Struktur Alkaloid
Struktur Saponin
Terpenoid mencakup sejumlah senyawa tumbuhan yang secara
biosintesis berasal dari senyawa yang sama, yaitu isoprena. Triterpenoid
adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu
skualen. Triterpenoid merupakan senyawa berwarna, berbentuk kristal,
seringkali bertitik leleh tinggi, optis aktif dan umumnya sukar dicirikan
karena tidak memiliki kereaktifan kimia. (Matsjeh, 1996).
Struktur Triterpenoid
Struktur Flavonoid
Struktur Tanin
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur
kimianya sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid
2. Fitokimia fitosterol
3. Fitokimia saponin
4. Fitokimia glukosinolat
5. Fitokimia polifenol
6. Fitokimia inhibitor protease
7. Fitokimia monoterpen
8. Fitokimia fitoestrogen
9. Fitokimia sulfide
(Harborne,1987).
Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna
kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti
brokoli dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti
pepaya, mangga, tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa zat karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai
anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun tubuh (Harborne,
1987).
Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya
sekitar 5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat.
Penelitian mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti
kanker. Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan
daun-daunan. Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai
anti kanker, anti mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat
menurunkan kolesterol (Harborne, 1987).
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti
kol dan brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar
glukosinolat sebesar 30-60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi
fitokimia lain seperti isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an
menunjukkan bahwa glukosinolat dapat bersifat anti mikroba, anti kanker
dan menurunkan kolesterol (Harborne, 1987)
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-
sayuran hijau seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan
dan manusia menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah,
sebagai anti kanker, antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk
polifenol adalah asam fenol dan flavonoid (Harborne, 1987).
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak
terdapat pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang
dapat membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat
sebagai anti oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah.
Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma
seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah
dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan (Harborne,
1987).
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk
kedelei seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti
hormon estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan
lignan. Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor
sehingga sel kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat
sebagai anti kanker, dan menurut penelitian, orang yang banyak
mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker payudara
dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung
isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan
inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai
estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat
terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat
cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat
menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL
kolesterol (Harborne, 1987).
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang
bombai, bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada
bawang putih adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida
bekerja sebagai anti kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan
daya tahan, anti radang, mengatur tekanan darah dan menurunkan
kolesterol. Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum.
Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan
mengatur kadar gula darah (Harborne, 1987)
Fitokimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat
pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai sifat menghambat
pertumbuhan mikroba,menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar
glukosa darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan
kekebalan. Dari sekitar 30. 000 fito-kimia yang sudah diketahui sekarang,
sebanyak 5.000-10.000 terdapat dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000
jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka yang senang atau
doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-bijian, dalam seharinya sudah
mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fitokimia. Bagi vegetarian tentu lebih
tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal
dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal dari
senyawa fito-kimia (Moelyono, 1996).
