LEMBAGA PENELITIAN
DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNI VE RS IT AS SEBELAS MARET
JL. Ir. SUTAMI NO. 36 A
SURAKARTA
I(ATA PENGANTAR
iui memud uraim mengenai mekanisne mnyu$m petanggung jaurah kumgm png sesuai
ymg tel& selesai melaksanakm tugas perelitim dan pengabdim kmna dana penelitim dm
pen$Aim tenseht bersumbr dai keumgro rcgffi 1mg heus aipertmggungiauat*m
petggunaannya Mendasa*an @a Undmg - Udmg Nomor 17 Tahrm 2003 Tentmg
Ksuangan Negra, maka dili sisi prmes ksuangro negra mencangktrp sehmrh rmgkaian
png bertaitm dngm pengelolaan obyek sebagaimma trsebut diatas mulai dad
kegiatan
rumusar kebijakm dan penptit ketfirsm smpi der,gnn pertmggungiaunabm.
Se,moga buku pm&ru ini d@ *eqiadi actrur bagi penelitir?engaHi di lingkrmg@
Univenitas Sbelas lvlmst dale penyo$man pertmsgungiarraban keuegm kegidan pe,nelitian
dm pengabdim keeada mastrualrd yang telah dilalsmakar. Kmi smgat mengharapken txitik
deean"
A. PENDAHULUAN
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
merupakan unsur pelaksana Universitas Sebelas Maret yang mempunyai tugas
mengkoordinasikan, memantau, dan menilai pelaksanaan kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Pusat Pusat di
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas, Jurusan,
Bagian, Kelompok, dan Perorangan, mengusahakan pengendalian dalam hal
penggunaan sumber daya, serta mengusahakan pengembangan dan peningkatan
mutu penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Berkaitan dengan peran Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta diatas, hal tersebut didalamnya
berhubungan dengan pengelolaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat di perguruan tinggi yang secara umum tahapan kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang telah disetujui untuk didanai meliputi
pengusulan, seleksi, pelaksanaan dan pelaporan.
Mengenai pelaporan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
yang mewajibkan adanya laporan kemajuan dan laporan akhir kegiatan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, juga perlunya dibuat laporan penggunaan dana
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guna menjamin ketertiban dan
kelancaran pelaksanaan administrasi keuangan perlu disusun laporan
pertanggungjawaban keuangan (SPJ) secara benar.
Mendasarkan pada Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara, salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah
diterima secara umum dan menurut Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan perwujudan dari pengelolaan
keuangan negara harus dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung
1
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peraturan terkait mengenai
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mendasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran dan
Belanja Negara, serta berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu disusunnya buku
panduan pembuatan pertanggungjawaban keuangan pelaksanaan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang dapat memberi petunjuk pencairan dana dan
pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban keuangan dan
penyusunan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan kegiatan.
2
d. Pada tahun yang sama setiap peneliti hanya boleh terlibat dalam 1 (satu) judul
penelitian atau pengabdian sebagai ketua dan 1 (satu) judul sebagai anggota,
atau sebagai anggota didalam usulan proposal maksimum pada 2 (dua) skema
yang berbeda, baik program Hibah Penelitian Desentralisasi, Hibah Penelitian
Kompetitif Nasional maupun hibah pengabdian kepada masyarakat.
e. Apabila penelitian atau pengabdian yang dihentikan sebelum waktunya akibat
kelalaian peneliti/pelaksana atau terbukti mendapatkan duplikasi pendanaan
penelitian atau pengabdian atau mengusulkan kembali penelitian atau
pengabdian yang telah didanai sebelumnya, maka ketua peneliti/pelaksana
tersebut tidak diperkenankan mengusulkan penelitian atau pengabdian yang
didanai oleh Ditlitabmas selama 2 (dua) tahun berturut turut dan diwajibkan
mengembalikan dana penelitian atau pengabdian ke kas negara.
f. Lembaga Penelitian dan atau Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
perguruan tinggi diwajibkan untuk melakukan kontrol internal terhadap semua
kegiatan pengelolaan penelitian dan pengabdian dengan mengacu kepada sistem
penjaminan mutu yang berlaku di masing masing perguruan tinggi.
g. Lembaga penelitian dan atau Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
perguruan tinggi yang tidak melaksanakan point f tidak akan diikutkan dalam
program pemetaan kinerja penelitian atau pengabdian kepada masyarakat tahun
berikutnya.
h. Peneliti atau pelaksana pengabdian kepada masyarakat yang tidak berhasil
memenuhi luaran (output) yang dijanjikan pada proposal akan dikenai sanksi,
yaitu yang bersangkutan tidak diperbolehkan untuk mengajukkan usulan baru
sampai dipenuhinya output yang dijanjikan.
i. Penggunaan dan pertanggungjawaban dana penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat mengacu pada aturan yang berlaku.
