Anda di halaman 1dari 30

RMK 1

FOUNDATION OF BEHAVIORAL
ACCOUNTING

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Keperilakuan

KELOMPOK 1

1. Fitri Romadhon (402462)


2. Ghina Fitri Ariesta Susilo (402464)
3. Nur Khamisah (402476)

PROGRAM MAGISTER SAINS DAN DOKTOR


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
Chapter 1
Introduction to Behavioral Accounting

Pembahasan pada chapter 1 diawali dengan ilustrasi penasihat anggaran gubernur yang
menyarankan untuk menaikkan tarif pajak, sementara gubernur telah berjanji tidak akan
meningkatkan pajak. Gubernur menyatakan bahwa nasihat tersebut disebabkan karena
penasihat tidak memahami psikologi.
Pernyataan gubernur tidak akan relevan jika gubernur memahami akuntansi keperilakuan,
karena akuntansi keperilakuan menghubungkan antara akuntansi dan ilmu sosial,
khususnya mengenai perilaku manusia.

The Traditional Role of Accounting


Akuntansi merupakan salah satu disiplin ilmu mengenai jasa yang berfungsi untuk
memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu tentang kepengurusan keuangan
bisnis dan entitas not-for-profit untuk membantu pengguna internal dan eksternal dalam
proses pengambilan keputusan.
Pengguna internal adalah pihak internal perusahaan termasuk staf perusahaan yang
menganggap laporan akuntansi sebagai dasar tentang informasi pendanaan, investasi,
operasional ketika keputusan akan dibuat.
Pengguna eksternal meliputi para pemegang saham, kreditor, serikat pekerja, analis
keuangan dan pemerintah
Cabang akuntansi:
o Akuntansi keuangan menekankan pada pelaporan untuk pihak eksternal. Pelaporan
keuangan diatur oleh standar akuntansi yang berlaku.
o Akuntanasi manajemen fokus pada pelaporan internal. Informasi yang disajikan
kepada manajer tidak diatur secara ketat oleh standar akuntansi, tetapi disesuaikan
dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
o Akuntansi keperilakuan merupakan cabang ketiga dari disiplin ilmu akuntansi yang
membahas mengenai hubungan perilaku manusia dan sistem akuntansi (termasuk
akuntansi keuangan dan manajemen)
The Accounting Information System
Selain sebagai bahasa bisnis, akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu sistem
informasi. Sistem akuntansi menerima informasi dari lingkungan (perusahaan, lembaga
pemerintah, pemasok, pelanggan, dan lain-lain), mengukur informasi, kemudian
mencatat, memproses, dan menerbitkan laporan keuangan kepada lingkungannya yaitu
para pengguna laporan keuangan.
Sistem informasi yang baik meliputi:
Prosedur untuk pengukuran, pencatatan, dan ringkasan peristiwa ekonomi.
Sebagai pengendalian internal yang baik untuk mengamankan aset dan
memperkenalkan efisiensi operasional.
Mengizinkan untuk memperoleh data yang relevan bagi pelaporan internal dan
eksternal.
Where Accounting Work
Akuntan yang bekerja di sektor bisnis dan organisasi not-for-profit, bertanggung jawab
untuk merancang dan mempertahankan sistem informasi akuntansi, pengendalian dan
perencanaan keuangan, dan menghasilkan laporan untuk pengguna eksternal dan
internal.
Akuntan publik merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk memeriksa informasi
yang disajikan oleh akuntan perusahaan ataupun organisasi not-for-profit. Berdasarkan
pengujian terhadap informasi keuangan, akuntan publik menerbitkan laporan audit,
yang memuat opininya mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan.
Selain menguji kewajaran pelaporan keuangan, akuntan publik juga dapat
memberikan jasa lain, seperti jasa untuk fungsi atestasi yaitu menilai kewajaran
laporan keuangan yang diharapkan dapat meningkatkan kehandalan informasi atas
laporan keuangan.

The Behavioral Dimension of Accounting


Definition and Scope
Akuntansi keperilakuan membahas mengenai perilaku manusia dan hubungannya
dengan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem informasi akuntansi yang efisien.
Cakupan atau ruang lingkup akuntansi keperilakuan dibagi menjadi 3 kategori:
Pengaruh perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem
akuntansi. Ruang lingkup ini meliputi bagaimana sikap dan filosofi manajemen
mampu memengaruhi sifat pengedalian akuntansi dan fungsi organisasi. Sebagai
contoh, manajer yang menghindari risiko akan meminta tipe sistem pengendalian
yang berbeda daripada manajer yang bersedia untuk menerima risiko.
Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Cakupan ini membahas
tentnag bagaimana sistem akuntansi memengaruhi motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja, dan kerja sama. Sebagai contoh, anggarna
yang terlalu ketat dapat menjadikan seseorang untuk mempercayai bahwa tujuan-
tujuan perusahaan merupakan tujuan yang tidak mudah dicapai, sehingga tidak ada
keinginan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Metode-metode untuk memprediksi dan strategi-strategi untuk mengubah perilaku
manusia. Cakupan ketiga berfokus pada bagaimana sistem akuntansi dapat
digunakan untuk memengaruhi perilaku. Sebagai contoh struktur pengendalian
akuntansi dapat diperketat atau dilonggarkan, rencana kompensasi dapat diubah atau
laporan evaluasi kinerja dapat dimodifikasi.
Applications of Behavioral Accounting
a. Ilustrasi: Setelah melakukan analisis manfaat-biaya, perusahaan X memutuskan bahwa
sistem informasi akuntansi yang baru harus diterapkan. Namun, muncul beberapa
pertanyaan mengenai bagaimana seharusnya keputusan tersebut diimplementasikan,
akankah penerapan berjalan dengan baik, apakah sistem akan bekerja sesuai dengan
rencana dan tidak mendapatkan penolakan dari pengguna?
Respon: Manajer harus lebih memperhatikan dari aspek perilaku akuntansi, yaitu
dengan melakukan investigasi tentang sudut pandang pengguna dalam inovasi, apakah
mereka menyetujui atau menolak, dan apakah yang menjadi kekhawatiran dari
penerapan sistem yang baru.
b. Ilustrasi: Perusahaan Y mengadopsi sistem standard cost yang baru dan mulai
menerapkan proses penganggaran formal. Namun, hasil yang sesungguhnya
menunjukkan adanya penyimpangan yang sangat jauh dari anggaran yang
direncanakan. Kemudian muncul pertanyaan mengenai penyebab tidak tercapainya
anggaran, apakah karena anggaran yang disusun tidak realistis atau disebabkan oleh
pihak yang bertanggung jawab atas implementasi anggaran.
Respon: Perusahaan perlu menginvestigasi dari aspek perilaku dengan menanyakan
mengenai perilaku karyawan tentang proses pembuatan keputusan, bagaimana
karyawan mempersepsikan proses penyusunan anggaran secara keseluruhan,
bagaiamana peran mereka dan keselarasan tujuan individu dengan tujuan perusahaan.
c. Ilustrasi: Perusahaan Z1 dan Z2 memiliki informasi keuangan yang relatif sama.
Sehingga investor kesulitan untuk menentukan akan berinvestasi di perusahaan mana.
Respon: Manajemen dapat menyediakan informasi lain, yang dapat membedakan
perusahaan Z1 dan perusahaan Z2, seperti informasi non keuangan, tentang kinerja
karyawan.
Contoh tersebut memberikan gambaran mengenai tujuan akuntansi keperilakuan yaitu untuk
mengukur dan mengevaluasi faktor-faktor perilaku yang relevan dan mengomunikasikan
hasil kepada pengambil keputusan internal dan eksternal.
Behavioral Accounting: A Logical Extension of Accountings Traditional Role
Demi menghasilkan keputusan yang lebih baik, para pembuat keputusan membutuhkan
informasi serelevan mungkin, yaitu kombinasi antara informasi keuangan dan non
keuangan, tambahan informasi lain yang mungkin dibutuhkan oleh user, atau yang
disebut sebagai prinsip full disclosure.
Untuk memperjelas bagaimana kondisi ekonomi perusahaan, penerapan yang penting
dan logis tentang prinsip full disclosure perlu menyertakan informasi keperilakuan
untuk mendukung informasi keuangan dan informasi lain yang disajikan di laporan
keuangan. Sebagai contoh pada perusahaan percetakan, yang mengungkapkan
mengenai informasi keperilakuan tentang kondisi perusahaan, seperti filosofi
manajemen, kesuksesan pendekatan inovatif bagi manajemen atau aktivitas operasional.
Praktik pelaporan informasi keperilakuan dan manfaat informasi tersebut
mengindikasikan adanya minat dan permintaan terhadap data keperilakuan, tetapi data
tersebut tidak selalu tersedia. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya teknik
pengukuran, membuat ilmu keperilakuan semakin berkembang terutama semakin
akuratnya pengukuran proses keperilakuan dan memperluas fungsi pelaporan, yaitu
dengan menambahkan dimensi keperilakuan.
Namun, terdapat hal lain yang perlu diperhatikan yaitu siapakah yang bertanggung
jawab terkait tugas investigasi dan pelaporan mengenai perilaku, karena disiplin ilmu
lain pun membahas mengenai ilmu keperilakuan seperti sosiologi, psikologi. Pada
kondisi seperti itu, akuntan dapat mempertahankan posisinya dengan berargumen
bahwa investigasi keperilakuan yang dilakukan oleh akuntan didasarkan pada
karakteristik akuntansi. Sebagai contoh mengenai sistem informasi akuntansi mencakup
informasi, pengguna informasi dan bagaimana setiap pengguna informasi akan
memanfaatkan informasi yang diperoleh. Sehingga peran akuntan dalam konteks
keperilakuan tetap penting, akuntan sebagai pihak yang menginvestigasi dimensi
keperilakuan yang dapat mendukung kebermanfaatan data keuangan.
Walaupun akuntan dapat mempelajari tentang keperilakuan, tetapi akuntan bukanlah
peneliti keperilakuan yang telah terlatih seperti peneliti lain yang memang mendalami
ilmu keperilakuan. Sehingga ketika akuntan tertarik pada bidang keperilakuan,
sebaiknya akuntan tetap berkonsultasi dengan peneliti lain yang telah berpengalaman.