V. ALAT DAN BAHAN :
1. Alat :
Blender
Neraca
Gelas kimia 100 mL
Gelas kimia 500 mL
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Pembakar spirtus
Spatula
Corong pisah
Kertas saring
2. Bahan
- Etanol 70%
- HCl pekat - Aquades
- H2SO4 pekat - Reagen Lieberman-
Burchard
- H2SO4 2N - Reagen Mayer
- FeCl3 - Reagen Dragendorff
- Kloroform - Reagen Wagner
- Amoniak - Metanol 60-80 %
- Logam Mg
VI. ALUR PERCOBAAN
1. Penyiapan ekstrak methanol rimpang temulawak/daun kelor
Rimpang temulawak /
daun kelor
- Dibersihkan dan
dikuliti
- Dikeringkan
Temulawak kering /
daun kelor
Residu Filtrat
1 mL Sampel
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 1 mL kloroform
- Ditambahkan1 mL amoniak
- Dipanaskan di atas penangas air
- Dikocok
- Disaring
Residu Filtrat
- Dimasukkan dalam 3 tabung reaksi
Tabung 1
- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N
-Dikocok
-Didiamkan beberapa menit hingga terpisah
- Diambil
- Diuji dengan pereaksi meyer
Tabung 2
- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N
- Dikocok
- Didiamkan beberapa menit hingga terpisah
- Diambil
- Diuji dengan pereaksi wagner
Tabung 3
Tabung 2
- Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2N
- Dikocok
- Didiamkan beberapa menit hingga terpisah
- Diambil
- Diuji dengan pereaksi dragendorf
1 mL Sampel
- Ditambahkan 3 mL etanol 70%
- Dikocok
- Dipanaskan
- Dikocok lagi
- Disaring
Residu Filtrat
- Ditambahkan Mg 0,1 g
- Ditambahkan 2 tetes HCl pekat
Terbentuk warna
merah pada lapisan
etanol
(ada flavonoid)
4. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)
1 mL Sampel
- Ditambah 10 mL
- Didihkan dalam penangas air
- Disaring
Residu Filtrat
- Dikocok
- Didiamkan selama 15 menit
1 mL sampel
- Ditambahkan 3 mL etanol 70%
- Ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat
- Ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat (reagen
Liebermann-Burchard)
Terjadi perubahan
warna dari ungu ke
biru/hijau
(ada steroid)
6. Identifikasi Triterpenoid (Harborne, 1987)
1 mL sampel
- Ditambahkan 2 mL kloroform
- Ditambahkan 3 mL asam sulfat pekat
Terbentuk warna
merah kecoklatan
pada antar
permukaan
(ada triterpenoid)
1 mL Sampel
- Ditambahkan 20 mL air
- Didihkan diatas penangas air
- Disaring
Residu Filtrat
- Ditambahkan 2-3 tetes FeCl3 1%
Terbentuk warna
coklat kehijauan/
biru kehitaman
(ada tanin)
VII. HASIL PENGAMATAN
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih + 5H+
Residu Filtrat - Sampel kunyit putih +
etanol : kuning muda, jernih
- Ditambah 0,1 gram Mg
- + serbuk Mg : Mg tidak
- Ditambah 2 tetes HCl
larut
- + HCl pekat : muncul
Hasil gelembung
+Cl-
4. Identifikasi Saponin Sebelum : Sampel tidak terdapat
- Sampel kunyit putih : busa sehingga sampel
1 mL sampel negative mengandung
kuning muda
saponin.
- Ditambah 3 mL air - Sampel daun kelor : hijau
- Dididihkan dengan 5 mL air dalam tua
penangas air selama 10 menit Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih
Filtrat - Sampel kunyit putih + 3 mL
air : berwarna putih dan
- Dikocok terdapat endapan putih
- Didiamkan selama 1,5 menit - Dipanaskan : tetap berwarna
putih dan terdapat endapan
Hasil putih
- Dikocok : tidak terdapat
busa
2) Sampel Daun Kelor
- Sampel daun kelor + 3 mL
air : berwarna hijau tua
- Dipanaskan : tetap berwarna
hijau tua
- Dikocok : tidak terdapat
busa
Sesudah :
1) Sampel Kunyit Putih
- Sampel kunyit putih +
etanol : berwarna hijau tua
- + H2SO4 pekat : berwarna
hijau tua
- + CH3COOH anhidrat :
terbentuk lapisan atas
berwarna coklat terang dan
lapisan bawah merah gelap
Persamaan reaksinya:
Persamaan reaksinya:
2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor Fitzgerald
Pada percobaan identifikasi alkaloid dengan metode Colvenor-Fitzgerald ini
bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan alkaloid dalam rimpang kunyit
putih dan daun kelor. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak yang
ditemukan di alam. Senyawa ini biasanya ditemukan pada daun-daunan yang
memiliki rasa pahit. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada juga yang sangat
berguna dalam pengobatan, misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloida
yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis serta psikologis.