Selain ketentuan yang diuraikan diatas, mengenai Laporan Pertanggungjawaban
(SPJ) Keuangan dibuat oleh Ketua Pelaksana Kegiatan/Tim Peneliti dengan
mengacu pada sistem pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Universitas
Sebelas Maret dan bukti-bukti SPJ dibuat dan disusun mengacu Rencana
Anggaran Biaya Penelitian yang termuat dalam Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian/ Pengabdian kepada Masyarakat; disusun sesuai Rekapitulasi Realisasi
Pengeluaran.
3
C. PENCAIRAN DANA
Tahapan pencairan dana menyesuaikan dengan tahapan yang tertera dalam kontrak
Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
5
SPD (Surat Perjalanan Dinas) yang berisi antara lain :
1) Kuitansi Perjalanan Dinas. Lihat (Lampiran VI)
2) Rincian perjalanan Dinas. Lihat ( Lampiran VII)
3) Daftar Pengeluaran Riil untuk biaya transport dari propinsi
ke Kabupaten / Kota. (lihat lampiran VIII)
4) Surat Tugas Perjalanan Dinas dari Sekretaris LPPM.
(lihat Lampiran IX)
5) Lembar 1 SPD (lihat Lampiran X)
6) Lembar 2 SPD, dilengkapi dengan stempel dan tanda tangan pejabat/
pegawai negeri Kabupaten / Kota.
e. Bukti Pengeluaran dibuat rangkap 2 (dua) dengan perincian sebagai berikut :
1. Arsip LPPM dalam bentuk asli.
2. Arsip Peneliti dalam bentuk asli.
f. Kuitansi/bukti pengeluaran disusun secara rapi sesuai urutan, untuk kemudian
dijilid dan diserahkan ke LPPM-UNS melalui Sub Bagian Umum.
g. Hasil Penelitian dan Pengabdian berupa peralatan dan/atau alat yang dibeli dari
kegiatan ini adalah milik negara yang harus dilaporkan kepada instansi/lembaga
pada masing masing fakultas asal peneliti/pengabdi kepada pengelola SIMAK
BMN Fakultas/Lembaga atau jika di hibahkan kepada masyarakat harus di
buatkan Berita Acara Serah Terima (BAST) dengan diketahui pejabat setempat
dan penerima.
E. BIAYA MATERAI
Setiap pembelian barang/jasa sewa dibubuhi meterai sebagaimana yang telah
diatur dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai,
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 Tentang Perubahan Tarif Bea
Materai dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.03/2009 Tentang
Bentuk Ukuran dan Warna Benda Materai. Berkaitan dengan dokumen yang
dikenakan tarif Bea Materai untuk dokumen yang menyatakan nominal uang
dengan batasan sebagai berikut :
a. nominal sampai Rp 250.000,- tidak dikenakan Bea Materai.
b. nominal diatas Rp 250.000,- sampai Rp.1.000.000,- dikenakan Bea
Meterai 3.000,-
c. nominal diatas Rp.1.000.000,- dikenakan Bea Meterai 6.000,-
6
F. KEWAJIBAN PAJAK
1. Pajak Penghasilan (PPh 21)
Pemotongan PPh Pasal 21 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan
melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Orang Pribadi di dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan.
Pembayaran Penghasilan yang wajib dipotong PPh Pasal 21 oleh Bendahara
Pengeluaran adalah pembayaran atas honorarium pelaksanaan kegiatan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
7
CARA MENGHITUNG DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)
DPP = 100/110 x Jumlah Pembelian.
CARA MENGHITUNG BESARAN PPN
PPN = 10% x DPP
G. PENGADAAN BARANG/JASA
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang
dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Adapun Pengadaan peralatan Barang/Jasa menggunakan dua cara
yaitu:
1. Swakelola
Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
Kontrak pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah
perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana
Swakelola.