Historical Development of Behavioral Accounting


Kesadaran dan ketertarikan profesi akuntan pada aspek keperilakuan mulai berkembang
pada tahun 1950an, ketika salah satu yayasan di Amerika mendukung penelitian tentang
dampak anggaran terhadap orang. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan tentang
perilaku-perlaku dalam konteks penganggaran dan terdapat usulan untuk memperbaiki
penelitian tersebut.
Pada tahun 1953, penelitian tersebut dilanjutkan oleh Chris Argyris sebagai landasan teori
dalam menyusun artikel mengenai permasalahan-permasalahan manusia dalam anggaran.
Di awal tahun 1960an dan berlanjut di tahun 1980an, kuantitas artikel tentang keperilakuan
semakin meningkat dalam jurnal akuntansi. Artikel-artikel awal berusaha untuk
mendefinisikan mengenai akuntansi keperilakuan. Sedangkan, artikel-artikel terbaru
mendiskusikan mengenai konsep ilmu keperilakuan untuk prinsip dan praktik akuntansi.
Ketertarikan pada akuntansi keperilakuan terutama berasal dari para akademisi akuntansi,
yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya jurnal akademik yang membahas mengenai
akuntansi keperilakuan. Studi-studi tersebut memberikan wawasan mengenai sifat dan
penyebab perilaku manusia yang mungkin memengaruhi para akuntan dalam merancang
sistem informasi.
Pengenalan tentang akuntansi keperilakuan juga dilakukan pada berbagai forum seperti
workshop, konferensi, simposium di Amerika Serikat dan Kanada. Salah satu jurnal yang
dapat dijadikan sebagai rujukan utama mengenai akuntansi keperilakuan adalah
Accounting, Organizations, and Society.
Tren tersebut menunjukkan bahwa topik mengenai akuntansi keperilakuan merupakan
topik yang semakin menarik untuk dteliti, dan menunjukkan terdapat dinamika perubahan
dalam lingkup akuntansi dan kandungan infromasi akuntansi di masa depan.
Chapter 2
A Survey of Behavioral Science Concepts and Perspective

Scope and Objectives of Behavioral Science


Definisi dan ruang lingkup tentang ilmu keperilakuan disusun oleh American
Accounting Association pada tahun 1971:
Ilmu keperilakuan meliputi penelitian dibidang apapun yang dilakukan dengan metode
eksperimen dan observasi; perilaku manusia di lingkungan fisik dan sosial
Suatu penelitian dapat dikategorikan sebagai penelitian tentang keperilakuan ketika
telah memenuhi dua kriteria, yaitu:
Membahas mengenai perilaku manusia, karena tujuan utama ilmu keperilakuan
adalah
- Untuk mengidentifikasi keteraturan perilaku manusia baik persamaan maupun
perbedaan.
- Untuk menentukan konsekuensi atas pola perilaku manusia
Penelitian harus dilakukan sesuai dengan aturan ilmiah atau metode penelitian yang
tepat. Artinya adalah harus ada upaya sistematis untuk mendeskripsikan,
menghubungkan, menjelaskan sehingga dapat memprediksi suatu fenomena.
Keteraturan perilaku manusia harus dapat diamati atau mengarah pada efek yang
dapat diamati.
Tujuan ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi
perilaku manusia, dan untuk menentukan generalisasi tentang perilaku manusia yang
didukung oleh bukti empiris dan diperoleh melalui prosedur yang tidak hanya berlaku
untuk satu orang tertentu. Penelitian tentang keperilakuan juga harus dapat ditelaah,
direplikasi, dan dapat diverfikasi oleh peneliti lain.
Bernard Berelson dan G.A. Steiner mendefinisikan ilmu keperilakuan sebagai berikut:
Penelitian ilmiah yang berhubungan langsung dengan perilaku manusia.
Ilmu keperilakuan meliputi:
Psikologi, Sosiologi
Aspek keperilakuan untuk ilmu ekonomi dan politik
Aspek keperilakuan antropologi
Meskipun hanya bagian dari ilmu sosial, tetapi ilmu keperilakuan memiliki cakupan yang
sangat luas. Beberapa jurnal mempublikasikan artikel tentang metode penelitian
keperilakuan, pengembangan teori, penerapan praktis, dan deskripsi tentang perilaku
manusia.
Sebagai konsekuensinya, ilmuwan dibidang keperilakuan dapat terus mengikuti literatur
terkini di beberapa subarea saja. Hal ini disebabkan karena spesialisasi yang sangat
tinggi diantara para peneliti keperilakuan.
Tujuan bab ini adalah untuk memperkenalkan konsep keperilakuan yang diyakini sebagai
konsep yang paling relevan untuk akuntansi keperilakuan.

Scope And Objectives Of Behavioral Accounting.

Di masa lalu, akuntan biasanya hanya memperhatikan pengukuran pendapatan dan cost
dan mempelajari kinerja masa lalu perusahaan sebagai upaya untuk memprediksi masa depan.
Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu perusahaan merupakan hasil dari
perilaku masa lalu manusia dan kinerja masa lalu sendiri merupakan faktor yang akan
mempengaruhi perilaku masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa segala bentuk kontrol
dari sebuah organisasi harus dimulai dengan memotivasi dan mengontrol perilaku, goals, dan
aspirasi dari tiap individu yang berinteraksi dalam organisasi.
Akuntansi keperilakuan berfokus pada hubungan antara perilaku manusia dan sistem
akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi mencakup rangkuman sejumlah besar
peristiwa ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia dan bahwa pengukuran
akuntansi sendiri adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku, yang selanjutnya
menentukan keberhasilan peristiwa ekonomi.
Akuntansi keperilakuan dibutuhkan untuk keberlangsungan perusahaan dan perilaku
perilaku mereka saat bekerja terikat pada sistem akuntansi. Hasil dari tindakan karyawan
dihitung dan di terjemahkan dalam bentuk moneter. Akuntansi keperilakuan juga menyadari
bahwa mereka dapat merencanakan desain sistem informasi untuk mempengaruhi motivasi,
moral dan produktivitas karyawan. Tanggung jawab akuntansi keperilakuan lebih dari
pengukuran data yang sederhana dan agregasi data untuk memasukkan persepsi dan
penggunaan laporan akuntansi.
Akuntansi keperilakuan percaya bahwa tujuan utama dari pelaporan akuntansi adalah
untuk mempengaruhi perilaku dengan maksud memotivasi tindakan yang diinginkan.
Contohnya, perusahaan mungkin sukses dalam menyusun penganggaran karena adanya kerja
sama organisasi yang baik, atau juga bisa menjadi tidak sukses karena orang-orang yang
bekerja memiliki konflik mengenai tujuan yang ingin dicapai.
Pengenalan ilmu keperilakuan untuk Akuntansi adalah penting dalam pengembangan
profesi. Ilmu keperilakuan membuka sebuah badan baru pengetahuan dengan akuntansi yang
profesional. Pada akhirnya, kesadaran hubungan antara perilaku manusia dan akuntansi telah
menyediakan akuntan dengan alat lain dalam menilai dan memecahkan masalah organisasi.

