Anda di halaman 1dari 8

Segenggam Peristiwa

Oleh: Devi Yulianti Wafiah

Sumpek, ketika sampai di kamar yang menampung banyak orang,


sesak rasanya saat harus bersatu dengan keriuhan orang-orang. Suara
dan teriakan penghuninya pun menambah beban pikiran. Belum lagi, isi
kamar yang penuh dengan benda-benda yang tergeletak dimana-mana.
Ah..., aku kesal dengan keadaan ini.

Kenapa lu? Masang muke jelek gitu? Masuk pake salam ke. Sapa
temanku Avi dengan logat betawi yang khas. Avi adalah salah satu
penghuni kamar yang sekarang duduk di semester 2 program studi fisika.
Dia memiliki rasa peduli yang cukup tinggi kepada semua orang bahkan
yang tidak dikenalnya.

Sorry teh gak sopan masuknya. Assalaamualaikum wr.wb. Enggak


kenapa-kenapa teh. Jawabku singkat sembari menjabat tangan Avi yang
sedang sibuk dengan tumpukan buku dan laptopnya.

Walaikumsalam wr.wb. Ya elah, lu Sakit? Istirahat aja dulu dah. Lu udah


makan belum? Itu, ada nasi. Tadi gue beli sengaja buat lu. Tanya Avi
dengan jari telunjuk mengarah ke meja yang di atasnya terdapat
bungkusan keresek.

Avi memang sangat perhatian kepada penghuni kamar. Berbeda


dengan beberapa orang penghuni kamar yang kurang peka dan peduli.
Ketulusan, empati, pola hidup yang baik menjadi contohku selama hidup
merantau di kota orang. Sosok kakak yang bijak. Dia merupakan anak ke
empat dari empat bersaudara, dia merupakan anak bungsu yang tidak
manja. Memiliki 3 kakak yang sudah memiliki kehidupan keluarga masing-
masing. Orangtuanya telah meninggal dunia ketika Avi berusia 15 tahun.
Di usianya yang kala itu masih belia, dia harus menghidupi kebutuhan
hidupnya sendiri. Pernah jualan asongan, buka warung kecil di pinggir
jalan. Avi berkali-kali jatuh dalam kehidupannya, bahkan mungkin ia telah
mengalami titik terendah kehidupan di usia yang masih sangat rentan
masih sangat labil. Dari zaman seragam putih abu sampai sekarang
kuliah, berjualan apa saja telah ia lakoni. Mulai dari jualan makanan,
Jualan di bidang pakaian, jasa pengetikan, jadi kuli bangunan, jadi
volunter pun pernah ia lakukan. Dan sekarang ia sedang fokus bisnis di
bidang jasa bimbel/privat.

Hidup itu adalah proses, penuh perjuangan vel. Bergerak atau


tersingkirkan. Melakukan seperti ini pun adalah kebaikan. Dengan kita
belajar berwirausaha setidaknya kita belajar bagaimana mengelola pundi-
pundi kehidupan. Dengan memiliki penghasilan walaupun tidak banyak,
setidaknya kita dapat berbagi dengan orang lain. Karena bukan hanya
perut sendiri yang hrus kita pikirkan tetapi perut orang lain pun wajib kita
pikirkan. Dan saya hanya berharap semoga Allah melihat usaha hamba-
Nya ini. Ucapnya kala itu, ketika kami sedang jalan-jalan sore di
lingkungan kosan. Jika ia bercerita aku hanya mengangguk tanda setuju.
Terhada semua harapan dan nasihat yang ia berikan. Aku sangat kagum
padanya, dapat mamanage waktu antara kuliah-tugas-bisnis-main-
prestasi.

Saya lagi kesal Teh Celotehku kepada Avi dan 2 penghuni kamar, Key
dan Ira. Yang pada saat itu, mereka sedang sibuk dengan tugas kuliahnya
masing-masing.

