1, FEBRUARI 2012
1
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora Gedung A4 Bulaksumur, Yogyakarta 55281; 2Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jl. KS Tubun Petamburan VI Slipi, Jakarta;
3
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Jl. Flora Bulaksumur Yogyakarta 55281
Email: a-husni@ugm.ac.id
ABSTRAK
Indonesia mempunyai banyak rumput laut yang berpotensi tinggi sebagai penghasil alginate, namun metode
ekstraksinya belum sesuai yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode ekstraksi natrium
alginat dari rumput laut Sargassum melalui jalur kalsium alginat. Dalam penelitian ini digunakan berbagai variasi
konsentrasi kalsium klorida yang digunakan pada pemisahan alginat dari filtrat hasil ekstraksinya. Konsentrasi kalsium
klorida yang digunakan divariasi 0,5; 0,75 dan 1 M. Sebagai kontrol dilakukan ekstraksi alginat melalui jalur asam
alginat yang dikembangkan di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Parameter kualitas alginat yang diamati meliputi rendemen alginat, kenampakan produk, viskositas dan kekuatan gel
yang dihasilkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rendemen alginat yang dihasilkan berturut-turut sebesar
32,67; 44,67 dan 53,33 % dan untuk kontrol 31,67 %. Secara kenampakan, konsentrasi kalsium klorida tidak terlalu
mempengaruhi kenampakan produk alginat yang dihasilkan, tetapi lebih gelap jika dibandingkan dengan produk hasil
ekstraksi melalui jalur asam alginat. Viskositas alginat yang dihasilkan berturut-turut 149, 131 dan 144 cP, sementara
untuk kontrol 304 cP. Secara umum kekuatan gel alginat yang dihasilkan dari jalur kalsium alginat lebih rendah
dibandingkan dengan yang diekstrak melalui jalur asam alginat.
Kata kunci: Ekstraksi, natrium alginat, rumput laut, Sargassum, kalsium alginat, viskositas
ABSTRACT
Indonesia has a lot of seaweed that have high potential as a producer of alginate, but the method of extraction has
not been as expected. The objective of this study to develop a method of extraction of sodium alginate from
seaweed Sargassum through the calcium alginate pathway. This study used different variations of the concentration
of calcium chloride. The concentration of calcium chloride used varied 0.5, 0.75 and 1 M. As a control, the extraction
of alginate performed through alginic acid pathway which was developed at the Center for Research Product
Processing and Biotechnology of Marine and Fisheries, Jakarta. Quality parameters were observed including alginate
yield, product appearance, viscosity and gel strength. The result showed that the yield of alginate produced successively
for 32.67; 44.67 and 53.33 % and 31.67 % for controls. In appearance, the concentration of calcium chloride did not
significantly affect the alginate product appearance, but darker when compared with the product extracted through
the alginic acid. Viscosity alginate produced successively 149, 131 and 144 cP, while 304 cP for control. In general, the
alginate gel strength extracted through of calcium alginate pathway is lower than the alginic acid pathway.