Fungsi senyawa alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai zat racun untuk melawan
serangga atau hewan pemakan tanaman dan sebagai faktor pengaruh pertumbuhan.
Identifikasi alkaloid ini dilakukan dengan menggunakan metode Colvenor-
Fitzgerald yaitu dengan menggunakan reagen meyer, reagen wagner, dan reagen
dragendorff, reagen-reagen tersebut berfungsi untuk mengidentifikasi senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Hal yang dilakukan adalah :
a. Identifikasi Alkaloid pada rimpang kunyit putih dengan metode culvenor fitzgerald.
Hal yang harus dilakukan yaitu menimbang sampel kunyit putih yang berwarna
kuning kecoklatan sebanyak 1 mL dengan menggunakan neraca ohaus. Kemudian
ditambahkan dengan 1 mL kloroform tidak berwarna larutan menjadi berwarna
jingga kekuningan dan larutan memisah. Lalu ditambahkan 1 mL larutan ammonia
tidak berwarna larutan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna kuning sedangkan
larutan bawah berwarna jingga tua. Fungsi penambahan kloroform dan ammonia
yaitu, pada kloroform bertujuan untuk mengambil atau melarutkan senyawa yang
ada di dalam daun tersebut dan kemudian diekstraksi dengan kloroform amoniakal.
Proses ekstraksi dengan kloroform amoniakal ini bertujuan untuk memutuskan
ikatan antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara ionik dimana atom N dari
alkaloid berikatan silang stabil dengan gugus hidroksifenolik dari asam tanin
tersebut. Dengan terputusnya ikatan tersebut alkaloid akan bebas sedangkan asam
tanin akan terikat pada kloroform amoniakal. kemudian dipanaskan diatas penangas,
fungsinya pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi. Kemudian di saring
menggunakan kertas saring, tujuannya untuk menyaring antara filtrat dan residu.
Dihasilkan filtrat berwarna kuning muda dan residu berwarna coklat muda.
Kemudian filtrat yang berwarna kuning muda didistribusikan kedalam 3 tabung
reaksi yang telah diberi label I, II, dan III.
Pada tabung pertama ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3
tetes, sehingga larutan menjadi kuning kecoklatan. Penambahan asam sulfat 2 N ini
mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat
kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar.
Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan
kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar.
Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada
tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa
menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua
diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna
sehingga larutan menjadi endapan jingga dan larutan jingga. Fungsi penambahan
pereaksi meyer yaitu untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini akan berikatan
dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg
pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar
yang mengendap berwarna putih kekuningan.
Persamaan reaksinya:
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam rimpang
kunyit putih pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Larutan berwarna
merah
Reagen Mayer +
kecoklat
Alkaloid
an
Reagen Larutan berwarna
+
Wagner merah
kecoklat
an dan
terbentuk
endapan
coklat
Larutan
Reagen berwarna
Dragendo merah +
orff kecoklat
an
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam rimpang
kunyit putih pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Larutan berwarna
merah
kecoklat
Reagen Mayer an +
Alkaloid
Larutan berwarna
merah
kecoklat
Reagen
an dan +
Wagner
terbentuk
endapan
coklat
Larutan
Reagen berwarna
Dragendo merah +
orff kecoklat
an
b. Identifikasi Alkaloid pada rimpang daun kelor dengan metode culvenor fitzgerald.
