M dengan
Appendisitis Akut Infiltrat di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah
Tidar Magelang
Disusun Oleh:
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 42 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki - laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Krajan, Kalirejo, RT 01 RW 03 Salaman,
Magelang
f. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
g. Pekerjaan : Buruh
h. Pendidikan : SD
i. Status Perkawinan : Menikah
j. Pembayaran : BPJS
2. Identitas penanggungjawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 38 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Krajan, Kalirejo, RT 01 RW 03 Salaman,
Magelang
e. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
f. Hubungan : Istri
3. Keluhan Utama
Pre op Post op
Klien mengeluh nyeri dan merasakan Klien mengeluh nyeri pada perut
panas pada perut bagian kanan bawah kanan bawah dan menjalar ke ulu
menjalar hingga ke punggung selama hati.
10 hari terakhir dan cemas terkait
keadaan penyakitnya dan prosedur
yang akan dilakukan. Klien mengeluh
tidak dapat tidur karena akan operasi.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak bulan
April (sekitar 1 bulan yang lalu), intensitasnya intermitten. Kemudian 10
hari terakhir, klien merasakan nyeri dan panas pada perut bagian kanan
bawah hingga ke punggung secara terus-menerus. Sehingga klien
memutuskan untuk periksa ke dokter spesialis bedah di daerah rumah
klien dan mendapatkan pemeriksaan penunjang USG dengan hasil
diagnosa usus buntu (appendisitis). Kemudian, dokter memberikan
rujukan untuk masuk ke RS Tidar Magelang agar dilakukan operasi.
Klien masuk IGD RS Tidar pada tanggal 27 Mei 2017 pukul 19.00 WIB,
kemudian diberikan terapi asering (16 tpm), injeksi ranitidin (1 amp), dan
injeksi ketorolax (1 amp). Klien masuk ruangan Cempaka kelas I pada
tanggal 27 Mei 2017 pukul 20.26 WIB, kemudian klien mendapatkan
program operasi yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 12.45.
Klien memiliki riwayat merokok hingga sekarang.
b. Riwayat kesehatan lalu
Pada tahun 2008 klien menderita infeksi saluran kemih dan
mendapat terapi obat tetapi keluarga lupa dokter yang memeriksa dan
terapi obat yang diberikan. Sampai sekarang klien tidak pernah kambuh
lagi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien memiliki riwayat stroke selama 3 tahun yaitu ayah klien.
Ayah klien pernah dirawat di rumah sakit dan mendapatkan fisioterapi
tetapi belum sembuh, kemudian keluarga membawanya ke alternatif lain
tetapi belum menunjukkan kemajuan. Dalam 1 tahun, ayah klien
melakukan kontrol rutin, tetapi dalam 3 tahun terakhir ini sudah tidak
lagi dan hanya dirawat oleh keluarga.
d. Genogram
Stroke
Tn. M;
42 th
Ny. S;
38 th
17 th 13 th 7 th
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Klien
Hubungan pernikahan
Tinggal 1 rumah
5. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
PRE OP
POST OP
Keadaan Klien mengeluh nyeri
umum
Kesadaran Composmentis
GCS 15 Eye : 4 Verbal : 5 Motoric : 6
Antrometri BB : 60 kg TB : 158 cm IMT : 24,09 Normal
Tanda-tanda TD :140/80 Suhu : RR : 20 Nadi : 75
vital mmHg 36,9oC x/menit x/menit
Nyeri Klien mengatakan perutnya nyeri
- P : post op appendisitis
- Q : nyeri, panas, berat
- R : Perut bagian kanan bawah, menjalar ke punggung dan ulu hati
- S : 10
- T : terus menerus
4) Peraba
PRE OP
Klien mampu membedakan kasar, tumpul, lancip, halus.
POST OP
Klien mampu membedakan kasar, tumpul, lancip, halus.
f. Sistem saraf
PRE OP
1) Fungsi Cerebral (Status Mental)
Klien berpakaian dengan rapi dan terlihat bersih.
