I.IDENTITAS PRAKTIKAN
NIM : 09071001022
V. TEORI DASAR
Apabila pada sebuah pgas diberikan gaya maka .perpanjangan pegas
akan sebanding dengan gaya tersebut selama batas elastisitasnya tidak
dilampaui.
Menurut Hooke :
F=k.x
Dimana:
F : Gaya yang diberikan
k : Tetapan pegas
x : Pertambahan panjang pegas karena gaya F
Grafik antara gaya F dan pertambahan panjang x merupakan gaya
lurus. Dengan grafik ini harga k dapat dicari. Hukum Hooke juga berlaku
untuk kawat yang dipuntir.
T = k` . O
Dimana :
T : Gaya (berat beban) dikalikan dengan diameter katrol
O : Sudut puntir (dalam radian)
Secara teoritis,k` dapat dihitung seperti berikut :
k` = Gd`
32L
Dimana :
G : Modulus Rigitas
d : Diameter kawat
L : Panjang dua kawat yang menghasilkan sudut puntir
1. REGANGAN(STRAIN)
Yang dimaksud dengan regangan adalah perubahan relatif dimensi
atau bentukbenda yang mengalami tegangan. Tiap jenis tegangan ada
jenis regangannya masing-masing.
Perhatikan gambar berikut:
lo
F F
2. TEGANGAN(STREES)
Perhatikan gambar dibawah ini :
F F F
F F
3.MODULUS ELASTIK
Tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan
tertentu tergantung pada sifat bahan yang mengalami tegangan tersebut.
Perbandingan antara teganagn terhadap regangan,atau regangan
persatuan regangan disebut modulus elastik. Semakin besar modulus
elastik,maka semakin besar pula tegangan yang diperlukasn untuk
menghasilkan suatu regangan tertentu.
Definisi modulus luncur dapat juga dinyatakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:
L = d Ft / A = h . d Ft
Dx /h A dx
4.KONSTANTA GAYA
Modulus elastik yang memiliki banyak macam itu masing-masing
merupakan besaran yang menyatakan sifat elastik suatu bahan tertentu
dan bukan menunjukan langsung seberapa jauh sebuah batang kabel atau
pegas yang terbuat dari bahan yang bersangkutan mengalami perubahan
akibat pengaruh beban.
Apabila persamaan modulus digunakan untuk mencari nilai Fn maka akan
diperoleh :
Fn = YA . l
lo
dimana :
Fn = Gaya tarik
A = Luas penampang
Y = Modulus elastisitas
Lo = Panjang batang semula
Bila YA/lo diganti dengan suatu konstanta k dan perpanjangan l diganti
dengan x maka akan diperoleh persamaan :
F=k.x
Dimana :
F = Gaya tarik
k = konstanta
x = pertambahan panjang
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa besarnya nilai suatu
pertambahan panjang sebuah benda yang mengalami tarikan (dihitung dari
panjang awalnya) sebanding dengan besar gaya yang merenggangkannya.
Pada awal mulanya Hukum Hooke diungkapkan dalam bentuk persamaan
tersebut sehingga tidak terdapat dasar pengertian mengenai tegangan dan
regangan.
Apabila sebuah pegas kawat uir diregangkan tegangan yang
terdapat dalam kawat tersebut maka akan praktis merupakan tegangan
lunsur semata. Pertambahan panjamg pegas itu sebagai keseluruhan
berbanding lurus dengan besar gaya yang menariknya. Maksudnya
persamaan bentuk (F = k . x) itu dapat berlaku dimana konstanta k
bergantung pada modulus luncur kawat itu pada radiusnya,radius ulir,dan
jumlah ulurnya,pertambahan panjang awal.
Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan :
Regangan terhadap tarikan = l lo = l
lo lo
Percobaan membuktikan bahwa sampai batas proposional tegangan
memanjang menimbulkan regangan yang besarnya sama. Tidak peduli
apakah tegangan itu akibat regangan /akibat kompresi. Oleh karena itu
untuk bahan tertentu untuk bahan tertentu perbandingan tegangan tarik
terhadap regangan tarik sama juga dengan perbandingan tegangan
kompresi terhadap regangan kompresi.