1
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
2
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
Ekstraksi Ekstraksi
dengan larutan Na2CO3 2 % sebanyak 1:30 (w/v), dengan larutan Na2CO3 2 % sebanyak 1:30 (w/v),
pada suhu 60 0C 70 0C, selama 60 menit, digiling dan pada suhu 60 0C 70 0C, selama 60 menit, digiling dan
ekstraksi dilanjutkan selama 60 menit ekstraksi dilanjutkan selama 60 menit
Penyaringan
Penyaringan dengan nylon 30 -40 mesh
hasil ekstraksi disaring dengan
vibrator 150- mesh Floatation
(filtrat diaerasi selama sekitar 3 jam, dan bagian bawah yang
jernih dikeluarkan)
Pemucatan
ditambahkan NaOCl 4 % volume filtrat selama 30 menit Pengendapan kalsium alginat
filtrat di tambahkan CaCl2 0,5 M sampai terbentuk
serat kalsium alginat
Pengendapan asam alginat
filtrat di tambahkan HCl 10 % sampai pH 2,8 3,2, Pemucatan
endapan asam alginat dipisahkan dan dicuci bersih (ditambahkan NaOCl teknis 0,1 % klorine efektif)
Gambar 1. Metode ekstraksi alginat melalui jalur asam alginat Gambar 2. Diagram metode ekstraksi alginat melalui jalur kalsium alginat
Pengamatan yang dilakukan meliputi rendemen dilakukan dengan rapid visco analyzer (RVA) yang
alginat yang diperoleh, kenampakan produk, viskositas, dilengkapi dengan pengatur suhu, pada suhu sampel 20 oC
dan derajat putih. Pengamatan rendemen dilakukan dengan dengan kecepatan putaran 130 rpm dan dinyatakan dalam
membandingkan kadar alginat yang diperoleh dengan bahan centipoise (cP). Pengaturan suhu dilakukan dengan adanya
baku yang digunakan dikalikan 100 % (Subaryono, 2009). sirkulasi air dingin yang dihubungkan ke RVA dan diatur
Pengukuran viskositas dilakukan pada konsentrasi alginat secara digital menggunakan komputer. Derajat putih alginat
1 % (b/v) dalam akuades bebas ion. Pengukuran viskositas diukur dengan alat Whiteness tester.
3
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN tersedia ion Ca2+ maka asam poliguluronat dalam asam alginat
akan bereaksi dengan ion Ca dan menghasilkan ikatan silang
Rendemen antar molekul alginat sehingga mengendap. Endapan yang
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dengan diperoleh merupakan kalsium alginat.
metode melalui jalur kalsium alginat dengan tiga perlakuan Konsentrasi CaCl2 yang tinggi cenderung menghasilkan
konsentrasi CaCl2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen Ca-alginat yang lebih tinggi pula. Hal ini
konsentrasi CaCl2 yang digunakan berpengaruh terhadap disebabkan karena semakin banyak CaCl2 yang ditambahkan
produk antara Ca-alginat yang dihasilkan serta rendemen maka ketersedian ion Ca2+ dalam larutan semakin tinggi
Ca-alginat yang diperoleh. Semakin tinggi konsentrasi CaCl2 sehingga peluang terjadinya ikatan silang lebih besar (Mc.
yang digunakan cenderung menghasilkan produk yang lebih Hugh, 2008). Dengan ketersediaan ion Ca yang tinggi tersebut
kasar dengan warna yang lebih tidak merata (kecoklatan) maka kemungkinan untuk mengendapkan semua alginat yang
dan dengan rendemen yang lebih tinggi. Hasil pengamatan ada dalam larutan akan semakin besar, yang berakibat pada
terhadap pembentukan Ca-alginat sebagai produk antara pada rendemen Ca-alginat yang diperoleh juga semakin besar.
proses ekstraksi natrium alginat disajikan pada Tabel 1. Pada kondisi dimana ketersediaan ion Ca kurang, maka
Konsentrasi CaCl2 yang ditambahkan berpengaruh nyata sebagian alginat tidak berhasil diendapkan dan masih berada
terhadap kondisi serat Ca-alginat yang dihasilkan. Perbedaan bebas dalam larutan akibatnya rendemen yang dihasilkan
kondisi serat Ca-alginat yang dihasilkan disebabkan karena lebih rendah.