Klien berbicara dengan jelas, kesadaran komposmentis
Klien berespon dengan baik
Orientasi baik
Daya ingat baik, perhatian baik, bahasa baik
GCS: 15
Klien berbicara dengan ekspresif
2) Fungsi Kranial
a) Saraf I ( N. Olfaktori)
PRE OP
Klien dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bau dari benda
yang ditunjukan pemeriksa dengan mata tertutup
POST OP
Klien dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bau dari benda
yang ditunjukan pemeriksa dengan mata tertutup
b) Saraf II ( N. Opticus)
PRE OP
Lapang pandang klien luas
POST OP
Lapang pandang klien luas
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Kepala
Bentuk kepala mesosepal, bersih, tidak ada lesi dan luka, tidak ada
nyeri tekan.
2) Vertebra : normal
3) Pelvis
Area pelvis tidak ditemukan luka, laserasi, edema, dan lesi.
4) Ekstermitas Atas
a) Inspeksi : pergerakan tangan,dan kekuatan otot klien baik
b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan,massa/benjolan
c) Sensorik : Klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperatur, rasa, gerak dan tekanan.
5) Ekstermitas Bawah
PRE OP
a) Inspeksi : pergerakan kaki, dan kekuatan otot klien baik
b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan,massa/benjolan
c) Sensorik : Klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperatur, rasa, gerak dan tekanan.
POST OP
a) Inspeksi : pergerakan kaki, dan kekuatan otot dextra klien
menurun. 1111 | 4444
b) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan,massa/benjolan
c) Sensorik : Klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperatur, rasa, gerak dan tekanan.
h. Sistem Integumen
1) Rambut
Rambut Ny. S terdistribusi merata, berwarna hitam, dan bersih. Klien
mengatakan tidak terdapat rasa gatal diarea rambut dan tidak rontok
berlebih.
2) Kulit
PRE OP
Temperatur 36,5 C, turgor kulit baik < 3 detik, bersih merata dan tidak
terdapat luka. Kulit klien terlihat kering dan turgor klien baik.
POST OP
Temperatur 36,9 C, turgor kulit baik < 3 detik, bersih merata dan
terdapat luka post laparatomi dan terpasang drainage. Drain
mengalirkan cairan berwarna merah darah sebanyak 100cc. Kulit klien
terlihat kering dan turgor klien baik.
3) Kuku
Capillary refilling time < 2 detik, tidak terdapat lesi disekitar kuku,
kuku bersih, bentuk kuku normal, dan warna dasar kuku terlihat pucat
i. Sistem Endokrin
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Pertumbuhan : tidak ada pertumbuhan kelenjar tiroid.
j. Sistem Perkemihan
Tidak ada edema, keadaan kandung kemih baik, tidak ada masalah
pada ekskresi urin dan tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut,
tidak ada IMS
k. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji
l. Sistem imunitas
1) Alergi : klien tidak memiliki alergi
2) Immunisasi : klien mengatakan melakukan imunisasi saat masih
kecil.
3) Riwayat transfusi dan reaksinya : klien tidak pernah menerima
tranfusi darah.
2) Minum
SEBELUM SAAT SAKIT
SAKIT PRE OP POST OP
Frekuensi 2-3 liter per 2 liter per hari Puasa selama
hari (1500 6 jam post op
cc/hari)
Jenis Air putih, teh, Air putih -
kopi
c. Eliminasi
1) Eliminasi urin
PRE OP POST OP
Frekuensi 5 kali sehari Belum terkaji
(300cc)
Warna kuning Belum terkaji
Bau Normal (bau khas Belum terkaji
urin)
Saat post-operasi belum terkaji karena klien belum berkemih.