Perbandingan ini disebut modulus regangan atau modulus young (Y) yang
besarnya :
Y = tegangan tarik = tegangan kompresi
regangan tarik reganagn kompresi
= Fn/A = lo . Fn
l/lo A.l
Jika batas porposional belum terlampaui,perbandingan tegangan
terhadap regangan bernilai konstan. Oleh karena itu hukum Hooke sama
maknanya dengan suatu ungkapan bahwa dalam batas
proposional,menurut elastik suatu bahan adalah tetap atau konstan,serta
bergantung pada sifat dan bahannya.
Jika gaya Fn bertambah besar sebesar di Fn,dan sebagai akibatnya
batang itu bertambah sebesar modulus regangan didefinisikan sebagai
berikut :
Y = d Fn / A = l . d Fn
Dl / lo lo dl
Penafsiran ini setara dengan pendefinisian modulus disetiap titik
sebagai kemiringan kurva dalam grafik tegangan regangan.
Modulus luncur l suatu bahan dalam daerah Hukum Hooke
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur dengan regangan
luncur yang dihasilkannya.
L = Tegangan luncur = Ft / A = h . Ft
Regangan luncur x/h A dx
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasang salah satu batang yang akan diuji pada alat torsi yang tersedia.
2. atur jarak kedua skala dan tempatkan jarum pada skala nol.
3. gantungkan beban pada tali dan catat penyimpangan jarum pada masing-
masing skala.
4. ulangi butir 3 dengan menambahkan beban berikutnya. Setelah semua
anak timbangan digantung,kurangi satu persatu,catat penyimpangannya.
5. ulangi butir 3 dan 4 dengan mengubah posisi puntiran (kiri atau kanan).
6. ukur jarak antara dua skala.
7. ukur jarak diameter kawat dan diameter katrol.
8. ulangi butir 1 sampai 7 untuk jenis kawat lainnya.
*katrol *kawat
k = 40 cm panjang (l) = 64,4 cm
k=.d *m1=m2=m3=m4=m5 = 0,5 kg
40 = 3,14 . d *jarak antara 2 skala = 21 cm
d = 12,739 cm
*kawat
d = 4 + (5 x 0,05) + 0,24
= 4 + 0,25 + 0,24
= 4,49 mm
VII. PENGOLAHAN DATA
I. Kuningan
a) diameter katrol (D)
D = 12,89 cm
D = x 0,1 cm
= 0,05 cm
Nilai terbaik = 12,89 0,05 cm
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahan relatif = D/D x 100 % = 0,05/12,89 x 100 % =
0,38
%
b) diameter kawat tembaga (d)
d = 4,58 mm
d = x 0,01 mm
Nilai terbaik = 4,58 0,005 mm
Kesalahan absolut = 0,005
Kesalahan relatif = 0,005 x 100 % = 0,1 %
4,58
c) panjang kawat (l)
l = 64,5 cm
l = x 0,1 = 0,05 cm
Nilai terbaik = 64,5 0,05
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahan relatif = 0,07 %
d) jarak dua skala
l = 19,7 cm
l = 0,05 cm
Nilai terbaik = 19,7 0,05
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahn relatif = 0,25 %
e) Skala/sudut puntir
1. M
2. m1+m2
No S1 s1-s1 S2 = 31/4 = 7,7
