Anda di halaman 1dari 5

[Type text]

2.3.1 Definisi Break Even Point (BEP)


Menurut Hilton (2011), The break even point is the volume of activity where rhe
organizations revenues and expenses are equal. Jadi, BEP adalah titik dimana
perusahaan tidak mengalami kondisi untung maupun rugi tetapi mengalami titik
impas.
Menurut Harahap (2004) dalam Anwar dan Asmawarni (2013), break even point
(BEP) merupakan suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan
tidak mengalami laba artinya seluruh biaya kegiatan produksi dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan. Sedangkan menurut Horngren (2005), break even point adalah
volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba
maupun rugi bersih.
Berdasarkan berbagai macam definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Break
even point (BEP) merupakan keaadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan
tiak menderita kerugian. Jadi, BEP mempelajari hubungan antara biaya produksi,
volume penjualan, dan hasil penjualan suatu produk atau jasa.
2.3.2 Tujuan Analisis Break Even Point (BEP)
Menurut Kasmir (2008), analisis break even point memiliki beberapa tujuan yang
ingin dicapai antara lain :
1. Menentukan desain spesifikasi produk
Analisis break even point memberikan perbandingan antara biaya produksi
dan harga jual untuk berbagai design produk sebelum spesifikasi produk
diterapkan. Hal ini disebabkan biaya produksi akan memengaruhi harga jual.
Dengan analisis Break Even Point maka kelayakan suatu produk dapat diuki
terlebih dahulu.
2. Menentukan harga jual per satuan
Penentuan harga jual per satuan sangat penting dilakukan agar harga jual
dapat diterima oleh masyarakat dan terkait dengan pihak pesaing yang memiliki
produk sejenis. Jika penentuan harga tidak realistis maka harga jual tidak akan
mampu menutupi biaya produksi. Tetapi apabila harga jual terlalu tinggi dan tidak
diiringi dengan kualitas produk maka penjualan produk tidak akan maksimal.
3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami
kerugian
Sebuah perusahaan menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal
agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah produksi dalam kondisi tidak
rugi atau tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya.
4. Memaksimalkan jumlah produksi
[Type text]

Perusahaan melakukan proses produksi dengan jumlah yang maksimal agar


tidak ada kapasitas produksi yang menganggur dan perusahaan juga mampu
menjaga kegiatan produksi tetap efisien.
5. Merencanakan laba yang diinginkan
Pihak manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan cara
melakukan pengukuran dari batas minimal produk atau dari total rupiah yang
diproduksi. Selain itu, pihak manajemen juga mampu menentukan keuntungan
setiap unit produksi yang dijual.
2.3.3 Manfaat Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis break even point tidak hanya dilakukan pada perusahaan yang break
even saja tetapi analisis Break Even Point juga mampu memberikan informasi kepada
manajemen mengenai berbagai tingkat penjualan dan kemungkinan laba yang akan
didapatkan dari penjualan tersebut. Menurut Munawir (2004), manfaat break even
point (BEP) yaitu :
1. Analisis break even point untuk menentukan keputusan penambahan investasi
Hasil analisis break even point dapat memberikan gambaran tentang
hubungan antara biaya, volume, dan laba penjualan serta memberikan informasi
kepada manajemen dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.
Misalnya masalah penambahan peralatan maupun fasilitas perusahaan atau
investasi dalam aktivitas tetap.
2. Analisis break even point untuk menentukan keputusan menutup usaha
Analisis break even point membantu manajemen dalam memberikan
informasi kondisi perusahaan dan proses pengambilan keputusan menutup usaha
atau tidak.
Sedangkan menurut Bustami (2006) dalam Gilang (2013), manfaat break even point antara
lain :
1. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dicapai dan
dipertahankan perushaan agar tidak mengalami kerugian
2. Untuk menentukan jumlah target penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
tingkat keuntungan tertentu
3. Untuk mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan dapat
mengantisipasi dan tidak menderita kerugian
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume
penjualan
5. Untuk menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba
yang ditargetkan
2.3.4 Asumsi Dasar Analisis Break Even Point (BEP)
[Type text]