2) Eliminasi fekal
PRE OP POST OP
Kuantitas Klien konstipasi Belum terkaji
Warna - -
Bau - -
Konsentrasi - -
Saat post-operasi belum terkaji karena klien belum BAB.
d. Gerak dan keseimbangan tubuh
PRE OP
Klien dapat berjalan dan berdiri sendiri tanpa bantuan
POST OP
Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan kaki kanan sehingga kalian
dibantu keluarga
e. Berpakaian
PRE OP
Selama berada di rumah sakit, berganti pakaian 1-2 kali dalam sehari
secara dibantu
POST OP
Klien masih menggunakan baju operasi
f. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit Saat sakit
PRE OP POST OP
Frekuensi Siang : 0 jam Tidak bisa Belum tidur
Malam : jam tidur
21.00- 05.00 (8
jam)
Kualitas - - -
m. Komunikasi
Ketika dilakukan pengkajian klien mampu berkomunikasi dengan
baik dan kooperatif. Klien selalu berkomunikasi dengan istri ketika
terjadi masalah.
n. Spiritual
Sebelum sakit :
Klien selalu menjalankan ibadah wajib agama Islam secara teratur.
Saat sakit :
Klien tidak menjalankan ibadah wajib solat lima waktu
o. Bekerja
Klien bekerja sebagai buruh secara serabutan. Klien bekerja dari
pagi hingga siang menjadi tukang bangunan atau hal lain yang dapat
dilakukan. Namun, klien berhenti bekerja setelah sakit.
p. Bermain dan rekreasi
Sebelum sakit :
Klien mengatasi rasa jenuh dengan berpergian dengan istri dan anaknya
ke pantai untuk rekreasi
Saat sakit :
Klien mengatasi rasa jenuh di rumah sakit dengan menonton televisi atau
berbincang dengan istri
q. Belajar
Klien kurang pengetahuan mengenai cara mencegah penyakit dan
penanganan suatu penyakit sehingga klien membiarkan kondisi sakitnya
hingga parah. Hal ini dikarenakan juga klien merasa takut dan tidak ingin
kontrol. Setelah operasi, klien mengatakan tidak tahu cara perawatan luka
operasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologi
Jenis
Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
Leukosit 13,2 4,00-11,0 High
Eritrosit 5,1 4,50-6,50 Normal
Hemoglobin 14,7 13,0-18,0 Normal
Hematokrit 43,7 40,0-54,0 Normal
MCV 85,4 76-96 Normal
MCH 28,7 27,5-32,0 Normal
MCHC 33,6 30,0-35,0 Normal
Trombosit 265 150-450 Normal
RDW-CV 12,1 11,6-14,4 Normal
RDW-SD 37,6 35,1-43,9 Normal
PLCR 32,2 9,3-27,9 High
Eosinofil 2 1,00-6,00 Normal
Basofil 0 0-1,0 Normal
Neutrofil 83 40-75 High
Segmen
Limfosit 8 20-45 Low
Monosit 8 2-10 Normal
Gula darah 102 74-106 Normal
puasa
Natrium 138 136-146 Normal
Kalium 3,95 3,50-5,10 Normal
Klorida 100 98-106 Normal
b. Ultrasonografi
Hasil dari USG memiliki kesan appendicitis infiltrat. Hal ini dijelaskan
bahwa tampaknya ada gambaran lesi hipoekoik pada titik Mc Burney.
