Dalam melakukan analisis break even point terdapat beberapa asumsi (anggapan)
yang memengaruhi. Menurut Mulyadi (2001), asumsi yang mendasari analisis break
even point antara lain :
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual
atau memberikan potongan harga maka hal tersebut memengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan memengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibandingkan dengan data yang dipakai
sebagai dasar perhitungan impas maka hal tersebut akan memengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya
karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau
perubahan metode produksi maka hal tersebut akan memengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan
menjual lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama
tetapi apabila komposisinya berbeda, maka hal ini mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan penjualan.
2.3.5 Metode Perhitungan Analisis Break Even Point (BEP)
Menurut Munawir (2004), metode perhitungan break even point terbagi menjadi
dua yaitu :
1. Perhitungan break even point dengan pendekatan persamaan matematis
a. Rumus BEP unit
Keterangan :
FC = biaya tetap keseluruhan (fixed cost)
P = harga jual per unit (sales price per unit)
V = biaya variabel per unit (variable cost per unit)
b. Rumus BEP rupiah
[Type text]
Keterangan :
FC = biaya tetap keseluruhan (fixed cost)
VC = biaya variabel keseluruhan (variable cost)
S = hasil penjualan keseluruhan (sales)
2. Perhitungan Break Even Point dengan pendekatan grafik
Pendekatan grafik merupakan metode perhitungan break even point dengan
menggambarkan unsur biaya dan penghasilan dalam sebuah grafik. Pada grafik
tersebut terdapat dua sumbu yaitu sumbu X (sumbu horizontal) dan sumbu Y
(sumbu vertikal). Pada sumbu X menggambarkan besarnya volume
produksi/penjualan dalam unit sedangkan sumbu Y menggambarkan besarnya
biaya penghasilan penjualan.
Penentuan break even point pada grafik dimana terdapat titik persilangan
antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Jika titik tersebut
ditarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X maka akan tampak
besarnya break even point dalam unit. Sedangkan apabila titik tersebut ditarik
garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y maka akan menunjukkan
besarnya break even point dalam rupiah.
Daftar Pustaka
Anwar dan Asmawarni.2013.Penetapan Break Even Point Produksi Minyak Kelapa dan
Ampas pada PT. Bireun Coconut Oil. Diakses dari http://ft.unimal.ac.id pada tanggal
20 Oktober 2016 pukul 17.38 WIB
Hilton, Ronald W. Dan David E. Platt.2011.Managerial Accounting : Creating Value in
a Global Business Environment 9th Edition. New York : McGraw-Hill
[Type text]