Mendasarkan Pasal 26 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang
telah dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomot 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan pekerjaan yang dapat dilakukan
dengan swakelola meliputi :
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia, serta sesuai
dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I;
c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi, atau pembiayaannya
tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
8
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan resiko yang besar;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau
penyuluhan;
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan;
i. pekerjaan Industri Kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri;
j. penelitian dan pengambangan dalam negeri; dan/atau
k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan
industri almatsus dalam negeri.
Dalam Pasal 26 ayat (3) disebutkan bahwaprosedur Swakelola meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan
pertanggungjawaban pekerjaan.
2. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.
Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.
Berkaitan dengan Penyedia Barang/Jasa mendasarkan Pasal 35 - 40 Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan
sebagai berikut :
Pasal 35
(1) Kelompok Kerja ULP /Pejabat Pengadaan menyusun dan menetapkan
metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
(2) Pemilihan Penyedia Barang dilakukan dengan :
a. Pelelangan Umum;
b. Pelelangan Terbatas;
c. Pelelangan Sederhana;
d. Penunjukan Langsung;
9
e. Pengadaan Langsung; atau
f. Kontes.
Pasal 36
(1) Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada
prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan
pascakualifikasi.
(2) Khusus untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi yang bersifat
kompleks dan diyakini jumlah penyediannya terbatas, pemilihan Penyedia
Barang/Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan Pelelangan
Terbatas.
(3) Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melalui
Metode Pelelangan Umum diumumkan paling kurang di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi, papan pengumuman
resmi untuk masyarakat, dan Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE,
sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat dan memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya.
(4) Dalam Pelelangan Umum tidak ada negosiasi teknis dan harga.
Pasal 37
(1) Pengadaan pekerjaan yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi
Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah) dapat dilakukan dengan :
a. Pelelangan Sederhana untuk Pengadaan Barang/Jasa lainnya; atau
b. Pemilihan Langsung untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.
(2) Pelelangan Sederhana atau Pemilihan Langsung dilakukan melalui proses
pasca kualifikasi.
Pasal 38
(1) Penunjukkan Langsung terhadap 1 (satu) Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dapat dilakukan dalam hal :
a. Keadaan tertentu; dan/atau
b. Pengadaan Barang Khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/Jasa Lainnya
yang bersifat khusus.
(2) Penunjukan Langsung dilakukan dengan mengundang 1 (satu) Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang dinilai mampu
melaksanakan
(3) Penunjukan Langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun harga
sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan
10
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 39
(1) Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah), dengan ketentuan :
a. kebutuhan operasional K/L/D/I;
b. teknologi sederhana;
c. resiko kecil; dan/atau
d. dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa usaha orang perseorangan dan/atau
badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro,
Usaha Kecil, dan Koperasi Kecil.
(2) Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar
kepada Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
(3) PA/KPA dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung sebagai alasan
untuk memecah paket Pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk
menghindari pelelangan.
Pasal 40
(1) Sayembara digunakan untuk Pengadaan Jasa Lainnya yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan
metode pelaksanaan tertentu; dan
b. tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
(2) Kontes digunakan untuk Pengadaan Barang yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. tidak mempunyai harga pasar; dan
b. tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
11
VII. PENUTUP
Demikian petunjuk penyusunan Pertanggungjawaban Keuangan
Penyelenggaraan Kegiatan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat disusun,
semoga bermanfaat.
Surakarta,
Ketua,
12
Lampiran I
LAPORAN PENGGUNAAN DANA
HIBAH PENELITIAN / PENGABDIAN
TAHUN ANGGARAN 2016
Ketua Peneliti :.
Fakultas :
Judul Penelitian :
Skim : .....................................
NO. KETERANGAN
13
IV PERJALANAN, JELASKAN KEMANA Volume Satuan Biaya
DAN UNTUK TUJUAN APA (15-25%) Satuan (Rp) Total (Rp)
SPD Survei xx xx xx
FGD xx xx xx
Dan lain-lain xx xx xx
V Lain Lain : Administrasi, Publikasi, xx xx xx
seminar, laporan, lainnya sebutkan
(maks. 15 %)
Rp.
Surakarta,
Mengetahui/Menyetujui
Ketua LPPM UNS Ketua Peneliti
14
Lampiran II Contoh Daftar Honorarium
xxxxxxxxxxxx Administrasi
xxxxxxxxxxxx Teknisi
xxxx
xxxxxxxxxxxx Pengolah data
JUM
Terbilang.
Keterangan: a. Honorarium dibayarkan berdasarkan PMK No. 65/PMK.02/2015
b. Golongan anggota sesuai dengan golongan ketua peneliti.