pada konsentrasi CaCl2 yang lebih tinggi, maka ketersediaan Kondisi asam alginat dengan penambahan Na2CO3 pada
ion Ca2+ untuk berikatan dengan alginat lebih banyak sehingga proses konversi menjadi natrium alginat, kebutuhan Na2CO3
ikatan silang yang dihasilkan juga lebih banyak, dengan dan rendemen natrium alginat yang dihasilkan disajikan
demikian secara visual serat Ca-alginat yang dihasilkan lebih pada Tabel 2. Dari Tabel 2 terlihat bahwa kondisi asam
kasar teksturnya (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan pendapat
Draget (2000), yang menyatakan bahwa pada kondisi dimana
Tabel 2. Kondisi asam alginat dan rendemen natrium alginat
yang dihasilkan pada konversi asam alginat menjadi
Tabel 1. Deskripsi pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap natrium alginate menggunakan Na2CO3 pada ber-
pembentukan Ca-alginat. bagai konsentrasi CaCl2
Konsentrasi Berat Ca- Konsentrasi Berat Ca-
CaCl2 yang Deskripsi alginat yang CaCl2 yang Deskripsi alginat yang
digunakan diperoleh (g) digunakan diperoleh (g)
Pada saat penambahan CaCl2, ter- Pada saat penambahan CaCl2, ter-
bentuk serat yang mengapung ter- bentuk serat yang mengapung ter-
pisah dari filtrat. Produk berbentuk pisah dari filtrat. Produk berbentuk
gumpalan serat halus berwarna gumpalan serat halus berwarna
0,5 M 320 0,5 M 320
krem kecoklatan, setelah pemucatan krem kecoklatan, setelah pemucatan
berwarna krem keputihan dan mera- berwarna krem keputihan dan mer-
ta. Larutan CaCl2 yang dibutuhkan ata. Larutan CaCl2 yang dibutuhkan
3000 ml. 3000 ml.
Pada saat penambahan CaCl2, ter- Pada saat penambahan CaCl2, ter-
bentuk serat yang mengapung ter- bentuk serat yang mengapung ter-
pisah dari filtrat. Produk berbentuk pisah dari filtrat. Produk berbentuk
gumpalan serat agak kasar berwarna gumpalan serat agak kasar berwarna
0,75 M 340 0,75 M 340
krem kecoklatan, setelah pemucatan krem kecoklatan, setelah pemucatan
berwarna krem keputihan dan ada berwarna krem keputihan dan ada
merata. Larutan CaCl2 yang dibu- merata. Larutan CaCl2 yang dibu-
tuhkan 2800 ml. tuhkan 2800 ml.
Pada saat penambahan CaCl2, ter- Pada saat penambahan CaCl2, ter-
bentuk serat yang mengapung ter- bentuk serat yang mengapung ter-
pisah dari filtrat. Produk berbentuk pisah dari filtrat. Produk berbentuk
gumpalan serat kasar berwarna gumpalan serat kasar berwarna
1 M 370 1 M 370
krem kecoklatan, setelah pemucatan krem kecoklatan, setelah pemucatan
berwarna krem keputihan dan ada berwarna krem keputihan dan ada
sedikit kecoklatan (tidak merata). sedikit kecoklatan (tidak merata).
Larutan CaCl2 dibutuhkan 2500 ml. Larutan CaCl2 dibutuhkan 2500 ml.
4
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
alginat dengan penambahan natrium karbonat menjadi berair akan ikut mengendap dalam Ca-alginat dan menaikkan
dan selanjutnya menjadi pasta kental. Tidak ada perbedaan rendemennya. Hal ini didukung oleh data viskositas yang
kondisi yang nyata dari ketiga perlakuan, hanya kebutuhan dihasilkan dimana viskositas alginat yang diekstrak dengan
natrium karbonat dan berat natrium alginat yang dihasilkan jalur Ca-alginat lebih rendah dibandingkan yang diekstrak
yang cenderung meningkat dengan peningkatan konsentrasi dengan jalur asam alginat, karena kemurniannya yang lebih
CaCl2. Hal ini terkait dengan tingginya rendemen asam rendah. Rendemen alginat dalam penelitian ini juga lebih
alginat yang diperoleh dengan peningkatan konsentrasi CaCl2 tinggi dibandingkan apa yang dilaporkan oleh Subaryono
yang digunakan. dkk. (2009) dari rumput laut Sargassum filipendula sebesar
Rendemen natrium alginat dan kualitas natrium alginat 33,93 %.