Ilmu Keperilakuan Dan Akuntansi Keperilakuan: Persamaan Dan Perbedaaan


Ilmu keperilakuan berkaitan dengan penjelasan dan prediksi perilaku manusia.
Akuntansi keperilakuan berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan akuntansi.
Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan
merupakan bagian dari akuntansi dan ilmu keperilakuan. Ilmuwan perilaku mungkin
melakukan riset di berbagai aspek pada teori motivasi, stratifikasi sosial , atau format
perilaku. Sedangkan Akuntan peilaku hanya akan melakukan riset pada elemen yang spesifik
dari sebuah teori atau hasil penelitian yang relevan dengan situasi akuntansi.
Akuntansi adalah suatu profesi, dan mereka yang bercita-cita untuk menjadi akuntan
yang dilatih untuk berpikir dan bertindak sebagai ilmuwan. Pelatihan ini berbeda dari yang
dialami oleh mereka yang ingin menjadi ilmuwan. Beberapa spesifik perbedaan antara
akuntan dan ilmuwan perilaku perilaku diterapkan yang mengalir dari latar belakang
pendidikan mereka berbeda .
Akuntansi keperilakuan dan ilmu keperilakuan mungkin sama-sama dapat diterapkan
dan menyelesaikan dilema organisasi akuntansi yang terkait, mereka akan memainkan
peranan yang berbeda, namun saling melengkapi, dalam menyelesaikan suatu masalah.
Akuntansi keperilakuan akan memahami struktur dan fungsi sistem akuntansi dan hubungan
masyarakat. Ilmuwan keperilakuan akan memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai
dinamika organisasi dan perkembangan pola perilaku organisasi. Akuntan keperilakuan dan
ilmuwan keperilakuan bersama-sama dapat menemukan masalah dan mengembangkan
strategi untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan. Mereka juga dapat bekerja sama
dalam memilih metode riset, dalam menganalisis data dan dalam menyusun laporan.
Beberapa perbedaan antara akuntan perilaku dan ilmuwan perilaku terapan:
Perbedaan Akuntan Keperilakuan Ilmu Keperilakuan
Terapan
Bidang Keahlian Akuntansi dasar; ilmu Ilmu sosial dasar;
pengetahuan sosial dasar
kemampuan untuk Tidak ada bagian/elemen pada elemen kunci pada
merancang dan training training
melaksanakan proyek
penelitian perilaku
pengetahuan dan pemahaman Element kunci pada Training Tidak ada elemen pada
tentangkerja organisasi bisnis training
disistem umum dan sistem
akuntansi tertentu
Orientasi Profesional Ilmuan
Pendekatan untuk masalah Praktis Teoritis dan praktis
Fungsi Melayani klient; manajemen Memajukan ilmu
saran pengetahuan dan
memecahkan masalah
Kepentingan dalam ilmu Terbatas pada bidang yang Terbatas pada subdisiplin
keperilakuan berhubungan dengan akuntansi ilmu akuntansi

Perspektif Pada Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, Dan Psikologi Sosial

Tiga bahasan pokok yang banyak berkontribusi terhadap ilmu keperilakuan adalah
psikologi, sosiologi, dan psikologi social. Semua menggambarkan dan menjelaskan mengenai
perilaku manusia. Namun ketiganya berbeda dari segi perspektif terhadap perilaku manusia.
Psikologi secara khusus membahas bagaimana individu berperilaku, fokus pada aksi manusia
itu sendiri sebagai respon untuk menstimuli lingkungan mereka. Sedangkan sosiologi dan
psikologi sosial berfokus pada perilaku grup atau sosial. Mereka menekankan pada interaksi
antar manusia, bukan pada stimulasi fisik.
Keperilakuan menjelaskan mengenai hubungan social, pengaruh social, dan kelompok
yang dinamis. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia seperti kebutuhan
individu dan motivasi, tekanan organisasi, permintaan organisasi, sejarah personal, latar
belakang yang unik dari individu-individu, konflik dari dalam dan luar organisasi, waktu
permintaan, tanggungjawab personal dan social, dan sebagainya. Faktor-faktor ini dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu:
1. Struktur karakter
mengacu pada ciri-ciri kepribadian, kebiasaan, dan pola perilaku individu. psikolog
umumnya terkait dengan studi struktur karakter.
2. Struktur sosial
mengacu pada sistem hubungan antara orang-orang, termasuk ekonomi, politik, militer,
dan kerangka kelembagaan agama yang menetapkan perilaku yang dapat diterima,
perilaku kontrol dan mengabadikan tatanan sosial. ini adalah domain dari sosiolog.
3. Dinamika kelompok
sintesis atau kombinasi struktur karakter dan struktur sosial; mengacu pada
perkembangan pola interaksi manusia, proses interaksi sosial, dan hasil interaksi itu.
psikolog sosial terlibat dalam studi dinamika kelompok.

Pengaruh Organisasi pada Perilaku


Orang yang bekerja pada suatu organisasi, perilakunya dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti ukuran dan struktur organisasi, gaya kepemimpinan atau filosofi manajemen,
hubungan otoritas/tanggungjawab dalam hubungan kerja, status hubungan dan norma
kelompok juga mempengaruhi perilaku dan fungsi organisasi.

Peranan Teori
Peran dapat didefinisikan sebagai bagian yang seseorang mainkan pada interaksi
mereka. Peran sosial menggambarkan hak, kewajiban, dan perilaku yang wajar dari seseorang
yang memiliki posisi tertentu dalam suatu konteks sosial. Peranan berbeda dengan perilaku
orang yang memegang posisi tertentu dalam organisasi dan menyatukan kelompok untuk
spesialisasi dan fungsi kordinasi. Komponen Perilaku aktual dari peran disebut dengan
norma. Norma adalah kebutuhan akan perilaku yang tepat untuk sebuah peran khusus. Setiap
peran telah melekat pada identitas, yang mendefinisikan siapa mereka dan bagaimana mereka
harus bertindak dalam situasi tertentu.
Setiap peran selalu terikat dengan identitas, bergantung pada situasi dimana mereka
menempatkan diri mereka. Seorang vice precident keuangan mungkin juga adalah seorang
orang tua, anggota panduan suara, pemain tenis, atau apapun. Tiap peran ini memiliki pola
perilaku yang berbeda. Vice president tersebut tentu saja tidak diharapkan untuk berperilaku
seperti orang tua pada saat meeting perusahaan, ataupun berperilaku seperti seorang eksekutif
saat sedang bermain tenis.
Konflik peran terjadi saat seseorang bertindak pada beberapa posisi yang tidak sesuai
dengan diri mereka atau saat suatu posisi tidak sesuai dengan apa yang di ekspektasikan.
Kegagalan membawa komponen perilaku dari peran sosial tidak bisa di toleransi. Ada
sejumlah sanksi, atau hukuman yang akan diberikan kepada mereka yang melanggar pola
perilaku yang di harapkan. Sanksi bisa berupa sanksi ringan seperti adanya peringatan halus
atau friendly, atau yang lebih berat, yaitu adanya pengasingan dari kelompok. Oleh karena itu,
kita dapat melihat pengaruh dari kekuatan sosial yang dapat menentukan perilaku seseorang.

