PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
A. Mengetahui pengertian dari fonologi
B. Mengetahui alat alat ucap manusia
1.3 Manfaat
Melalui penjelasan makalah ini pembaca diharapkan dapat mengetahui pengertian
dari fonologi dan alat-alat ucap manusia sebagai dasar awal penerapan makalah ini
didalam kehidupan sehari-hari.
Secara etimologi terbentuk dari kata fon yang berarti bunyi, dan logi yang berarti
ilmu. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian paling dasar dalam
hierarki kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis
bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, fonologi yaitu bidang linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional. Adapun
cabang studi fonologi yang dikaji dalam makalah ini adalah fonetik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fonetikadalah bidang linguistik pengucapan
(penghasilan) bunyi ujar, sistem bunyi suatu bahasa. Menurut Kamus Linguistik, fonetik yaitu
ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa; ilmu
interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi dan psikologi; sistem bunyi suatu bahasa.
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat
apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna atau tidak (Abdul Chaer, 2009: 10).
Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan (science) yang menelaah bagaimana
manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang
bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-
bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia (OConnor, 1982: 10-11, Ladefoged, 1982:
1, dalam Masnur, 2013: 8). Dengan demikian, fonetik adalah bidang ilmu linguistik yang
mempelajari penghasilan, penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa tanpa memperhatikan
bunyi-bunyi tersebut membedakan makna atau tidak.
Sebagai contoh bunyi [d] dalam kata tidak oleh penutur Jawa diucapkan beraspirasi
agak keras, sedangkan oleh penutur suku lain tidak. Bunyi [d] yang diucapkan, baik
beraspirasi atau tidak, tidak membedakan makna dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
perbedaannya tidak fungsional.
A.Fonetik
Masalah yang pertama kali dihadapi oleh sesorang dalam mempelajari bahasa
lisan, terutama bahasa asing, ialah masalah ucapannya. Sebelum mempelajari makna
berbagai kata dan tata bahasa yang akan dihadapinya, terlebih dahulu ia harus
mengenali bunyi-bunyi yang digunakan di dalamnya.
Seperti apa yang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya Fonetik, yaitu bagian
fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suate
bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik mengacu pada artikulasi
bunyi bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari
berbagai bunyi bahasa dan membuat abjad fonetik internasional sehingga
memudahkan seseorang untuk mempelajari dan mengucapkan bunyi yang tidak ada
dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada perbedaan yang nyata
antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa
Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat
mengucapkan kedua bunyi tersebut dengan tepat.
Fonetik adalah suatu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mempelajari bunyi
bahasa secara eksklusif. Secara rinci dapat dikatakan bahwa fonetik adalah ilmu
yang merekam dan menganalisis berbagai bunyi dan elemen-elemen bahasa serta
penggunaan dan distribusinya di dalam kalimat-kalimat yang bersangkutan. Di
dalam penggunaan bahasa lisan hampir selalu ada dua pihak yakni pembicara dan
pendengar. Pihak pertama memproduksi bunyi-bunyi bahasa, sedangkan pihak
kedua menerima dan memahaminya. Dengan demikian, kita tahu bahwa dalam
fonetika terdapat dua aspek penting yakni aspek akustik dan aspek fisiologis atau
artikulatoris.
Ilmu fonetik mempunyai empat cabang utama yaitu:
(1) ilmu fonetik umum
(2) ilmu fonetik deskriptif
(3) ilmu fonetik historis
(4) ilmu fonetik normatif.
Cabang yang pertama mempelajari susunan alat ucap dan kemungkinan
penggunaannya untuk memproduksi bunyi bahasa. Cabang yang kedua mempelajari
hal-hal yang istimewa dalam suatu bahasa atau dialek tertentu. Cabang yang ketiga
mempelajari perubahan-perubahan fonetik yang dialami oleh suatu bahasa dalam
sejarah pertumbuhannya. Cabang yang terakhir merupakan keseluruhan perangkat
kaidah yang menentukan ucapan yang baik berdasarkan norma ucapan yang diakui
oleh pemakai bahasa di suatu negara, masyarakat suatu unit budaya, atau suatu
kelompok sosial. Yang menjadi perhatian utama dalam modul perkuliahan ini adalah
ilmu fonetik umum yang mencakup fonetika fisiologis, fonetika akustik, dan
fonetika auditoris. Di antara tiga macam fonetika itu yang sangat berhunbungan
dengan pengajaran adalah fonetika fisiologis (fonetik artikulatoris).
B. Alat Ucap
Pada bahasan sebelumnya telah disinggung bahwa bunyi bahasa dapat dipelajari
dengan berbagai cara: akustik, auditoris, fisiologis (artikulatoris), sehingga tumbuhlah
fonetik akustik, fonetik auditoris, dan fonetik artikulatoris. Fonetik artikulatoris
membicarakan cara-cara alat ucap membentuk berbagai bunyi bahasa. Dalam hal ini
yang terlebih dahulu untuk dipelajari adalah alat ucap dan bagian-bagiannya.
Alat-alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa (fon) dibedakan
menjadi tiga bagian yakni (1) artikulator; (2) titik artikulasi; dan (3) alat-alat lain yang
mendukung proses terjadinya bunyi bahasa.
1) Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara leluasa dan
dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik artikulasi) serta dapat
membentuk bermacam-macam posisi. Alat bicara semacam ini terletak di bagian
bawah atau rahang bawah.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a) bibir bawah (labium);
b) gigi bawah (dentum);
c) ujung lidah (apeks);
d) depan lidah (front of the tongue);
e) tengah lidah (lamino);
f) belakang lidah (dorsum); dan
g) akar lidah.
2) Titik Artikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan dan
bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas. Alat-alat ucap
yang termasuk pada bagian ini antara lain:
a) bibir atas (labium);
b) gigi atas (dentum);
c) lengkung kaki gigi atas (alveolum);
3) Alat-alat Lain
Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan titik artikulasi
yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa. Yang termasuk alat-alat lain
antara lain:
a) hidung (nose);
b) rongga hidung (nasal cavity);
c) rongga mulut (oral cavvity);
d) pangkal kerongkongan (faring);
e) katup jakun (epiglotis);
f) pita suara;
g) pangkal tenggorokan (laring);
h) batang tenggorokan (trachea);
i) paru-paru;
j) sekat rongga dada (diafragma);
k) saraf diafragma;
l) selaput rongga dada (pleural cavity); dan
m) bronchus.
Untuk memperjelas uraian tersebut, berikut ini digambarkan posisi alat bicara
manusia.
..
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1)Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara leluasa
dan dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik artikulasi) serta dapat
membentuk bermacam-macam posisi.
2)TitikArtikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan dan
bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas.
3)Alat-alatLain
Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan titik
artikulasi yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa.
3.2 SARAN
Sebaiknya alat-alat ucap manusia dipelajarin dengan baik agar pembaca dapat
memperoleh pengetahuan tentangcap alat-alat ucap manusia secara fonologi.
Karena dalam kehidupan manusia dibutuhkan komunikasi yang baik, terutama dalam
berbicara yang diperlukan lebih memahami alat-alat ucap manusia.
Abdullah, alek dan Achmad HP. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
-------. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Dola, Abdullah. 2011. Linguistik Khusus Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit
UNM.
Muslich, Masnur. 2013. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.