Anda di halaman 1dari 2

Makin terdesak, makin berubah setia.

Ahas membalikkan segala hal baik yang telah dilakukan oleh Yotam, ayahnya. Untuk semua tindakan
tersebut hanya penilaian terburuk yang bisa diberikan penulis Tawarikh. Kehidupan Ahas, yang
menghidupkan kembali pengurbanan manusia dan anak ala bangsa Kanaan (ayat 3), dipersamakan dengan
"kelakuan raja-raja Israel" (ayat 2). Akibatnya, berturut-turut dan bergantian, Allah menyerahkan Yehuda ke
tangan Aram (ayat 5a), Israel utara (ayat 5b), Edom dan Filistin (ayat 17-19). Bahkan Asyur yang dimintai
bantuan pun malah "menyesakkan" Ahas (ayat 20). Bagi penulis Tawarikh, semua yang terjadi jelas
merupakan akibat dari dosa Ahas dan Yehuda (ayat 6, juga 19). Pada masa inilah untuk pertama kali
sebagian penduduk Yehuda harus mengalami pembuangan ke negeri lain (ayat 17-19). Para pembaca
pertama kitab Tawarikh mengerti bahwa peristiwa pembuangan yang mereka alami bermula dari keadaan
bangsa dan kerohanian yang seperti ini.
Semua penghukuman itu tidak juga menyebabkan Ahas berbalik dari kesalahan-kesalahannya. Ahas justru
"malah semakin berubah setia kepada TUHAN" (ayat 22). Ahas mencari dewa sembahan baru (ayat 23), dan
makin kehilangan rasa hormat terhadap Allah dan bait-Nya. Penghukuman yang dialami Ahas tidak
membuatnya bertobat. Ahas malah makin menenggelamkan dirinya ke dalam dosa yang lebih keji dan
konyol.
Kebejatan Ahas makin menonjol dengan ironi yang muncul pada pasal 28 ini. Tindakannya dipersamakan
dengan kebejatan raja-raja Israel utara (ayat2a). Namun, pada ayat 9-15, justru orang Israel Utara yang mau
mendengar peringatan seorang nabi TUHAN (ayat 9), dan memberi respons yang tepat dengan mengakui
keberdosaan mereka dan melakukan kehendak Allah. Mereka tidak seperti Ahas, anak Yotam, keturunan
Daud "bapa leluhurnya" (ayat 1b), yang justru "menyakiti hati TUHAN, Allah nenek moyangnya" (ayat 25).
Renungkan: Orang yang berkeras hati tetap tinggal teguh di dalam dosa, menolak jauh-jauh ketetapan Allah,
berarti juga menjauhi Allah. Padahal Allah sajalah satu-satunya sumber pertolongan terpercaya untuk hidup.

HATI AHAS YANG JAUH DARI ALLAH


Betapa jauh hati Ahas dari Allah. Kalau kita perhatikan kehidupan Raja Ahas, maka tak ada satu pun dari
antaranya yang menunjukkan perhatiannya terhadap Tuhan, Allah Israel. Hidupnya bergerak hanya dalam
kegelapan.

Ahas melakukan penyembahan berhala yang melibatkan ritual keji, yaitu dengan mengurbankan anak-anak
(2-4). Sungguh mengerikan. Dia tak menyadari bahwa perbuatan yang menyakiti hati Tuhan itu akan
membangkitkan murka-Nya. Tak heran bila Allah kemudian menghukum Ahas dengan membangkitkan raja
Aram untuk menyerang dia (16-21). Namun hal ini pun tidak membuat mata Ahas menjadi celik. Mata
hatinya telah menjadi buta hingga tak dapat melihat bahwa Tuhan berada di balik semua itu. Malah tanpa
merasa malu, ia mengharapkan pertolongan dari raja negeri Asyur (16-21). Suatu harapan yang justru
kemudian berbalik menjadi bumerang bagi dia (20-21). Iman Raja Ahas pun makin terpuruk. Teguran dan
hajaran Tuhan tidak membuat mata hatinya terbuka untuk melihat maksud Tuhan. Kegelapan hati justru
membuat Ahas mengira bahwa raja Asyur menang karena pertolongan allahnya. Maka dalam
kebodohannya, Ahas malah mempersembahkan korban kepada allah asing (22-25). Ironis sekali! Sungguh
tak ada satu pun cerminan bahwa Ahas adalah anak dari Yotam, raja yang hidupnya berkenan bagi Allah.

