.


Karena tergantung dengan pribadi masing-masing. Kesadaran kecil penuh tanggungjawab
serta berjalan kontinu sebenarnya jauh lebih penting daripada melakukan gerakan besar-
besaran namun hanya pada saat momen tertentu dan maksud tertentu. Dan sistem reboisasi
kecil ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus melakukan penanaman dengan turun ke
hutan.

DAFTAR RUJUKAN

KONTAN HARIAN. Kapasitas Produksi Kertas dan Bubur Kayu Bakal Naik di 2017.
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.
Kurniawati, Nur Amalia (General Forestry 2015). 2015. Konsumsi Kertas Mahasiswa.
Lembaga Eksekutif Mahasiswa Kehutanan UGM.

Anda mungkin juga menyukai