8. Terapi
Dosis/ Kontra
Jenis Terapi Indikasi Efek Samping
Rute indikasi
Injeksi 3 x 1 Nyeri akut berat Alergi, pasien Hemoragis
Ketorolak (30 amp jangka pendek dengan pasca bedah,
mg) gangguan reaksi
ginjal, pasien anafilaktoit,
proses perdarahan
persalinan, ibu saluran cerna
menyusui, dan perforasi,
sedang gagal hati, ulkus
mendapatkan
obat AINS dan
probenecid
Injeksi 3 x 1 Maag, radang Hipersensitif Sakit kepala,
Ranitidin (50 amp saluran atau alergi ruam,
mg) pencernaan terhadap konstipasi,
bagian atas, luka ranitidin malaise,
lambung insomnia,
alopesia
Infus Asering 16 Dehidrasi (syok Gagal jantung Demam, infeksi
tpm/5 hipovolemik dan kongestif, pada tempat
00 ml asidosis) kerusakan penyuntikan,
ginjal, edema hipervolemia,
paru, trombosis vena
hiperhidrasi,
hipernatremia
Injeksi 3 x 1 Infeksi, Hipersensitif Nausea, muntah,
Metronidazole flavon pencegahan (alergi), ketidaknyamana
(500 gr) infeksi sebelum kehamilan n abdomen,
dan sesudah trimester diare,
operasi pertama leukopenia,
hipertensi,
infark miokard
Injeksi Cinam 1 x 1 Infeksi kulit, Alergi Kemerahan,
(1500 mg) fl saluran diare, ruam,
pernapasan atas nyeri dada,
dan bawah, kejang, sakit
salurah kemih, kepala, mual
bedah, muntah
ginekologi,
pencernaan,
tulang sendi
B. ANALISA DATA & DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Etiologi
1. DS: Kecemasan Stresor: prosedur
- Klien mengatakan tidak operasi laparotomi
bisa tidur eksplorasi
- Klien mengatakan takut
karena akan operasi
DO:
1. Klien terlihat khawatir
2. Skor HARS
menunjukkan kecemasan
berat (Skor=38)
3. TD 140/80 mmHg
2. DS : Nyeri Akut Agen cidera
Klien mengatakan nyeri biologis:
P : appendisitis appendisitis
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : Area operasi
S : 10
T : hilang timbul
DO :
1. Klien terlihat gelisah dan
meringis
2. TD :140/80 mmHg
3 DS : Nyeri Akut Agen cidera fisik:
P : post op appendisitis operasi laparatomi
Q : seperti ketika luka eksplorasi
bengkak dan panas
R : Perut bagian kanan
bawah, menjalar ke
punggung dan ulu hati
S : 10
T : terus menerus DO :
Klien terlihat gelisah dan
meringis
4. DS: Risiko Infeksi Tindakan
Klien mengatakan tidak laparatomi
tahu cara perawatan luka eksplorasi
setelah operasi
DO:
1. Prosedur invasif
(laparatomi eksplorasi)
2. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tgl Ditemukan Tgl Teratasi
1. Nyeri Akut berhubungan 29 Mei 2017
dengan agen cidera
biologis: apendisitis
D. IMPLEMENTASI
Hari/ No
No. Jam Implementasi Respon TTD
Tgl DX
1 Senin, 15.30 1 Berikan informasi S : Klien dapat Eka
29 mengenai nyeri memahami
Mei (penyebab, frekuensi) penyebab dan
2017 frekuensi nyeri
O : Klien dapat
menyebutnya
penyebab dan
frekuensi nyeri
I. Pengertian
II. Etiologi
Sekresi mukus yang terus berlanjut dan tekanan yang terus meningkat
menyebabkan obstruksi vena, peningkatan edema, dan pertumbuhan bakteri yang
menimbulkan radang. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga timbul nyeri di daerah kanan bawah. Pada saat ini terjadi
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan timbul infark dinding dan
gangren. Stadium ini disebut apendisitis gangrenosa yang bila rapuh dan pecah
menjadi appendisitis perforasi. Meskipun bervariasi, biasanya perforasi terjadi
paling sedikit 48 jam setelah awitan gejala.
Bila semua proses diatas berjalan dengan imunitas yang cukup baik,
omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks sebagai
mekanisme pertahanan sehingga timbul masa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan yan terjadi dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang dengan dinding lebih
tipis sehingga mudah terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.(Price, 2006)
IV. Manifestasi klinis
V. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit Darah
Pemeriksaan laboratorium rutin sangat membantu dalam
mendiagnosis apendisitis akut, terutama untuk mengesampingkan
diagnosis lain. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan adalah
jumlah leukosit darah. Jumlah leukosit darah biasanya meningkat pada
kasus apendisitis. Hitung jumlah leukosit darah merupakan pemeriksaan
yang mudah dilakukan dan memiliki standar pemeriksaan terbaik. Pada
kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan
komplikasi berupa perforasi. Penelitian yang dilakukan oleh Guraya SY
menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit darah yang tinggi
merupakan indikator yang dapat menentukan derajat keparahan
apendisitis. Tetapi, penyakit inflamasi pelvik terutama pada wanita akan
memberikan gambaran laboratorium yang terkadang sulit dibedakan
dengan apendisitis akut.