Hidup Ahas menjadi suatu peringatan bagi kita. Bila tak ada satu pun peristiwa dalam hidup yang membuat
mata hati kita terbuka untuk melihat bahwa ada maksud Tuhan di dalamnya, maka kita perlu waspada. Kita
perlu memeriksa diri, apakah sesungguhnya kegelapan sedang menyelubungi hati kita, hingga tak dapat
melihat satu pun karya Allah dalam hidup kita, walau hanya berupa suatu sentilan kecil. Bila hal itu yang
sedang terjadi dalam hidup kita, datanglah pada Tuhan. Minta Dia menyingkapkan selubung itu dari hati kita
agar kita dapat melihat Dia dan terbuka pada karya dan maksud-maksud-Nya di dalam hidup kita, bagi
kemuliaan-Nya.
Pelajaran dari bapak & anak, Yotam & Ahas (2 Tawarikh 27,28)
March 30, 2015 RAnRaymond Lohonauman
Dari Magetan pagi ini kami ucapkan, Slmt pagi all, Renungan pagi ini diambil dari kisah bapak &
anak yg pernah menjadi raja di Yehuda, Yotam & Ahas (2 Tawarikh 27,28). Yotam disebutkan, ia
melakukan apa yg BENAR DIMATA TUHAN (2 Taw 27:2) sementara Ahas anaknya, ia TIDAK
melakukan apa yg benar DIMATA TUHAN (2 Taw 28:1). Dua orang yang saling bertolak belakang
dalam hal hubungan dengan Tuhan.
Pelajaran PERTAMA, kehidupan yg benar bukanlah faktor keturunan & itu tidak dapat diwariskan.
Jika kita hidup erat dgn Allah, pola hidup & hubungan dekat kita dengan Allah tidaklah secara
otomatis bisa diwariskan kepada anak cucu kita. Mereka perlu dituntun & diajar supaya menjadi
seperti kita. Sebaliknya jika orang tua kita buruk dalam hubungannya dengan Allah, bukan berarti
kitapun otomatis mewarisi hubungan yg buruk dengan Allah. Karakter rohani itu dibentuk &
bertumbuh dalam masing-masing individu.
Tentang Yotam yg takut akan Tuhan ada sebuah pelajaran berharga dari kehidupannya yg dicatat
Alkitab dalam 2 Taw 27:6,Yotam menjadi kuat, karena ia mengarahkan hidupnya kepada Tuhan,
Allahnya dalam terjemahan NKJV disebut, Jotham became mighty because he prepared his ways
before the Lord his God. Tidak heran Alkitab mencatat di ayat 3 & 5, ia mengadakan banyak
pembangunan, ia berhasil. Ia berperang melawan bani Amon, diapun menang, pendeknya apapun
yang dia lakukan, dia selalu berhasil karena Allah selalu besertanya dan dia melakukannya bersama
Allah.
Sementara itu Ahas anaknya yang tidak takut akan Tuhan itu dicatat dalam 2 Taw
28:19,Demikianlah Tuhan merendahkan Yehuda oleh karena Ahas membiarkan kebiadaban
berlaku di Yehuda & berubah setia kepada Tuhan bahkan lebih menyedihkan lagi saat dia telah
terdesak oleh musuh-musuhnya Alkitab mencatat (2 Taw 28:22),Raja Ahaz ini malah semakin
berubah setia terhadap Tuhan. Dia justru lebih menghormati allah-allah kafir sehingga 2 Taw
28:23 berkata,allah-allah itulah yg menjadi sebab keruntuhan bagi dia & bagi seluruh Israel.
Pelajaran KEDUA, Rahasia kesuksesan umat Allah terletak pada hubungannya dengan Allah
seberapa dekat ia denganNya maka akan semakin kuat & berhasil kehidupannya, tetapi semakin
buruk hubungannya dengan Allah maka akan semakin lemah & tidak pernah akan berhasil
hidupnya. Mudah untuk disimak kehidupan & rahasia kesuksesan, Yotam & anaknya Ahas, yang
satu punya hubungan baik dengan Allah sedang yang satu tidak. Memang menjadi sukses bersama
Allah atau tidak bersama Allah adalah sebuah pilihan & dalam hal memilih ini Allah sepenuhnya
memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih. Tapi mengutip apa yang dikatakan oleh
Warren W Wiersbe menyangkut pilihan hidup Yotam & anaknya Ahaz dalam hubungan mereka
dengan Tuhan, they were free to make these decisions, but the were not free to change the
consequences of their decisions. Jadi semua pilihan memiliki konsekuensi & akibatnya masing-
masing.
Pelajaran hari ini sederhana, keputusan seseorang untuk memiliki hubungan dengan Tuhan sangat
mempengaruhi kesuksesan & keberhasilannya atau sebaliknya mengakibatkan keterpurukannya
dalam hidup ini jika dia mengabaikan hubungannya dengan Allah. Jangan pernah mencoba
meninggalkan atau bahkan melawan Allah jika ingin berhasil dalam kehidupan ini. Belajarlah dari
pengalaman kehidupan Yotam & Ahas, 2 orang raja Yehuda dengan 2 warna pengalaman hidup,
sukses & gagal. Dari ujung barat Jawa Timur di kota kecil Magetan yg cerah pagi ini kami ucapkan,

Gbu all, slmt pagi, slmt beraktivitas

Anda mungkin juga menyukai