1 7,5 0,2 S2-s2 = 1/4 = 0,25
2 7,5 0,2 Nilai terbaik = 7,7 0,25
3 8 0,3 Kesalahan absolut = 0,25
4 8 0,3 Kesalahan relatif = 3,24 %
31 1
3. m1+m2+m3
4. m1+m2+m3+m4
e) Skala/sudut puntir
1. M
N S1 S1-S1 S1 = 8/4 = 2
o S=0
1 2 0 Nilai terbaik = 2 0
2 2 0 Kesalahan absolut = 0
3 2 0 Kesalahan relatif = 0 %
4 2 0
8 0
No S2 S2-S2 S2 = 4/4 = 1
1 1 0 S2-s2 = 0/4 = 0
2 1 0 Nilai terbaik = 1 0
3 1 0 Kesalahan absolut = 0
4 1 0 Kesalahan relatif = 0 %
4 0
2. m1+m2
No S1 s1-s1 S2 = 16/4 = 4
1 4 0 S2-s2 = 0/4 = 0
2 4 0 Nilai terbaik = 4 0
3 4 0 Kesalahan absolut = 0
4 4 0 Kesalahan relatif = 0 %
16 0
No S2 S2-S2 S2 = 8/4 = 2
1 2 0 S2-s2 = 0/4 = 0
2 2 0 Nilai terbaik = 2 0
3 2 0 Kesalahan absolut = 0
4 2 0 Kesalahan relatif = 0 %
8 0
3. m1+m2+m3
No S1 S1-S1 S1 = 24/4 = 6
1 6 0 S1-s1 = 0/4 = 0
2 6 0 Nilai terbaik = 6 0
3 6 0 Kesalahan absolut = 0
4 6 0 Kesalahan relatif =0 %
24 0
No S2 s2-s2 S2 = 12/4 = 3
1 3 0 S2-s2 = 0/4 = 0
2 3 0 Nilai terbaik = 3 0
3 3 0 Kesalahan absolut = 0
4 3 0 Kesalahan relatif = 0 %
12 0
4. m1+m2+m3+m4
No S1 s1-s1 S2 = 32/4 = 8
1 8 0 S2-s2 = 0/4 = 0
2 8 0 Nilai terbaik = 8 0
3 8 0 Kesalahan absolut = 0
4 8 0 Kesalahan relatif = 0 %
32 0
No S2 S2-S2 S2 = 16/4 = 4
1 4 0 S2-s2 = 0/4 = 0
2 4 0 Nilai terbaik = 4 0
3 4 0 Kesalahan absolut = 0
4 4 0 Kesalahan relatif = 0 %
16 0
5. m1+m2+m3+m4+m5
No S1 s1-s1 S2 = 20/2 = 10
1 10 0 S2-s2 = 0/2 = 0
2 10 0 Nilai terbaik = 10 0
20 0 Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %
No S2 S2-S2 S2 = 10/2 = 5
1 5 0 S2-s2 = 0/2 = 0
2 5 0 Nilai terbaik = 5 0
10 0 Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %
Penyelesaian :
A. Kawat kuningan
*) m1 *) m1+m2
T1 = m1 . g . r T1 = (m1+m2) . g . r
= 0,5 . 9,8 . 0,064 = 1 . 9,8 . 0,064
= 0,313 Nm = 0,627 Nm
1 = arc tan s1-s2 2 = arc tan s1-s2
L l
= arc tan 3,7-1,87 = arc tan 7,7-3,87
19,7 19,7
= arc tan 0,295 = 0,092 rad = arc tan 0,194 = 0,092 rad
*) m1+m2+m3 *) m1+m2+m3+m4
T1 = (m1+m2+m3) . g . r T1 = (m1+m2+m3+m4) . g . r
= 1,5 . 9,8 . 0,064 = 2 . 9,8 . 0,064
= 0,94 Nm = 1,154 Nm
1 = arc tan s1-s2 2 = arc tan s1-s2
L l
= arc tan 11,7-5,87 = arc tan 15,7-7,75
19,7 19,7
= arc tan 0,295 = 0,287 rad = arc tan 7,95= 1,44 rad
*) m1+m2+m3+m4+m5
T1 = (m1+m2+m3+m4+m5) . g . r
= 2,5 . 9,8 . 0,064
= 1,568 Nm
1 = arc tan s1-s2
L
= arc tan 19,25-9,12
19,7
= arc tan 0,514= 0,474 rad
Tabel
No X y xy X2
1 0,092 0,313 0,028 0,008
2 0,191 0,627 0,119 0,036
3 0,287 0,940 0,269 0,082
4 1,440 1,254 1,805 2,073
5 0,474 1,568 0,743 0,224
2,484 4,702 2,964 2,423
x = 2,484/5 = 0,496
y = 4,702/5 = 0,940
xy = 2,964/5 = 0,592
x2 = 2,423/5 = 0,484