Hal yang harus dilakukan yaitu menimbang sampel daun kelor yang berwarna hijau
tua sebanyak 1 mL dengan menggunakan neraca ohaus. Kemudian ditambahkan
dengan 1 mL kloroform tidak berwarna larutan menjadi berwarna hijau. Lalu
ditambahkan 1 mL larutan ammonia tidak berwarna larutan terbentuk 2 lapisan,
lapisan atas berwarna kuning sedangkan larutan bawah berwarna hijau. Fungsi
penambahan kloroform dan ammonia yaitu, pada kloroform bertujuan untuk
mengambil atau melarutkan senyawa yang ada di dalam daun tersebut dan kemudian
diekstraksi dengan kloroform amoniakal. Proses ekstraksi dengan kloroform
amoniakal ini bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tanin dan alkaloid
yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan silang stabil dengan
gugus hidroksifenolik dari asam tanin tersebut. Dengan terputusnya ikatan tersebut
alkaloid akan bebas sedangkan asam tanin akan terikat pada kloroform amoniakal.
Kemudian dipanaskan diatas penangas, fungsinya pemanasan yaitu untuk
mempercepat reaksi. Kemudian di saring menggunakan kertas saring, tujuannya
untuk menyaring antara filtrat dan residu. Dihasilkan filtrat berwarna hijau dan
residu berwarna hijau tua. Kemudian filtrat yang berwarna hijau didistribusikan
kedalam 3 tabung reaksi yang telah diberi label I, II, dan III.
Pada tabung pertama ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak
3 tetes, sehingga larutan menjadi Hijau kehitaman. Penambahan asam sulfat 2 N ini
mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat
kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar.
Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan
kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar.
Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada
tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa
menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua
diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna
sehingga larutan menjadi kuning jernih. Fungsi penambahan pereaksi meyer yaitu
untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini akan berikatan dengan alkaloid
melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi meyer
sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar yang mengendap
berwarna putih kekuningan.
Persamaan reaksinya
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam daun
kelor pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Larutan berwarna
Reagen Mayer merah -
kecoklatan
Larutan berwarna
merah
kecoklatan
Reagen Wagner +
Alkaloid dan terbentuk
endapan
coklat
Larutan
Reagen berwarna
-
Dragendoorff merah
kecoklatan
Pada tabung kedua ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N tidak berwarna sebanyak 3
tetes, sehingga larutan menjadi Hijau kehitaman. Penambahan asam sulfat 2 N ini
mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan tingkat
kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang polar.
Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan lapisan
kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar.
Proses pengadukan disini dimaksudkan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada
tiap-tiap lapisan secara cepat dan sempurna. Lalu dikocok dan didiamkan beberapa
menit hingga larutan terpisah menjadi 2 bagian. Setelah terpisah menjadi dua
diambil larutan bagian atas untuk diuji dengan pereaksi meyer tidak berwarna
sehingga larutan menjadi merah kecoklatan Fungsi penambahan pereaksi wagner
yaitu untuk mendeteksi alkaloid dengan ditandai terbentuknya endapan coklat muda
sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada
pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide
menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap berwarna coklat.
Persamaan reaksinya:
I2 + I- I3-
Tabel hasil perbandingan (+) dan (-) dari Alkaloid yang terkandung dalam daun
kelor pada percobaan kami
Pengujian Pereaksi Hasil kesimpulan
Larutan berwarna
Reagen Mayer merah -
kecoklatan
Larutan berwarna
Alkaloid merah
kecoklatan
Reagen Wagner +
dan terbentuk
endapan
coklat
Larutan
Reagen berwarna
-
Dragendoorff merah
kecoklatan
3. Identifikasi Flavonoid
a. Sampel Kunyit Putih
Pada percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen
kimia yaitu flavonoid yang terkandung pada sampel. Flavonoid adalah suatu
kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-
senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan
banyak dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada
tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk
campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Misalnya
antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu ditemukan
mengandung senywa flavon atau flavonol yang tak berwarna (Tim Kimia
Organik, 2017 : 43).
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak 1
mL ke dalam tabung reaksi. Sampel kunyit putih berwarna kuning kecoklatan.
