1
BAB II
PEMBAHASAN
7
Isi rongga perut ikan tersebut terdiri dari hati, lambung, dan usus karena organ
tersebut jarang diminati oleh konsumen lain. Isi rongga perut ikan tuna yang
berasal dari ikan tuna dengan ukuran besar. Enzim yang digunakan adalah
enzim komersial tripsin dalam bentuk cair, sedangkan enzim pepsin dalam
bentuk serbuk. Garam yang digunakan adalah garam industri berbentuk balok.
Bahan lain diantaranya aquades, casein, larutan buffer, larutan TCA 7%, dan
tirosin.
Industri pengolahan tuna menghasilkan limbah dalam jumlah besar,
dimana sebanyak 25-30% merupakan limbah padat yang terdiri atas kepala, kulit
dan jeroan, serta sebesar 30-35% merupakan limbah cair yang terdiri atas darah,
konsentrat, dan minyak ikan tuna (Prasertsan et al. 1988). Jeroan ikan tuna juga
memiliki potensi yang besar sebagai sumber enzim protease (Gildberg 1992;
Guerard et al. 2002; Klomklao et al. 2005). Protease merupakan kelompok enzim
yang sangat penting dalam industri enzim dunia saat ini dan tercatat hampir
sekitar 50% dari total penjualan industri enzim diperoleh dari kelompok enzim ini
(Rao et al. 1998). Aplikasi enzim yang luas menuntut adanya teknik pemurnian
enzim yang ekonomis, efisien dan dapat diterapkan dalam skala besar
Hjalmarsson (2006), prosentase garam dalam campuran pembuatan kecap
ikan adalah 20-30% kemudian disimpan pada suhu tropis selama 6-12 bulan.
Sehingga pada penelitian ini, prosentase garam akan dikurangi menjadi 15- 25%,
diharapkan akan membantu proses percepatan fermentasi dan sedikit
mengurangi rasa asin.
8
Mesin penghancur atau blender;
Alat atau mesin pengisi dan penutup botol; dan
Bak atau tong untuk proses fermentasi
Berdasarkan ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang
kecap ikan, terkait dengan persyaratan peralatan pengolahan kecap ikan, maka
semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam penanganan harus
tidak mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber cemaran jasad renik,
tidak retak dan mudah dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan bersih,
sebelum, selama dan sesudah digunakan. Selain itu persyaratan mutu kecap
ikan antara lain adalah bebas dari cemaran logam berat serta bakteri dan kapang
yang membahayakan kesehatan.
9
lama waktu fermentasi menghasilkan warna kecap ikan yang lebih coklat. Hal ini
disebabkan karena adanyareaksi yang terjadi antara gula pereduksi dan gugus
amino dari protein yang menghasilkan warna coklat pada kecap ikan.
10
terbentuk selama proses fermentasi diduga mempengaruhi pembentukan aroma
yang berbeda pada kecap ikan. Aroma condiment dapat berasal dari adanya
senyawa-senyawa volatil yang mempunyai berat molekul rendah yaitu asam-
asam organik dan karbonil.
Menurut Buckle et al., (1987), enzim protease mampu menguraikan
protein menjadi beberapa komponen seperti peptida, pepton dan asam amino
yang saling berinteraksi menciptakan rasa yang khas. Hal tersebut didasarkan
pada pendapat Rahayu et al., (1992) yang mengemukakan bahwa proses
fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses penguraian secara biologis
terhadap senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan terkontrol. Selama proses
fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam amino dan peptida,
kemudian asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-
komponen lain yang berperan dalam pembentukan cita rasa produk. Hal tersebut
diperkuat oleh Chayovan et al., (1982) dalam Yongsawatdigul et al., (2004) yang
menyebutkan bahwa degradasi protein ikan menjadi asam amino bebas
merupakan penyebab dari pembentukan cita rasa yang enak pada kecap ikan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
Kecap ikan merupakan salah satu produk bahan makanan hasil olahan
melalui proses fermentasi yang dibuat dari ikan maupun limbah ikan,
mempunyai rasa dan bau yang khas serta daya simpannya yang lama
Penambahan garam dan enzim tidak hanya berpengaruh pada hidrolisis
protein akan tetapi juga berpengaruh pada pembentukan warna dan
sebagian besar senyawa nitrogen dalam kecap ikan adalah asam amino
bebasdan peptida kecil, yang memberikan kontribusi terhadap
pembangunan warna coklat pada kecap ikan.
Bahan utama yang digunakan adalah isi rongga perut ikan tuna yang di
peroleh dari limbah hasil industri pengolahan ikan tuna dan dari restoran
sushi. Isi rongga perut ikan tersebut terdiri dari hati, lambung, dan usus
karena organ tersebut jarang diminati oleh konsumen lain.
Pemanasan setelah proses fermentasi dapat menyebabkan terjadinya
reaksi maillard antara senyawa amino dengan gula pereduksi yang
membentuk melanoidin yaitu suatu polimer berwarna coklat yang
menurunkan kenampakan produk yang dihasilkan. Pencoklatan juga
terjadi karena reaksi antara protein, peptida, dan asam amino dengan
hasil dekomposisi lemak.
Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses penguraian
secara biologis terhadap senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan
terkontrol. Selama proses fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis
menjadi asam amino dan peptida, kemudian asam-asam amino akan
terurai lebih lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan
dalam pembentukan cita rasa produk.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih kurang sempurna.
Oleh karena itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca agar
penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami
mengucapkan terima kasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
14