Struktur Sosial
Studi pembelajaran sistematic akan perilaku manusia tergantung pada dua faktor,
yaitu: Pertama, bahwa orang bertindak pada pola yang teratur dan berulang. Yang kedua,
orang-orang bukanlah makhluk yang terisolasi, mereka melakukan interaksi dengan lainnya.
Jika manusia tidak berperilaku dalam sebuah pola yang regular, maka tidak akan ada dasar
dari ilmu keperilakuan. Manusia memang bertindak dalam pola yang terus berulang. Kita
bangun pada pagi hari, melakukan aktivitas pagi (morning ritual), melakukan tanggung
jawab/kegiatan mereka, dan lain sebagainya.
Untuk penerapan dalam perilaku manusia, kita akan mempertimbangkan konsep
masyarakat dan budaya. Masyarakat bisa didefenisikan sebagai jumlah total hubungan sesama
manusia. Konsep masyarakat berlangsung secara terus menerus dan kesempurnaan antar
individu dan hubungan institusional. Masyarakat berasal dari kelompok, peran dan hubungan
yang saling berkaitan atau berhubungan dan saling tumpang tindih yang menggambarkan
karakteristik kehidupan manusia. Struktur sosial merujuk pada pola relationship antara
berbagai subsistem sosial dan individual yang memungkinkan menjalankan fungsi dari
society, organisasi sosial, atau kelompok sosial.

Budaya
Budaya adalah cara hidup suatu masyarakat. masyarakat tidak bisa ada tanpa budaya,
dan budaya tidak bisa ada di luar masyarakat. Budaya, atau jalan hidup, mencakup sistem
kepercayaan umum, perilaku atau pemikiran yang wajar, kumpulan ilmu, dan cara yang telah
ditentukan untuk melakukan sesuatu. Budaya mempengaruhi pola umum dari perilaku
manusia karena itu dapat menentukan suatu perilaku yang tepat untuk suatu situasi tertentu.
Aspek utama dari budaya adalah untuk memastikan manusia itu bertahan, baik secara fisik
atapun sosial. Budaya dipelajari dari orang lain dan dibagikan dengan orang lain. Apa yang
kita ketahui dan bagaimana kita bertindak itu bergantung pada informasi yang kita terima dari
orang tua, teman sejawat, guru, kolega, dan pimpinan kerja.
Untuk memahami perilaku dalam konsep organisasi para akutan sebaiknya tahu ide
ataupun pikiran suatu kebudayaan. Dalam beberapa instansi budaya organisasi merupakan
lingkungan kerja merujuk pada lingkungan kerja dan iklim organisasi. Dasar pikiran awal
bahwa elemem-elemen budaya mempengaruhi perilaku. Budaya bisnis merupakan sistem
etika bisnis, praktik bisnis, pengetahuan teknis, dan perangkat keras yang berlaku yang
mempengaruhi perilaku manusia.

Kerangka kerja idealistis vs kerangka kerja materiaistis


Kerangka kerja Idealistis menjelaskan bahwa norma-norma budaya atau perilaku
dapat terlihat dalam ide-ide ataupun nilai-nilai yang dianut seseoarang. Hal ini sangat
bertentangan dengan kerangka kerja materialistis dimana konsep ini memahami bahwa ide-
ide bukan penyebab utama suatu perilaku. Jadi nilai-nilai bergantunh pada dasar ekonomi dan
hubungan antar manusia. Paham ini menyatakan bahwa ide-ide tidak menyebabkan
perkembangan norma-norma budaya, system ekonomi, atau system perpolitikan.

Kerangka kerja interaksi


Kerangka kerja interaksi symbolic dalam hal pemaknaan dan realitas secara social ditentukan
melalui proses interaksi manusia dengan lainnya, pencapaian ketentuan bersama dari situasi
sosial dan kesepakatan bersama terkait apa:. Dalam beberapa cara, interaksi simbolik dapat
digambarkan sebagai sebuah alternative untuk peranan teori.

Kerangka kerja Lainnya


Perilaku bisa juga dimaknai sebagai istilah dari sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran, dan
kepribadian.

Chapter 3
Behavioral Concepts from Psychology and Social Psychology

ATTITUDES (SIKAP)
Sikap adalah kecenderungan belajar untuk bereaksi secara konsisten dengan baik atau
tidak menguntungkan terhadap orang, objek, gagasan atau situasi. Sikap adalah sebuah
kecenderungan terhadap respon, atau respon itu sendiri. Sikap bukan merupakan perilaku,
tetapi sikap menuntun dan mengarah kepada perilaku.
Akuntan Keperilakuan harus paham mengenai sikap agar bisa memahami dan
memprediksi perilaku. Banyak hal di perusahaan yang membutuhkan sikap sebagai dasar
perilaku untuk mengambil berbagai keputusan.

Components of Attitudes
Sikap memiliki komponen kognitif, emosional dan perilaku. Komponen kognitif
terbentuk dari gagasan, persepsi dan kepercayaan tentang obyek dari sikap tersebut.
Komponen emosional atau afektif merujuk kepada perasaan seseorang terhadap obyek dari
sikap tersebut. Komponen keperilakuan merujuk kepada bagaimana seseorang akan bereaksi
terhadap objek sikap itu sendiri.

Beliefs, Opinions, Values, and Habits


Kepercayaan (beliefs) didefinisikan sebagai komponen kognitif dari sikap itu sendiri.
Kepercayaan bisa dipakai untuk bukti suara ilmiah, praduga, atau dalam intuisi. Setiap
individu bisa saja mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda terhadap obyek sikap.
Opini sering didefinisikan sebagai sinonim dari sikap dan kepercayaan. Opini
dipandang sebagai konsep yang lebih sempit dari sikap dan mengarah kepada bagaimana
seseorang menilai atau mengevaluasi suatu obyek.
Nilai (value) merupakan hal yang lebih umum dari sikap. Sikap berhubungan dengan
obyek khusus seperti kebijakan perusahaan, orang, atau situasi, tetapi nilai tidak berhubungan
dengan semua hal tersebut. Nilai merupakan nilai inti dari sikap yang mengarah ke hal positif
terhadap pekerjaan, namun bisa juga membangun pandangan dan sikap negative terhadap
situasi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Kebiasaan adalah pola respons tingkah laku yang tidak disadari, otomatis, dan berulang.
Mereka berbeda dari sikap karena sikap itu bukan perilaku.

Functions of Attitudes
Sikap memberikan 4 fungsi utama: pemahaman, kebutuhan akan kepuasan, pertahanan
ego, and ekspresi nilai. Pemahaman atau pengetahuan, merupakan fungsi yang membantu
seseorang dalam memberikan arti, atau memahami sesuatu, situasi baru atau hal-hal baru.
Sikap juga memberikan fungsi untuk para utilitarian, atau seseorang yang memerlukan
fungsi kebutuhan akan kepuasan. Orang cenderung untuk membentuk sikap positif terhadap
obyek yang sesuai kebutuhan mereka dan sikap negative terhadap obyek yang menghalangi
kebutuhan mereka.
Sikap juga memberi fungsi pertahanan ego dengan mengembangkan atau mengubah hal
untuk melindungi orang dari pengakuan kebenaran yang mendasar tentang diri mereka sendiri
atau kebenaran tentang dunia.
Sikap memberikan fungsi terhadao ekspresi nilai. Orang-orang membangun kepuasan
dengan mengekspresikan diri mereka melalui sikap. Sikap bisa memberikan info kepada
dunia siapa orang tersebut dan untuk apa mereka ada.

Attitude Formation and Change


Pembentukan sikap merujuk kepada pengembangan sikap terhadap obyek yang tidak
ada sebelumnya. Perubahan sikap mengarah kepada penggantian sikap baru terhadap
seseorang yang ada sebelumnya.
Sikap terbentuk dari dasar psikologi, personal, dan faktor sosial. Faktor psikologi dan
genetik bisa membentuk kecenderungan terhadap perkembangan dari sikap yang jelas. Jalan
yang paling dari pembentukan sikap yaitu melalui pengalaman langsung seseorang terhadap
obyek. Dorongan sosial menyebabkan pembentukan sikap termasuk pengaruh dari keluarga
dan kerabat, pengaruh dari sekolah maupun gereja, kelompok tertentu, dan media massa.

Theories of Attitude Change


Teori dari perubahan sikap bisa membantu kita untuk memprediksi pembanding apa
yang paling efektif, karena sikap cenderung berubah sebagai hasil dari sebuah perbandingan,
dan keadaan apa yang ada pada pembanding yang tidak efektif.

