Diagnosis Diferensial terhadap lesi sel squamosa pada serviks uterine
Penggunaan immunohistokimia pada serviks sangat membantu dalam mendiferensiasi
perubahan bentuk epitel baik itu yang berasal dari neoplasma sel squamosa ataupun sel kolumner. Pada umumnya, ketika bertemu dengan pasien yang positif terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan ditemukan baik itu sel squamosa atipikal dalam jumlah yang tidak signifikan maupun lesi derajat rendah sel squamosa intraepithelial (low-grade squamous intraepithelial lesion (LSIL)) apa pemeriksaan sitologi servik, ahli patologi tidak harus menyingkirkan reaksi epitel minor (minor reactive epithelial atypia) dari LSIL pada suatu spesimen biopsi, sama seperti interpretasi keduanya yang menunjukkan outcome yang sama yaitu resiko akan berkembang menjadi High-Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL) (5%10%) dalam jangka waktu 2 tahun berikutnya. Marker penanda proliferasi Ki-67, ekspresi dari topoisomerase II-alpha dan minichromosome maintenance protein-2 (Pro-Ex- C), and the HPV-associated cyclin-dependent kinase inhibitor 2A (p16) telah dgunakan untuk mendiferensiasi HSIL dari beberapa kondisi yang tumpang tindih termasuk perubahan reactive epithelial, immature squamous metaplasia, kondisi menopause, atropi mukosa atipik yang disebabkan oleh hormon dan perubahan kondisi sitologi yang disebabkan karena proses kauterisasi. Ekspresi dari p16 akan muncul pada mereka yang beresiko tinggi mengalami infeksi HPV. Tingginya indeks Ki-67 ada pengecatan nukleus dan banyaknya ekspresi p16 pada nukleus dan sitoplasma melibatkan hampir seluruh mukosa biasanya berhubungan dengan squamous intraepithelial lesions (SILs) yang berasal dari squamocolumnar junction. Satu hal yang cukup penting adalah ekspresi dari Ki-67 ini bisa dilihat dengan baik pada lapisan atas dari suatu epitel immature inflamed squamous. Pro-Ex-C kemungkinan besar lebih berguna pada kondisi seperti ini berkat pengecatan latar yang lebih rendah dan lebih spesifik. Pada kasus lainnya, pengecatan menggunakan p16 adalah pengecatan yang paling baik dalam membedakan dan menentukan jenis perubahan reaktif dari SIL. Proses hibridisasi Pada Human papilloma virus in situ (IS HPV) sangat berguna untuk menyingkirkan lesi yang timbul pada epitel non neoplasma, namun kesulitan untuk melakukan proses ini dalam praktek sehari-hari memberikan tempat untuk penggunaan p16. Hal penting lainnya adalah kemampuan p16 untuk membedakan antara LSIL dari HSIL. Pada satu sisi, pengecatan yang difus dan full-thickness bisa dilakukan pada HSIL. Pada sisi lainnya kami menemukan bahwa pola pengecatan ini pada serviks sangat erat kaitannya dengan lesi yang muncul pada squamocolumnar junction. Secara empiris, lesi ini mempunyai resiko yang lebih besar jika melihat lokasi sel ini pada squamocolumnar junction, dan berhubungan dengan tipe HPV reisko tinggi. Walaupun demikian, banyak juga bentuk atipik yang muncul pada squamocolumnar junction yang tidak memenuhi kriteria HSIL ternyata menunjukkan hasil p16 yang positif kuat dan akan menurun dengan sendirinya selama masa follow up. Oleh sebab itulah para ahli patologi haruslah sangat berhati-hati jika hanya menggunakan p16 saja karena dianggap sebagai self-fulfilling prophet bagi HSIL tanpa mempertimbangkan derajat atipiknya. Penentuan terhadap derajat atipik sangat penting bagi wanita sehingga mereka tidak perlu menjalani prosedur bedah eksisi yang justru akan meningkatkan resiko ruptur membran prematur selama kehamilan. Satu cara untuk bisa menegakkan diagnosis SIL dengan grade yang tidak jelas ini (cervical intraepithelial neoplasia Icervical intraepithelial neoplasia II) adalah ketika menemukan kondisi yang membingungkan seperti ini adalah dengan melakukan follow up selama 6 bulan berikutnya dengan harapan bahwa setengah dari lesi yang ditemukan saat ini telah mengalami perbaikan.