Dalam melakukan analisis break even point terdapat beberapa asumsi (anggapan)
yang memengaruhi. Menurut Mulyadi (2001), asumsi yang mendasari analisis break
even point antara lain :
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan. Biaya
tetap akan selalu konstan dalam kisaran volume yang dipakai dalam perhitungan
impas, sedangkan biaya variabel berubah sebanding dengan perubahan volume
penjualan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.
Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual
atau memberikan potongan harga maka hal tersebut memengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan. Penambahan fasilitas
produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan memengaruhi
hubungan biaya-volume-laba.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan baku dan
tarif upah menyimpang terlalu jauh dibandingkan dengan data yang dipakai
sebagai dasar perhitungan impas maka hal tersebut akan memengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan biaya
karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih rendah atau
perubahan metode produksi maka hal tersebut akan memengaruhi hubungan
biaya-volume-laba.
6. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah. Jika perusahaan
menjual lebih dari satu macam produk, maka meskipun volume penjualan sama
tetapi apabila komposisinya berbeda, maka hal ini mempunyai pengaruh terhadap
pendapatan penjualan.
2.3.5 Metode Perhitungan Analisis Break Even Point (BEP)
Menurut Munawir (2004), metode perhitungan break even point terbagi menjadi
dua yaitu :
1. Perhitungan break even point dengan pendekatan persamaan matematis
a. Rumus BEP unit

Keterangan :
FC = biaya tetap keseluruhan (fixed cost)
P = harga jual per unit (sales price per unit)
V = biaya variabel per unit (variable cost per unit)
b. Rumus BEP rupiah
[Type text]

Keterangan :
FC = biaya tetap keseluruhan (fixed cost)
VC = biaya variabel keseluruhan (variable cost)
S = hasil penjualan keseluruhan (sales)
2. Perhitungan Break Even Point dengan pendekatan grafik
Pendekatan grafik merupakan metode perhitungan break even point dengan
menggambarkan unsur biaya dan penghasilan dalam sebuah grafik. Pada grafik
tersebut terdapat dua sumbu yaitu sumbu X (sumbu horizontal) dan sumbu Y
(sumbu vertikal). Pada sumbu X menggambarkan besarnya volume
produksi/penjualan dalam unit sedangkan sumbu Y menggambarkan besarnya
biaya penghasilan penjualan.
Penentuan break even point pada grafik dimana terdapat titik persilangan
antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Jika titik tersebut
ditarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X maka akan tampak
besarnya break even point dalam unit. Sedangkan apabila titik tersebut ditarik
garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y maka akan menunjukkan
besarnya break even point dalam rupiah.

Daftar Pustaka
Anwar dan Asmawarni.2013.Penetapan Break Even Point Produksi Minyak Kelapa dan
Ampas pada PT. Bireun Coconut Oil. Diakses dari http://ft.unimal.ac.id pada tanggal
20 Oktober 2016 pukul 17.38 WIB
Hilton, Ronald W. Dan David E. Platt.2011.Managerial Accounting : Creating Value in
a Global Business Environment 9th Edition. New York : McGraw-Hill
[Type text]

Fariz, Gilang M.2013.Analisis Cost-Volume-Profit (CVP) Sebagai Alat Bantu Evaluasi


Pencapaian Laba pada Hotel Grasia Semarang. Diakses dari
http://eprints.dinus.ac.id/8466/1/jurnal_11412.pdf pada tanggal 21 Oktober 2016
pukul 19.12 WIB
Horngren.2005.Akuntansi Biaya jilid1 Edisi ke sebelas. Jakarta : Gramedia
Isaskar, Riyanti.2012.Manajemen Keuangan : Break Event Point. Diakses dari
http://www.dwiretno.lecture.ub.ac.id/files/2009/10/MK_9_Break_Even-Point.docx
pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul 11.36 WIB
Kasmir.2008.Analisi Laporan Keuangan.Jakarta : Rajawali
Mulyadi.2001.Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga.Jakarta : Salemba Empat
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4.Yogyakarta : Liberty.

Anda mungkin juga menyukai