Stimulus-response and Reinforcement Theories


Teori respon stimulus dan penguatan dari perubahan sikap berfokus kepada bagaimana
seseorang merespon rangsangan tertentu. Respon cenderung diulang-ulang jika mereka
dihargai atau dikuatkan.
Social Judgement Theory
Teori penilaian sosial dari perubahan sikap membangun pendekatan persepsi. Teori ini
mempertimbangkan perubahan sikap sebagai hasil dari perubahan seseorang menilai obyek
lebih dari sebuah perubahan kepercayaan terhadap obyek. Teori ini menganggap bahwa kita
bisa membuat perubahan kecil pada sikap seseorang jika kita tau bentuk yang sebenarnya dari
sikap seseorang dan jika kita ingin merubah setidaknya hal-hal yang mengancam.

Consistency and Dissonance Theories


Teori-teori ini melihat perubahan sikap sebagai proses yang rasional dan kognitif
dimana orang-orang, ketika dibuat sadar terhadap ketidakkonsistenan antara sikap dan
perilaku, akan termotivasi untuk merubah ketidakkonsistenan tersebut dengan merubah sikap
atau perilakunya. Asumsi yang perlu digaris bawahi dari teori ini adalah bahwa orang-orang
tidak bisa menoleransi ketidakkonsistenan.
Teori konsistensi menganggap bahwa hubungan antara sikap dan perilaku bisa
seimbang ketika tidak ada stress kognitif dalam sistem tersebut. Secara umum, keseimbangan
atau konsistensi bisa ada ketika hubungan antar manusia lebih dari dua orang itu positif, dan
sebaliknya, jika salah satu hubungan negative, maka akan terjadi ketidakkonsistenan.
Teori disonansi merupakan variasi dari teori konsistensi. Teori ini berfokus pada
hubungan antara elemen kognitif (missal: informasi, kepercayaan, gagasan, dll). Disonansi
kognitif ada ketika seseorang menghadaoi dua kognisi yang bertolak belakang. Teori
disonansi menganggap bahwa disonansi memotivasi orang-orang untuk mengurangi atau
mengeliminasi disonansi. Hal ini diasumsikan karena disonansi adalah hal yang secara
psikologi tidak menyenangkan, orang-orang mencari cara untuk menghindarinya. Disonansi
dikurangi dengen mengurangi elemen angka atau kepentingan dari disonansi.

Self-Perception Theory
Teori pesepsi diri menganggap bahwa seseorang mengembangkan sikap berdasarkan
bagaimana mereka mengobservasi dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Dengan
kata lain, teori ini mengemukakan bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap
terbentuk setelah perilaku terjadi agar sikap bisa konsisten dengan perilaku. Menurut teori ini,
sikap akan berubah setelah perilaku berubah.

MOTIVATION (motivasi)
Motivasi adalah proses untuk memulai tindakan yang sadar dan terarah. Ini merupakan
kunci untuk menginisiasi, menjalankan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku.
Motivasi juga merujuk kepada reaksi subjektif yang terjadi selama proses tersebut. Motivasi
merupakan konsep penting bagi akuntan keperilakuan karena efektifitas organisasi
bergantung dari apa yang orang-orang lihat seperti apa yang mereka harapkan.

Need Theories
Teori yang terkenal tentang motivasi adalah Maslows need hierarchy. Teori ini
beranggapan bahwa orang-orang termotivasi oleh minat mereka untuk memuaskan
sekelompok kebutuhan mereka sendiri secara hierarki. Menurut teori Maslow, setelah mereka
memenuhi kebutuhan tingkat rendah mereka, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi menjadi
penting dalam mengarahkan perilaku. Teori ini juga beranggapan bahwa ketika terpuaskan,
kebutuhan tersebut tidak menjadi motivator lagi.
Konsep ERG adalah sebuah perbikan dari kebutuhan hierarki. Konsep ini memberikan
tiga kategori kebutuhan: eksistensi (minat fisik dan material), keterkaitan (pertemanan,
kepemilikan), dan pertumbuhan (perkembangan personal dan pemenuhan diri). Konsep ini
berbeda dari hierarki kebutuhan Maslow.
McClellands need-for-achievement theory, menganggap bahwa semua motif, termasuk
kebutuhan akan pencapaian, harus dipelajari. Oleh karena itu, waktu kritis untuk
mengembangkn motif adalah selama waktu anak-anak agar anak-anak bisa meningkatkan
ekspektasi mereka dan mengembangkan kebiasaan bekerja untuk mengaktualisasi ekspektasi.
Herzbergs two-factor theory berfokus pada dua set pernghargaan yang dihasilkan dari
pekerjaan: yang berhubungan dengan kepuasan (motivator) dan yang berhubungan dengan
ketidakpuasan kerja (faktor higienis). Motivator, berhubungan dengan konten pekerjaan,
termasuk promosi, pengakuan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, dan potensi aktualisasi
diri. Faktor higienis, berhubungan dengan konteks kerja, lingkungan kerja, termasuk
keamanan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan personal di pekerjaan.

Expentancy Theory
Teori harapan dari motivasi berasusmsi bahwa level motivasi untuk menampilkan
sebuah tugas tergantung dari kepercayaan seseorang yang dimiliki tentang struktur
penghargaan tugas tersebut. Dengan kata lain, motivasi ada ketika seseorang berekspektasi
untuk menerima penghargaan karena telah menyelesaikan suatu tugas.

PERCEPTION (persepsi)
Persepi adalah bagaimana seseorang melihat atau menginterpretasikan kejadian, obyek
dan orang. Orang-orang bertindak berdasarkan persepsi mereka tanpa mempertimbangkan
mana persepsi yang akurat atau tidak yang merefleksikan realitas. Faktanya, realitas adalah
apa yang tiap orang dapatkan. Definisi formal dari persepsi adalah proses yang kita seleksi,
kelola, dan interpretasikan dan mengarah kepada arti dan gambar koheren dari dunia.

Physical stimuli versus Individual Predispositions


Stimulasi fisik adalah input sensor mentah termasuk penglihatan, suara, dan sentuhan.
Kecenderungan individual termasuk motif, kebutuhan, pelajaran masa lalu, dan ekspektasi.
Persepsi berbeda pada setiap orang karena reseptor sensori manusia bisa berfungsi berbeda,
tetapi lebih kepada kecenderungan yang berbeda.
Empat faktor yang berhubungan dengan kecenderungan individu yaitu: kekeluargaan,
perasaan, kepentingan, dan emosi. Orang-orang cenderung obyek familiar lebih cepat
daripada yang tidak familiar. Perasaan seseorang terhadap obyek atau orang juga
mempengaruhi persepsi. Emosi seseorang juga mempengaruhi persepsi yang berbeda
tergantung hari mereka baik atau buruk.

Selection, Organization, and Interpretation of Stimuli.


Biasanya manusia akan menyeleksi apa yang akan mereka dapatkan. Kemudian, kita
memilih untuk berkonsentrasi atau mengambil beberapa hal dan menolak yang lain termasuk
persepsi yang kita pilih adalah persepsi yang menarik dan penting. Hal yang kita pilih untuk
kita terima biasanya tergantung dari stimuli, ekspektasi, dan motif.
Orang-orang biasanya mencari simpatetik atau stimulasi yang menyenangkan untuk
menghindari stimuli yang menyakitkan atau mengancam. Biasanya orang-orang mengelola
stimuli ke dalam grup dan menerimanya sebagai kesatuan yang utuh. Jika mendapat informasi
yang tidak lengkap, orang-orang akan memenuhi celah tersebuth dan akan berperilaku seolah
mereka memiliki informasi yang komplit.

Relevance of Perception for Accountants


Akuntan keperilakuan bisa mengaplikasikan pengetahuan tentang persepsi ke banyak
aktivitas organisasional. Selalu ada risiko disetiap keputusan bisnis. Keputusan yang manajer
buat bisa tergantung dari risiko yang mereka terima dan mereka bertoleransi terhadap risiko
tersebut. Persepsi yang berbeda bisa menyebabkan masalah komunikasi di organisasi.

LEARNING (Pembelajaran)
Pembelajaran adalah proses yang didapatkan dari penerapan perilaku yang baru. Hal ini
terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dari beberapa respon
terhadap stimuli atau situasi. Kombinasi motivasi, pengalaman, dan pengulangan membentuk
dua format: classical conditioning dan operant conditioning.
Classical Conditioning (Pavlovs Dog)
Hubungan antara stimulus dan respon yang terkondisikan dinamakan classical
conditioning, Jika penguatan ditarik, perilaku yang telah dipelajari akan berhenti. Stimulus
akan diikuti oleh penghargaan yang menghasilkan respon

Operant Conditioning
Berbeda dengan classical conditioning, respon dari operant conditioning akan
menghasilkan penghargaan. Prinsip pembelajaran telah diaplikasikan ke banyak objektif
organisasi. Penguatan positif dan timbal balik, bentuk pengakuan, bonus, dan penghargaan
lainnya telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas, membuat karyawan menjadi lebih
responsif terhadap kebutuhan konsumen.