yang dihasilkan dibandingkan dengan perlakuan kontrol
(perlakuan ekstraksi natrium alginat melalui jalur asam alginat) Warna
disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Warna kalsium alginat yang tidak merata pada konsentrasi
semakin tinggi konsentrasi CaCl2 yang digunakan cenderung CaCl2 tinggi (Tabel 1) disebabkan karena tekstur yang kasar
meningkatkan rendemen natrium alginat yang dihasilkan. Hal sehingga pada proses pemucatan dengan penambahan NaOCl
ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi CaCl2 akan tidak semua bagian Ca-alginat mendapat perlakuan dengan
meningkatkan efektifitas pemisahan alginat dari filtrat hasil merata. Pada bagian dalam gumpalan cenderung tidak
ekstraksi melalui reaksi dengan Ca2+ dari CaCl2 menghasilkan terpapar NaOCl dengan baik sehingga proses pemucatan
serat Ca-alginat. Keberadaan ion Ca dalam larutan alginate tidak terjadi dengan sempurna dan menghasilkan adanya
dalam jumlah sedikit akan meningkatkan viskositas sedikit warna kecoklatan. Warna kecoklatan merupakan hasil
larutan, dan semakin tinggi konsentrasi akan menyebabkan reaksi yang dihasilkan dari adanya senyawa fenolik yang
terbentuknya serat atau gel yang dapat dipisahkan dari masih terkandung dalam alginat pada proses ekstraksi yang
larutan (Subaryono dan Peranginangin, 2009) Semakin tinggi melibatkan panas yang menyebabkan terjadi reaksi browning
efektifitas pemisahan alginat maka kehilangan alginat dalam (Mc.Hugh, 2008). Untuk mengurangi terjadinya reaksi
limbah buangan filtrat akan semakin kecil sehingga rendemen browning tersebut maka sebelum proses ekstraksi, terhadap
yang dihasilkan semakin tinggi. bahan baku diperlakukan perendaman dengan formalin untuk
menurunkan kandungan senyawa fenolik yang masih ada
Tabel 3. Rendemen dan mutu natrium alginat yang diperoleh dalam bahan baku (Draget, 2000; Mc.Hugh, 2008).
dengan berbagai perlakuan konsentrasi CaCl2
Viskositas
CaCl2 yang digunakan Rendemen (%) Viskositas (cP)
0,5 M 32,67 149 Pengamatan viskositas menunjukkan bahwa antara
0,75 M 44,67 131 ketiga perlakuan konsentrasi CaCl2 relatif tidak berbeda nyata,
1M 53,33 144 tetapi jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol (ekstraksi
Kontrol 31,67 304 alginat melalui jalur asam alginat) cenderung lebih rendah.
Hal ini diduga disebabkan karena kemurnian natrium alginat
Rendemen yang dihasilkan dengan ekstraksi melalui yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan jalur Ca-alginat
jalur Ca-alginat cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan lebih rendah dibandingkan dengan jalur asam alginat. Hal ini
kontrol (jalur asam alginat). Pada konsentrasi 1 M, rendemen diduga disebabkan karena adanya residu Ca dalam alginat
yang dihasilkan paling tinggi yaitu 53,33 %, dan lebih tinggi akibat konversi menjadi asam alginat yang tidak sempurna.
dibandingkan kontrol sebesar 31,67 %. Tingginya rendemen Pada ekstraksi melalui jalur asam alginat, hal ini tidak terjadi
ini diduga karena dengan penambahan ion Ca lebih efektif sehingga kemurnian natrium alginat yang dihasilkan lebih
dalam mengendapkan alginat dalam bentuk Ca-alginat tinggi dan menghasilkan viskositas yang lebih tinggi. Selain
dibandingkan penambahan HCl untuk memisahkan alginat ditentukan oleh panjang polimer alginat, viskositas juga
dalam bentuk asam alginat. Pada penambahan HCl untuk sangat dipengaruhi oleh kemurnian alginat yang digunakan
memisahkan asam alginat, masih sering terdapat asam alginat (Subaryono dkk., 2009).