Terjadinya apendisitis akut dan adanya perubahan dinding
apendiks vermiformis secara signifikan berhubungan dengan
meningkatnya jumlah leukosit darah. Temuan ini menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan peradangan mural dari
apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada apendisitis secara
dini.
Beberapa penulis menekankan bahwa leukosit darah polimorfik
merupakan fitur penting dalam mendiagnosis apendisitis akut.
Leukositosis ringan, mulai dari 10.000 - 18.000 sel/mm3, biasanya
terdapat pada pasien apendisitis akut. Namun, peningkatan jumlah leukosit
darah berbeda pada setiap pasien apendisitis. Beberapa pustaka lain
menyebutkan bahwa leukosit darah yang meningkat >12.000 sel/mm3
pada sekitar tiga-perempat dari pasien dengan apendisitis akut. Apabila
jumlah leukosit darah meningkat >18.000 sel/mm3 menyebabkan
kemungkinan terjadinya komplikasi berupa perforasi.
b. Urinalisis
Sekitar 10% pasien dengan nyeri perut memiliki penyakit saluran
kemih. Pemeriksaan laboratorium urin dapat mengkonfirmasi atau
menyingkirkan penyebab urologi yang menyebabkan nyeri perut.
Meskipun proses inflamasi apendisitis akut dapat menyebabkan piuria,
hematuria, atau bakteriuria sebanyak 40% pasien, jumlah eritrosit pada
urinalisis yang melebihi 30 sel per lapangan pandang atau jumlah leukosit
yang melebihi 20 sel per lapangan pandang menunjukkan terdapatnya
gangguan saluran kemih
2. Radiografi konvensional
Pada foto polos abdomen, meskipun sering digunakan sebagai
bagian dari pemeriksaan umum pada pasien dengan abdomen akut, jarang
membantu dalam mendiagnosis apendisitis akut. Pasien dengan apendisitis
akut, sering terdapat gambaran gas usus abnormal yang non spesifik.
Pemeriksaan tambahan radiografi lainnya yaitu pemeriksaan barium
enema dan scan leukosit berlabel radioaktif. Jika barium enema mengisi
pada apendiks vermiformis, diagnosis apendisitis ditiadakan.
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna dalam memberikan diferensiasi penyebab
nyeri abdomen akut ginekologi, misalnya dalam mendeteksi massa
ovarium. Ultrasonografi juga dapat membantu dalam mendiagnosis
apendisitis perforasi dengan adanya abses.
Apendisitis akut ditandai dengan (1) adanya perbedaan densitas
pada lapisan apendiks vermiformis / hilangnya lapisan normal (target
sign); (2) penebalan dinding apendiks vermiformis; (3) hilangnya
kompresibilitas dari apendiks vermiformis ; (4) peningkatan ekogenitas
lemak sekitar (5) adanya penimbunan cairan .
Keadaan apendisitis dengan perforasi ditandai dengan (1) tebal
dinding apendiks vermiformis yang asimetris ; (2) cairan bebas
intraperitonial, dan (3) abses tunggal atau multipel.
4. Diagnosis banding
Diagnosis banding apendisitis akut pada dasarnya adalah diagnosis
dari nyeri abdomen akut yang disebabkan karena manifestasi klinis yang
tidak spesifik untuk fungsi fisiologis tertentu. Diagnosis banding
tergantung dari beberapa faktor yaitu: lokasi anatomi dari inflamasi
apendiks vermiformis, proses stage ( misalnya simpel atau ruptur), umur
pasien, dan jenis kelamin pasien.