PERSONALITY
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi seperti sifat, kualitas, perilaku yang
menentukan bagaimana seseorang merespon lingkungannya
Kepribadian merupakan inti dari berbedanya setiap individu.
Konsep kepribadian dan pengetahuan sangatlah penting karena dapat digunakan untuk
memprediksi perilaku. Sebagai contoh seseorang dengan karakteristik introvert cenderung
malu dan menampilkan perilaku yang tidak tegas. Seseorang dengan kepribadian seperti
itu tidak diharapkan sebagai pihak yang dapat memaksa perubahan organisasi.
Penerapan teori kepribadian dalam organisasi bisa digunakan untuk menentukan siapakah
yang paling efektif dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan, siapa yang merespon
kritik dengan baik, siapa yang berpotensi menjadi pemimpin.

Chapter 4
Assumptions About Human Behavior: A Historical Perspective

Pemahaman tentang perilaku manusia merupakan fenomena yang relatif baru. Seperti
asumsi tentang perilaku manusia dalam teori ekonomi dan praktik bisnis bahwa pada
dasarnya manusia memiliki karakter pemalas dan mereka dapat dimotivasi dengan insentif
ekonomi
Feudalism dan Capitalism
Seluruh sistem ekonomi dicirikan dengan hubungan sosial antara mereka yang memiliki
kewenangan dan mereka yang mematuhi orang yang memiliki wewenang dan diantara
mereka yang memiliki produksi dan yang tidak.
Pembahasan ini akan dimulai dengan membandingkan antara capitalism dan feudalism.
Perbandingan tersebut sangat relevan karena perubahan dari feudalism ke capitalism
telah menjadi perubahan utama di era modern.
Menunjukkan argumen mengenai asumsi perilaku manusia yang dicirikan oleh
capitalism di tahap awal dengan tahap yang telah sangat maju, contohnya adalah di U.S
dan negara barat lain pada tahun 1980an
The Feudal System
Feudalisme merupakan tatanan sosioekonomi yang didefinisikan oleh serangkaian
hubungan sosial berdasarkan status yang diperoleh dari keturunan. Posisi seseorang
pada struktur sosial tergantung pada keluarga dimana dia dilahirkan.
Tanah dan tenaga kerja bukanlah objek perdagangan, tetapi keduanya dijadikan sebagai
faktor yang mengikuti sistem komunis.
Sistem serikat kerja (pusat produksi industri) juga mengikuti tradisi yang sudah ada.
Seseorang menjadi petani karena orang tuanya juga berprofesi sebagai petani.
Penguasa dipilih oleh pemerintahan mereka sendiri, dan mengatur peraturannya sendiri.
Mereka mengatur tingkat upah, standar output, dan kondisi pekerjaan. Singkatnya,
serikat pekerja fokus pada dimensi ekonomi dan non ekonomi.
Sistem feudal pada intinya berfokus pada bagaimana seseorang mempertahankan
posisinya, daripada meningkatkan posisi yang telah dimiliki. Motivasi untuk menjadi
seseorang yang lebih baik, tidak terlalu nampak pada sistem ini

The Rise of Industrial Society


Kemunculan masyarakat industri diawali dengan penemuan mesin uap oleh James Watt,
1776, atau yang sering disebut sebagai revolusi industri. Era ini di mulai dengan adanya
sistem pabrik, sebagai lawan dari industri cottage dimana orang-orang lebih memilih
bekerja di rumah sendiri.
Pabrik membutuhkan pekerja dalam jumlah yang banyak untuk mengoperasikan mesin.
Setiap pekerja memiliki peran tertentu untuk menjalankan proses manufacturing.
Pabrik mengandalkan ketersediaan tenaga buruh, yang berkembang dari waktu ke
waktu sebagai hasil dari peristiwa ekonomi. Salah satu peristiwa yang paling penting
adalah enclosure movement
Contoh dari enclosure movement adalah permintaan kain wol memicu
pengembangan ternak domba, yang berdampak pada permintaan tanah untuk
kebutuhan rumput bagi peternak domba.
Sehingga, enclosure movement mengubah persepsi penggunaan tanah, yaitu tanah
dapat diterima sebagai objek perdagangan
Era ini juga sebagai penanda munculnya pengembangan kapitalisme

Capitalism vs Feudalism
Capitalism Feudalism
Sistem non-tradisional Sistem tradisional
Mendorong inovasi Tidak ada inovasi
Terdapat perencanaan, penggunaan teknologi Aktivitas ekonomi sebatas untuk
memenuhi keinginan
Tidak menekankan pada kesetaraan sosial, tetapi Kesetaraan sosial dalam satu kelas
setiap orang memiliki kesempatan yang sama sosial saja
untuk meraih tujuannya (kesetaraan kesempatan)
Berdasarkan kinerja Keadilan sosial
Sudut pandang keperilakuan memperhitungkan kemunculan sistem kapitalisme, yang
dicirikan bahwa seseorang harus berupaya meraih keuntungan dan merasionalisasi
semua hal dalam hidupnya

The Protestant Ethic and Values of Capitalism


Nilai-nilai kapitalisme meliputi karakteristik untuk berhemat, disiplin, dan rasionalitas
tentang nilai kebijakan, yang semuanya disebut sebagai etos kapitalisme
Pengembangan kapitalisme membutuhkan pengusaha yang termotivasi untuk bekerja
keras, menabung, mengumpulkan modal, dan memperluas bisnis mereka, serta self-
discipline yang kuat.
Self-discpline dibutuhkan untuk mendukung budaya yang berlaku, seperti nilai yang ada
di sekolah yaitu kewenangan, disiplin, tepat waktu, patriotisme, dan lain lain. Semua
nilai tersebut merupakan bagian dari etika protestan.
Etika protestan yang dijelaskan oleh Weber, bermaksud untuk mendorong kekuatan-
kekuatan tertentu, tindakannya berorientasi pada Tuhan, bekerja keras dan rajin, lebih
hemat dengan caa menabung atau berinvestasi,
Teologi Protestan dapat diterapkan pada lingkungan ekonomi dengan cara bekerja lebih
giat dan rajin. Konsep calling dikembangkan sebagai salah satu pemicu untuk
bertindak lebih baik. Contohnya adalah sinyal yang baik, mengindikasikan adanya
keselamatan ketika seseorang sukses memenuhi panggilannya. Sehingga antara orang
yang bekerja dan beribadah merupakan dua hal yang sama. Kerja keras merupakan
salah satu bentuk ibadah, itulah yang disebut sebagai calling
Penekanan kapitalsime pada akumulasi kekayaan juga dihubungkan dengan doktrin
keagamaan. Hanya Tuhan yang berhak untuk menilai perilaku seseorang. Doktrin
tersebut yang dijadikan sebagai dasar untuk merasionalisasi tindakan seseorang terkait
dengan sistem kapitalisme.
Etika Protestan berkontribusi pada pengembangan kapitalisme dengan memberikan
motivasi untuk bekerja dan berwiraswasta. Disamping itu, etika Protestan juga
menyediakan informasi tentang karakter yang dibutuhkan untuk kapitalisme: jujur,
bijaksana, impersonal, dan rasional. Karena kapitalisme telah menjadi sistem yang lebih
formal, maka ketergantungannya pada motivasi agama menjadi semakin kecil, dan
seharusnya dapat diamati lebih lanjut pada aspek motivasi utilitarianisme.