dalam bentuk yang sangat halus sehingga lolos pada saat Viskositas alginat yang diekstrak melalui jalur Ca-
penyaringan. Hal ini yang menyebabkan rendemen alginat alginat paling tinggi sebesar 149 cP, sedangkan yang
yang diekstrak melalui jalur asam alginat ini lebih kecil. Selain diekstrak melalui jalur asam alginat sebesar 304 cP. Nilai ini
itu, tingginya rendemen alginat yang diperoleh dari ekstraksi lebih tinggi dibandingkan viskositas alginat dari Sargassum
melalui jalur Ca-alginat juga diduga disebabkan adanya filipendula sebesar 108 cP (Subaryono dkk., 2009).
kelebihan CaCl2 yang ditambahkan sehingga kelebihan Ca
5
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
Biaya Produksi dan Derajat Putih Tabel 5. Kebutuhan biaya (Rp) bahan kimia untuk ekstraksi
Untuk melihat biaya produksi alginat yang diekstraksi Kontrol (lewat
Bahan Kimia 0,5 M CaCl2 0,75 M CaCl2 1 M CaCl2
melalui jalur Ca-alginat dan melalui jalur asam alginat maka asam alginat)
dilakukan analisis kebutuhan bahan kimia dan harganya Formalin 1.440 1.440 1.440 1.440
seperti terlihat pada Tabel 4 dan 5. Dari Tabel 4 dapat HCl (preparasi) 972 972 972 972
Na2CO3 810 810 810 810
diketahui bahwa kebutuhan bahan kimia untuk ekstraksi
CaCl2 1.665 2.497 3.330 0
alginat melalui jalur Ca-alginat adalah HCl, Na2CO3, CaCl2,
HCl 0 0 0 4.500
NaOCl, Na2CO3 dan ethanol sedangkan kebutuhan bahan
NaOCl 600 600 600 1.332
kimia untuk ekstraksi melalui jalur asam alginat adalah HCl,
NaOH 0 25
Na2CO3, NaOCl, NaOH dan isopropil alkohol (IPA). Na2CO3 31 36 49 0
IPA 0 0 0 84.000
Tabel 4. Kebutuhan bahan kimia untuk ekstraksi Ethanol 2.000 2.000 2.000 0
Total (Rp) 7.519 8.356 9.202 93.079
kontrol (lewat
Bahan Kimia 0,5 M CaCl2 0,75 M CaCl2 1 M CaCl2
asam alginat)
Formalin 16 ml 16 ml 16 ml 16 ml Berdasar data struktur biaya ekstraksinya, kelemahan
HCl (preparasi) 108 ml 108 ml 108 ml 108 ml metode jalur asam alginat adalah penggunaan IPA yang
Na2CO3 90 g 90 g 90 g 90 g banyak sehingga menyebabkan biaya ekstraksi yang tinggi.
CaCl2 166,5 g 249,8 g 333,0 g 0 Jika dibandingkan antara metode ekstraksi alginat melalui
HCl 0 0 0 500 ml jalur Ca-alginat dan asam alginat, terlihat bahwa biaya
NaOCl 100 ml 100 ml 100 ml 222 ml ekstraksi untuk tahapan persiapan sampai konversi ke natrium
NaOH 0 0 0 2,5 g alginat relatif hampir sama, sehingga untuk memperbaiki
Na2CO3 3,5 g 4,0 g 5,5 g 0
mutu alginat hasil ekstraksi dengan tetap menjaga biaya
Isopropil alkohol 0 0 0 2.800 ml
produksi yang murah maka penelitian dilanjutkan dengan
Ethanol 100 ml 100 ml 100 ml 0
mengembangkan metode gabungan kedua jalur ekstraksi
tersebut, dimana tahapan ekstraksi tetap melalui jalur
Dari Tabel 5 terlihat bahwa ekstraksi alginat melalui
asam alginat, tetapi mengadopsi beberapa langkah seperti
jalur Ca-alginat jauh lebih murah karena paling mahal hanya
pengepresan asam alginat dan konversi dari asam alginat
Rp. 9.202 per 150 g rumput laut kering, sedangkan dengan
menjadi natrium alginat menggunakan Na2CO3 serta untuk
jalur asam alginat membutuhkan biaya Rp. 93.079 per 150 g
membantu pengeringan digunakan ethanol teknis.