Ada apa vel, pakai kesel segala? Tanya Key dengan alis yang terangkat.

haha...kunaon atuh teteh velli? Bade curhat ieu teh? 1..... Ledek Ira yang
tertawa geli mendengarku mengeluh. Menambah kekesalanku
mengetahui bahwa respon mereka seperti itu. Mau bilang apa vel?
Sepertinya ada hal yang serius?. Respon Avi yang bertanya dengan
ramah penuh senyuman.

Jiah, kalian berdua menertawakanku. Sudah....Tidak jadi. Nanti saja saya


cerita dengan Avi. Iya gak teh?.

1 haha...kenapa kak velli? Mau curhat sekarang?


Hahaha Bahakan Key dan Ira membuatku geram. Dan Avi hanya
tersenyum geleng kepala.

Malam berlarut. Kami biasa mengisi malam dengan melakukan


pengajian bersama. Kosan ini kami rubah menjadi tempat pengajian pada
malam hari, tempat sharing dan berbagi serta siraman motivasi untuk
menjalani kehidupan yang lebih baik. Fitri yang berdarah sunda pernah
mondok di pesantren di tasik saat SMP dan SMA. Key yang berdarah
Sunda sempat mondok di pesantren MTS dan MAN, serta pernah belajar
English di Pare, Kediri. Sehingga bahasa Inggrisnya lumayan oke. Zulfah
yang memiliki hafalan al-quran beberapa juz. 4 orang lagi penghuni
kamar, Aku, Ira, Aulia, dan Avi merupakan lulusan sekolah Umum Negeri
dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Kecuali aku meskipun
sekolah umum dan tidak mengenyam hidup di pesantren, namun pernah
merasakan belajar agama di pesantren atau mengikuti pengajian-
pengajian yang diadakan. Teman seperjuangkanku di kosan adalah orang-
orang yang memiliki karakter yang berbeda.

Aku adalah anak rantau dari pulau Sumatra. Kalianda lampung


selatan tepatnya, dapat menapaki hidup untuk belajar di tanah Jawa.
Entah, apa yang dulu menjadi motivasiku untuk berangkat ke kota ini kota
Bandung. Menjadi daya tarik tersendiri agar aku mengenalnya lebih dekat
dan mengambil ilmunya lebih banyak.

*drttttt....drrrrrttt.....drrrrttt

Vey, ada telepon masuk nih. Dari mamakmu Teriak ira memanggilku,
ketika aku di kamar mandi.

Yew.. Assalaamualaikum pak. Ulah api pak? Inalillahi..., pak veli mulang
sekarang. pak sai sabagh. Dang nayah pikighan. Wasalaamualaikum
wr.wb.2

Ada apa vey? Kenapa dengan apak? Kenapa kamu pulang besok?.
Pertanyaan ira yang bertubi-tubi membuyarkan lamunanku. Aku terkejut

2 (Yaa. Assalaamuaalaikum mah. Ada apa? Inalillahi..., Iya besok veli pulang. Mamah yang sabar,
jangan banyak pikiran. Wassalaamualaikum wr.wb)
mendengar kabar, jika mamak sedang berada dirumah sakit. Ada apa
dengan mamak? Setahuku mamak tidak sakit dan tidak mempunyai
penyakit. Jantungku berdegup kencang, lidahku kelu, dan tanpa diberi
aba-aba air mataku jatuh tak tertahan. Aku terisak, dan tanpa menunggu
waktu, aku persiapkan diri untuk pulang kelampung.

Saya harus pulang ke Lampung. Mamak sedang sakit, dan sedang


dirawat di rumah sakit

ia tapi lu gak perlu pulang sekarang ugakali, santai dikit napa. Kalo lu
nangis gini malah pikiran lu makin puyeng sahut aulia.

kamu yakin mau pulang sekarang? Ini sudah malam, apa masih ada bis
untuk kesan?ucap avi.

masih teh, biasanya jam 21.00 masih ada sahut velli.

Kemasi baju lu vel. Kita ke Lampung sekarang. Saya ikut ke Lampung


menengok mamakmu.

***

Aku dan Avi...di perjalanan menuju ke Lampung. Semilir angin yang


menari-nari, sedikit menghilangkan ketegangan atas insiden tadi.
Kekhawatiranku kepada mamak sedikit terurai dengan percakapan ku
dengan Avi di dalam Bus.