Perspective on Workers
Di awal era industri, berdasarkan filosofi Social Darwinism, pekerja dipercaya sebagai
pihak yang kurang berkualitas karena mereka harus berjuang untuk dapat bertahan
hidup.
Ideologi di era industri, berdasarkan pada tradisionalisme masyarakat feudal, yaitu
masyarakat kelas atas dan kaya bertanggung jawab atas orang-orang yang miskin.
Menjelang akhir era industri Inggris, kelas pekerja dipandang sebagai salah satu faktor
produksi
Ideologi baru menyatakan bahwa kelas atas tidak lagi bertanggung jawab atas orang-
orang yang miskin. Keyakinan tersebut dijustifikasi oleh Malthus, yang menjelaskan
tatanan alamiah bahwa mereka yang kaya tidak selalu peduli terhadap mereka yang
miskin.
Ideologi self-help kemudian muncul dengan gagasan bahwa setiap orang bahkan orang
yang miskin memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Doktrin ini menekankan
pada motivasi yang kuat dan kerja keras. Gagasan tentang self-help diperluas pada poin
bahwa manajemen memandang setiap pekerja sebagai potential capitalist.
1912-> pekerja yang baik ditentukan oleh pengujian ilmiah dan pelatihan daripada
perjuangan pekerja untuk dapat hidup
1920an -> ideologi manajemen di Amerika menekankan pada pentingnya kerja tim,
atau kerjasama antara tenaga kerja dan manajemen.
Akhir 1920an hingga awal 1930an -> manajer meyakini bawa lebih penting untuk
menjelaskan sikap dan perilaku pekerja daripada berurusan dengan hukuman moral.
Elton Mayo -> menemukan bahwa keberadaan norma-norma kelompok diantara
pekerja, dan mennjukkan bahwa setiap orang memiliki ketertarikan terhadap selain
uang. Mayo percaya bahwa pekerja harus mempertimbangkan pekerjaan mereka
sebagai tindakan sosial yang memang dibutuhkan dan manajer harus dapat
memberikan lingkungan kerja dimana semangat kerjasama akan menumbuhkan
sikap positif dari para pekerja.

Asumsi Atas Perilaku Manusia


Asumsi 1
Teori manajemen klasik dan ekonomi klasik mengasumsikan bahwa tujuan utama
dari aktivitas bisnis adalah memaksimalkan laba dan anggota organsisi dimotivasi
oleh faktor ekonomi.
Diasumsikan manajer akan memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya.
Asumsi perilaku manusia cenderung malas dan hanya dimotivasi atas insentif yang
akan mendorong orang untuk bekerja.
Berdasarkan asumsi di atas mengenai bisnis dan perilaku, maka fungsi sistem
akuntansi pada saat itu dibuat untuk membantu manajemen memaksimalkan laba,
mengukur dan mengatur kinerja dan merencanakan masa depan yang rasional.
Hal ini menjadi tugas akuntan untuk menyediakan informasi yang paling berguna
untuk manajemen.
Akuntan juga memutuskan bagaimana memberikan informasi dan siapa yang akan
menerima informasi tersebut.
Asumsi 2
Teori organisasi modern memberikan asumsi yang berbeda dengan teori manajemen
klasik dan teori ekonomi klasik mengenai tujuan dari bisnis perusahaan dan perilaku anggota
organisasi, yaitu:
Tujuan utama perusahaan adalah organizational survival.
Diasumsikan bahwa perusahaan mempunyai banyak tujuan sehingga kadang tujuan
yang satu bertentangan dengan tujuan lainnya.
Sehingga teori ini lebih kompleks.
Untuk memotivasi pekerja tidak hanya dengan insentif tetapi juga dengan campuran
aspek pendorong ekonomi, psikologi, sosial.
Tetapi bergantung pada latar belakang pekerja dan situasi dan kondisi yang ada.
Peran manajer akan lebih banyak, yaitu; sebagai pemecah masalah, koordinator,
pembuat keputusan, dan cenderung menyeimbangkan untuk kepastiaan jangka
panjang dan jangka pendek keberlangsungan usaha perusahaan.
Akuntansi menjadi sebuah sistem informasi yang menyediakan data yang tepat dan
relevan untuk pengambilan keputusan di berbagai level manajemen.
Sistem akuntansi sangat bermanfaat bagi organisasi bisnis modern karena tidak
hanya melaporkan data keuangan tetapi semua sistem informasi manajemen.
Akuntan yang merancang sistem harus menyadari kerumitan tujuan organisasi,
faktor ekonomi, sosial. Psikologi yang mempengaruhi perilaku manusia.

Chapter 5
Research Methods

Apa Yang Dimaksud Dengan Riset


Riset adalah sistematis, upaya terorganisir untuk menyelidiki masalah dan
menjawab pertanyaan.
Riset dimulai dengan suatu pertanyaan, yang dibutuhkan untuk pernyataan deskripsi
yang jelas terhadap permasalahan yang akan dipecahkan.
Hal ini sering disebut sebagai suatu rencana untuk menjawab pertanyaan.
Riset terdiri dari dua jenis, yaitu: riset dasar dan riset terapan.
Riset dasar dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman atas suatu fenomena,
sedangkan riset terapan dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan yang
spesifik.
TUJUAN RISET
Terdapat lima tujuan utama dari suatu riset ilmiah:
Menggambarkan fenomena,
Menemukan hubungan,
Menjelaskan fenomena,
Memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang, dan

Melihat pengaruh satu atau lebih event terhadap satu atau lebih event.

Kejadian-kejadian dapat dijelaskan dengan cara mengumpulkan dan


mengklasifikasikan informasi. Hal ini biasanya merupakan langkah pertama dalam
suatu penyelidikan khusus.
Langkah selanjutnya dari investigasi ilmiah adalah pencarian untuk menemukan
hubungan.
Contohnya, hubungan antara struktur sosial dan persepsi manusia.
Penjelasan atau pemahaman suatu fenomena biasanya menyiratkan sebuah
hubungan kausal yang ada diantara kejadian.
Teori yang didasari hubungan kausal menyediakan pemahaman yang mendalam
mengenai penyebab atau konsekuensi dari kejadian yang diprediksi oleh teori.
Contohnya, kita menyimpulkan bahwa pekerja wanita lebih percaya diri akan
kemampuannya karena mereka menempatkan diri mereka sebagai korban dari
diskriminasi dan secara terus menerus bekerja lebih keras dari pekerja laki-laki.
Events diprediksi berdasarkan hubungan kausal yang telah ada.
Contohnya, pengaruh standar baru pada motivasi dan profit bisa diprediksi
dengan riset dengan desain yang baik.
Pengaruh dan kontrol merupakan goals dari kebanyakan riset.
Perusahaan ingin mengontrol turnover karyawan, motivasi pengaruh, dan level
moral, dan loyalitas pelanggan, dan perilaku pembeli.

Pengembangan Desain
Langkah pertama dan paling penting dalam riset perilaku adalah masalah definisi.
Sifat informasi yang dikumpulkan dan metode yang dipilih, data serta jenis
gambaran sampel pada dasarnya tergantung pada bagaimana sebenarnya masalah
dipersepsikan, kerangka pertanyaan riset, dan desain informasi studi yang
dikumpulkan.
Penelitian dimulai dari proses perolehan penjelasan atas masalah.
Setelah itu dilanjutkan dengan pendefenisian masalah dengan mengumpulkan
informasi dari klien.
Setelah latar belakang informasi didapatkan, dilanjutkan dengan menilai kunci dari
faktor internal dan eksternal, dan membatasi area potensial yang menjadi perhatian.
Selanjutnya ruang lingkup proyek telah ditentukan, maka selanjutnya dilakukan
penggambaran kunci dari pertanyaan penelitian.

Menentukan Lingkup Pengembangan


Lingkup pengembangan biasanya terbatas terhadap satu atau dua pertanyaan utama.
Hal ini dilakukan karena berbagai alasan.
Alasan ini biasanya adalah karena untuk menyelediki setiap aspek dari suatu
masalah bukanlah apa yang diinginkan, tidak praktis, atau tidak mungkin.
Keterbatasan utama dari ruang lingkup perencanaan adalah pada aspek dana yang
tersedia.
Desain pengembangan lain juga harus sejalan dengan penentuan lingkungan riset.
Di beberapa kasus, mungkin terdapat banyak isu yang berkaitan dengan sebuah
masalah yang tidak bisa di teliti dengan satu penelitian, dikarenakan terdapat batas
dari jumlah pertanyaan yang bisa ditanyakan kepada responden.
Keterbatasan waktu juga menjadi masalah lain yang dihadapai.
Proses tertentu mungkin memerlukan kerangka waktu yang lebih lama yang
terkadang tidak masuk akal untuk menunggu hasilnya.

Faktor lain-lain
Aspek lain dari suatu desain adalah menemukan populasi, menspesifikasikan
informasi yang dibutuhkan, memilih dan mengumpulkan data serta metode, serta
anggaran
Langkah selanjutnya dalam proses riset adalah mengidentifikasi jenis informasi yang harus
dikumpulkan. Arah riset seharusnya mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari sumber
data primer maupun sekunder.