rumput laut kering. Perbedaan biaya yang sangat mencolok
Metode ekstraksi gabungan yang digunakan disajikan
adalah pada kebutuhan IPA, dimana pada ekstraksi jalur
pada Gambar 3. Dengan metode ini maka resiko terjadinya
Ca-alginat menggunakan ethanol yang lebih murah dan
kelebihan Ca dalam natrium alginat dapat teratasi, dan
kebutuhan yang lebih sedikit. Oleh karena itu metode ekstraksi
tingginya biaya yang disebabkan oleh penggunaan isopropil
lewat jalur Ca-alginat ini jauh lebih efisien, sehingga produk
alkohol juga dapat ditekan dengan jumlah dan harga ethanol
yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan harga lebih murah.
yang lebih rendah. Hasil pengamatan kualitas alginat yang
Meskipun metode ekstraksi dengan jalur Ca-alginat ini jauh
diekstraksi dengan metode gabungan ini ternyata diperoleh
lebih murah, tetapi dari segi kualitas produk alginat yang
alginat dengan kualitas yang lebih baik, dan biaya ekstraksi
dihasilkan masih kalah dibandingkan alginat yang diekstrak
yang lebih murah. Kebutuhan ethanol untuk membantu
melalui jalur asam alginat, khususnya untuk parameter
pengeringan natrium alginat hanya 300 ml per 150 gr rumput
viskositas yang dihasilkan. Selain itu, kelarutan alginatnya
laut, dengan rendemen 28,84 % dan viskositas 238 cP.
juga kurang larut dalam air, yang diduga disebabkan karena
Selanjutnya untuk keperluan formulasi dan aplikasi alginat
masih adanya kelebihan Ca dalam alginat yang dihasilkan.
untuk tekstil printing dilakukan ekstraksi dengan skala bahan
Alginat diketahui memiliki kelemahan dalam kelarutannya
baku 1 kg. Kebutuhan bahan kimia untuk ekstraksi skala 1 kg
pada medium yang mengandung asam atau ion Ca2+ (Draget,
dan kualitas produk yang dihasilkan disajikan pada Tabel 6.
2000; Mc.Hugh, 2008). Oleh karena itu dalam penelitian ini
pengembangan metode ekstraksi melalui jalur Ca-alginat
dipandang belum dapat memperbaiki masalah khususnya
dalam hal kualitas alginat yang dihasilkan.
6
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
Pemucatan KESIMPULAN
(ditambahkan NaOCl teknis yang diencerkan dg air 1:1,
sampai putih Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan natrium alginat yang mempunyai kualitas
Pengurangan kadar air baik dan biaya ekstraksi yang murah maka metode ekstraksi
Gel asam alginat dipres sempai kadar airnya sekitar 25 % yang dilakukan adalah melalui jalur asam alginat, dengan
memodifikasi pengepresan asam alginat dan penggunaan
ethanol sebagai bahan kimia pembantu pengeringan. Total
Konversi ke natrium alginat
asam alginat ditambahkan bubuk natrium karbonat biaya untuk bahan kimia ekstraksi ini sebesar Rp. 69.485,-
dalam mixer. Pasta yang dihasilkan direndam per kg rumput laut.
dalam ethanol tekis dan dikeringkan
7
AGRITECH, Vol. 32, No. 1, FEBRUARI 2012
Anonim (2010b). Industri alginat (peluang dan Subaryono ( 2009). Karakterisasi Pembentukan Gel Alginat
potensinya). http://www.kabarindonesia.com/berita. dari Rumput Laut Sargassum sp. dan Turbinaria sp.
php?pil=10&jd=Industri-Alginat-(Peluang-dan- Thesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Potensinya)&dn=200702161 01948. [13 April 2010]. Bogor.