Apa rencana terbesar dalam hidupmu Vel?

Aku ingin mengajak Kak Ina melihat keindahan ciptaaan Allah Teh. Dan
aku ingin menunjukan hasil karyaku dalam bidang Arsitektur. Aku ingin
membuatkan istana untuknya. Istana yang indah. Istana yang dia bisa
melakukan apa saja. Dengan melihatnya secara langsung. Utuh, tanpa
harus di deskripsikan oleh orang lain. Entah bagaimana caranya. Sorry
yaa teh, saya memang kekanak-kanakan dengan berkelahi seperti itu
dengan Irpan. Tidak sama sekali mencerminkan sosok muslim yang baik.
Yang seharusnya bersikap sabar dalam mengahadapi masalah Jawabku
sedikit terkantuk
Aamiin. Minta ampun sama Allah Vel. Semoga kita di lindungi dari
perbuatan yang tidak baik. Terhindar dari hawa nafsu setan yang
menyesatkan. Semoga setelah pulang dari Lampung keadaan menjadi
lebih baik.

Aamiin teh

Avi sendiriApa rencana terbesar Avi? Lanjutku

Aku ingin punya kerjaan bisnis, Vel

Meskipun....pasti, orang lain tidak akan percaya Tambah Avi yang


menjawabnya dengan nada alus mengusap kaca yang buram oleh
gerimis, dan aku hanya melihat dan mendengar tutur katanya.
Namun..ada saat dimana kita tidak perlu menghiraukan perkataan orang
lain. Pernyataan ketidaksetujuan hanya akan menghambat terwujudnya
mimpi-mimpi yang telah kita ukir. Kita mungkin bukan siapa-siapa di mata
orang lain. Hanya ulat yang menjijikan dan menggelikan. Tapi lihat, ulat-
ulat yang menjijikan itu kelak akan menjadi kupu-kupu indah menjadi
penghias kebun menambah kebahagiaan. Kau harus percaya vel, bahwa
di dunia ini hukum alam berlaku. Selama masih ada iman di hati mu. Kau
harus berjanji Vel, kau akan berjuang untuk mewujudkan cita-citamu.
Libatkan Allah dalam setiap aktivitas. Percayalah, semuanya akan baik-
baik saja. Tidak peduli seberapa banyak orang yang akan membenci dan
menghalangi mu. Percayalah, ada Allah yang akan menolong hamba-
Nya.

Percakapan yang menentramkan itu mengahantarkan kami dalam


kelelapan. Tidak di sadari, kapal telah sampai di bibir pantai. Kami sampai
tepat pukul 10.00 WIB. Warna langit berubah buram, perasaan
ketidaknyamanan menghantuiku selama perjalanan ke rumah sakit. Aku
ingin segera sampai. Melihat mamak, melihat bapak, melihat adek. Aku
sangat merindukan mereka.

Mamak terbaring dengan alat bantu pernafasan disekitarnya.


Sejenak dunia ini seakan terhenti. Mamak yang ku tahu sangat tegar,
kuat, dan tangguh kini terbaring lemah.
*

Tepat satu bulan aku di rumah, tersisa 2 bulan lagi memasuki


semester lima. Aku harus pergi ke Bandung, 2 bulan waktu yang cukup
untuk mengumpulkan lembaran rupiah untuk biaya kuliah. Setelah
kepergiaan bapak, aku harus lebih tegar dalam hidup. Ada mamak, ada
daing Ina yang harus aku perjuangkan. Langit Kota Kemteh sangat cerah,
burung-burung berkicau begitu indah. Bunga-bunga di taman kota menari-
nari, dan keramaian kota kembali menyambut kedatanganku. Keadaan
pondok masih sepi, hanya ada Irpan, teh Riki, dan Teh Hanafi. Irpan
tersenyum melihat dan menepuk pundakku, teringat konflik bodoh satu
bulan yang lalu.