Data Primer dan Data Sekunder


Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data. Sumber data riset terdiri atas sumber data
primer dan sumber data primer.
Data primer merupakan sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama.
Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu
maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau
kegiatan, dan hasil pengujian.
Ciri dari data primer umumnya mencerminkan kebenaran yang dilihat,
membutuhkan dana yang besar dan membutuhkan waktu yang lama untuk
penelitian.
Data sekunder merupakan sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara.
Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Manfaat dari data sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu,
mengklasifikasikan permasalahan-permasalahan, menciptakan tolak ukur untuk
mengevaluasi data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi.

Validity and Reliability


Ada 2 risiko utama yang berhubungan dengan penelitian keprilakuan, yaitu validitas
dan reliabilitas. Validitas mengacu pada apa yang kita ukur dan reliabilitas mengacu pada
teknik pengukuran dan konsistensinya.
Validity
1. Content validity: mengacu pada bagaimana sebaiknya peneliti menggambarkan
dimensi-dimensi dan konsep atau masalah-masalah yang ingin diukur. Khususnya yang
berkaitan dengan tingkat ukuran yang diberikan untuk menutupi rentang terhadap arti
maupun terhadap suatu konsep. Validitas isi merupakan pokok pertimbangan untuk
setiap pertanyaan yang diajukan dan diukur dalam istilah-istilah yang berhubungan
dengan relevansi terhadap konsep yang diukur.
2. Predictive validity: mengacu pada pengujian dan pengukuran dapat secara akurat
memprediksi prilaku. Predictive validity membutuhkan kriteria, atau indikator
eksternal, atau apa yang diprediksi. Kriteria yang berkaitan dengan validitas ditentukan
dengan membandingkan antara konsep yang diukur dan suatu kriteria eksternal atau
asumsi yang diketahui untuk mengukur konsep yang akan diteliti
3. Concurrent validity: berhubungan dengan antara pengukuran dan kriteria masa lalu atau
saat ini. Pengujian concurrent validity membantu peneliti membedakan individu
berdasarkan kriteria.
4. Construct validity: berdasarkan pada suatu pertimbangan apakah hasil dari pengukuran
tersebut sesuai dengan teori. Construct validity sangat bermanfaat untuk mengukur
fenomena yang tidak memiliki kriteria eksternal.

Reliability
Reliabilitas adalah suatu instrumen alat ukur yang andal akan menghasilkan alat ukur
yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan adalah akurasi dari instrumen
pengukuran.

Validity versus Reliability


Ada tekanan antara reliabilitas dan validitas di dalam pengukuran reliable yang lebih
simple dan menutupi beberapa konsep yang diharapkan untuk diukur. Menggunakan beberapa
metode berbeda untuk mengukur konsep, dan mengukur semua dimensi konsep, secara umum
tidak mengkompromi reliabilitas, walaupun bisa meningkatkan validitas.

Data Collection Method


Data primer dapat dikumpulkan dengan observasi, survey atau eksperimen lab.Ada
dua metode yang melatar belakangi hal ini:
1. Peneliti tidak memahami apa yang dikerjakan oleh orang-orang tersebut dan mengapa
mereka kelihatannya melibatkan perilaku, dan
2. Ukuran sampel kecil, sehingga sangat berisiko menggeneralisasikan hasil terhadap
populasi.

Survey
Dengan metode survey maka akanada interaksi antar peneliti dan responden
penelitian. Data dapat diperoleh dari surat, telepon, atau wawancara. Ada manfaat dan
kerugian yang berhubungan dengan setiap teknik ini. Survey melaui surat setidaknya lebih
mahal, interview melalui telepon dapat mengumpulkan data dengan waktu yang cepat namun
biaya lebih mahal dibandingkan dengan survey surat. Pemilihan teknik pengumpulan data
tergantung dari keadaan dan sifat penelitian.
Experiments
Eksperimen digunakan ketika peneliti ingin memanipulasi atau mengontrol variabel
dengan tujuan untuk membangun hubungan sebab akibat.

SELECTION OF RESPONDENTS
Langkah pertama dalam memilih responden adalah dengan cara menentukan populasi.
Setelah populasi ditentukan, peneliti menentukan sensus atau suatu sampel.Sensus adalah
kegiatan untuk mencari seluruh informasi yang dikumpulkan dari setiap elemen dalam
populasi.Sampel merupakan kumpulan informasi dan merupakan bagian dari populasi. Suatu
sensus akan tepat apabila:
1. Populasinya kecil dan biaya pengumpulan data tidak melebihi biaya pengambilan sampel
secara signifikan,
2. Mengetahui setiap unsur dalam populasi, dan
3. Risiko dalam perbaikan secara keseluruhan sangat besar.
Dalam banyak kasus, sensus tidak dibutuhkan.Sampling lebih sering menguntungkan
peneliti karena membutuhkan waktu dan uang yang tidak terlalu besar untuk pengumpulan
data dan meminimalisir resiko.

The Research Instrument


Pengembangan kuesioner atau pencarian instrumen merupakan langkah yang penting
dalam proses riset. Kuesioner harus sesuai dengan responden dan didesain secara menarik
untuk mendapatkan informasi yang valid dan reliabel.

Securing Respondent Cooperation


Desain kuesioner yang baik sangat bermanfaat jika responden tidak bersikap kooperatif
terhadap para peneliti yang meminta informasi. Rendahnya tingkat kerja sama atau tingkat
respon menyebakan kesulitan bagi para peneliti untuk melakukan generalisasi sampel
terhadap populasi. Jika hal ini terjadi, maka pertanyaan selanjutnya mengacu pada apakah
responden mempunyai sikap yang berbeda jika desain kuesionernya berbeda.
Ada beberapa teknik yang dapat menghasilkan tingkat respons yang tinggi. Pertama,
sebelum wawancara dengan seorang responden, peneliti seharusnya mengirimkan surat yang
menjelaskan tujuan umum dari wawancara tersebut dan responden dapat menghubungi
mereka melalui telepon untuk membuat suatu janji wawancara. Pada hari wawancara, para
peneliti seharusnya datang dengan tepat waktu dan mengucapkan terima kasih atas kerja sama
responden.
Pada saat yang sama, sebelum melakukan wawancara melalui telepon, adalah sangat
bermanfaat untuk mengirimkan kepada responden sebuah surat yang memperkenalkan tim
riset, menjelaskan dasar dari riset tersebut, dan meminta kerja sama saat menelepon. Akan
lebih membantu jika peneliti menawarkan insentif dalam bentuk uang tunai atau bentuk-
bentuk lainnya.
Untuk seluruh metode di atas yang melibatkan kuesioner, surat, telepon, atau
wawancara pribadi, adalah penting untuk melakukan pengujian sebelumnya (pilot test).
Tujuannya adalah agar peneliti dapat memperbaiki kalimat pertanyaan yang disusun dengan
tidak baik atau pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan.

Securing Valid and Reliable Response


Hanya informasi-informasi yang esensial yang seharusnya diharapkan dari responden.
Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu
format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap
responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka atau sudah ditentukan kemungkinan-
kemungkinan jawabannya.

Data Analysis and Report Preparation


Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan semua data yang diperlukan
dalam riset. Peneliti biasanya melakukan beberapa tahap persiapan data untuk memudahkan
proses analisis data. Pemanfaatan berbagai alat analisis sangat bergantung pada jenis riset dan
jenis data yang diperoleh. Ketersediaan alat analisis memberikan gambaran bahwa satu alat
analisis dengan alat analisis lainnya dapat dengan saling bergantian dimanfaatkan dan kadang
kala hanya satu alat analisis yang dapat digunakan.
Tahap akhir dari suatu riset adalah penyusunan laporan riset. Laporan riset secara umum
berisi tentang hal-hal yang terkait dengan apa saja yang dilakukan oleh peneliti, sejak tahap
persiapan riset hingga interpretasi dan penyimpulan hasil analisis dan sebaiknya juga
menyajikan rekomendasi. Belum ada bentuk baku dari suatu laporan riset. Bentuk atau format
laporan riset sangatlah dipengaruhi oleh keinginan si peneliti, hal-hal yang perlu dilaporkan,
serta permintaan dari para sponsor riset.

Anda mungkin juga menyukai