Kemudian sampel tersebut ditambahkan 3 mL etanol 70%. Penambahan etanol ini
berfungsi untuk mengekstrak senyawa tertentu yang ada dalam sampel misalnya
senyawa flavonoid. Setelah ditambahkan etanol larutan sampel menjadi lebih
jernih karena lebih encer dari yang sebelumnya. Setelah itu campuran dikocok dan
dipanaskan di atas penangas. Setelah dipanaskan, campuran larutan dikocok untuk
mempercepat larutan menjadi homogen dan kemudian disaring.
Setelah proses penyaringan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan dengan 0,1 gram Mg yang berupa serbuk putih. Setelah
ditambahkan Mg, Mg tidak dapat larut dan mengendap pada dasar tabung.
Kemudian ditambahkan 2 tetes HCl yang tidak berwarna. Setelah ditambahkan
HCl pekat, timbul gelembung-gelembung pada campuran larutan. Penambahan
HCl berfungsi untuk melarutkan logam Mg, sehingga dalam larutan tersebut
terbentuk senyawa MgCl2 dan gas H2 dengan reaksi sebagai berikut.
Mg (s) + 2HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2 (g)
Senyawa MgCl2 dan gas H2 inilah yang nantinya akan bereaksi dengan
flavonoid yang terkandung dalam sampel kunyit putih (jika ada) menghasilkan
senyawa kompleks dengan Mg yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna
kuning pekat pada lapisan etanol. Fungsi penambahan Mg dan HCl pekat yaitu
untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga
dapat berikatan dengan Mg. Hal ini menunjukkan bahwa sampel kunyit putih
positif mengandung senyawa flavonoid. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.
+ 2H2 + 5H+
+ MgCl2 +Cl-
b. Sampel Daun Kelor
Pada percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen
kimia yaitu flavonoid yang terkandung pada sampel daun kelor. Flavonoid adalah
suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-
senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan kuning yang ditemukan
banyak dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada
tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk
campuran, serta jarang sekali dijumpai berupa senyawa tunggal. Misalnya
antosianin dalam mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu ditemukan
mengandung senywa flavon atau flavonol yang tak berwarna.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak 1
mL ke dalam tabung reaksi. Sampel daun kelor berwarna hijau tua. Kemudian
sampel tersebut ditambahkan 3 mL etanol 70%. Penambahan etanol ini berfungsi
untuk mengekstrak senyawa tertentu yang ada dalam sampel misalnya senyawa
flavonoid. Setelah ditambahkan etanol larutan sampel menjadi lebih jernih karena
lebih encer dari yang sebelumnya. Setelah itu campuran dikocok dan dipanaskan
di atas penangas. Setelah dipanaskan, campuran larutan dikocok untuk
mempercepat larutan menjadi homogen dan kemudian disaring.
Setelah proses penyaringan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan dengan 0,1 gram Mg yang berupa serbuk putih. Setelah
ditambahkan Mg, Mg tidak dapat larut dan mengendap pada dasar tabung.
Kemudian ditambahkan 2 tetes HCl yang tidak berwarna. Setelah ditambahkan
HCl pekat, timbul gelembung-gelembung pada campuran larutan. Penambahan
HCl berfungsi untuk melarutkan logam Mg, sehingga dalam larutan tersebut
terbentuk senyawa MgCl2 dan gas H2 dengan reaksi sebagai berikut.
Mg (s) + 2HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2 (g)
Senyawa MgCl2 dan gas H2 inilah yang nantinya akan bereaksi dengan
flavonoid yang terkandung dalam sampel daun kelor (jika ada) menghasilkan
senyawa kompleks dengan Mg yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna
hijau pekat pada lapisan etanol. Fungsi penambahan Mg dan HCl pekat yaitu
untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga
dapat berikatan dengan Mg. Hal ini menunjukkan bahwa sampel daun kelor positif
mengandung senyawa flavonoid. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
+ 2H2 + 5H+
+ MgCl2 +Cl-
4. Identifikasi Saponin
a. Sampel Kunyit Putih
Pada percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen
kimia yaitu saponin yang terkandung pada sampel. Menurut Tim 2017, saponin
merupakan senyawa glikosida kompleks hasil kondensasi suatu gula dengan suatu
senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula
(glikon) dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin ini terdiri dari dua kelompok:
saponin triterpenoid dan saponin steroid.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan sampel sebanyak
1mL ke dalam tabung reaksi. Sampel kunyit putih berwarna kuning kecoklatan.