Avi belum ke sini ya? Tanyaku sambil mengeluarkan barang-


barang .Avi? Semuanya terdiam. Mereka saling bertatap keheranan.
Kamu tidak tahu Vel? Tanya Teh Riki mendekatiku. Tahu apa? Avi dapat
beasiswa atau bisnisnya dapat keuntungan besar nih? hee Aku
keheranan namun diselang bercanda ketika mendengar respon teh Riki
yang menatapku lebih tajam.

Hm.....Andre sudah meninggal Fikri


Apa? Kapan? Kau becanda Teh? Aku tanya serius! Jangan becanda.
Kami tidak bercanda Fikri
Kenapa kalian tak memberi tahuku? Kenapa tak ada yang memberi
tahuku?. Avi meninggal satu minggu yang lalu Fik, beliau ternyata
selama ini mengidap penyakit Polisetemia 3. Maaf kau baru tahu sekarang.
Dari seminggu yang lalu kami telah mengabarimu, namun nomermu sulit
kami hubungi.

Inalillahi wa inaillahirajiun..Ya Allah, maafkan saya teh.

Aku begitu terkejut mendengar bahwa Avi telah meninggal. Tidak


pernah tahu bahwa Avi selama ini mengidap penyakit Polisetemia.
Polisetemia merupakan keadaan dimana seseorang kelebihan
produksi eritrosit dalam tubuhnya. Darah penderita menjadi kental,

3 Kelainan sistem peredaran darah


memperlambat aliran darah di dalam pembuluh atau dapat juga
membentuk gumpalan di dalam darah. Selama ini aku tidak pernah
melihatnya mengeluh. Mengeluh cape, mengeluh pusing, dan sebagainya.
Mengapa kau begitu tegar teh? Dari Lampung aku sengaja membawa
seruit dan tempoya4 kesukaanmu, sengaja aku membawanya banyak.
Muhammad Andre Al-Ghifary bin Ahmad Jamaludin wafat Jakarta,
22 Juni 2015. Namamu yang dulu sering terpampang di spanduk dan
piagam penghargaan sebagai sosok yang mengagumkan dan
menginsipirasi, kini tertulis di batu nisan. Ini sangat menyesakanku. Kau
begitu istimewa Teh. Banyak manfaat yang dapat ku ambil darimu.
Tentang bagaimana kau memanfaatkan waktu juga menata diri. Deretan
prestasi dan cita-cita yang kau gantungan 20 tahun mendatang ternyata
berakhir di tahun 2015. Belajar ke tanah Eropa dan memberangkatkan
Ibumu ke tanah suci ternyata belum sempat terwujudkan. Namun Allah
sangat mencintaimu. Cinta kepada hamba-Nya yang begitu mencintai-
Nya. Perpisahan ini membuatku sakit. Dalam ramai terasa sepi dalam sepi
terasa menyakitkan. Namun aku harus ikhlas karena ini adalah takdir-Nya.
Rasanya baru sebentar kita bersama. Jika saja aku masih di beri
kesempatan untuk melakukan banyak kebaikan kepadamu maka akan aku
berikan yang terbaik untukmu. Namun apa daya, kini kau telah tiada
meninggalkan kami untuk selamanya. Kepergianmu adalah pengingat
yang nyata bagiku. Bahwa kematian adalah pasti. Terima kasih atas
nasihat, teguran dan kebersamaan meski tak lama. Maaf atas kebaikan
yang belum sempat aku berikan.Terima kasih atas motivasi yang terus kau
tehun dalam perjuangan menata hidup agar lebih baik. Aku akan
melanjutkan perjuanganmu. Perjuangan untuk menjadi hamba Allah yang
taat. Semoga kita dapat bertemu kembali di jannah-Nya. Allahummaghfir
lahuu warhamhu waaafihii wafu anhu wa akkrim nuzulahu wa
wassimadkhalahu waghsilhu bil-maai qatssalji wal-baradi wa naqqihi
minal khathaayaa kama yu-naqqats-tsubul abyadhu minad-danasi wa
abdilhhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa

4 Makanan khas Lampung


zaujan khairan min zaujihii wa qihi fitnatal-qabri wa adzaaban-naar
Aaamiin----------end

Anda mungkin juga menyukai