A = k` = nxy - x . y
n(x2)-( x)2
= 5 . 0,592 0,496 . 0,94
5 . 0,484 (0,496)2
= 2,494 = 1,147
2,174
B = x2 . y - xy . x
N (x2) (x)2
Y = Ax + B k` = 1,147
X = 1 Y = 1,147 . 1 + 0,074 = 1,221
X = 2 Y = 1,147 . 2 + 0,074 = 2,368
X = 3 Y = 1,147 . 3 + 0,074 = 3,515
X = 4 Y = 1,147 . 4 + 0,074 = 4,662
B. Kawat besi
*) m1 *) m1+m2
T1 = m1 . g . r T1 = (m1+m2) . g . r
= 0,5 . 9,8 . 0,063 = 1 . 9,8 . 0,063
= 0,308 Nm = 0,617 Nm
1 = arc tan s1-s2 2 = arc tan s1-s2
L l
= arc tan 1-2 = arc tan 2-4
21 21
= arc tan 0,04 = 0,039 rad = arc tan 0,095 = 0,094 rad
*) m1+m2+m3 *) m1+m2+m3+m4
T1 = (m1+m2+m3) . g . r T1 = (m1+m2+m3+m4) . g . r
= 1,5 . 9,8 . 0,063 = 2 . 9,8 . 0,063
= 0,926 Nm = 1,234 Nm
1 = arc tan s1-s2 2 = arc tan s1-s2
L l
= arc tan 3-6 = arc tan 4-8
21 21
= arc tan 0,14 = 0,141 rad = arc tan 0,19= 0,186 rad
*) m1+m2+m3+m4+m5
T1 = (m1+m2+m3+m4+m5) . g . r
= 2,5 . 9,8 . 0,063
= 1,543 Nm
1 = arc tan s1-s2
L
= arc tan 5-10
21
= arc tan 0,27= 0,123 rad
Tabel
No X y xy X2
1 0,039 0,308 0,012 0,001
2 0,094 0,617 0,057 0,008
3 0,141 0,924 0,129 0,019
4 0,186 1,234 0,229 0,034
5 0,230 1,543 0,354 0,050
0,689 4,628 0,781 0,114
x = 0,689/5 = 0,137
y = 4,628/5 = 0,925
xy = 0,781/5 = 0,156
x2 = 0,114/5 = 0,022
A = k` = nxy - x . y
n(x2)-( x)2
= 5 . 0,156 0,137 . 0,925
5 . 0,022 (0,02)2
= 0,654 = 5,96
0,1096
B = x2 . y - xy . x
N (x2) (x)2
Y = Ax + B k` = 5,96
X = 1 Y = 5,96 . 1 + 0,155 = 6,115
X = 2 Y = 5,96 . 2 + 0,155 = 12,075
X = 3 Y = 5,96 . 3 + 0,155 = 18,035
X = 4 Y = 5,96 . 4 + 0,155 = 23,995
X = 5 Y = 5,96 . 4 + 0,155 = 29,995
Untuk besi :
G = 32 . 6,44 . 1,147
(4,49 x 10-2)4
G= 236,37 = 0,581 x 108
406,429x10-8
Harga G kuningan pada handbook
G = 4,9208 x 10 13
Harga G besi pada handbook
G = 9,7522 x 10 13
X. SUMBER KESALAHAN
1. kekurang telitian si praktikan dalam mengamati percobaan tersebut.
2. kekurang telitian alat percobaan karena terlalu sering digunakan dalam
setiap percobaan.
3. pembulatan angka desimal yang kurang tepat dalam perhitungan yang
telah dilakukan dalam percobaan.
4. kesalahan praktikan dalam memasangkan beban
5. kurang tepatnya dalam membaca skala pada jaru alat torsi.
XI. KESIMPULAN
1. elastisitas adalah ilmu yang mempelajari tentang elastik.
2. elastis merupakan sifat suatu benda yang dapat kembali kekeadaannya
semula.
3. modulus rigitas adalah perbandingan tegangan dan regangan untuk suatu
bahan tertentu.
4. harga modulus rigitas tidak akan sama pada setiap bahan yang akan
digunakan pada setiap praktikum.
5. makin besar sudut puntir yang didapat,maka akan semakin kecil harga
modulus rigitasnya.