Kemudian sampel tersebut ditambahkan 3 mL aquades agar sampel tidak cepat
menguap ketika dipanaskan. Sampel dipanaskan dengan 5 mL air dalam penangas
selama 10 menit. Setelah proses pemanasan sampel tidak mengalami perubahan
yaitu tetap berwarna kuning kecoklatan.
Setelah itu larutan dikocok dan didiamkan selama 1,5 menit. Ketika larutan
dikocok tidak terdapat busa. Hal ini menandakan uji identifikasi saponin negative
pada sampel kunyit putih karena apabila terdapat kandungan kimia saponin ketika
sampel dikocok akan terdapat buih yang stabil. Hasil uji fitokimia dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain yaitu pelarut yang digunakan, suhu/perlakuan,
konsentrasi, dan lokasi tumbuhnya tanaman tersebut.
Timbulnya busa pada uji identifikasi saponin menunjukkan adanya
glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang
terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya sesuai dengan reaksi di bawah
ini.
6. Identifikasi Triterpenoid
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa triterpenoid
pada rimpang kunyit putih dan daun kelor.
Identifikasi triterpenoid pada rimpang kunyit putih
Pada percobaan ini diawali dengan memasukkan 1 mL sampel ekstrak kunyit
putih yang berwarna kuning kemudian ditambahkan 2 mL larutan kloroform yang
tidak berwarna, campuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning. Penambahan
kloroform berfungsi untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam senyawa
organik. Kemudian ditambahkan larutan H2SO4 pekat yang tidak berwarna melalui
dinding tabung sehingga dihasilkan larutan berwarna merah kecoklatan pada antar
permukaan. Penambahan H2SO4 pekat ini berfungsi untuk mereduksi triterpenoid
sehingga merubah warna larutan menjadi berwarna merah kecoklatan. Hasil
percobaan menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan, hal ini menujukkan
bahwa sampel positif mengandung senyawa triterpenoid. Secara teori adanya
kandungan senyawa triterpenoid ditandai dengan terbentuknya larutan yang berwarna
merah kecoklatan. Perubahan warna tersebut dikarenakan terjadinya oksidasi pada
golongan senyawa triterpenoid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi.
Prinsip reaksi dalam uji triterpenoid adalah kondensasi atau pelepasa H2O dan
penggabungan karbokation. Reaksi ini diawali dengan proses asetilasi gugus hidroksil
menggunakan asam sulfat. Gugus asetil yang merupakan gugus pergi yang baik akan
lepas, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi pelepasan gugus
hidrogen beserta elektronnya, mengakibatkan ikatan rangkap berpindah. Senyawa ini
mengalami resonansi yang bertindak sebagai elektrofil atau karbokation menyebabkan
adisi elektrofilik, diikuti dengan pelepasan hidrogen. Kemudian gugus hidrogen
beserta elektronnya dilepas akibat senyawanya mengalami perpanjangan konjugasi
yang memperlihatkan munculnya cincin coklat.
Reaksinya adalah adalah sebagai berikut :
7. Identifikasi Tannin
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya senyawa tannin pada
sampel ekstrak kunyit putih dan daun kelor.
Sampel Ekstrak Kunyit Putih
Langkah awal adalah dengan memasukkan 1 ml sampel kunyit putih berwarna
kuning kecoklatan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 20 ml air
menghasilkan larutan berwarna putih keruh. Kemudian larutan dipanaskan dengan
penangas air. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat terbentuknya endapan.