Beberapa pustaka menyebutkan bahwa diagnosis banding dapat
dipertimbangkan berdasarkan beberapa kondisi sebagai berikut : (1)
penyebab nyeri akut intra-abdominal lainnya, (2) nyeri akut yang berasal
dari ginekologi, (3) penyakit saluran kemih, (4) penyakit thoraks, (5)
penyakit sistem saraf pusat dan, (6) kondisi medis lainnya. (Sibuea, 2017)
VI. Penatalaksanaan
1. Pre operatif
Observasi ketat, tirah baring dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal
serta pemeriksaan darah dapat diulang secara periodik. Foto abdomen dan
toraks dapat dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena
spektrum luas dan analgesik dapat diberikan. Pada perforasi apendiks
perlu diberikan resusitasi cairan sebelum operasi. (Christanto, 2014)
2. Operatif
a. Apendiktomi terbuka
Dilakukan insisi transveral pada kuadran kanan (Davis Rockey)
atau insisi oblik (McArthur-Mc-Burney). Pada diagnosis yang
belum jelas dapat dilakukan insisi subumbilikal pada garis tengah.
b. Laparoskopi apendiktomi
Merupakan tindakan bedah invasif minimal yang paling banyak
digunakan pada kasus apendisitis akut. Tindakan ini dilakukan
dengan memasukan laparoskop pada pipa kecil (trokar) yang
dipasang melalui mbilikus dan dipantau melalui layar monitor.
Kemudian trokar melakukan pemotongan appendiks. Lalu
appendiks dipasangkan, dipotong dan dikeluarkan dengan
menggunakan forsep bipolar yang dimasukan dalam trokar. Teknik
operasi ini dengan luka dan kemungkinan infeksi lebih kecil.
3. Post operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya
perdarahan dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan. Pasien
dibaringkan dalam posisi fowler dan selama 12 jam dipuasakan terlebih
dahulu. Pada operasi dengan perforasi atau peritonitis umum, puasa
dilakukan hingga fungsi usus kembali normal. Secara bertahap pasien
diberi minum, makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa.
Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media
Aeskulapius.
Mooehead, S., johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2013). Nursinh Outcomes
Classification 6th edition. United Kingdom: Elsevier
Price SA, Loraine MW. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi
6 vol.1. Jakarta : EGC ; 2006 2. Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar
ilmu bedah, edisi 3. Jakarta : EGC ; 2010
Yusrizal, Zamzahar Z., Anas E. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
dan Masase Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Pasca Apendiktomi
di Ruang Bedah RSUD Dr. M. Zein Painan. Ners Jurnal Keperawatan.
8(02) : 138-146
1. Pathway Kasus
(tambahin referensi)
2. Pengkajian Kecemasan Pre-Operative (HARS)
NO Pertanyaan Skor
1. Perasaan Ansietas 3
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketegangan 3
Tegang
Gelisah
Gemetar
Mudah terganggu
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
3. Ketakutan 0
Takut terhadap gelap
Takut terhadap orang asing
Takut bila tinggal sendiri
Takut terhadap binatang besar
4. Gangguan Tidur 3
Sukar memulai tidur
Terbangun pada malam hari
Tidur tidak pulas
Mimpi buruk
5. Gangguan Kecerdasan 2
Penurunan daya ingat
Mudah lupa
Sulit konsentrasi
6. Perasaan Depresi 4
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada hobi
Sedih
Perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari
7. Gejala Somatik 2
Nyeri otot
Kaku
Gertakan gigi
Suara tidak stabil
Kedutan
8. Gejala Sensorik 4
Perasaan ditusuk-tusuk
Penglihatan kabur
Muka merah
Pucat
Rasa lemas
9. Gejala Kardiovaskuler 3
Takikardi
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Detak jantung hilang sekejap
10. Gejala Pernafasan 2
Tertekan di dada
Perasaan tercekik
Sering menarik nafas panjang
Merasa nafas pendek/ sesak
11. Gejala Gastrointestinal 3
Sulit menelan
Konstipasi parah (obstipasi)
