Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PAPER

EKSTRAKSI BIOAKTIF RUMPUT LAUT


TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN MODERN

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Bambang Budi S, MS


Oleh :
Erda Ryvandu W. 155080307111023
Ifky Faisal A. A. A. 155080307111024
Fitri Ulfiana R. 155080307111025
A A Danial Parikesit 155080307111026
Fitri Septa Puspita 155080307111027
Fitriana Candra W. 155080307111029
Cahyaning Fajriyati 155080307111030
M. Farid Pratama 155080307111035
Nada Itorul Umam 155080307111037
Nurul Al Varqani 155080307111040

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan yang paling banyak digunakan
untuk menarik atau memisahkan komponen bioaktif dari suatu bahan baku. Ekstraksi
dapat diartikan sebagai suatu proses penarikan komponen yang diinginkan dari suatu
bahan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga komponen yang diinginkan dapat
larut. Metode dasar penyaringan adalah maserasi, perkolasi, dan sokhletasi. Pemilihan
terhadap ketiga metode tersebut diatas disesuaikan dengan kepentingan dalam
kandungan senyawa yang diinginkan (Harborne 1987).
Berdasarkan prinsipnya, proses ekstraksi dapat berlangsung bila terdapat
kesamaan dalam sifat kepolaran antara senyawa yang diekstrak dengan senyawa
pelarut. Suatu zat memiliki kemampuan terlarut yang berbeda dalam pelarut yang
berbeda. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut.
Senyawa polar akan larut pada pelarut polar juga, begitu juga sebaliknya. Pelarut yang
digunakan harus memenuhi kriteria murah, mudah didapat, stabil secara fisika dan
kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak terbakar, dan selektif artinya
menarik zat yang berkhasiat yang dikehendaki. Pelarut yang digunakan dapat berupa
kloroform, heksana (non polar), etil asetat (semi polar), dan metanol (polar) (Sirait
2007).
II. Senyawa Bioaktif
Komponen bioaktif merupakan kelompok senyawa fungsional yang terkandung
dalam bahan pangan dan dapat memberikan pengaruh biologis. Sebagian besar
komponen bioaktif adalah kelompok alkohol aromatik misalnya polifenol dan
komponen asam (phenolic acid). Komponen bioaktif tidak terbatas pada hasil
metabolisme sekunder saja, tetapi juga termasuk metabolit primer yang memberikan
aktivitas biologis fungsional, misalnya protein dan peptide Senyawa fitokimia
bukanlah zat gizi, namun kehadirannya dala tubuh dapat membuat tubuh lebih sehat,
lebih kuat, dan lebih bugar (Robinson 1995).
Fitokimia atau kimia tumbuhan berada diantara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Fitokimia ini mencakup
struktur kimianya, biosintesis, perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara
alamiah, dan fungsi biologisnya. Senyawa fitokimia berpotensi mencegah berbagai
penyakit degeneratif dan kardiovaskuler (Harborne 1987).
Beberapa senyawa metabolit sekunder khususnya struktur dan aktivitas
biologisnya telah berhasil diisolasi dari hewan- hewan laut. Senyawa metabolit
sekunder tersebut mempunyai potensi sebagai obat. Senyawa bioaktif yang menarik
diteliti umumnya diisolasi dari spons laut, ubur-ubur, bintang laut, timun laut, terumbu
karang, moluska, echinodermata, dan krustasea. Senyawa bioaktif yang telah diisolasi
dari hewan laut yaitu steroid, terpenoid, isoprenoid, nonisoprenoid, quinon, dan
nitrogen heterosiklik (Sirait 2007). Pengujian kualitatif terhadap komponen bioaktif ini
dapat dilakukan dengan metode uji fitokimia.

III. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid
sering kali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol, jadi digunakan secara luas di bidang pengobatan. Alkaloid sering bersifat
optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan.
Fungsi alkaloid dalam tumbuhan tetap belum begitu pasti walaupun beberapa senyawa
dilaporkan berperan sebagai pengatur tumbuhan atau penolak dan pemikat serangga
(Harborne 1987).
Biota laut yang memiliki kandungan alkaloid yaitu spons, moluska, dan
coelenterata. Sebagian besar alkaloid yang diisolasi dari hewan laut dapat berfungsi
sebagai antiviral, antibakterial, anti-inflamatori, antimalaria, antioksidan, dan
antikanker. Alkaloid pada hewan laut dapat dikelompokkan menjadi pyridoacridine,
indole, pyrrole, pyridine, isoquinoline guanidine dan streroidal alkaloids (Kumar dan
Rawat 2011).

IV. Ekstraksi Florotanin


Ekstrak florotanin kasar diperoleh dari ekstraksi menggunakan metode Al-
Mola dkk. (2009). Serbuk kering S. polycystum sebanyak 120 g dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan ditambah 360 mL metanol lalu diaduk selama 2 jam
kemudian didiamkan selama 48 jam. Berikutnya, sampel disentrifugasi (2500 rpm,
10 menit) kemudian supernatan diambil dan diuapkan dengan rotary evaporator.
Setelah itu, residunya ditambah 360 mL metanol, 720 mL kloroform, dan 270 mL
akuabides. Larutan tersebut kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 2 jam,
kemudian setelah terbentuk lapisan lipid dan non-lipid, lapisan non-lipid yang
berada di atas diambil menggunakan corong pisah, kemudian ditambahkan 450 mL
etil asetat lalu didiamkan selama 24 jam kemudian lapisan atas (non-lipid) diambil
dengan corong pisah dan diuapkan dengan rotary evaporator, lalu dikering bekukan.

V. Analisis Kandungan Florotanin


Kandungan total florotanin dianalisis menggunakan metode Koivikko dkk.
(2005). Kurva standar dibuat dengan floroglusinol yang dibuat seri pengenceran
6,25, 12,5, 25, 50, dan 100 g/mL. Ekstrak florotanin kasar sebanyak 5 mg
dilarutkan dalam 1 mL metanol. Masing-masing larutan standar dan ekstrak
florotanin kasar diambil sebanyak 1 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Selanjutnya, ditambahkan 1 mL reagen Folin Ciocalteu dan 2 mL larutan
Na2CO320% ke dalam tabung reaksi. Inkubasi dilakukan selama 45 menit di ruang
gelap pada suhu ruang. Selanjutnya, larutan disentrifugasi (3000 rpm, 10 menit)
kemudian supernatan diambil dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
730 nm. Kurva standar dibuat dengan memplotkan konsentrasi (g/mL) versus
absorbansi (nm). Persamaan regresi dari kurva standar berupa y=ax+b, R2=c,
dimana x adalah konsentrasi dan y adalah absorbansi. Total florotanin dinyatakan
dalam mg Phloro Glucinol Equivalents(PGE) per g ekstrak kering.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Dwi Sari. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Ekstrak
Bintang Laut Culcita sp. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Cahyaningrum, Kum., A. Husni., dan S. A. Budhiyanti. 2016. Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Rumput Laut Cokelat (Sargassum polycystum). Jurnal AGRITECH 2
(6):147-146

Anda mungkin juga menyukai