Basmal, J., Wikanta, T. dan Tazwir (2002). Pengaruh Subaryono dan Peranginangin, R. (2009). Perbaikan
kombinasi perlakuan kalium hidroksida dan natrium viskositas alginat S. filipendula dan T. decurens
karbonat dalam ekstraksi natrium alginat terhadap menggunakan CaCO3 dan LBG. Jurnal Pascapanen
kualitas produk yang dihasilkan. Jurnal Penelitian dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 4: 131-140.
Perikanan Indonesia 8: 45-52. Subaryono, Peranginangin, R., Fardiaz, D. dan Kusnandar,
Basmal, J., Sekarsih, Y. dan Bunasa, T.K. (2001). Pengaruh F. (2009). Sifat fisiko-kimia alginat dari rumput laut
konsentrasi bahan pemucat dan enis bahan pengendap Sargassum filipendula dan Turbinaria decurens dari
terhadap embentukan sodium alginat dari rumput laut Perairan Binuangeun, Jawa Barat. Prosiding Seminar
coklat Sargassum filipendula Agarct. Jurnal Penelitian Nasional Kelautan dan Perikanan V. Surabaya (II):
Perikanan Indonesia 7: 74-81. 529-535.
Basmal, J., Yunizal dan Murtini, J.T. (1999). Pengaruh volume Sulistijo (2002). Penelitian Budidaya Rumput Laut (Algae/
dan waktu ekstraksi natrium alginat dalam larutan Makroseaweed) di Indonesia. Pidato Pengukuhan Ahli
natrium karbonat. Makalah pada Forum Komunikasi I. Peneliti Utama Bidang Mariculture. Pusat Penelitian
Ikatan Fikologi Indonesia, Serpong 8 September 1999. Oceanologi-LIPI. Jakarta.
119-126. Tazwir, Nasran, S. dan Yunizal (2000). Teknik ekstraksi
Draget, K.I. (2000). Alginates. Dalam: Philips, G.O. dan asam alginat dari rumput laut coklat (Phaeophyceae).
Williams, P.A. (ed.). Handbook of Hydrocolloids. Hal Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan
379-395. CRC Press. 1999/2000, Sukamandi 21-22 September 2000. 310-
Kalangi, S.M. (2001). Pertumbuhan dan kandungan nutrisi 318.
rumput laut coklat Sargassum polycystum di Tasik Wikanta, T., Basmal, J. dan Yunizal (2000). Pengaruh
Ria, Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. http:// perbedaan penggunaan bahan pengemas dan lama
digilib.bi.itb.ac. id/go.php?id=saptunsrat-gdl-res-2001- penyimpanan pada suhu kamar terhadap sifat fisiko-
kalangi2c-1936-coklat. [15 Jan 2008]. kimia produk natrium alginat. Prosiding Seminar Hasil
McHugh, D.J. (2008). Production, properties and uses Penelitian Perikanan 1999/2000, Sukamandi 21-22
of alginates. Dalam: FAO Corporate Document September 2000. 301-310.
Repository. Production and Utilization of Products Yunizal, Tazwir, Murtini, J.T. dan Wikanta, T. (2000).
from Commercial Seaweeds. 45 p. http://www.fao.org/ Penelitian penanganan rumput laut coklat (Sargassum
docrep/006/ y4765e08.htm. [15 Jan 2008]. filipendula) setelah dipanen menggunakan larutan
Murtini, J.T., Hak, N. dan Yunizal (2000). Pengaruh kalium hidroksida. Octopus 4: 49-56.
perlakuan asam klorida dan formaldehid pada ekstraksi Yunizal (2004). Teknologi Pengolahan Alginat. Pusat Riset
rumput laut coklat Sargassum ilicifolium terhadap sifat Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan
fisiko-kimia natrium alginat. Prosiding Seminar Hasil Perikanan. Jakarta.
Penelitian Perikanan 1999/2000, Sukamandi 21-22
September 2000. 318-330.