Berat badan menurun
Mual dan muntal
Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
Perasaan panas di perut
12. Gejala Urogenital 2
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Aminorhea
Ereksi lemah atau impotensi
13. Gejala Otonom 4
Mulut kering
Mudah berkeringat
Muka merah
Bulu-bulu berdiri
Pusing atau sakit kepala
14. Perilaku Saat Wawancara 3
Gelisah
Jari-jari gemetar
Mengerutkan dahi atau kening
Muka tegang
Tonus otot meningkat
Napas pendek dan cepat
3. Evaluasi Skor Kecemasan Setelah dilakukan Implementasi Keperawatan
(HARS)
NO Pertanyaan Skor
1. Perasaan Ansietas 3
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketegangan 2
Tegang
Gelisah
Gemetar
Mudah terganggu
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
3. Ketakutan 1
Takut terhadap gelap
Takut terhadap orang asing
Takut bila tinggal sendiri
Takut terhadap binatang besar
4. Gangguan Tidur 3
Sukar memulai tidur
Terbangun pada malam hari
Tidur tidak pulas
Mimpi buruk
5. Gangguan Kecerdasan 0
Penurunan daya ingat
Mudah lupa
Sulit konsentrasi
6. Perasaan Depresi 4
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada hobi
Sedih
Perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari
7. Gejala Somatik 2
Nyeri otot
Kaku
Gertakan gigi
Suara tidak stabil
Kedutan
8. Gejala Sensorik 2
Perasaan ditusuk-tusuk
Penglihatan kabur
Muka merah
Pucat
Rasa lemas
9. Gejala Kardiovaskuler 0
Takikardi
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Detak jantung hilang sekejap
10. Gejala Pernafasan 0
Tertekan di dada
Perasaan tercekik
Sering menarik nafas panjang
Merasa nafas pendek/ sesak
11. Gejala Gastrointestinal 2
Sulit menelan
Konstipasi parah (obstipasi)
Berat badan menurun
Mual dan muntal
Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
Perasaan panas di perut
12. Gejala Urogenital 0
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Aminorhea
Ereksi lemah atau impotensi
13. Gejala Otonom 2
Mulut kering
Mudah berkeringat
Muka merah
Bulu-bulu berdiri
Pusing atau sakit kepala
14. Perilaku Saat Wawancara 1
Gelisah
Jari-jari gemetar
Mengerutkan dahi atau kening
Muka tegang
Tonus otot meningkat
Napas pendek dan cepat
4. Pengkajian Kecemasan Post-Operative
NO Pertanyaan Skor
1. Perasaan Ansietas 3
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketegangan 2
Tegang
Gelisah
Gemetar
Mudah terganggu
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
3. Ketakutan 1
Takut terhadap gelap
Takut terhadap orang asing
Takut bila tinggal sendiri
Takut terhadap binatang besar
4. Gangguan Tidur 3
Sukar memulai tidur
Terbangun pada malam hari
Tidur tidak pulas
Mimpi buruk
5. Gangguan Kecerdasan 0
Penurunan daya ingat
Mudah lupa
Sulit konsentrasi
6. Perasaan Depresi 4
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada hobi
Sedih
Perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari
7. Gejala Somatik 2
Nyeri otot
Kaku
Gertakan gigi
Suara tidak stabil
Kedutan
8. Gejala Sensorik 2
Perasaan ditusuk-tusuk
Penglihatan kabur
Muka merah
Pucat
Rasa lemas
9. Gejala Kardiovaskuler 0
Takikardi
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Detak jantung hilang sekejap
10. Gejala Pernafasan 0
Tertekan di dada
Perasaan tercekik
Sering menarik nafas panjang
Merasa nafas pendek/ sesak
11. Gejala Gastrointestinal 3
Sulit menelan
Konstipasi parah (obstipasi)
Berat badan menurun
Mual dan muntal
Nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
Perasaan panas di perut
12. Gejala Urogenital 0
Sering kencing
Tidak dapat menahan kencing
Aminorhea
Ereksi lemah atau impotensi
13. Gejala Otonom 2
Mulut kering
Mudah berkeringat
Muka merah
Bulu-bulu berdiri
Pusing atau sakit kepala
14. Perilaku Saat Wawancara 0
Gelisah
Jari-jari gemetar
Mengerutkan dahi atau kening
Muka tegang
Tonus otot meningkat
Napas pendek dan cepat