Namun pada akhir proses pemanasan menghasilkan larutan tetap putih keruh dan
tidak terdapat endapan, maka tidak perlu disaring. Tidak terbentuknya endapan
mungkin dikarenakan pemanasan yang kurang lama sehingga endapan belum sampai
terbentuk. Kemudian larutan direaksikan dengan 2 3 tetes larutan FeCl3 1%
berwarna kuning menghasilkan larutan berwarna tetap yaitu putih keruh. Hal ini
menunjukkan bahwa kunyit putih negatif mengandung tannin karen sesuai teori jika
sampel mengandung tannin akan terbentuk warna coklat kehijaun atau biru
kehitaman. Tujuan penambahan FeCl3 1% adalah untuk merekasikan tannin dengan
ion Fe3+ sehingga membentuk senyawa kompleks. Terbentuknya warna coklat
kehijauan pada ekstrak setelah ditambahkan FeCl3 1% karena tannin akan bereaksi
dengan ion Fe3+ membentuk senyawa kompleks. Berikut reaksinya :
+ FeCl3 (aq)
+ FeCl3 (aq)
Sumber: Putra, I Wayan dkk. 2016. Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera L) di Bali. Bali. Indonesia Medicus Veterinus. 5(5) : 464-473.
Uji
No. Fitoki Pereaksi kesimpulan
mia
Pereaksi
1. Alkaloid +
Meyer
2. saponin Aquades +
Dipanaskan,
dikocok
3. Flavonoid +
+ HCl
2N
Ditambah
FeCl3
4. Terpenoid Lieberman- -
Burchar
d
5. fenolik FeCl3 -
6. Tannin FeCl3 +
Killer-
7. Glikosida +
Killiani
1. Ekstrak Metanol
- Ekstrak kunyit putih dapat dihasilkan dengan merendam serbuk kunyit putih ke
dalam metanol.
- Ekstrak daun kelor dapat dihasilkan dengan merendam serbuk daun kelor ke
dalam metanol.
2. Uji Alkaloid
- Pada sampel kunyit putih pada uji reagen wegner, reagen meyer, dan reagen
dragendrof dihasilkan uji positif (+).
- Pada sampel daun kelor putih pada uji reagen reagen meyer, dan reagen
dragendrof dihasilkan uji positif (-) sedangkan reagen wegner positif (+)
3. Uji Flavonoid
- Sampel kunyit putih positif (+) mengandung flavonoid karena terdapat
gelembung ketika ditambahkan HCl.
- Sampel daun kelor positif (+) mengandung flavonoid karena terdapat gelembung
ketika ditambahkan HCl.
4. Uji Saponin
- Sampel kunyit putih tidak terdapat busa sehingga sampel negative mengandung
saponin.
- Sampel kunyit putih tidak terdapat busa sehingga sampel negative mengandung
saponin.
5. Identifikasi Steroid
- Sampel kunyit putih mengandung steroid karena warna larutan berubah menjadi
lebih pekat (kehitaman).
- Sampel kunyit putih mengandung steroid karena warna larutan berubah menjadi
lebih pekat (kehitaman).
6. Identifikasi triterpenoid
- Pada sampel kunyit putih positif mengandung triterpenoid
- Pada sampel daun kelor positif mengandung triterpenoid
7. Identifikasi Tannin
- Pada sampel kunyit putih negatif mengandung tannin
- Pada sampel daun kelor positif mengandung triterpenoid
X. JAWABAN PERTANYAAN
a. Reagen Meyer
Saponin
COOH
COOH
COOH O
O
COOH
OH
O
H2O
O
COOH
O COOH
O
+
Steroid
Triterpenoid
Tanin
HO
OH
6
OH
HO
OH
HO
OH
OH
OH
OH
OH
HO HO HO
OH O
HO OH O O + 6H+ + 3Cl-
Fe HO
O OH
O
OH
O
OH
OH OH
HO
OH
HO
HO
OH
OH
(aq)