Mengetahui
Ketua Peneliti
(Nama Terang)
NIP
15
Lampiran III Contoh kuitansi < Rp.1.000.000
TA :
No. Bukti :
KUI TANSI
... ,
Setuju dibebankan
Pejabat Pembuat Komitmen Meterai
LPPM UNS Stempel Rp. 3.000,-
Mengetahui,
Ketua Peneliti
(Nama Terang)
16
Contoh kuitansi 1.000.000,-
TA :
No. Bukti :
KUI TANSI
Mengetahui,
Ketua Peneliti
(Nama Terang)
17
LAMPIRAN IV
DAFTAR HADIR
Acara :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Surakarta, ..............................
Mengetahui, Ketua Peneliti
Nama terang
NIP
18
LAMPIRAN V
Acara :
Hari / Tanggal :
Tempat :
Surakarta, .......................
Mengetahui,
Ketua Peneliti
Nama terang
NIP
19
Lampiran VI
Contoh Kuitansi Perjalanan Dinas
TA :
NO. BUKTI :
KUITANSI
Surakarta,
Setuju Dibebankan Penerima,
Pejabat Pembuat Komitmen
LPPM UNS
Mengetahui,
Ketua Peneliti
(Nama Terang)
20
Lampiran VII
RINCIAN PERHITUNGAN
BIAYA PERJALANAN DINAS
(..................................) (.........................................)
NIP. ................................... NIP. ........................................
21
Lampiran VIII
2. Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar benar dikeluarkan untuk pelaksanaan
perjalanan Dinas dalam rangka .........................................seperti dimaksud dan apabila
dikemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran, kami bersedia untuk menyetorkan
kelebihan tersebut ke kas Negara.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
22
Lampiran IX
SURAT TUGAS
Nomor :
./UN27.21/PL/2016
Nama : .................................
NIP : ................................
Pangkat/Gol : .................../............
Jabatan : Ketua Peneliti
Surakarta, ..............................
Ketua
23
Format Surat Tugas beberapa orang
SURAT TUGAS
Nomor :
./UN27.21/PM/2016
Surakarta, ..............................
Ketua
24
Lampiran X
Dikeluarkan di : Surakarta
Pada tanggal :
25
I. Berangkat dari :
Pada tanggal :
Ke :
Ketua
Prof. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D Prof. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D
NIP. 19680904 199403 1 001 NIP. 19680904 199403 1 001
Pejabat yang berwenang menerbitkan SPPD, pegawai yang melakukan perjalanan dinas, para
pejabat yang mengesahkan tanggal berangkat/tiba serta bendaharawan bertanggungjawab
berdasarkan peraturan-peraturan keuangan Negara apabila Negara menderita kerugian akibat
kesalahan,kelalaian dan kealpaannya.(angka 8,lampiran surat Menteri Keuangan tanggal 30 April
1974 No.B.296/M/K/1/4/1974
26
Lampiran XI
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Melewati Batas Kota.
27
28
Lampiran XII
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Di Dalam Kota Lebih dari 8 (Delapan) Jam.
29
30
Lampiran XIII
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Di Dalam Kota Sampai Dengan 8 (Delapan) Jam.
31
32
Lampiran XIV
Satuan Biaya Uang Harian Perjalanan Dinas Dalam Negeri dan Uang Representasi
33
Lampiran XV
II. Satuan Biaya Taksi Perjalanan Dinas Dalam Negeri
34
Lampiran XVI
Satuan Biaya Perjalanan Dinas Luar Negeri
Tarif Uang Harian Perjalanan Dinas Luar Negeri
(Uang saku, transport lokal, dan uang makan,(Dalam US$))
35
36
37
Lampiran XVII
Satuan Biaya Penginapan Perjalanan Dinas Dalam Negeri
38
Lampiran XVIII
Satuan Biaya Fasilitas Transpor Bagi Pelaksana SPD dan Keluarga.
39
Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, dan Menteri, Wakil Menteri, Pejabat Setingkat Menteri, Gubernur,
Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota,
Ketua/Wakil Ketua/ Anggota Komisi, Pejabat Eselon I, serta Pejabat lainnya
yang setara;
2. Tingkat B untuk Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan
Pejabat lainnya yang setara; dan
3. Tingkat C untuk Pejabat Eselon III/ PNS Golongan IV, Pejabat Eselon IV/PNS
Golongan III, PNS Golongan II dan I.
40
TIM PENYUSUN
PANDUAN PEMBUATAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN 2016
41