KELOMPOK 1 : 1. Dimas 1013 2. Novi Putri D 101411131007 3. Neshia Nurindah A 101411131016 4. Diah Dwi Lestari M 101411131069 5. Fina Aprilia 101411131074
A. Kebijakan Negara China terkait Fertilitas
Negara China merupakan negara terpadat jumlah penduduknya. Pada tahun 1930-an sampai 1940-an, China yang saat ini menduduki peringkat pertama jumlah penduduk paling banyak di dunia mengalami permasalahan demografi atau kependudukan yang disebabkan adanya tinggi rasio fertilitas dan mortalitas di China. Pada rentan waktu tersebut, angka harapan hidup penduduk China sangat rendah, yaitu sekitar dibawah 35 tahun. Tetapi di lain sisi, rasio fertilitas di China dapat dikatakan tinggi ada tahun 1940-an, yaitu sebanyak 5 hingga 6 anak dalam tiap-tiap keluarga (Zhao, 2011). Hal ini disebabkan tidak lain karena rendahnya angka harapan hidup, membuat penduduk China melebihkan jumlah anak dalam keluarga mereka agar tetap ada generasi penerus dari suatu keluarga. Permasalahan mengenai tingginya rasio jumlah fertilitas di China terus berlangsung hingga pada tahun 1960-an yang ditandai dengan tingginya jumlah pertumbuhan penduduk mencapai hingga 1 milyar jiwa lebih (Zhao, 2011). Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah China kemudia mengeluarkan kebijakan One Child Policy guna menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk China. Kebijakan ini cukup berhasil dalam menurunkan tingginya rasio fertilitas penduduk China yang dimana pada tahun 1980-an rasio fertilitas China yang semula 6 turun hingga mencapai 2,5. Rasio tersebut terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2000-an yakni sebesar 1,6 (Zhao, 2011). Keberhasilan ini juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi di China pada tahun 1990-an yang mana telah membuka peluan pekerjaan dan kenaikan pendapatan sehingga penduduk pada usia produktif menunda pernikahan serta kehamilan yang mana pada awalnya usia menikah sekitar 22 tahun menjadi 24 tahun (Feng, 2005). Adanya one child policy telah membuat angka fertilitas di China mengalami penurunan. Namun demikian, dalam jangka panjang hal ini justru menciptakan berbagai permasalahan baru. One child policy sebagai upaya untuk menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk dengan mencegah kelahiran justru menimbulkan maraknya praktik aborsi di China (Feng, 2005). Di sisi lain, diberlakukan one child policy telah meningkatkan jumlah penduduk usia tua. Hal ini terbukti sesuai data yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Shanghai yang berusia di atas 65 tahun mencapai hingga 23,4% dari seluruh jumlah penduduk di Shanghai pada tahun 2011 sekaligus menyumbang presentase 16% dari seluruh populasi penduduk di China (Du dan Wang, 2011). Presentase tersebut tentu cukup tinggi terlebih fertilitas di China terus ditekan sehingga memunculkan spekulasi bahwa adanya kebijakan tersebut akan semakin meningkatkan pertumbuhan jumlah penduduk usia tua di China dan diperkirakan pada tahun 2050 presentase penduduk di China akan mencapai 35% dari populasi penduduk di China apabila angka kelahiran terus ditekan (Feng, 2005). B. Program Pengendalian Kelahiran di Negara China One Child Policy merupakan kebijakan tentang pengaturan kelahiran yang mulai berlaku di China pada tahun 1979. Pelaksanaan kebijakan tersebut belum berlaku menyeluruh terutama di pedesaan yang belum melaksanakan kebijakan tersebut dengan ketat. Pada tahun 1980, kebijakan kelahiran meliputi : 1. Mempertahankan penundaan kelahiran dan kehamilan 2. Mempertahankan kelahiran yang lebih sedikit dan lebih sehat 3. Mempertahankan kebijakan satu anak setiap pasangan 4. Kebijkan satu anak ditetapkan oleh setiap provinsi dengan kelonggaran bagi keluarga di pedesaan boleh memiliki dua anak Kebijakan tersebut mengalami perkembangan pada tahun 2002 dengan menambahkan sanksi berupa denda ekonomi bagi keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Tujuannya adalah untuk melindungi keluarga yang setuju dan mengikuti program one child policy. Pelaksanaan kebijakan tentang kelahiran tersebut didukung oleh beberapa program pemerintah, antara lain : 1. Memberikan penyuluhan tentang berbagai alat kontrasepsi sehingga penduduk bisa memilih sesuai kebutuhan 2. Mendukung alat kontrasepsi yang aman, murah, dan efisien 3. 98% alat kontrasepsi diberikan secara gratis 4. Alat kontrasepsi yang diperbolehkan yaitu IUD Akseptor alat kontasepsi di China akan mendapatkan tunjangan setiap tahun bagi pasangan usia tua yang sukses mengikui program KB. Selain itu, pasangan yang memiliki satu anak tetapi anak tersebut meninggal maka juga akan diberikan kompensasi. Daftar Pustaka
Widyati, Merry Sri.2010. Keluarga Berencana : Pola, Perbedaan, Trend, Kebijakan di
Negara Lain. Diakses dari http://demografi.bps.go.id pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 18.27 WIB